Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Paijo dan Cak Toyib

Status
Please reply by conversation.
Thx updatenya hu
Wkwkwk... hampir tercyduk keamanan kompleks...
Mangkane Jo gak usah golek panggon aneh-aneh
 
Update..
Mohon maaf agak lama, semoga tidak mengecewakan para suhu..


Seperti biasa, pagi itu saya nyangkruk di warung bareng Ray, main ML. Belum habis kopi yang saya pesan, tiba-tiba muncul sosok yang cukup familiar bagi saya. Bukan cak Toyib, padahal beliau yang saya nantikan beberapa hari ini, melainkan Anton, sosok yang justru saya hindari selama ini.

Namun sikapnya berbeda dari terakhir bertemu, tak kuduga dia berwajah ramah seperti biasanya, meski sedikit dihiasi seringai congkak, ya persis seperti biasanya. Dia melangkah santai mendekat ke mejaku.

"Maafkan aku, bro. Aku khilaf" ujarku begitu dia sampai di mejaku.

"Iya, cak Toyib sudah menjelaskan. Sudah aku maafkan kok" balasnya santai, kemudian duduk dan memesan minuman.

Meski demikian, tidak bisa dipungkiri bahwa terjadi situasi yang agak aneh diantara kita, alhasil suasana menjadi hening beberapa saat, hanya suara game dari Ray yang terdengar. Namun, begitu melihat Ray, seketika sebuah ide liar melintas di pikiranku.

"Bro, sebagai permintaan maaf, aku ada sesuatu"

"Apaan tuh?" potongnya cepat, sepertinya dia agak tertarik, ya daripada suasana hening seperti sebelumnya, topik apapun pastilah menarik.

"Nggak bisa njelasin sekarang, ntar ikut aku aja" tambahku kemudian. Dia hanyak manggut-manggut menyetujui tawaranku itu.

Saya melanjutkan satu permainan lagi dengan Ray, yang diakhiri dengan kemenangan, tentunya membuatnya girang karena peringkatnya kembali naik. Dalam kondisi girang, siapapun pasti bisa dengan mudah dibujuk dalam hal apapun. Apalagi bocah tujuh belas tahun seperti Ray.

"Ray, ayo main ke rumahmu lagi" ajakku dengan nada penuh harap.

"Wah, kalo sekarang ga bisa mas, aku ada janji ma temen soalnya" balasnya santai tapi cukup membuatku kecewa.

"Yah" sahutku singkat untuk menyiratkan kekecewaan.

"Tapi kalo mau main duluan aja ke sana, ntar abis ketemu temen aku nyusul" tambahnya masih dengan nada santai, seolah bukan hal yang berarti.

"Beneran nih?" tanyaku untuk memastikan.

"Beneran lah, tapi nunggu aku agak lama gpp kan?" ujarnya balik bertanya.

"Ya gpp sih, ntar kalo ternyata kelamaan ya aku balik aja dulu" balasku cepat, meski sedikit berubah tetapi rencana masih bisa berjalan. "Kalo gitu aku duluan ya" tambahku lagi sembari menenggak habis kopiku yang tinggal seperempat. Anton segera menghabiskan minumannya juga untuk mengikutiku.

"Mau kemana kita?" tanya Anton setelah mengunci mobilnya.

"Udah, ikut aja" jawabku dari atas motor, Anton segera membonceng di belakangku dan motorku langsung melaju membelah jalanan kota itu.

Sepanjang perjalanan tidak ada percakapan diantara kita, untungnya rumah Ray tidak terlalu jauh dari sana. Kira-kira sepuluh menit kemudian kita sudah sampai di halaman rumah Ray. Rupanya Sarah sedang menyiram tanaman di halaman, mengenakan tanktop pink dan celana pendek sepaha.

"Siapa itu bro? Hot juga" bisik Anton begitu melihatnya. Saya hanya tersenyum dan melambaikan tangan kepada Sarah. Motorku tepat berhenti di depan rumahnya. Membuat Sarah menghentikan siram-siramnya dan membukakan pagar.

"Tumben pagi-pagi kesini? Ngajak temen lagi" sindir Sarah begitu motorku memasuki pelataran.

"Tadinya ngajak si Ray, tapi dia ada janji sama temennya" balasku beralasan. "Kenalin ini Anton, teman cangkruk" tambahku untuk mengenalkan Anton.

"Oh Anton, namaku Sarah" Sarah mengulurkan tangannya untuk berkenalan. Anton segera menyambut uluran tangan Sarah dan menyebutkan namanya. "Ayo masuk dulu aja" lanjut Sarah.

"Gimana? Mantep kan?" bisikku begitu duduk di ruang tamu, sementara Sarah masuk ke dalam untuk mengambilkan minum.

"Mantep bro, montoknya pas nih" balas Anton cepat, sedari tadi dia memang terus menatap tubuh Sarah dari atas sampai bawah.

"Mau ma dia?" tanyaku menggoda.

"Ya mau lah, tapi gimana caranya?" balasnya dengan cepat lagi.

"Tenang, aku paham kelemahannya, ikutin skenarioku aja"

"Apa emang kelemahannya?" potongnya tidak sabar.

"Udah diem aja" balasku sembari memberikan isyarat untuk diam, karena Sarah telah kembali ke ruang tamu dengan membawa dua gelas minuman.

"Jadi ada perlu apa nih?" Sarah telah duduk di salah satu kursi yang ada di sana, Anton segera memelototi paha Sarah yang mulus.

"Jadi gini, Ray kan abis ngerusakin barang berharganya si Anton ini, makanya dia datang ke sini untuk minta pertanggungjawaban" jawabku dengan nada serius, Anton dengan cepat mencerna ucapanku dan memasang wajah serius juga.

"Waduh, apanya yang rusak? Mahal nggak?" Sarah agak panik kali ini.

"Guci antik saya, mbak. Harganya milyaran lah" sahut Anton, pinter juga dia berimprovisasi.

"Waduh, saya nggak bisa bayar kalo segitu, mas" wajah Sarah semakin cemas.

"Ya terpaksa saya harus membawa Ray ke kantor polisi" tambah Anton lagi, saya hanya diam sambil menahan tawa.

"Jangan, mas. Kalau begitu saya cicil saja deh ya, tapi tolong jangan sampe anak saya dipenjara" Sarah mulai mengiba.

"Sebentar ya bro" saya mengambil alih percakapan, dengan sigap saya menarik tangan Sarah untuk sedikit menjauh dari Anton. "Aku ada solusi mbak" bisikku pelan di telinga Sarah.

"Gimana?" balas Sarah dengan bisikan pula. Saya memberikan balasan berupa kode isyarat tangan yang berarti berhubungan intim, pasti semua tau lah dengan kode tersebut.

"Emang bisa?" Sarah mulai terpancing dengan saranku.

"Ya coba dulu aja" balasku menutup obrolan, kami pun kembali ke tempat duduk masing-masing.

"Jadi gimana?" Anton yang bertanya.

"Kalo misalnya bayarnya nggak pake duit gimana?" saya yang menjawab.

"Trus bayar pake apa?" tanya Anton lagi, pura-pura tidak tahu.

"Pake seks misalnya" balasku sengaja agak menggantungkan kalimat, agar Anton bisa memotongnya.

"Hmm, boleh juga sih, tapi apakah mbak bersedia?" Anton balik bertanya ke Sarah.

"Demi anak saya, apa aja saya lakuin, mas" jawab Sarah cepat dan mantap.

"Oke, deal kalo gitu, langsung mulai hari ini aja" Anton rupanya sudah tidak sabar, kulihat sekilas celananya sudah mulai menggembung.

"Ayo pindah ke kamar aja" saranku kemudian, padahal bukan saya yang punya rumah. Namun kita semua sepakat dan bergegas menuju kamar.

Hanya dalam hitungan detik, mereka sudah sama-sama telanjang bulat. Sarah bersandar di dipan ranjang, sementara Anton berjongkok mengoral liang Sarah. Rupanya Anton termasuk tipe yang liar dan suka melakukan oral, hal yang belum pernah saya coba sebelumnya.

Akibat oral yang diberikan Anton, Sarah menjadi semakin liar, dengan sengaja Sarah meremas sendiri kedua gundukan di dadanya, sembari sesekali dia pilin puting besarnya yang kehitaman itu. Tanpa sadar, adik kecil saya sudah mulai menegang akibat pemandangan erotis tersebut. Kali ini Anton sepertinya menyadari bahwa saya masih ada di sana.

"Ayo ikut juga, bro" ajak Anton setelah memberikan kode kepada Sarah, tentu saja Sarah menyetujuinya.

Anton berpindah posisi dengan Sarah, kini Anton yang bersandar di sudut ranjang, sementara Sarah merangkak dan berjongkok di atas ranjang untuk balas memberikan oral kepada Anton. Saya tentu saja berada di belakang Sarah, bokongnya yang bergoyang kesana kemari membuat adik kecil saya sudah tidak sabar, maka dalam posisi doggystyle itu saya menghujamkan adik kecil saya ke dalam liang Sarah.

Ternyata benar dugaan saya, yang dimaksud cak Toyib jangan dicoba lagi itu bukan masalah ketauan atau terciduk, tetapi lebih dari itu. Karena ternyata rasanya tidak senikmat saat pertama kali merasakan, ada sensasi yang berbeda dibandingkan saat pertama kali mencobanya. Inilah mengapa cak Toyib menyarankan cukup sekali percobaan saja, saya baru paham kali ini.

Meski demikian, saya tetap memompa liang Sarah dengan sepenuh hati. Walau rasanya tidak senikmat yang pertama, tetapi ya masih tetep enak rasanya, jadi bukan hal yang aneh jika adik kecil saya sudah mulai terpancing, namun kali ini saya sengaja tidak menahannya agar Anton menganggap saya lemah. Segera saja saya muncratkan cairan itu di dalam liang Sarah.

"Payah lu, Jo. Masa baru gitu aja udah tumbang, pantesan istriku kurang puas katanya" komentar Anton, sesuai dugaan saya, saya hanya tersenyum lalu menepi, sebuah misi telah terlaksana dengan baik.

"Tenang, ini masih bisa bangun lagi" balasku santai, namun Anton tidak menghiraukan balasanku. Dia lebih memilih mencumbu tubuh Sarah dari atas sampai ke bawah. Sementara saya memilih untuk keluar dari kamar, bukan karena malas melihat mereka, tapi saya mendengar suara ketukan pintu di depan. Begitu membukakan pintu, rupanya Ray dan temannya yang ada di sana.

"Ayo main lagi, mas" ujar Ray begitu melihatku, temannya ini nampak sama bersemangatnya dengan dia. Keduanya bahkan sudah menyiapkan handphone masing-masing di tangannya.

"Ayo dah" jawabku singkat, setelah itu kita bertiga larut dalam permainan yang menguras waktu dan emosi itu. Beberapa menit kemudian, terdengar suara pintu kamar yang dibuka. Sarah muncul dalam kondisi masih telanjang bulat.

"Lho, Ray udah datang kok nggak bilang ke mama" komentarnya begitu melihat kita bertiga duduk-duduk di ruang tengah.

"Iya ini tadi langsung main sama mas Paijo soalnya" balasnya tanpa mengalihkan pandangan dari layar handphone. Sementara temannya langsung terpaku begitu melihat Sarah yang tanpa busana, mungkin baru pertama ini pemuda itu melihat begituan secara langsung, sama kayak saya waktu awal-awal dulu.

"Ayo makan dulu kalo gitu" perintah Sarah, yang ternyata langsung dilakukan oleh Ray. Setelah satu pertandingan usai, dia bergegas menyusul ibunya ke dapur untuk makan siang.

"Kaget ya?" tanyaku kepada teman Ray setelah Ray ke dapur.

"I,,iya bang, baru ini liat gituan langsung" balasnya agak terbata.

"Biasanya liat di film bokep yak hahaha" tawaku karena dia bernasib hampir sama sepertiku. Dia hanya mengangguk dan kembali melongok ke arah dapur, mengamati tubuh mulus Sarah yang masih terlihat seksi meski dari kejauhan.

"Aku udah nggak kuat ini rasanya, bang" ujar pemuda di depanku itu, entah siapa namanya saya juga belum tahu.

"Tenang, ntar kalo aku main game sama Ray, langsung datengi aja itu ibunya" sahutku memberi saran.

"Aman bang?" tanyanya dengan nada tertarik.

"Aman, tenang aja" balasku dengan kode tangan yang menyiratkan oke. Beberapa saat kemudian Ray kembali ke depan, dia kembali mengajak saya untuk bermain game, yang tentunya saya setujui.

"Aku ke belakang dulu ya, Ray" pemuda itu berpamitan setelah kode dariku, kulihat Sarah masih berada di dapur, mencuci piring bekas makan, dia hanya memakai celemek saja.

"Oke" balas Ray acuh, permainan kami telah dimulai soalnya.

Setelah tiga permainan yang berakhir dengan kemenangan, Ray mulai merasa bosan, sementara Anton dan teman Ray masih belum kembali, terakhir saya lihat Sarah dan teman Ray masuk ke dalam kamar, dimana Anton juga masih ada di sana.

"Kamu udah pernah seks belum sama mama?" tanyaku tiba-tiba, memecah keheningan.

"Maksudnya seks gimana mas?" Ray balik bertanya.

"Ya bukan cuma oral kayak biasanya, tapi seks kayak di film-film bokep" balasku menjelaskan.

"Lah aku aja belum pernah liat bokep" balas Ray polos, seperti biasa tidak ada kebohongan dalam ucapannya.

"Ayo kita coba kalo gitu, daripada main game terus, udah bosen ini" sahutku yang disambut anggukan kepala Ray. Kami berdua segera masuk ke dalam kamar.
Rupanya di sana Anton dan teman Ray sudah tergeletak tak berdaya di atas ranjang, sementara Sarah masih terlihat bugar. Bahkan wajahnya terlihat masih bernafsu, mungkin birahinya masih belum tuntas.

"Ayo sama aku, ma" ujar Ray penuh percaya diri.

"Sini sayang" Sarah merengkuh anak kesayangannya itu, keduanya terlibat pergumulan selama beberapa menit, sebelum keduanya sama-sama telanjang.
Dengan lihai Sarah mulai memainkan batang Ray yang mulai menegang, sementara Ray asyik mendesah keenakan. Saya hanya tersenyum melihat pemandangan indah itu, lalu beranjak pergi dari sana.

###
Esoknya, saya kembali bertemu Anton di warung biasanya, kali ini bersama lelaki yang saya tunggu-tunggu, cak Toyib. Seperti biasa, sebatang kretek sudah menyala di tangannya.

"Piye kabare cak?" sapaku ramah, kemudian duduk di kursi yang kosong.

"Sehat, Jo" balasnya singkat dengan senyumnya yang khas.

"Teko ndi ae cak kok gak tau ketok?" tanyaku lagi.

"Biasa, onok urusan negara Jo" jawabnya dengan nada bercanda.

"Koyok presiden ae cak cak" sahutku agak kecewa dengan jawabannya yang nyeleneh.

"Jangan salah, Jo, dia ini emang presiden kok" potong Anton.

"Lho, wes podo akrab toh" sahut cak Toyib sebelum saya sempat menanyakan maksud Anton.

"Sudah dong cak, berkat janda hot" potong Anton lagi. "Jadi kapan mau ke sana lagi bro?" kali ini Anton menghadap kepadaku.

"Sendiri aja langsung ke sana, aku sudah nggak tertarik" balasku sembari tersenyum ke arah cak Toyib.

"Wah, bocah iki wes mulai paham toh" cak Toyib manggut-manggut mendengar ucapanku, diseruputnya kopi di cangkir yang tinggal separuh.

"Lumayan cak, wes mari sinau soale" balasku dengan nada bangga.

"Yauda kalo gitu, aku duluan ya" Anton terlihat menggebu-gebu meninggalkan saya dan cak Toyib, sementara kami hanya terkekeh melihatnya.

Dua cangkir kopi kembali dihidangkan oleh pemilik warung, satu pack rokok juga masih terisi penuh, persediaan masih banyak, tidak ada jadwal narik hari ini, karena hari ini saya ingin mendengar kabar tentang hilangnya cak Toyib beberapa hari belakangan.

Bersambung ke halaman 13...
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd