Adegan di balik layar 20 menit
"Mmhh... akhirnya aku menyerah juga dengan rayuan Omes.." Pikir Anya saat berciuman dengan Omes.
"Dia pintar juga memainkan nafsuku hanya melalui ciuman.. Gak nyangka.. Ugh.. Sial.. dia mulai meremas dadaku. Tapi.. Ah sudahlah.. Ini nikmat."
Setelah beberapa saat, Omes menggiring Anya ke dalam kamarnya. Anya hanya pasrah, terbuai dengan permainan bibir Omes dan remasan-remasan lembut di payudaranya.
"Ah.. shit! Sakit banget. Pelan-pelan, Bang.. Ahh.." Ujar Anya. Remasan tangan Omes agak terasa menyakitkan. Mungkin Omes sedang gemas dengan bulatan daging dada Anya yang terasa kenyal menantang.
Ukuran dada Anya bukanlah ekstrim, tapi cukup besar untuk bisa ditutupi dengan sebelah telapak tangan. Tapi, bentuknya yg nyaris bulat sempurna dengan putingnya yg kecil berwarna coklat muda sangatlah mengundang siapapun untuk meremasnya. Tak terkecuali Omes.
Anya mulai meraba-raba dada Omes. Dia bukan pria seksi yg bertubuh kekar, tapi dia cukup tinggi meski agak kurus. Tanpa kesulitan, Anya berhasil menyelipkan tangannya ke dalam kaos Omes dan menyentuhkan kulitnya pada kulit perut Omes.
Perlahan tangan Anya mencari jalannya menuju ke dada Omes dan mulai meraba-raba putingnya. Anya cukup berpengalaman dalam urusan seks, dia tau apa yg perlu dilakukan untuk memancing gairah seorang pria pada saat foreplay.
Omes mulai agak kewalahan menahan tempo pemanasan. Dia tahu bahwa Anya bukanlah amatiran. Kalau sampai terburu-buru, pasti dia akan kalah di permainan pembukaan ini.
"Ohh.. dia tahan banget sih ciumannya.. Ahh.. shit! Dia mulai menyerang telingaku! Ahhh... tidaak..!" Jerit Anya dalam hati. Saat perlahan aliran lendir pelumas vaginanya mulai bertambah deras di bawah sana.
"Ohh.. noo.. Ini enaaak banget! Sialan.. Kemana aja aku setahun ini? Emang gak ada yg mengalahkan nikmatnya bercinta. Uugh.. Pakaian ini mulai terasa mengganggu." Batin Anya.
Nafas Anya mulai tersengal-sengal, degup jantungnya tidak beraturan lagi. Wajahnya mulai merona merah. Sesekali ia menggigit bibir bawahnya sendiri menikmati sensasi foreplay pria asing di pelukannya.
"Aku tahu dia baru pria ke dua yg pernah menjamahku sampai sejauh ini. Tapi, ternyata sensasinya sekuat ini. Ohh.. kok bisa ya aku mabuk gairah begini..? Aku ingin lebih. Aku sudah terlalu lama menahan diri. Malam ini harus kutuntaskan birahi ini. Sorry Omes, tapi aku butuh penismu." Demikianlah pikir Anya.
Anya mulai mencoba meraba selangkangan Omes.
"Hmm.. Keras banget, hihi.. Baru juga ciuman. Tapi, merasakan batang penis keras seperti ini di tanganku benar-benar menyenangkan. Sangat terasa kedutannya ketika aku meraba bagian kepalanya. Hmm.. Gmn ya ukurannya? Kok aku jadi penasaran." Pikir Anya.
Omes merebahkan Anya ke atas kasur di sisi kamar itu. Lampu kamar Anya memang redup. Suasananya sangat mendukung kegiatan mereka di penghujung sore itu.
"Mmhh.. sebentar.." Kata Anya mencoba melepaskan diri dari sergapan Omes yg bertubi-tubi. "Sorry.. Aku hidupin kipasnya dulu.. gerah nih." Kata Anya sambil tersenyum.
Setelah kipasnya menyala, mereka saling bertatapan lagi. Omes meraih tangan Anya dan mengelus punggung tangannya dengan lembut. Ditatapnya lagi Anya, lalu ia mencium punggung tangan Anya.
"Hmm.. sweet juga ni anak. Agak lebay sih.. tapi dia pintar memilih momennya. Aku merinding dan tersipu-sipu sendiri dibuatnya. Sial.. Aku kalah deh." Batin Anya.
"Kalo gerah.. Aku buka ya baju kamu?" Izin Omes.
Anya pun hanya bisa tersenyum dan mengangguk pelan.
Omes meraih bagian bawah kaos Anya dan mengangkatnya ke atas. Anya membantunya dengan mangangkat tangannya ke atas. Lalu Omes meletakkan kaos Anya di atas kursi di dekat ranjang Anya.
Terlihatlah bagian atas bukit kembar Anya yg menggemaskan itu, dengan belahan dadanya yang memanjang karena bulatan daging itu tertekan oleh BH hingga terhimpit di bagian tengah dada Anya.
BH hitam dengan kulit payudara Anya yg putih bersih dengan urat-urat hijau terlihat samar menambah indahnya bagian tubuh itu di mata Omes. Ia pun menelan ludahnya. Itu toket terbesar dan terindah yg pernah ia jamah.
"Hihihi.. dasar bocah. Keliatan banget sih mupengnya gara-gara liat toket aja.." Tawa geli Anya dalam hati melihat ekspresi Omes.
"Mungkin.. langsung aja kali ya aku buka BH ini." Pikir Anya.
Anya pun mulai meraih kaitan BHnya di punggungnya.
*Klik
Dengan sedikit jentikan jarinya ia pun berhasil melepaskan kaitan BH itu lalu bersiap membuka cup BHnya di hadapan Omes.
"1.. 2.. 3! Tadaa.. Selamat menerima hadiah pertamamu karena berhasil memancing gairahku sampai saat ini." Ucap Anya dalam hati sambil tersenyum manis menatap Omes di hadapannya. Ia pun perlahan membuka cup BH yang sedari tadi menutupi 1/3 sisa payudaranya.
Puting Anya yg kecil itu sudah menegang, namun tetap terlihat mungil dan menggemaskan. Aerolanya yg coklat muda tidak terlalu kontras dengan kulit payudaranya. Itu pemandangan yg indah.
Bisa dibayangkan ekspresi Omes saat itu. Hadiah pertamanya saja membuat ia terpaku dan melotot.
"Kamu.. seksi banget, Anya.." Gumam Omes.
"Hihihi.. Kamu juga buka aja kaosnya, Bang" Ujar Anya santai. Ia pun membantu Omes untuk membuka kaosnya.
"Hmm.. wangi sabun. Sepertinya dia memang gak merokok. Gak ada bau asap sama sekali. Segar juga aroma tubuhnya.. Tapi aku masih lebih suka aroma Tedi." Batin Anya.
"Bersih juga ni cowo.. Baiklah! Saatnya menikmati main course." Kata Anya dalam hati.
"Mmhh... akhirnya aku menyerah juga dengan rayuan Omes.." Pikir Anya saat berciuman dengan Omes.
"Dia pintar juga memainkan nafsuku hanya melalui ciuman.. Gak nyangka.. Ugh.. Sial.. dia mulai meremas dadaku. Tapi.. Ah sudahlah.. Ini nikmat."
Setelah beberapa saat, Omes menggiring Anya ke dalam kamarnya. Anya hanya pasrah, terbuai dengan permainan bibir Omes dan remasan-remasan lembut di payudaranya.
"Ah.. shit! Sakit banget. Pelan-pelan, Bang.. Ahh.." Ujar Anya. Remasan tangan Omes agak terasa menyakitkan. Mungkin Omes sedang gemas dengan bulatan daging dada Anya yang terasa kenyal menantang.
Ukuran dada Anya bukanlah ekstrim, tapi cukup besar untuk bisa ditutupi dengan sebelah telapak tangan. Tapi, bentuknya yg nyaris bulat sempurna dengan putingnya yg kecil berwarna coklat muda sangatlah mengundang siapapun untuk meremasnya. Tak terkecuali Omes.
Anya mulai meraba-raba dada Omes. Dia bukan pria seksi yg bertubuh kekar, tapi dia cukup tinggi meski agak kurus. Tanpa kesulitan, Anya berhasil menyelipkan tangannya ke dalam kaos Omes dan menyentuhkan kulitnya pada kulit perut Omes.
Perlahan tangan Anya mencari jalannya menuju ke dada Omes dan mulai meraba-raba putingnya. Anya cukup berpengalaman dalam urusan seks, dia tau apa yg perlu dilakukan untuk memancing gairah seorang pria pada saat foreplay.
Omes mulai agak kewalahan menahan tempo pemanasan. Dia tahu bahwa Anya bukanlah amatiran. Kalau sampai terburu-buru, pasti dia akan kalah di permainan pembukaan ini.
"Ohh.. dia tahan banget sih ciumannya.. Ahh.. shit! Dia mulai menyerang telingaku! Ahhh... tidaak..!" Jerit Anya dalam hati. Saat perlahan aliran lendir pelumas vaginanya mulai bertambah deras di bawah sana.
"Ohh.. noo.. Ini enaaak banget! Sialan.. Kemana aja aku setahun ini? Emang gak ada yg mengalahkan nikmatnya bercinta. Uugh.. Pakaian ini mulai terasa mengganggu." Batin Anya.
Nafas Anya mulai tersengal-sengal, degup jantungnya tidak beraturan lagi. Wajahnya mulai merona merah. Sesekali ia menggigit bibir bawahnya sendiri menikmati sensasi foreplay pria asing di pelukannya.
"Aku tahu dia baru pria ke dua yg pernah menjamahku sampai sejauh ini. Tapi, ternyata sensasinya sekuat ini. Ohh.. kok bisa ya aku mabuk gairah begini..? Aku ingin lebih. Aku sudah terlalu lama menahan diri. Malam ini harus kutuntaskan birahi ini. Sorry Omes, tapi aku butuh penismu." Demikianlah pikir Anya.
Anya mulai mencoba meraba selangkangan Omes.
"Hmm.. Keras banget, hihi.. Baru juga ciuman. Tapi, merasakan batang penis keras seperti ini di tanganku benar-benar menyenangkan. Sangat terasa kedutannya ketika aku meraba bagian kepalanya. Hmm.. Gmn ya ukurannya? Kok aku jadi penasaran." Pikir Anya.
Omes merebahkan Anya ke atas kasur di sisi kamar itu. Lampu kamar Anya memang redup. Suasananya sangat mendukung kegiatan mereka di penghujung sore itu.
"Mmhh.. sebentar.." Kata Anya mencoba melepaskan diri dari sergapan Omes yg bertubi-tubi. "Sorry.. Aku hidupin kipasnya dulu.. gerah nih." Kata Anya sambil tersenyum.
Setelah kipasnya menyala, mereka saling bertatapan lagi. Omes meraih tangan Anya dan mengelus punggung tangannya dengan lembut. Ditatapnya lagi Anya, lalu ia mencium punggung tangan Anya.
"Hmm.. sweet juga ni anak. Agak lebay sih.. tapi dia pintar memilih momennya. Aku merinding dan tersipu-sipu sendiri dibuatnya. Sial.. Aku kalah deh." Batin Anya.
"Kalo gerah.. Aku buka ya baju kamu?" Izin Omes.
Anya pun hanya bisa tersenyum dan mengangguk pelan.
Omes meraih bagian bawah kaos Anya dan mengangkatnya ke atas. Anya membantunya dengan mangangkat tangannya ke atas. Lalu Omes meletakkan kaos Anya di atas kursi di dekat ranjang Anya.
Terlihatlah bagian atas bukit kembar Anya yg menggemaskan itu, dengan belahan dadanya yang memanjang karena bulatan daging itu tertekan oleh BH hingga terhimpit di bagian tengah dada Anya.
BH hitam dengan kulit payudara Anya yg putih bersih dengan urat-urat hijau terlihat samar menambah indahnya bagian tubuh itu di mata Omes. Ia pun menelan ludahnya. Itu toket terbesar dan terindah yg pernah ia jamah.
"Hihihi.. dasar bocah. Keliatan banget sih mupengnya gara-gara liat toket aja.." Tawa geli Anya dalam hati melihat ekspresi Omes.
"Mungkin.. langsung aja kali ya aku buka BH ini." Pikir Anya.
Anya pun mulai meraih kaitan BHnya di punggungnya.
*Klik
Dengan sedikit jentikan jarinya ia pun berhasil melepaskan kaitan BH itu lalu bersiap membuka cup BHnya di hadapan Omes.
"1.. 2.. 3! Tadaa.. Selamat menerima hadiah pertamamu karena berhasil memancing gairahku sampai saat ini." Ucap Anya dalam hati sambil tersenyum manis menatap Omes di hadapannya. Ia pun perlahan membuka cup BH yang sedari tadi menutupi 1/3 sisa payudaranya.
Puting Anya yg kecil itu sudah menegang, namun tetap terlihat mungil dan menggemaskan. Aerolanya yg coklat muda tidak terlalu kontras dengan kulit payudaranya. Itu pemandangan yg indah.
Bisa dibayangkan ekspresi Omes saat itu. Hadiah pertamanya saja membuat ia terpaku dan melotot.
"Kamu.. seksi banget, Anya.." Gumam Omes.
"Hihihi.. Kamu juga buka aja kaosnya, Bang" Ujar Anya santai. Ia pun membantu Omes untuk membuka kaosnya.
"Hmm.. wangi sabun. Sepertinya dia memang gak merokok. Gak ada bau asap sama sekali. Segar juga aroma tubuhnya.. Tapi aku masih lebih suka aroma Tedi." Batin Anya.
"Bersih juga ni cowo.. Baiklah! Saatnya menikmati main course." Kata Anya dalam hati.
Terakhir diubah: