Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Over The Sea [RE-EDIT + INCLUDE SEX SCENE]

kucingnakal1991

Suka Semprot
Daftar
12 Dec 2018
Post
19
Like diterima
1
Bimabet
=Over The Sea=

20190330-104055-0001-3.png

Part 1

Cuaca di pantai panas menyengat menembus kulit, membuat keringat gue bercucuran. Kepiting kecil yang gue perhatikan sejak 10menit lalu masih enggan beranjak dari lubangnya.
Hanya sejenak ia keluar dari persembunyiannya...kemudian masuk lagi, mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan yang ada jika ia keluar.

Kepiting kecil itu mengerjapkan sepasang matanya, mungkin bertanya-tanya : Apakah ada jebakan diluar sana?

“Tenang kepiting kecil..” ucap gue berbicara kepada kepiting itu

Gue mengamati sekitaran lubang, tidak ada suatu apapun yang mengancam, hanya butiran pasir putih yang tak terhitung jumlahnya.

“Tidak ada apa-apa” lanjut gue lagi.

Pikiran gue semakin teralihkan karena heran mengapa kepiting begitu ragu-ragu padahal sudah mempunyai sepasang mata yang terdiri dari beberapa ribu unit optik, dan meskipun ada bahaya pun sejatinya kepiting juga mempunyai empat pasang kaki yang dapat digunakannya untuk bergerak secepat kilat dan sepasang kaki lagi yang digunakan untuk mencapit lawan-lawannya.

Namun..

Sang kepiting kecil pun akhirnya mengambil keputusan untuk enggan untuk keluar dari lubang persembunyiannya.

Gue sedikit kecewa, karena apa yang harapkan tidak terjadi kemudian dan pada akhirnya dapat terobati karena setelah penantian yang melelahkan kapal yang gue tunggu pun tiba.

Secera reflek gue memandang laut biru tak jauh dari dermaga tempat kapal berikutnya akan bersandar beberapa saat lagi. Kapal tersebut, kapal boat namun dengan ukuran yang lebih besar yang dapat mengangkut sekitar 20 orang penumpang didalamnya.

Beberapa saat kemudian.Tepat ketika ombak menghantam tepian kapal dan membuat buih-buihnya bertebaran, seorang perempuan keluar dari dalam kapal itu dan berdiri oleng berpegangan di atas deck dekat dengan laki-laki tanpa baju dengan otot kekar yang memegang tambang guna mempersiapkan kapal yang akan bersandar.

Lalu, setelah sikap berdirinya telah sempurna, dia menatap jembatan tempat gue berdiri sekarang seakan mencari-cari dan kemudian diapun melambaikan tangan karena akhirnya dia melihat sosok gue disini.

Perempuan itu melambaikan tangannya.

Gue mengangguk dan balas melambaikan tangan. Gue menunggu dengan sabar perahu itu bersandar dan dia beserta penumpang lainnya turun.

Setelah turun, diapun berjalan dengan pasti ke arah gue sambil menebar senyumnya yang lebar tanpa putus.

“Maaaaaf yaaaa Ranggaaaaa.... kapalnya maceeeet ditengah lauuttt”

Gue spontan tersenyum, tapi lebih tepatnya ingin menjitaknya karena alasannya tidak rasional.

Namun, lebih dari itu semua, perasaan gue merasa senang akhirnya gue bisa menatap wajah cantiknya kembali setelah sekian lama.

“Kamu semakin terlihat dewasa” ucapnya dan mengulurkan tangan

"Kamu juga..." jawab gue dan menyambut tangannya yang terulur.

"Tasnya kesiniin, biar aku yang bawain"

“Nggak usah Rangga, aku bisa bawa sendiri kok”

“Udah, biar aku yang bawa”

Lalu gue membuka jari-jari lentiknya yang memegang erat tali tas tersebut.

“Tas ini terlalu berat untuk kamu bawa sendiri”

"Kita ke rumah langsung yah" ajak gue untuk berpindah tempat menjauhi keramaian ketika berhasil merebut tas yang dipertahankannya.

“Ranggaaaa...” panggilnya dengan lembut

Dia menatap gue..

Gue pun menatap dia..

Mata indah secara garis lurus itu menatap mata gue, seakan menuntut mata gue untuk terus juga menatap matanya.

“Hey cowo pendiam,” tanyanya tiba-tiba dengan kesal yang dibuat-buat.

Gue menunduk melepaskan tatapan dari matanya.

"Kamu masih terluka, ya?" tanyanya lagi mendadak lembut

“Enggak. Hanya saja...”

“Hanya saja .. setiap kali kita kesini, kamu yang udah pendiam semakin pendiam, sebentar lagi kamu bakalan duduk-duduk aja ga jelas di jembatan lalu aku disini juga ikutan murung karena tingkah kamu itu” potongnya cepat.

“Ha Ha Ha...memang begitu ya?”

“Aku tau kamu Nggaaaa” lanjutnya dan kali ini sambil melotot semakin kesal karena gw malah tertawa-tawa.

Setelah tertawa, gue pun tersenyum lagi padanya. Mengajaknya untuk meneruskan langkah ke tempat kami menginap. Kemudian kami terus melangkah tanpa berbicara, hanya sesekali berseru “ooh” atau “wah” tanda dia teringat kembali sebuah ingatan dikepalanya.

Kami sekarang berada di salah satu pulau di kepulauan seribu, tepatnya Pulau Tidung. Tempat kami menginap berada tak jauh dari dermaga, hanya 15 menit berjalan kaki santai, 10 menit naik sepeda dan 2 Menit berlari kencang seperti orang kesetanan yang dikejar anjing setan.

“Hallo rumah biru...” panggilnya ketika kami hampir sampai dirumah itu.

Dia lama menatap rumah yang gue sewa ini, rumah biasa yang disebutnya rumah biru, karena memang biru warnanya baik cat diluar maupun didalamnya. Pagarnya terbuat dari kayu bambu yang dicat juga berwarna biru namun dengan campuran hijau dan garis hitam.

Selagi dia menatap rumah biru itu, gue menatapnya sembunyi-sembunyi.
kerut-kerut terbentuk dalam keningnya tanda tidak puas.

Lalu diapun berbalik..

“Baru kita aja yang dateng ya, Rangga?"

"Iya"

Perlu waktu hingga beberapa detik hingga diapun sadar bahwa malam ini gue dan dia hanya berdua.

"Ha?? Malam ini kita cuma berduaaaa? tanyanya sambil menutupi dada dengan kedua belah tangannya seperti mencegah gue untuk menyentuhnya

"Ha Ha Ha.. ayolah. Kamu tau aku gak seperti itu, yuk kita masuk" ajak gue dan tertawa kembali.

Kemudian kita masuk.

Gue meletakkan tas bawaannya di dalam kamar satu-satunya dirumah ini.
Sedangkan dia menarik kursi kayu meja makan dan mengelusnya.

"Banyak debu-nya ih.."

Dia lalu duduk setelah mengelapnya dan dengan ujung jari telunjuknya dia membentuk sesuatu diatas meja yang berdebu itu.

Kemudian meraih gelas kaca yang tidak lagi bening karena terlalu lama terkena rendaman air teh.

"Inget nggak? Waktu kita semua di sini, pertama kali dateng langsung minum air teh basi?"

Pikiran gue menerawang sebentar lalu mengiyakannya. Kemudian gue ikut duduk, bukan di kursi melainkan di bawahnya, di lantai dengan karpet tipis yang sudah usang.

"Iya, aku inget. Eh....setelah ini kamu mau ngapain? Mungkin mereka datang baru besok"

"Aku mau tidur"

"Dateng jauh-jauh, di kapal hampir empat jam, kamu cuma tidur?"

Kening dia kembali berkerut.

"Rang"

"Gue bukan semut"

"Bodo, Rangga.. perasaan kamu sekarang gimana?"

"Masih sama" jawab gue salah tingkah.

"Perasaan aku juga masih sama Ngga, tiga tahun lalu, dua tahun lalu, sampai sekarang"

Pikiran gue seperti terbaca olehnya.


Di pulau ini.
Di rumah ini..
Di Pantai ini...

Gue mempunyai kenangan dengannya dan dia, kenangan yang masih saja merantai hidup gue sampai sekarang, mengikatnya dengan kuat hingga tak bisa berpaling kepada yang lain.

"Eh ya.. aku keluar dulu ya" ucap gue setelah berdiri dan langsung menuju pintu.

"Kemana?" tanyanya

“Sama. Seperti tiga tahun lalu, sama seperti dua tahun lalu dan Sama seperti setahun sebelumnya. Aku kembali ke dermaga ini. Aku menanti kapal berikutnya. Kapal yang membawa dia kesini sama seperti dirimu sekarang sampai disini”

“Segalanya baik-baik saja kan?”

“Mungkin iya atau mungkin tidak, Aku tak tahu. Aku hanya berusaha menunggunya kembali disini seperti ucapnya waktu itu”

“Kalo dia tidak datang lagi?”

“Ini tahun terakhirku disini. Aku tidak yakin bisa datang lagi untuk menunggunya di tahun depan. Aku percaya... Tahun ini dia akan datang... membawa keajaiban”

“Keajaiban?”

“Ya”

"Kira-kira apa lagi yang akan dia buat?"

"Aku nggak tahu"

Tiba-tiba gue teringat masa itu.

Masa dimana hanya perlu waktu semenit untuk mengenalnya.

Dan menit berikutnya untuk menyukainya
dan sehari langsung mencintainya
tetapi hari ini... aku memerlukan waktu seumur hidup untuk dapat melupakannya.. tak rela ditinggalkannya.


"Rangga.."

"Ya?"

"Aku juga menanti keajaiban terucap dari mulut kamu"

"Terimakasih"

"Kamu yakin, aku yakin juga Rangga, karena yakin membuat segalanya jadi mungkin" ucapnya mengakhiri percakapan kali ini.

-Over The Sea Part 1-
 
Part 2

Sebenarnya menaiki perahu di laut sangat menyakitkan bagi dia - perutnya langsung mual dan dia sepanjang pelayaran bisa muntah-muntah dibuatnya. Mau perahu ini bergerak lebih cepat pun sama saja, dan mustahil bagi dia untuk dapat melupakan bahwa dirinya berada di tengah lautan.

Gue menatapnya dengan tatapan iba.

"Kamu pucet banget"

"RANGGA!! BISA DIEM DULU APA ENGGA SIH!"

"....."

"Aku sebenarnya gak mau ngga, kita tiap tahun kesini, stress aku tiap kamu meminta aku datang kesini, selalu aja begitu"

Gue tersenyum sedikit. Namun masih menatapnya dengan iba.

Dia baru datang keesokan harinya setelah perempuan berambut panjang datang kemarin.

"OH MY GOD Ranggaaa!!!! Kamu cuma senyum-senyum aja, kalo bukan kamu yang minta aku nggak bakalan datang deh"

Walaupun wajahnya masih pucat tapi semangat untuk terus mengomeli gue masih aja berlanjut.

"Jadi? Siapa aja yang udah dateng Ngga?" tanyanya

Gue menyebutkan sebuah nama.

"Baru dia aja?"

"Hmm.. Iya"

Dia berdiri dan menepuk-nepuk pantatnya yang ditempeli oleh pasir-pasir.

"Yuk. Aku mau ketemu dia"

Lalu gue juga ikutan berdiri dan mengajak dia kerumah yang sama, rumah biru. Begitulah kita semua menyebutnya. Kemudian perempuan ini berjalan dengan cepat menggandeng tangan gue.

Dahulu..

Di tempat ini juga, dia adalah perempuan pertama yang menampar gue begitu keras hingga rasanya pipi ini begitu panas, panasnya seperti panas yang diperlukan untuk membuat sebuah pedang dari besi, mungkin hingga seribu derajat.

Beberapa saat kemudian, akhirnyan sampai. Yang pertama disadari oleh gue bergitu sampai adalah begitu gue tiba-tiba merasakan perasaan bersalah yang memuncak karena mempertemukan mereka berdua.

Dia bersalaman, tanpa tersenyum. Tapi beberapa saat kemudian diapun mampu tersenyum, menegakkan punggungnya dengan angkuh dan berkata:

"Hey... apa kabar?"

Gue bisa bernafas lega ketika mereka akhirnya bisa berbicara kembali.

"Aku keluar lagi ya?" ucap gue meminta izin kepada mereka berdua.

"Mau kemana Ngga?" tanya mereka hampir bersamaan

"Sudah jelaskan. Aku harus sewa sepeda. Cape juga kalo jalan kaki terus kan? Lagian masa kita disini cuma disini aja. Pada mau jalan-jalankan? Aku juga mau ke Mang Rahmat, pesen dibeliin ikan buat makan malam kita besok malam. Tahu sendiri temen kita yang dateng berikutnya ini doyan banget sama ikan bakar, kalo ga ada bisa dibunuh kita semua hehe"

"Oh iya iya. Oke ! Jangan lama-lama ya Ngga" jawab perempuan yang kemarin datang.

"Oke.."

"Yang lama aja" jawab perempuan yang baru datang.

"Ha? Kalian yang akur ya pas ditinggal. Aku gak lama kok" jawab gue dan membuka dompet perlahan-lahan sambil nyengir lebar. "Boleh patungan nggak? Isi dompet aku kayaknya kurang hehe"

Sebelum gue menerima jawaban sebuah tangan melempar sendal dan sendal itu melayang cepat kearah kepala gue. Tapi berhasil gue hindari dan beberapa saat kemudian sebuah tangan yang lain terulur memberikan selembar uang warna biru.

"Kalian emang spies langka, mengerikan hehe" ucap gue dalam hati setelah mengambil uang dan kabur secepat kilat menjauhi dua perempuan itu.

..
....
.....
.......
..........

Kemudian,

Malam harinya.

Kami bertiga bersantai di tempat ini, kelelahan akibat sengatan sinar matahari yang menyengat di siang harinya.

"Ngga, kamu sih ngajak-ngajak main ke pulau kecil yang di sana. Udah jauh, panas banget, kulitku jadi belang gini"

"Aku juga belang Ngga.. haha lupa pake sunblock, tapi jarang-jarang kan kita kepantai, ya kan Ngga?"

"Hehe iya, kalian gak ada capenya, panas sih panas, tapi asik kan maen air haha"

Kami terus mengobrol hingga larut malam ditemani dengan jagung bakar yang kami bakar sendiri.

Kemudian..

"Dia seperti tidur ya Ngga?" tanya perempuan yang datang hari ini.

"Dia tidur beneran tauu..."

"Kamu belum mau tidur Ngga?"

"Enggak, belum, aku mau keluar lagi"

"Kemana?"

"Ada deeee... rahaassiiaa"

"Aku ikut Ngga, paling mau ngerokok kan di jembatan?"

"Umm..dasar dukun, ya udah deh buruan.."

Setelah persetujuan gue, dia pun mengambil jaketnya yang berada di dalam kamar.

"Lalu dia gimana?" tanya gw menunjuk dia yang tertidur.

"Udaaah biarin ajaaaa dia... tapi bentar ngga"

Gw mengamatinya karena gw langsung curiga dengan lirikan matanya yang jahil.

"EEeehh.. mau apa?" tanya gue karena melihat dia berjalan menghampiri perempuan yang sedang tertidur pulas itu.

"Mau liat paha gak, Ngga?"

"Paha?" gue menelan ludah.

Mendengar kata Paha, sejenak sempat bingung. Lalu dua-tiga detik selanjutnya, gue mengerti apa arti pertanyaan yang dia berikan barusan.

Gue kembali dibuat menelan ludah untuk yang kedua kalinya. Si usil ini juga mulai memegangi ujung rok panjang perempuan yang terkulai nyenyak tersebut.

"eeeeeeehhhh" gue panik

"Sssstttttt.."

"Jaangaaaaan" gue makin panik mencegahnya.

Rok itu sedikit demi sedikit mulai terangkat..

Jantung gue seperti mau lepas dari tempat nya. Beserta otak gue yang berhasil membayangkan apa yang akan terjadi berikutnya.

Rok itu semakin keatas..
sedikit demi sedikit..
dan..
secara perlahan...

"Cukup. Tolong aku nggak suka ya, salah satu temenku dijailin begini"

Gue menghentikan pergerakan tangannya sebelum apa yang gue tidak ingin lihat terlihat. Tentu mencengkram dengan kuat pergelangan tangannya dia adalah cara yang agak kasar. Mungkin bisa melukai perasaannya.

"Jang..."

Kemudian

**CUP**

Sebuah kecupan cepat singkat mendarat di bibir gue darinya untuk kesekian kalinya seperti di masa-masa lalu.

Dia menatap gue serius.

"Aku cuma becanda, dan ternyata kamu masih nggak berubah ya? Tetap menjadi lelaki yang selalu murah hati" ucapnya singkat. Tertawa sinis.

"...."

"Aku mau tidur aja" ucapnya lagi dan segera masuk kekamar satu-satunya di rumah biru ini.

..
...
.....
.......

Kemudian
Di Jembatan.
Merokok..
Sendiri..
Teringat masa lalu..
Gue menyeka air mata yang tanpa sadar menetes..
Masih Sesak.. terasa sesak sampai sekarang.

"Oh Tuhan? Kalo boleh izinkan aku bertanya. Kenapa sampai detik ini wanita yang ku tunggu belum juga datang? Kau sembunyikan dimana dia? Tuhan selera humor-Mu rendah..."

Mungkin dia datang besok, bersama sahabat gue yang lain.

So many question on my mind
So many answer I cant find


-Over The Sea Part 2-
 
kaya pernah baca di forum sfth k*skus deh, bener ga hu?

Iya hu, dari forum K*skus. Tapi masih sama kok, cuma dibenerin tanda baca + EYD biar makin rapih dan ada sex scene tentunya. :o

Dengar-dengar di twit**ter suhu Rapscake udah retweet mau remake nih cerita. Jadi yang ada di sini cuma treaser ane aja gitu hehe

Mejeng di page one

Silahkan hu
 
Part 3

Akhirnya..

Kapal itu pun tiba di bibir dermaga...

"Ngga dateng tuh.."

"Iya Ngga, dateng tuh.."

Gue sudah mempertaruhkan segalanya untuk saat ini. Apapun yang terjadi pada hari ini, gue harus membuat keputusan.


[Let's to The Rock!! ]

Langsung saja, kenalin nama gue Rangga - anak sekolah berumur 16 Tahun - Sekolah di sekolahan paling kampung sedunia, atau begitulah yang gue sebut. Karena memang sekolah ini norak, alias terpencil. Guru-guru nya udah pada tua dan nggak ada yang gaul satupun. Nggak ada tempat nongkrong kecuali kantin yang makanannya itu-itu saja, kalo ga gorengan hari ini ya gorengan hari kemaren.

Yah.. apa boleh buat.

Disekolah ini gue menginjak tahun kedua yang artinya sekarang gue kelas 2 SMA. Entah apa yang orangtua gue pikirkan ketika memutuskan untuk pindah ke kota kecil ini.

Disekolah ini, mungkin gue satu-satunya anak yang berasal dari kota besar. Selain itu hampir murid-muridnya di sini ialah anak-anak rajin semua, yang emang dari rumah memang niat untuk belajar, berbeda dengan gue

"Ngga.. oiiiii Ngga" panggil salah satu kawan gue.

"Apasih???..." jawab gue enggan.

"Masuk Ngga! Tas lo masih di kelas sebelumnya kan?"

"Ambilin dong bro, gue nyusul ke kelas kimia entar, tanggung sebatang lagi"

Temen gue pun hanya menurut dan memilih membantu mengambilkan tas gue. Dan berjalan membawanya menuju kelas yang baru.

Gue memang pemalas, salah satu yang membuat gue malas adalah moving class ini, kelas yang pindah-pindah mulu.

Gue iseng melirik jam.

Udah lebih dari 10 Menit sejak kelas kimia dimulai, mungkin sudah absen juga dan nama gue pun terlewat.

Gue lalu membayangkannya ketika gue masuk nanti, pastinya bu Popong itu bakalan nyuruh gue untuk mengerjakan soal di depan sepanjang pelajarannya.

"Gue bolos lagi ah, sebodo amat sama tas gue, ga ada isinya juga"

Tanpa harus berpikir dua kali, gue langsung berlari ke jalan ilegal yang biasa gue terobos ketika gue akan keluar dari sekolah ini. Bisa di bilang jalan rahasia.

Gue lari kebelakang mushola, bersembunyi sebentar dari orang-orang yang lewat dibalik dindingnya. Setelah mereka pergi, gue kembali berlari kearah tumpukan bata yang disusun meninggi. Susunan bata ini adalah tangga menuju kebebasan gue sebentar lagi.

Gue mulai menaikinya, pelan tapi pasti, perlahan-lahan satu persatu bata yang gue injak ada yang remuk but, I don't care, just go with the flow..

Tiba-tiba

"RANGGA!!"

Gue spontan melihat ke arah bawah, dan menatapnya dengan tatapan jengah.

"Sssstttt Va... Jangan berisik naappaa" bisik gue panik

"TURUN GA!"

"Iyyyaa.. jangan berisik Va"

"PAAK.. RANGGAAA BOLOS LAGI PAAAAAKKK"

Gue menpuk jidat, pasrah dengan makhluk aneh ini, sebentar lagi karena teriakannya pasti ada yang datang kesini untuk mergokin gue memanjat.

"Revaaa.. jangan gila laaah.. gausa teriak gitu" protes gue langsung loncat dan terjatuh karena pijakan gue tak sempurna.

"Yaaa.. Kamu itu bolos aja, aku udah curiga kamu ga masuk-masuk kelas, kata yang lain kamu di kantin, aku samperin ga ada, eeeeh tau-tau disini, bener juga feelingku kan? Mau bolos lagi hah?"

Gue cemberut.

Tapi nggak tau kenapa, gue sama sekali nggak bisa marah dengannya. Entah mengapa.

Gue pun hendak menjawabnya tapi sudah terlambat, seorang guru yang mendengar teriakan Reva telah melihat gue sejak gw meloncat tadi dan datang menghampiri kami.

"Gara-gara elo nih" tunjuk gue di mukanya.

Reva terdiam beberapa detik, kemudian dengan nada suara yang seperti anak kecil itu dia meledek gue. Dan membuat gue hampir tertawa dibuatnya
"weeee.. rasain, sana ke kepala sekolah lagi" ujarnya sambil memeletkan lidah

Kemudian,

Sudah bisa ditebak.

Gue dihukum berlari tepat tengah hari mengitari lapangan basket 10 kali.

..
...
.....
......
...........

"Aaawww" teriak gue kaget dan memegang pipi gue yang tiba-tiba dingin ditempelkan sebuah kaleng minuman ringan oleh Reva secara diam-diam.

"Maaf ya Ngga" katanya meminta maaf dan tersenyum "Nih..." lanjutnya dan menyodorkan gue handuk putih kecil.

"Ga perlu Va, pake saputangan aja, gw ada kok" tolak gue dan mengambil kaleng minuman dari tangannya "ehya thanks ya..." ucap gw berterimakasih

"Lho.. itu punya aku Ngga. Aku cuma ngasih kamu handuk, minuman itu sih tetep punya akuuuuu Rangga jelek"

"Serius? kok nanggung amat nolongnya?"

"Ggrrrrrr dasar, yaudahlah minum aja, aku beli lagi."

"Hahahahaha" gue pun tertawa

"Cape Ngga?"

"Cape sih engga, tapi panasnya itu loh Va"

"Hehehe makanya jangan coba-coba bolos lagi, kita nih udah jelas 2 Ngga, bentar lagi kelas 3, kelas 3 ntar UAN, bahan UAN kan dari kelas 2 juga..blablablabla..."

Lagi-lagi Reva mengoceh tentang betapa pentingnya belajar. Meskipun gue gak suka mendengarkannya tapi gue senang berada di dekatnya dan diperhatikan seperti ini.

"Ehya Va.. Pulang kemana?"

"Kerumah lah, emang kemana lagi?"

"Ikut gue ngeband mau ga?" tawar gue, melas.

"Gaaaak.. gak mau, gak bisa, gak pengen"

"hahahha apaan sih lebay ah, sesekali gapapa lah, yuk?"

"Engga.. Engga..Engggggaaaa,, dah aaaah aku mau kekantin dulu, beli bataggoorr"

"Jiiaaah.. batagor lagi..batagor lagi.. apa enaknya batagor"

Reva pun berdiri kemudian pergi menjauh dari tepi lapangan basket ini.
Dan gue juga memilih beranjak pergi, berpindah ke bawah pohon tak jauh dari lapangan untuk bergabung dengan sahabat gue yang lain.

..
...
.....

Bel pertanda jam pulang sekolah berbunyi nyaring seperti biasanya.

"Akhirnya pulang jugaaaaaa......."

"Pulang brooo?" tanya gue kepada sehabat gue.

"Yuk lah, ngeband kita?" jawab Bagus.

"Hayooo.. gue baru nemu rental band di sini yang uokkee brooo, ga pake kutang lagi kaya kemaren, bau asem elo brooo..."

"Hahaha kemon lah"

"Yang lain?"

"Yang lain gw udah minta tunggu disana, kan kita doank yang telat pulang kelasnya"

"ehiya..ya.. "

Lalu, gw dan Bagus pun segera ke parkiran motor.

"Bro.. liat tuh.." tunjuk gw

"Apaan Ngga?"

"ituuu liat senior kita"

"Oohhh.. itukan yang kelas 3 IPA 1 kan?"

"Iyalaaah, kita juga kesana ntar larinya kan kalo dari kelas plus?"

"iya gw tauu, kenapa emang?"

"Perasaan tadi pagi gw liat dia diatas motornya, sekarang pulang masih diatas motornya deh"

"Hahaha masa sih? Lagi nunggu kali"

"Mungkin, dah lah gausah dipikirin, tapi hampir tiap hari gw liat dia nunggu, karena motornya sih, motornya gw demen bro, klasik banget, honda 70, warnanya juga cakep, merah"

"Hahaha... sejak kapan lo suka yang klasik?"

"OKelah.. yuk"

"Reva gimana?" tanyanya yang membuat gue menahan nafas

Lagi-lagi nama itu.

Nama yang jika disebutkan mampu membuat gue menahan nafas.

"Reva?" tanya gue sekali lagi

"iya, jadi ikut?"

Gue menggeleng.

"Sekarang ga jadi ikut, tapi suatu saat dia pasti bakal dengerin lagu buatan gue" ucap gue yakin.

"Buatan kita kaleeee" protes Bagus

"Hahaha.. kan liriknya dari gw"

Sebelum pergi.

Gue menatap jauh ke dalam sekolah ini.
Yaah...

Meskipun ini sekolah kampung, setidaknya gue menemukan seseorang yang membuat hidup gue bersemangat. Mendorong gue untuk terus belajar meskipun males-malesan. Dan yang terpenting adalah membuat gue merasa bernyawa ketika didekatnya.


-OoO-

"Rangga kumatt euuyyyyy...." ejek Bagus sambil meletakkan gitarnya di pojokan ruang kita ngeband.

"Kumaaaat yaelah, dah udahan kita" ucap personil band gue yang lain.

Gue nyengir merasa tersindir. Memang setelah pulang sekolah tadi jiwa gue sepertinya masih tertinggal disekolah, sedikit menyesali mengapa gue tidak memaksa Reva aja ikut gue ngeband.

"Ngga, yang fokus donk, lo banyak miss dari tadi" tepuk Bagus di bahu gue.

"Sorry ya bre, gue lagi gak mood"

"Yuklah gakusah dipaksain, cabut kalo gitu"

"Cabut? Kemana?" tanya gue heran

"Ke rumah Revalaaaah."

"HA? Ngapain?"

"Lo tembak dia sana.. daripada kepikiran mulu, Lo suka dia kan? hahaha"

Tembak?
apanya yang ditembak?
Memang sih ada sesuatu didalam hati gue menyukai Reva, gue juga merasa nyaman didekatnya

Tapi..

Untuk menjadikan dia sebagai pacar, gue sama sekali belum memikirkan untuk ke arah sana.

"Enggalah, gila lo Gus, temenan aja kali"

"Serius niih? yakin?"

"Gw yakin Gus"

Bagus mengangguk-anggukan kepalanya.
Kemudian dia mengambil tasnya serta mengajak yang lainnya untuk pulang bareng dengannya..

"Oke, gw pulang duluan ya bro"

"Gw juga.."

"OKe.. Gw duluan Ngga"

"Sipp.." jawab gw menjawab mereka semua.

Kemudian, tak lama setelah mereka semua pergi, gw pun akhirnya juga pergi dari tempat rental ini.

Gue berkendara dengan kecepatan yang tinggi, bahkan sempat ugal-ugalan. Karena dengan begini gue mampu menghilangkan kegelisahan yang terjadi dalam hati.

Namun, tampaknya berbeda untuk hari ini, gue masih tidak mampu untuk menghilangkan kegelisahan ini. Gue memutuskan memutar balik motor di putaran di depan berlawanan arah dengan arah menuju rumah gue.

..
....

And here me now.
Di depan rumah wanita yang paling gue sayang setengah mati. Reva.

Rencananya gue hanya hendak melewati rumah nya saja tapi Reva malah ada di depan rumahnya. Merasa tanggung karena sudah terlihat olehnya, gue akhirnya berhenti.

"Hei Va..." ucap gue.

"...." dia diam, mungkin bingung kenapa tiba-tiba gue sudah berada tepat di hadapan rumahnya.

Saat menghadapi si gelo selain di sekolah, sangat berbeda bagi gue. Entah karena kita memang berdua atau gue merasa lebih pribadi jika bertemu seperti ini.
Bayang-bayang kegrogian segera melintas cepat dalam benak gue, bertumpuk-tumpuk seperti menyesakkan ruang dada.

Saat menghadapinya, seakan juga keberadaan dia disini menjadi menghilangkan kekuatan dalam diri gue untuk berbicara.

"Ada apa Ngga?" tanyanya melihat gue malas-malasan.

"Cuma lewat aja Va"

"Oohh.."

(Hanya OOOHH?)
(Hanya OOHH Va?)
(Kenapa ga meminta gw turun dari motor dan mengajak gw masuk?)
(Sepatah kata itu saja kah Va?)

"Oke deh Va, gue cuma lewat, gue jalan lagi ya?" ucap gw dan menarik pedal gas motor untuk meluncur, menjauh dari hadapan dia.

(Bodoh)
(Bodohnya gw)

"Rangga" panggilnya dari belakang

DEGH !!!

Gue menegok ke arah belakang.

"Tiati.." ucapnya sambil tersenyum

Ya Tuhaaaaann

Inilah yang membuat tujuan gw layak ke sini.

Inilah yang membuat gw jadi gelisah.

Inilah yang selalu gw tunggu-tunggu setiap harinya.

Perhatiannya meskipun kecil terhadap gw tapi bagi gw begini saja pun sudah cukup.

Gw balas menjawabnya "Iya Va"

Sejenak gue melihat pupil matanya yang mengecil, mencoba memahami lebih dalam perkataannya tadi. Tapi rasanya sulit memahaminya bahwa ketika gue tertarik pada dirinya segalanya menjadi tidak mungkin untuk gue ungkapkan sekarang.

"Rangga!" panggilnya lagi dan membuat gue kembali menoleh kebelakang

"Ya Va?" tanya gue dan menanti jawabannya.

"......."

"Va?"

"Umm.. gak jadi deh" jawabnya dan mempersilahkan gue pergi dan melambaikan tangannya

-OoO-

Malam harinya, seperti biasa setelah puas dengan game uler-uleran di HP nokia gue, gue melamun.

Susah rasanya melakukan hal yang lain lagi selagi perasaan gue seperti ini.
Melihat ke depan kekursi kosong di hadapan gue, membuat terbayang Reva yang manis duduk di sana.

Gue mengambil inisiatif untuk menyalakan radio, yang biasanya di jam segini ada acara Request lagu dan titip-titip salam.
Gue gak pernah titip-titip salam lewat radio karena menurut gw kaya gitu itu norak.

Lagu demi lagi diputar setelah salam dibacakan, isi salamnya semuanya gapenting, contohnya banyak yang seperti ini:

"Titip salam buat adikku tersayang yang lagi duduk-duduk didepan rumah"

Ha? Ga Salah? Buat apa?

Adiknya kan ada didepannya? untuk apa lagi titip salam?

"Dasar aneh, membuat malu aja"

Sedikit demi sedikit mata gue mulai mengantuk.

Kemudian sesi terakhir acara pun hampir berakhir, penyiar wanita itu mempersilahkan untuk penelpon terakhir segera menelpon untuk menitipkan salamnya atau request sebuah lagu.

Secar reflek gw meraih HP dan langsung menelpon sesegera mungkin

"biarlah menjadi Norak juga" ucap gw termakan oleh omongan gw sendiri

Awalnya gw pesimis bakalan tersambung
tapi..

"Yaaaa Radiio Semprot FM.. dengan siapa ini?" tanya penyiar wanita di ujung sana.

"Rangga" jawab gue takjub ga menyangka akan tersambung.

"Rangga dimana? mau request lagu apa titip salam nii?" tanyanya menggoda

"Titip salam aja"

"Ohya? Kesiapa? ke pacar? apa ke secret admirer ya?"

AKH

Sial.. si penyiar seakan tau gw mau titip salam kesiapa aja
Bikin malu.

"Ke.. Temen Sekolah"

Akh..
kenapa gue jawab jujur. Makin bikin malu
rasanya meskipun lewat telefon tapi telinga gw panas mendengar gw digodain seperti ini.

"Temen cekolaaa yaaa.. emang Rangga cekola dimanaa niee? naksir ya cama temen cekolanya hihihihi, namanya cappaa?"

Penyiar laknat. Mungkin muka gw sekarang udah memerah kalo ada didepannya.

"Namanya Reva" jawab gw lagi-lagi jujur.

"Oooo Revaaaa yaa, mau titip salam apa Rangga? salam sayang? salam rindu? apaaa salam kangeeeeen hayyooo?

"salam biasa aja mbak"

"Assalamualaikum dooonk kalo salam biasa ajaa? hihihi kaya namu aja donk"

Koplak
Bukan itu

"Bukan salam itu kaleee"

"lalu salam apa doooonk Rangga?"

"Kalo salam Say...." jawab gw dan telefon terputus

Gw bengong, melihat HP gw yang keterangan pulsa telah habis.
Gw inget banget kata-kata terakhir gw barusan
Sebenarnya gw mau bilang begini "Kalo salam sayang kayanya engga soalnya dia temen saya"
Tapi tadi rasanya terdengar seperti akan mengucapkan "Kalo salam sayang"

Akh
Mati gw..
Mampus dah
Semoga engga..

"Okeee... pendengar radio fm, salam terakhir adalah dari Rangga kepada temen cekolanya hihihihi... namanya Reva. Revaaa ada salam cayang niihhhh dari Rangga, cie..cie... seru nih ketemu besok di cekolaaa.. Daaaaan lagu terakhir ini juga buat Rangga dan Reva aja kali ya, dari Sheila On Seven, Anugrah Terindah yang Kumiliki, Good Luck Rangga, Selamat Malam......"

HA?
FITNNAAAAHHHHH...!!!!!
Gw mau ngamuk tapi mau ngamuk gimanaaa? seneng juga sih, tapi..
Gw ga percaya dengan apa yang gw dengar barusaaaaan
Ini gila
Ini konyol
Ini Noraaaaaakk.
Gw bisa mati beneran kalo kaya gini, jantungan.
Bagaimana kalo Reva denger?
bagaimana Kalo temen-temen gw atau temen-temen Reva ada yang denger?

"Huufff.. Okee... tenang Ngga..tenaaangg" ucap gw kepada diri gw sendiri yang panik

"Nama Rangga didunia ini banyak, tidak. Dikota ini Banyak. Berapa banyak sih nama Rangga yang nitip salam ke Reva? nama Reva kan juga banyak!!!"

Gw lemes..
Kemungkinan pasti ada, mengingat ga banyaknya radio dikota ini yang mengudara

Gw melempar badan gw kekasur
Berdoa sebelum tidur,
Doa gw:
meyakinkan bahwa besok akan berjalan biasa aja seperti hari-hari sebelumnya.
Berharap Reva tak mendengarnya, Berharap Reva juga tak mengetahuinya dari yang lain.

Kemudian..
HP Gw berbunyi tanda ada SMS masuk

From: Bagus
"Salam Cayanggg nih yeee.. Hahaha Koplak Lo Ngga!!!"

Gw membeku setelah membacanya
hanya terdengar Duta sang Vokalis Sheila on Seven menyanyikan lagu yang seakan-akan direquest oleh gw

Akh.. Yasudah..
Sudah terjadi..
Mungkin gw besok ga sekolah aja pura-pura mati.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd