Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Pak Ujang yang beruntung

Pak Ujang hoki banget. haha. bisa ngentotin, nikahin, dapat harta dan punya anak dr Bu Vivi.
:D

Sepertinya dah tamat ya?
 
Masih lanjut apa end ni suhu TS?

Pak Ujang udah dapat semuanya ni dar Bu Vivi. hehe

:tkp:
 
Sebuah mahakarya tapi sayang “tamat atau belium sih??”
Antara ditamatin aja atau dibikinin drama baru
Pak Ujang hoki banget. haha. bisa ngentotin, nikahin, dapat harta dan punya anak dr Bu Vivi.
:D

Sepertinya dah tamat ya?
Masih lanjut apa end ni suhu TS?

Pak Ujang udah dapat semuanya ni dar Bu Vivi. hehe

:tkp:
Lanjut hu..
Tidak usah terburu buru ceritanya hu...
Pak Ujang..win..hehe
Moga terus dilanjutkan

Karena tokohnya sole male x sole female, emang udah mentok. Kemarin ane koreksi karena setelah ane baca ulang cerita kelewat lebay, dipaksain lanjut takut ane malah jadi rusak alurnya. :ampun:
 
Terakhir diubah:
Karena tokohnya sole male x sole female, emang udah mentok. Kemarin ane koreksi karena setelah ane baca ulang cerita kelewat lebay, dipaksain lanjut takut ane malah jadi rusak alurnya. :ampun:
kemudian mereka jd pemuja seks..trus tetangga diajak..mertua disikat..kakak ipar sekalian..tukang jamu komplek jugak..pembantu2 komplek semua..haaaaa
 
Ini merupakan versi pria untuk cerita dewasa ini, mohon comentnya untuk agar cerita ane bisa lebih sempurna lagi. Kalo agan suka kasih ijo supaya ane lebih semangat lagi

Awal Mula

Hari - hari belakangan aku sering berkhayal tentang seorang ibu muda yang tinggal di sebuah rumah di kompleks perumahan tempatku berkeliling menjajakan es. Banyak pikiran ngeres di otak datang tiap malam. Mulai dari keinginan melihat keindahan tubuh telanjangnya, mengelus paha mulus nya, meremas toketnya, ingin melihat bentuk dan menjilati memeknya, sampai dengan keinginan bercumbu dan bercinta di atas kasur, yang kemudian berakhir dengan menumpahkan sperma di memek wanita itu.

Namaku Ujang bertahun - tahun aku berjualan es keliling melewati perumahan itu, aku tidak pernah merasakan gairah dengan penghuninya hingga aku bertemu ibu muda itu saat ia membeli es padaku. Tubuhnya cukup indah ditunjang dengan paha putih mulus dan menurutku ia juga cukup cantik dengan tanktop and hotpants yang ia pakai. Sejak saat itu pikiran ngeres itu datang, bahkan sekarang jika aku ngocok kontol, wanita itu-lah yang jadi bahan fantasi. Lebih gila dari itu jika aku ngentot PSK yang ku sewa, aku membayangkan ibu muda itu sedang melayaniku.

Ide menggarap wanita itu muncul saat aku membantu pekerjaan temanku Badri memilah koran bekas, maklum untuk hidup di Jakarta hasil berjualan es saja tidak cukup. Hal itu ketika terjadi aku menemukan iklan mencari tukang kebun di harian surat kabar lokal dengan alamat rumah tempat wanita itu tinggal. Memang iklan itu sudah diterbitkan 3 hari yang lalu beruntung saat aku melewati ke rumah itu belum kutemui orang yang menjadi tukang kebun

Pada jam 4 sore dengan penampilan yang agak dekil dan bau serta tampang memelas aku pergi ke rumah itu karena aku tahu ia mudah kasihan. Hari itu ia terlihat sangat cantik dengan sweater coklat dan hotpants berbahan jens. Ia bertanya “emang bapak sanggup bekerja? nama bapak siapa?”, jawabku “nama saya Ujang, iya bapak masih kuat kerja kok nak…hanya saja bapak sekarang belum makan, bapak boleh minta makan ?”

Setelah berpikir sejenak ia mempersilahkanku masuk, kemudian mempersilahkanku untuk duduk "tapi bapak punya rumah dimana?" tanyanya, "Rumah Bapak di Sulawesi, Bapak kesini mencari kerja, tapi yang ada malah ga bisa pulang lagi ke Sulawesi, bapak ga punya istri dan anak, karena semasa muda bapak dihabiskan dengan merantau ke mana mana, bapak suka berjalan sesuka hati kemana aja, tapi ya beginilah nak, ternyata bapak tua dijalan, umur makin hari makin bertambah, fisik bapak semakin berkurang. Bapak merasa sudah saat nya bapak mencari pekerjaan yang menetap, maaf kalau oleh berarti bapak harus menginap di rumah ini kalau anak mengijinkan (kepalaku tertunduk)". "Aq tidak berani ambil keputusan pak, ntar aq harus tanya suamiku dulu ya jawabku, sementara bapak malam ini tinggal aja disini, ntar aq ambilkan handuk, dan peralatan mandi untuk bapak."

Kemudian ia membawa peralatan mandi dan baju bekas suaminya "Pak ujang, ini bajunya ya diganti, kalau mau dicukur jangut ma kumis pak ujang ini pisau cukurnya ya " katanya sambil membawa baju dan pisau cukur, aku tersenyum melihanya dan mengambil baju dan pisau cukur itu dengan segan, ia bertanya "kenapa pak? kok tersenyum? ada yg lucu yaaq sambut juga dengan tersenyum". "Ga kok, bapak udah lama ga menerima kebaikkan seperti ini...", "ohhhh jangan begitu pak, aq sudah biasa sebagai rutinitas melayanin suami seperti ini, jadi aq tau keperluan laki² seperti apa" jawabnya singkat.

Setelah aku membersihkan diri dan pergi ke ruang makan, ia tersenyum dan bertanya, "janggutnya telah tidak ada lagi, tapi kok kumisnya masih ada sih pak ?" "bapak ga percaya diri kalau ga ada kumis ini nak "jawabku, ia mempersilahkanku makan, "ayo pak, makan dulu ya, yang kenyang ya" senyumnya. Aku mulai menyendok nasi dan gulai kemudian duduk dilantai, dengan alasan tidak mau semeja dengannya aku duduk di lantai sambil menikmati paha mulusnya yang di balut rok merah yang di atas lutut.

Sambil makan kami asik bercerita mengenai riwayat hidupku, ketika ia baru tersadar dan malu saat melihat sorot mataku ke bawah meja, ia merapatkan kakinya, aku berlagak terlihat malu untuk menghilangkan kecurigaan, untung suasana terasa mencair dan akrab karena aku pandai membuatnya tertawa saat kami saling bicara di meja makan walaupun makan telah usai, dari pembicaraan itu aku tahu namanya Vivi dan ia sudah menikah selama kurang lebih dua tahun tapi sayang belum punya anak.

“Jam menunjukkan pukul 10 malam, ga terasa ya pak ujang sekarang dah malam, aq mau tdur, kamar bapak dibelakang ya pak…” dan kemudian kami tidur di kamar kami masing-masing, saat tidur aku membayangkan tubuh majikanku yang molek itu, besoknya saat makan pagi ia perkenalkan suaminya. Suaminya tampak tidak perduli dan langsung pergi keluar rumah, dari perilakunya aku tahu suaminya sudah lama tidak menyentuhnya dan aku sangat senang karena tidak ada yang menggangguku menikmati tubuh majikanku.

Besoknya sambil kami mulai membersihkan rumah, aku mulai membersihkan dan merapikan tanaman, memberikan pupuk dan menebang dahan yang lapuk sementara Bu Vivi membersihkan rumah kadang-kadang kami bercanda sambil melakukan pekerjaan. Setiap ada kesempatan aku melirik Bu Vivi yang tampak seksi dengan celana pendek sepangkal paha dan tanktop bermotif bendera amerika yang menunjukkan keindahan payudaranya yang putih dan montok. Setelah beberapa lama, ia masuk rumah dan tidak segera kembali. Beberapa saat kemudian aku pergi ke kamar mandi, saat itu aku menemukan pakaian yang barusan dipakai Bu Vivi. Penasaran dengan apa yang dilakukan ia, aku segera pergi ke kamarnya.

Siang itu, Bu Vivi sedang tertidur di kamarnya dengan pintu terbuka, ia hanya memakai handuk warna putih. Handuk yang ia pakai tak mampu menutup lekukan tubuhnya yang seksi, rambutnya yang agak pirang indah tergerai di sofa dan pahanya yang putih tampak indah terpampang. Aku sedari tadi memperhatikan tubuh majikanku yang indah itu. Segera kudekati hingga terdengar desahan nafasnya terdengar halus. Akupun terus mendekat dan mencoba menyentuh tanganku ke gundukan dada montok milik Bu Vivi. Dengan hati-hati tanganku pun mulai meraba dengan lembut berkali-kali.

Bu Vivi tidak terbangun, sepertinya majikanku yang cantik ini sangat letih sekali akibat membersihkan rumah dari pagi. Karena mengetahui kondisi itu, dada montok itu terus saja kuraba halus berulang-ulang, bahkan sesekali kuremas-remas sehingga puting payudara Bu Vivi menonjol mengeras. Sepertinya hasrat seksualnya mulai naik. Tapi tetap saja matanya masih terpejam. Tanganku tidak berhenti sampai di situ, lalu dengan perlahan membuka sedikit ke bawah handuk yang menutupi payudara Bu Vivi, sehingga terpampanglah dua bukit kembar yang putih menantang, saking putihnya menampilkan warna kebiruan pembuluh darah Bu Vivi. Dengan puting areola yang berwarna merah jambu yang menonjol tanda rangsangan birahinya telah naik. Mungkin saat ini Bu Vivi sedang bermimpi. Semakin lama jilatan berubah menjadi hisapan dan nafas Bu Vivi sudah tidak beraturan lagi. Desahan mulai terdengar hhhh... emmmm... hhhhh... ssssshh.... hhhmmmm. Tanganku meneruskan gerilyaannya sampai ke pusar Bu Vivi. Di bawah pusarnya tampak pemandangan indah menakjubkan, bulu jembut halus terlukis indah di atas nya. Bibir memek yang berwarna merah jambu terlihat seksi dengan tonjolan klitoris (itil)nya.. langsung saja bibir memek itu kujilati dan tonjolan itilnya kusentuh dan kutekan tekan. Desahan kenikmatan Bu Vivi terdengar lagi... uhhhhhhh... uhhh......

Wajah cantik itu terlihat sayu, mata yang masih saja terpejam seakan sedang bermimpi terus mengeluarkan desahan kepedasan mirip rintihan...

Satu jariku lalu mencoba menerobos liang memek si majikanku yang seksi ini...kutusuk dengan perlahan-lahan lalu dikeluarkan lagi lalu kumasukkan lagi terus berulang-ulang...sehingga bibir memek itu semakin lebar terbuka.

Basah pada bibir memeknya tanda rangsangan birahi telah terbakar jauh. Tusukan jemari ditambah hisapan pada itil majikanku yang seksi ini, semakin membakar birahinya. Kedua kaki Bu Vivi menegang dan seakan menjepit kepalaku. Ternyata Bu Vivi telah sampai klimaks orgasmenya yang lama dia belum pernah rasakan dan membuat lemas seluruh sendinya. Lalu pakaian Bu Vivi kurapikan kembali, dan aku pergi ke kamar mandi untuk memenuntaskan hasratku dengan celana dalam Bu Vivi. Setelah itu aku melanjutkan pekerjaanku di kebun.

Lampu Mati

Ternyata dewa keberuntungan masih bersamaku, tampak Ibu Vivi membiarkan apa yang kulakukan dan lampu di kompleks perumahan itu mati pada jam 6 sore. Ia kelihatan sangat seksi dengan daster pink dengan motif buah cherry yang terbuka di belahan dada dan rok diatas lutut, memang majikanku sangat cuek dalam berpakaian.

"Pakk ujannhgg" panggil Bu Vivi, "pak tolong idupin lampu emergency ya", "iya nak "jawabku, karena lampu emergency tak juga menyala, "napa sih pak, kok belum idup"Tanya Bu Vivi "ga tau juga ya nak.." jawab pak ujang. Ternyata lampu itu belum pernah dicas karena memang tidak pernah mati lampu. Akhirnya Bu Vivi memutuskan penerangan menggunakan lilin. aku duduk di lantai, sementara ia duduk di sofa, kami pun mengobrol tentang banyak hal. Saat Ia tertawa sering lupa menutup pahanya yang mulus itu dan membuatku makin gelisah. Dalam hatiku aku merasa ia sengaja memancingku, untuk sementara aku menahan diri dulu menunggu kesempatan.

"Pak ujang jangan panggil nak, panggil aq cinta ya pak..""iya Non cinta" kataku," pak ujang, cinta udah mau tidur, pak ujang mau tdur?" tanyanya, "iya non tidur aja, bapak juga mau masuk kamar", lalu kami masuk ke kamar kamu. Lampu juga tidak kunjung menyala, saat itu aku tidak bisa tidur dan memikirkan rencana berikutnya.

Hujan mulai turun tambah deras disertai petir menyambar, tiba-tiba ...

Tok tok tok rok tok... Bu Vivi mengetuk pintu kamarku. Tidak berapa lama aku membuka pintu, samar-samar terlihat Bu Vivi memakai baju tidur warna krem dengan tali tengah melingkari pinggulnya. "maaf pak menganggu, aq takut dan ga bisa tdur pak...pak ujang jaga aq ya" kata Bu Vivi penuh harap, aku terlihat bingung," mksud Non cinta apa ya...bapak udah ngantuk mau tidur.."jawabnya," ya udah pak, kalau boleh aq tidur diatas bapak tidur dibawah ya..." jawabnya sekenanya. Di luar hujan semakin deras dengan petir yangz menggelegar, tampaknya ia bangun gara takut bunyi petir tersebut.

Aku mempersilahkan Bu Vivi tidur dikasurku sementara aku tidur beralaskan tikar di lantai. Setelah agak lama aku naik ke kasur, Bu Vivi tampak masih terlihat tidur meski nafasnya masih tidak beraturan, tampaknya ia berpura-pura tidur. Memang benar perkiraanku kalau birahi bu Vivi yang tadi siang kurangsang masih pada puncaknya, segera kesempatan ini ku ambil.

Aku pun naik ke ranjang, perlahan baju tidurnya kutarik dibagian kaki sampai pinggul sehingga buah pantatnya yang putih dan mulus terlihat olehku, tak lupa celana dalamnya kugunting di bagian memeknya. Aku melongo melihat memek Bu Vivi yang berwarna merah jambu dengan rambut-rambut halus disekitarnya serta aromanya yang membuat kontol yang berada di dalam celanaku tambah menegang. Lalu Aku mulai menjilati memek Bu Vivi dengan lembut, lidahku menerobos memasuki lubang memeknya, tak lama kemudian memeknya mulai terasa basah, tapi ia masih berpura-pura tidur. Dengan bernafsu aku menguak bibir memek Bu Vivi yang berwarna merah jambu dan lembab. Badan majikanku yang seksi ini mengejang hebat saat lidahku menyeruak ke lubang memeknya dan menyapu klitorisnya. Semakin lama ibu muda berusia 23 tahun ini makin kesulitan menahan menahan erangannya ketika bibirku mengatup dan menyedot-nyedot klitorisnya. Setengah jam kemudian aku mulai menggesek-gesekkan kontolku di belahan memek Bu Vivi itu. Rasanya enak sekali, licin dan seperti dicucup oleh bibir memeknya. Lama kelamaan belahan memek itu makin melebar, kini aku bisa melihat sebuah lubang di bagian bawah belahan memek majikanku.

Hilang sudah akal sehatku, aku benar-benar terangsang hebat! Kontolku rasanya sudah ngilu menahan birahi sedari tadi. Perlahan-lahan aku berusaha menempatkan kontolku di depan memek Bu Vivi. Lalu kutekan pelan-pelan hingga setengah dari 'helm baja'ku masuk di dalam memek itu. Pelan-pelan aku menekankan kontolku ke memek majikanku yang seksi ini, 'helm'ku sudah masuk seluruhnya. Tak lama kemudian kontolku sudah mulai menyeruak memeknya, kini tidak hanya sebatas 'helm'nya saja, tetapi aku pelahan-lahan menekan masuk ke dalam memeknya.

"Errrghhh....mmmmm......" Sesekali Bu Vivi mengeluarkan erangan, tapi ia masih berpura-pura tidur dengan tubuh menyamping di ranjangku. Tidak kupedulikan rasa terpilin, dan agak perih di kulit kontolku. Sempit! Dengan hati-hati aku kembali menekan masuk di memeknya. Sudah setengahnya masuk. Memek majikanku semakin basah, karena liangnya masih terlalu sempit untuk kumasuki. Aku kembali menarik keluar dan berusaha menekan kembali ke dalam liang. Erangan Bu Vivi yang tertahan terdengar erotis di telingaku, walau matanya tertutup tapi kedua tangannya meremasi sprei sedangkan wajahnya memerah menahan nafsu.

Setelah beberapa kali berusaha mencoba, akhirnya kontolku berhasil terbenam seluruhnya di dalam memek Bu Vivi, bahkan masih ada bagian di pangkalnya yang masih ada di luar. Tidak bisa masuk lagi alias mentok. Aku berdiam sejenak setelah perjuanganku barusan, keringatku bercucuran, kuresapi kedutan-kedutan di seluruh dinding memek ibu muda yang seksi ini. Dapat kurasakan memeknya yang makin basah sedangkan kontolku makin mengeras dan berdenyut-denyut kencang. 15 menit kemudian aku mulai menaik dan memasukkan kontolku, dari raut mukanya Bu Vivi seolah ingin merintih dan menjerit nikmat tapi berpura-pura tidur karena menjaga harga dirinya. Dengan pelan dan lembut kontolku mengawini memeknya, sampai akhirnya Bu Vivi menangis pelan, kemudian kuusap air matanya, sambil mengawini Bu Vivi dengan lembut aku menciumnya, ia pun mulai membuka mata dan menatap sayu ke mataku.

Saat ia menatap ke bawah melihat memeknya yang putih sedang proses dikawini kontolku yang hitam besar, ia takjud melihat ukurannya kontolku, aku rasakan lubang memek Bu Vivi yang masih sempit itu makin menjepit dan meremas-remas kontolku. Kudorong kontolku hingga menyusup lebih jauh, Ia pun merintih, "Pelan² ya pak" lirih Bu Vivi, ia mulai merubah posisi menjadi terlentang sehingga aku lebih leluasa mengawininya.

Aku mulai menarik dan menusuk memeknya dengan agak cepat sambil memuji "memek non sempit banget,putih lagi, bapak suka, memek non tebel banget" pujian itu membuatnya tambah terangsang, ia pun membantuku dengan mengangkat pinggulnya yang gemulai itu menjemput kontolku yang hangat. Tanpa malu ia mendesah-desah kenikmatan saat kutindih dengan mesra, "pakkk" desisnya "...cinta mau dibuahi sama pak ujang....cinta mau hamil pak...beri cinta anak please...."

Aku memandang Majikanku dengan penuh rasa sayang. Mata kami bertatapan penuh arti, sinar hangat dari matanya yang sendu seakan berbicara 'aku sayang kamu!' Bibirnya setengah terbuka, mengeluarkan erangan-erangan yang menggairahkan. Kupercepat gerakanku, kami terus bertatapan, perasaanku sudah tidak dapat dilukiskan lagi! Rasa nikmat, rasa sayang bercampur baur jadi satu. Baru kali ini tatapan mata seorang wanita seakan menembus seluruh jantungku!

"Sssshhh.....aaaaaaahhh.....rrrrr...." Bu Vivi menggeram hebat.

Tubuh Bu Vivi mengejang, sesaat memeknya berkontraksi meremas kontolku. Lalu ser,crot crot crot. Kontolku mengeluarkan laharnya dengan banyak dalam memek Majikanku. Iapun memelukku dengan erat.Kedua kakinya diapitkan dipinggangku.Aku terkulai lemas diatas tubuhnya. Kami orgasme secara bersamaan. Kubiarkan kontolku dalam memek Bu Vivi sementara memeknya berkedut2. Sungguh sangat nikmat "...nonnn kntol bapak tidak akan bapak cabut ampe pagi ya biar non bisa hamil..." Dengan posisi kelamin kami bersatu, kami kemudian tertidur.

Dini hari aku terbangun ketika kurasakan memek Bu Vivi hendak dilepas dari kontolku, gerakan Bu Vivi yang menarik memeknya untuk melepas kontolku justru membuat kontolku bangun, dengan cepat kontolku mengeras.

"A....kh!" Bu Vivi terpekik saat ia kutarik dan kupeluk dengan kuat, tak lama kemudian terasa bau anyir air seni, ternyata tusukan kontolku membuat Bu Vivi tak mampu lagi menahan kencingnya.

"pak please nanti suamiku tau" hibanya, "Udah non Cinta jalan aja ke kamar, nanti bapak anterin". Tidak mampu membantah bu Vivi pun menggerakkan pantatnya yang semok dan putih itu dan mulai berjalan menuju kamarnya. Tanpa membuang waktu kulucuti BH yang dipakai Bu Vivi menyisakan baju tidur yang terbuka di punggungnya, dengan segera tubuh majikanku yang putih mulus ini kurangkul dan dengan segera kontol menghujam memek Bu Vivi. Sementara punggungnya yang putih mulus bagai porcelin kukenyoti hingga meninggalkan bilur-bilur warna merah bekas gigitan berwarna kemerahan.

"Aihhhh...eungghhhh...." Bu Vivi mengerang dengan mata mendelik, ketika sesuatu yang besar,panjang dan hangat mulai menusuk memeknya melalui belakang.

Badan majikanku yang seksi ini mengejang ketika menyadari memeknya kembali dimasuki kontolku sementara ia hanya bisa pasrah. Hingga sekejap kemudian Bu Vivi merasakan batang kontolku yang jauh lebih besar dan panjang di banding milik suaminya, telah bersarang di lubang memeknya hingga menyentuh rahimnya. Badan Bu Vivi hanya mampu menggelinjang ketika aku mulai menggerakan kontolku dalam jepitan memeknya.

"Mmmfff...enak juga bersebadan sambil berdiri....nnghhh...oohhh " Ujarku di belakang Bu Vivi sambil menggerakkan pinggangku maju mundur dengan napas terengah-engah.

Tak kuasa menahan sensasi yang menekan dari dasar kesadarannya. Bu Vivi mulai mendesah, apalagi tangan kananku itu kini menyusup ke balik baju tidurnya dan memilin-milin puting susunya yang peka sementara kepalaku dengan ganas mulai menciumi dan menjilati keteknya yang putih bersih. Aku itu suka sekali sama ketek majikanku ini, putih bersih dan harum, menambah daya tarik tubuh mulus dan putih majikanku.

"Ayo Non Cinta....ahhhh... ...nikmati...ahh....nikmati...." Sambil kumaju mundurkan kontolku yang terjepit lubang memek ibu muda yang kesepian ini. Bu Vivi memejamkan matanya, menikmati terpaan kenikmatan di tengah tekanan rasa nikmat dan malu sambil berjalan ke kamarnya. Sesampai di sana, terlihat suaminya tertidur pulas.

"Angkat kakimu Non Cinta" ia pun mengangkat sebelah kakinya dan menaruhnya di atas meja rias sehingga ia berdiri dalam posisi kaki mengangkang sebelah, akupun terus saja menggenjot vagina Ibu muda yang kesepian ini sambil mencium dan melumat bibirnya yang seksi itu. Bu Vivi tak mau kalah, Ia pun maju mundur menghadapi seranganku sementara kedua payudaranya bergoyang mengikut gerakan genjotanku. Jeb.., jeb.., jebb..! Kontolku yang besar itu keluar masuk berkali-kali.. Kami sudah seakan terbang melayang sampai langit ketujuh. Mata kami merem melek, sementara tubuhku dan Bu Vivi juga bergetar dan menggelinjang keras dan basah oleh keringat.... suaminya yang ada di depannya sudah terlupakan.

Sekitar 10 menitan aku menggenjot,sesuatu mau muntah dari kontolku. Maka semakin kupercepat genjotanku. "Pakk ujannhgg ...aaduuhh...aahhh..***k tahan nih!" erang Bu Vivi, kurasakan jepitan Bu Vivi kian ketat berdenyut-denyut pada batang kontolku dan cairan kewanitaan majikanku yang seksi ini terasa mengguyur batang kontolku yang datang bergelombang. Lalu ser,crot crot crot, Kontolku mengeluarkan laharnya dengan banyak dalam memek Bu Vivi.

Aku terkulai lemas diatas tubuh Bu Vivi, kami orgasme secara bersamaan. Kubiarkan kontolku dalam memek Bu Vivi. Memek Bu Vivi berkedut2, sungguh sangat nikmat, setelah kontolku keluar dengan sendirinya dari memek Bu Vivi, aku mencium keningnya. Aku terbaring lemas, sungguh sangat nikmat tak lama kemudian aku kembali ke kamarku dengan rasa puas.

Pov Bu Vivi

Sedangkan di dalam kamarnya Setelah membersihkan tubuh dan vaginanya dari sisa2 cairan milik tukang kebunnya, Bu Vivi menganti daster tidur yg ia kenakan lalu merebahkan diri di samping suaminya yg telah tertidur lelap,sejenak ia melirik ke arah suaminya kembali Bu Vivi diberondong oleh sejuta rasa bersalah, ia telah mengkhianati suaminya,hati kecilnya mulai menangis karna ia melakukan pengkhianatan ini dengan pembantunya sendiri, ia telah melakukan hubungan seks dengan tukang kebunnya sendiri, Bu Vivi mencoba mengingkari kenyataan ini dengan memejamkan matanya, namun pikiranya terus melayang2, semua kejadian tabu ini bukanlah salah Pak Ujang seutuhnya, namun ini juga tak lepas dari perannya sendiri,seharusnya ia bisa melarang dan mencegah Pak Ujang melakukan hal ini, perbuatan yg tidak seharusnya terjadi, apalagi dilakukan seorang tukang kebun kepada majikannya, bahkan kejadian tabu ini sampai berulang lebih dari sekali dan anehnya ia malah menikmatinya juga,di lain sisi sebagai seorang istri yg jarang disentuh oleh suaminya, Bu Vivi sering merasa terabaikan kebutuhan batinya,saat tukang kebunnya mementik api gairahnya dirinya tak berdaya untuk menolaknya, Bu Vivi tidak memungkiri ia benar2 mendapatkan kepuasan batin yg luarbiasa saat mendapatkan orgasme dengan Pak Ujang, dahaganya yg jarang terlampiaskan seolah2 terobati, Pak Ujang begitu lihainya mampu membuat dirinya mengalami orgasme ternikmat yg benar2 membuatnya serasa melayang dan lupa diri,penis besar dan panjang milik tukang kebunnya yg mengobrak-abrik vaginanya memaksa naluri alami kewanitaanya untuk menikmati hubungan seks terlarang itu, dan mendadak terbersit rasa kekhawatiran Bu Vivi,ia baru ingat saat persetubuhan itu Pak Ujang telah berejakulasi di dalam vaginanya berkali-kali

"Oh tidak bagaimana kalau aku hamil karna pak Ujang"

Pikiran Bu Vivi mulai kalut memikirkan kemungkinan2 yg akan terjadi setelah ia disetubuhi tukang kebunnya itu, karena volume ia dan Ko Adi suaminya berhubungan badan sangat jarang, masih terasa dlm ingatanya bagaimana semburan2 hebat yg ia rasakan di rahimnya saat Pak Ujang berejakulasi,seluruh dinding vaginanya terasa bergetar kala menerima semburan2 cairan kental hangat milik tukang kebunnya yg jumlahnya sangat banyak itu, dan sampai kinipun masih terasa merembes dari dlm vaginanya meski Bu Vivi telah membersihkanya,sudah pasti benih2 subur tukang kebunnya itu akan bergerak dengan gesitnya membuahi rahim Bu Vivi yg tidak memakai kontrasepsi apapun, saat pikirannya tidak mampu untuk mencari jalan keluar dari kejadian ini rasa lelah mulai menghampiri dan Bu Vivipun terlelap di samping suaminya.

Lanjutannya on progress menghilang bagian dejavunya ;)

Bagian dua
Bagian ketiga
Bagian keempat
Bagian lima (tamat)

Bru bca part 1nya aja, ane lngsung setubuh, eh setuju, sm judul cerpan ini...

Bener bnget, Ujang is one lucky bastard...


:D
 
Beberapa jam kemudian

Pak Adi bangun dari tidurnya, ia meregangkan tubuhnya sejenak melemaskan otot2nya yg terasa kaku karena kebanyakan tidur, ia tidak akan pernah menyadari apa yg telah terjadi di ruang tengahnya, tukang kebun dan istrinya baru saja usai melakukan persetubuhan.

Kemudian setelah menyeruput kopi yang disediakan Bu Vivi, Pak Adi mandi pagi.

Sementara itu di dalam kamarnya setelah mandi di kamar mandi belakang, keramas dan mengenakan baju tidur babydoll krem, Bu Vivi langsung merebahkan dirinya di tempat tidur, pikirannya menerawang sekejap memikirkan yg barusan terjadi, sebuah pengalaman yg amat sangat paling mendebarkan dalam hidupnya sekaligus menjadi sebuah sensasi yg paling liar dan menantang, berhubungan badan dengan tukang kebunnya dengan rasa was2 di depan suaminya membangkitkan sensasi luarbiasa, melakukan hal yg sangat tabu secara sembunyi2 ditambah dengan kondisi yg tidak biasa dan sedikit tergesa2 malah menimbulkan sensasi orgasme yg paling nikmat yg dirasakan Bu Vivi,meski tenaganya terkuras habis namun Bu Vivi benar2 sangat terpuaskan,entah kenapa dirinya selalu gampang mendapatkan orgasmenya setiap kali disetubuhi oleh Pak Ujang meski mereka melakukanya dengan sedikit tergesa2, "dasar Pak Ujang" pikir Bu Vivi dalam hatinya mengingat kelakuan nekat tukang kebunnya sambil memejamkan matanya mengingat2 yg barusan terjadi

Setelah berada didalam kamarnya Pak Adi yg melihat istrinya tertidur tampak begitu cantik dalam balutan babydoll warna krem vagina Bu Vivi yg terlihat dibalik celana babydoll membuatnya semakin terlihat seksi, Pak Adi menjadi bernafsu dan mulai bergerak mendekati istrinya yang tidur membelakanginya. Pak Adi memeluk Bu Vivi dari belakang, menepikan rambut dan menciumi lehernya yang putih.

“Jangan sekarang ah, Ko,” kata Bu Vivi manja yg rupanya belum tidur. “Aku capek banget.”

Pak Adi tidak menjawab. Suami Bu Vivi itu terus menciumi lehernya dan meletakkan tangannya di payudara kiri Bu Vivi, Pak Adi meremas payudara Bu Vivi perlahan dan menjilati daun telinganya, sementara tubuhnya kian mendekat dan akhirnya Pak Adi menempelkan alat vitalnya di belahan pantat Bu Vivi yang montok.

“Ko… ” Bu Vivi menggeliat dan mencoba mendorong suaminya menjauh. Tidak enak juga rasanya menolak melayani suami seperti ini, meskipun Bu Vivi masih merasa lemas akibat persetubuhanya beberapa jam yang lalu dengan tukang kebunnya, sayangnya Pak Adi memilih waktu yang tidak tepat saat meminta jatah.

“Ayolah sayang,” kata Pak Adi sambil mencopoti kancing baju piyama yag dikenakan Bu Vivi. “ Aku pengen.”

“Aku capek Ko.., entar malam aja ya..” jawab Bu Vivi, tapi karena Pak Adi terus merangsang payudaranya, Bu Vivi akhirnya mengalah. Akan lebih baik kalau dia menyerah dan pasrah pada kemauan sang suami.

Bu Vivi berhenti menolak dan mulai rileks saat Pak Adi selesai melepaskan semua kancing baju piyama yang dikenakannya. Telanjang dari perut ke atas, Pak Adi segera menyerang kedua payudara Bu Vivi yang ranum dan indah. Pak Adi memijat buah dada Bu Vivi dengan kedua belah telapak tangannya. Suami Bu Vivi itu lalu mengelus-elus susu Bu Vivi dan menciumi sisi-sisinya. Pak Adi hanya sekilas mencium puting susu Bu Vivi (tidak cukup lama untuk membuatnya mengeras), lalu bangkit dan berlutut. Ia meraih bagian atas celana piyama yang dipakai Bu Vivi dan mencoba menariknya. Bu Vivi mengangkat pantatnya ke atas supaya celananya mudah ditarik.

Pak Adi melucuti babydoll Bu Vivi dan melakukan hal serupa dengan celana dalam istrinya. Kini Bu Vivi sudah telanjang bulat di depan suaminya.

“Seksi banget, sayang. Sudah lama kita menikah, tapi bentuk tubuhmu masih jauh lebih indah dari gadis manapun. Masih seksi, masih mulus dan hmm… tidak, aku salah. Tubuhmu jauh lebih seksi, lebih mulus dan lebih aduhai dari siapapun.” Kata Pak Adi memuji keindahan tubuh istrinya. Bu Vivi tersenyum, paling tidak dia masih mendapatkan pujian dari suaminya

Pak Adi ambruk di atas tubuh Bu Vivi dan istrinya itu otomatis merenggangkan kakinya yang jenjang. Bu Vivi mengaitkan kakinya diantara pinggang Pak Adi dan menjepitnya lembut. Bu Vivi langsung membimbing penis suaminya ke arah vaginanya, di dalam hatinya sebenarnya Bu Vivi punya rencana lain meskipun ia harus melawan rasa bersalahnya dengan suaminya namun apa daya semua ini terpaksa ia lakukan karena Pak Ujang telah terlanjur berkali-kali memuntahkan spermanya di dalam vaginanya tiap mereka berhubungan, peluangnya untuk hamil karena perbuatan Pak Ujang sangat besar dan Bu Vivi berpikir cepat untuk memanfaatkan situasi seperti ini, kalaupun nanti ia hamil sudah pasti suaminya yg tidak akan menaruh curiga dengan kehamilannya,"maafkan aku Ko semua sudah terlanjur terjadi” batin Bu Vivi.

Kemudian Bu Vivi merasakan ujung kemaluan Pak Adi mulai menyentuh ujung vaginanya. Wanita cantik itu menarik nafas panjang. Pak Adi mungkin adalah tipe suami romantis di dunia, tapi dari segi ukuran penisnya masih kalah dengan milik anaknya yg berukuran jauh lebih besar dan panjang,penis yg selama beberapa hari terahir ini selalu memberikan Bu Vivi kenikmatan orgasme yg jarang bisa diberikan Pak Adi suaminya, dan penis milik Pak Ujang itu benar2 mampu mengagetkan dan memuaskan Bu Vivi di tiap persetubuhan mereka.

Bu Vivi menahan nafas sementara Pak Adi melesakkan penisnya ke dalam vagina istrinya dengan sangat perlahan. Setelah seluruh batang kemaluan Pak Adi masuk ke dalam mulut rahimnya, Bu Vivi melepas nafas. Pak Adi mulai menyetubuhi Bu Vivi dengan gerakan pelan dan lembut sedangkan Pak Adi merasakan vagina istrinya lebih licin dari biasanya karena ini tak lain adalah sisa2 dari sperma Pak Ujang yg masih melekat di dalam vagina Bu Vivi namun ia tidak begitu mempedulikanya, Gerakan Pak Adi yang ajeg dibarengi dengan erangan dan lenguhan dari Bu Vivi. Bu Vivi merintih pelan dan manja, untuk memberikan kesan dia menikmati permainan cinta yang diberikan suaminya. Padahal dalam hatinya Bu Vivi sama sekali tidak puas entah kenapa sangat lain sensasinya dibanding saat melakukanya dengan Pak Ujang.

Sebenarnya permainan Pak Adi tidaklah terlampau buruk, tidak pula singkat, kadang Bu Vivi juga terpuaskan meskipun tidak setiap ia dan Pak Adi bersetubuh, tapi permainan Pak Adi tidak pernah mampu melejitkan Bu Vivi sampai ke puncak kepuasan yang optimal, sangat berbeda saat ia dan Pak Ujang melakukanya. Bu Vivi mencoba mengimbangi gerakan memilin suaminya dengan gerakan pinggulnya, mencoba menyamakan ritme dengan gerakan mendorong yang dilakukan Pak Adi, tapi lagi-lagi Bu Vivi harus berpura-pura karena tak berapa lama kemudian Pak Adi sudah orgasme sebelum Bu Vivi sempat menikmati persetubuhan ini, Bu Vivi hanya tersenyum sambil berpura2 mendesah saat Pak Adi menciumnya dengan lembut. Pak Adi menyentakkan penisnya dalam vagina Bu Vivi untuk kali terakhir sementara air maninya membanjiri liang kemaluan sang istri.

Setelah semuanya usai, Pak Adi bergulir dari atas tubuh Bu Vivi dan memejamkan matanya penuh kepuasan. Bu Vivi bangkit dari ranjang, membersihkan diri sebentar dan kembali ke tempat tidur seperti biasa setelah puas Pak Adi akan tidur mendengkur mengabaikan dirinya yg sering menahan rasa kecewa dalam setiap pergumulan mereka, tetapi sekarang tidak lagi ,Bu Vivi sama sekali tidak begitu merasa bergairah saat persetubuhan tadi ia hanya sebatas menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri, rasa haus jiwanya kini telah terpuaskan oleh Pak Ujang tukang kebunnya yang dengan lihainya mampu membuat dirinya pasrah menikmati orgasme yg begitu dahsyat, hal ini yg menjadi alasannya membuatnya selalu tak pernah menolak setiap Pak Ujang mengulangi aksinya.

Part 2 : kesian Pak Adi...
Konti kecil, peltu meneh....
Kesian Vivi, duwe bojo sugih, tp rak iso muaske bojone......

D part 2 ini Pak Ujang gek istrahat sik....
Ben neng part brkut iso nbuk Vivi meneh sejd²ne....

:D
 
Beberapa bulan kemudian

“Ugh...” Aku melenguh ketika kontolku untuk yang kesekian kalinya masuk ke vagina Bu Vivi.

Wajah Bu Vivi tampak kemerahan ketika kami sama-sama mulai menggerakkan tubuh, berusaha mencapai puncak kepuasan. Ditengah asiknya aku menggerakkan pinggulku, tiba-tiba terdengar dering telepon di meja samping kasur.

“Bentar Pak Ujang...uh.....ada telepon tuh...” Bu Vivi mendorong tubuhku yang sedang berada diatas tubuhnya untuk bangkit berdiri. Aku setengah protes, karena sedikit lagi aku sudah akan keluar..

Tapi dasar Bu Vivi, sambil tersenyum nakal dia sengaja menggoyangkan pinggulnya sebentar sebelum melepaskan kontolku dari vaginanya. Sambil bangkit berdiri dia juga sempat ngeluh “Siapa telp jam setengah satu malam seperti ini”

Aku pun hampir menggerutu, tapi sebelum sempat keluar kata-kata dari mulutku Bu Vivi menempelkan jarinya di bibirku sambil tersenyum manis “Nanti ya dilanjut lagi, siapa tahu ini telepon penting” Dia lalu bangkit berdiri terpincang menuju ke ruang tengah dengan tubuh masih telanjang bulat.

Aku menghembuskan nafas panjang, kalah dah kalo Bu Vivi sudah memberikan senyumnya yang manis itu. Aku pun duduk sambil menunggu Bu Vivi menjawab telepon. Bu Vivi bediri di dekat kursi meja rias sambil menerima telepon. Dan memang tampaknya telepon tersebut penting, terlihat dari wajah Bu Vivi yang serius.

Jawaban-jawaban singkat keluar dari bibir Bu Vivi, ketika menjawab telepon tersebut. Dia melirik ke arahku sebentar, lalu mengisyaratkan agar aku jangan bertanya dulu. Aku terdiam saja sambil memperhatikan tubuh Bu Vivi yang telanjang bulat serta berkilau karena keringat. Timbul niat isengku, perlahan aku menuju belakang tubuh Bu Vivi.

Aku tersenyum nakal ketika kuarahkan kontolku menuju lubang vagina Bu Vivi yang masih basah bekas persetubuhan kami barusan. Baru saja ‘helm’ kontolku yang masuk ke dalam liang hangat vagina Bu Vivi, tangan Bu Vivi menepis halus sambil mendelik mengisyaratkan supaya aku diam.

Agak jengkel karena hasrat yang belum tuntas aku menghempaskan diri di kasur. Bu Vivi melirik ke arahku, lalu tatapannya beralih ke kontolku yang masih ngaceng sekeras baja. Dia setengah menahan senyum, sambil masih meneruskan percakapannya di telepon, tubuhnya bergeser sedikit lalu, menghempaskan pinggulnya duduk disebelahku. Tangan kanannya mengelus-elus dan mengocok perlahan kontolku sementara tangan kirinya masih memegang handphone.

Aku memposisikan diri agar lebih rileks dan agar Bu Vivi lebih mudah mengocok kontolku, tanganku meremas teteknya dan memilin pentilnya, lembut lalu kuat, setelah bosan memakai tangan, kucodongkan miring badanku, mulai menghisap pentilnya, sementara tanganku melebarkan kaki majikanku. Tanganku mulai mengelus jembutnya, memainkannya, sesekali menarik-nariknya dengan gemas, akhirnya jarinya mulai melebarkan belahan memek Bu Vivi, jarinya mulai memainkan itil majikanku, jari tangan yang lain mulai menyodok memeknya. Kontolku sendiri sudah ngaceng, tapi masih kubiarkan dbelai mesra oleh majikanku.

Bu Vivi makin merasa terangsang saat jariku memainkan lobang memeknya, tangannya terangkat, mengapit bagian belakang kepalaku. Kepalanya bersandar di bahuku. Aku dengan ganas mulai menciumi dan menjilati keteknya yang putih dan bersih itu, sesekali mengenyot ketek dengan mulutku. Berkali-kali ketek Bu Vivi kukenyoti hingga memerah dan agak basah.

Sementara itil Bu Vivi semakin menjadi-jadi kumainkan, membuat Bu Vivi kelojotan walau ia tak bisa leluasa karena sedang menerima telepon. “... emmhhhhh...” dengan cepat Bu Vivi menggapai orgasmenya... Pak Ujang selalu membuatku sangat terangsang dan mudah mendapat orgasme, pikir Bu Vivi. Akupun melepaskan tanganku yang tadi mengerjai itil majikanku itu, membiarkan majikanku memegang kendali karena Bu Vivi meletakkan handphone menandakan percakapan sudah selesai.

Kemudian ia bercerita bahwa telepon tersebut mengabarkan meninggalkan suaminya karena kecelakaan lalu lintas. Sesaat kami berdua merenung di keremangan ruang malam memikirkan kabar yang mengejutkan itu lalu merasa ikut prihatin atas nasib suami Bu Vivi, serta perasaanku juga berganti dengan rasa iba mengingat aku tahu bahwa bu Vivi sangat mencitai suaminya.

Lamunanku buyar ketika merasakan sentuhan halus di kontolku. Jemari lentik Bu Vivi membelai dan kembali mengocok halus batang kontolku. Serasa diingatkan, kontolku dengan ‘riang gembira’ tegak berdiri!

Majikanku tersenyum sambil mengedipkan mata mengisyaratkan agar kita berdua kembali bercinta. Kupeluk Bu Vivi dan berposisi menindih Bu Vivi dari atas. Kuciumi wajah majikanku dengan penuh nafsu, menggigit bibir Bu Vivi dan terus melakukannya, menikmati setiap ciumannya. Aku jadi semakin bergairah dengan bau wangi farfum Bu Vivi yang menebar itu. Secara naluriah ciumannya berpindah ke bagian leher Bu Vivi yang terasa harum semerbak. Bahkan sekali-kali kugigit leher majikanku itu. Ciumanku terus ke bagian bawah, kali ini dada Bu Vivi berikut puting susu kemerahan yang telah mengeras itu jadi sasaranku. Kuciumi tubuh Bu Vivi yang semakin kurambati ke bawah semakin harum itu. Sesekali tanganku meremas payudara Bu Vivi dengan lembut dan berkali kali. Hal ini membuatku makin bergairah hingga lidahku terus turun ke bagian bawah dan berada di sekitar perut wanita itu. Kugelitik pusar Bu Vivi dengan lidahku, tanganku tak tahan untuk ikut bergerak, mulai merambat dari betis Bu Vivi hingga naik keatas ke paha Bu Vivi yang sekal dan mulus tanpa cacat itu. Dielusnya paha mulus si cantik itu dengan gerakan perlahan berulang kali. Terus keatas hingga menyentuh tetap di daerah selangkangan Bu Vivi. Tanganku berhenti sejenak disana dan merasakan celana dalam perempuan itu basah, akibat hornynya barusan. Dengan hati-hati tanganku menyelinap ke kemaluan Bu Vivi, tangannya sekarang berada di wilayah yang terasa ditumbuhi oleh beberapa helai bulu dan terasa lebat dan basah.

Kutusukan jariku pelan-pelan di belahan vagina Bu Vivi dan mencoba mencari celah yang membelah liang kenikmatan wanita itu. Dan.. tanganku sekarang tepat berada di titik rangsang wanita, yaitu sebuah daging kecil sebesar kacang ijo yang terasa licin. Dengan naluri lelakinya kumainkan jarinya mengusap yang dinamakan klintit atau clitoris itu. Sementara lidahku telah sampai disana, tangannya terus bekerja dan dengan giginya kutarik perlahan celana dalam Bu Vivi agak kebawah hingga tercium aroma kewanitaan Bu Vivi yang wangi. Pertanda wanita itu rajin merawatnya. Buktinya air kewanitaan Bu Vivi tidak bau.
Setelah beberapa saat memainkan klintit Bu Vivi akhirnya kutarik tangannya dari dalam celana dalam Bu Vivi. Kembali berposisi menindih Bu Vivi, kali ini kuciumi leher Bu Vivi dengan gerakan cepat dan kasar. Kedua tangan Bu Vivi kubentangkan dan kukunci tangan Bu Vivi dengan kedua tanganku, ciuman itu berpindah menjilati telinga Bu Vivi . Setelah beberapa kali di sentuh telinganya, terlihat Bu Vivi mulai menggeliat. Melihat ituku makin meliarkan ciumannya disana dan sesekali ia mencupang leher Bu Vivi hingga Bu Vivi merintih lirih, bibirku mulai melumat bibir Bu Vivi dengan penuh nafsu membara. Bu Vivi sendiri kembali hanyut oleh sentuhan dan belaianku. Aku amat pandai mengatur irama permainan itu, melihat Bu Vivi telah sadar ia agak mengurangi tempo ciumannya dengan pelan dengan hanya melumat bibir Bu Vivi lalu melepaskannya, setelah Bu Vivi mulai terpancing sedikit demi sedikit ia mulai menambah tempo ciumannya hingga Bu Vivi mengikuti temponya. Bibirnya mulai bergerak seirama dengan kecupan liarku di mulutnya, mulut kami kembali saling memagut dan mengulum, dari gerakan pelan hingga Bu Vivi dapat mengimbangi kecepatan pagutan lidahku dalam mulutnya yang menari memangut dan menelusuri rongganya. Terasa hangat dan membuat Bu Vivi terbuai dan menikmatinya.

“Sshhh.. clpok.. mmpphh..“ bunyi lidah kami berkulum. Bu Vivi nampak pasrah saja diserang sedemikian rupa olehku. Sementara kedua tangan Bu Vivi memeluk bahuku sambil meremas remas tengkukku, pertanda wanita itu menikmatinya. Kami melakukan posisi itu beberapa saat. Mulutku pun melepas pagutannya dari Bu Vivi dan menciumi leher Bu Vivi hingga telinganya. Kulumat telinga Bu Vivi dalam mulutnya hingga Bu Vivi sendiri hanya meleguh dan mengerang menikmatinya. Yang membuat Bu Vivi makin tak tertahan adalah di saat bersamaanku melakukan petting padanya, kemaluanku yang terasa keras itu sengaja di gesekanku dengan kemaluan Bu Vivi. Merasakan itu Bu Vivi hanya dapat menggigiti bibirnya. Ciumanku sekarang beroperasi di buah dadanya, aku dengan cepat melumat buah dada Bu Vivi yang bergelantung indah itu.

“Oohhh.. shhhh.. hhh.. “ jerit Bu Vivi tak kuasa. Ia melepaskan semua kenikmatan yang dirasakannya dengan mulutnya. Aku terus mengulum dan menyapu bongkahan daging bulat itu, dan menetek di putting susu Bu Vivi beberapa kali sambil menggigit kecil payudara yang mulus itu. Bu Vivi merasaku benar-benar dapat membuatnya bertekuk lutut. Dan tukang kebunnya begitu pandai membuatnya merasakan gairah yang telah lama tidak dia rasakan. Sebuah permainan yang liar dan hangat. Melihat Bu Vivi pasrah, ciumanku merambat kebagian perut Bu Vivi dan tubuh Bu Vivi telah basah oleh keringat dan air liurnya. Sementara tangannya terus meremas buah dada Bu Vivi. Tubuh Bu Vivi merinding dibuatnya. Dan puncaknya saat mulutku sekarang berada tepat diselangkangannya. Dan menciumi tepat di bagian liang kewanitaannya, tak kuasa lagi Bu Vivi menahan sensasi itu ia menjerit panjang,

"Ooooooohhhhhhh..!!!!!!ooooooohhhh….!!!!” Ujarnya panjang dan berulang ulang. Mulutku terus mengecup bagian itu berulang ulang. Sementara kedua paha Bu Vivi dengan reflek mengapit leherku seakan menahan kepalaku agar tetap di sana. Hal ini membuatku makin menjadi jadi. Dengan cekatan kutarik karet pinggir bagian samping celana dalam Bu Vivi, begitu aku melihat vagina Bu Vivi yang ditutupi bulu lebat itu sedikit, kuburu dengan lidahku.. pertama kuciumi berulang kali, terlihat cairan kewanitaan Bu Vivi membasahi clitorisnya. Perlahan Bu Vivi melepaskan pagutan pahanya di leherku dan perlahan lahan kedua pahanya ia buka agar aku leluasa menjilati kewanitaannya itu. Lidahku pun leluasa menari menjilati udel Bu Vivi yang berbulu lebat itu. Cairan-cairan yang keluar terlihat kental melekat di bulu-bulu vagina Bu Vivi yang keriting lebat. Seperti sebuah pelumas, kusedot semua cairan kewanitaan Bu Vivi seakan ingin membersihkan lubang kencing dan klitoris Bu Vivi itu dengan sapuan lidahku. Vagina Bu Vivi telah benar-benar basah dengan air kewanitaan bercampur air ludahku.

Dilain fihak Bu Vivi benar benar menikmati semua sentuhan yang dirasakannya. Walaupun yang menjilati saluran pembuangannya itu orang tua seumuran ayahnya. Tak terbayang olehnya orang tua yang baru dikenalnya ini dapat memuaskan hasratnya. Perlakuanku padanya sungguh membuat Bu Vivi merasa gairah liarnya terlahir kembali, suaminya saja tidak mau menjilati udelnya, sekarang baru dirasakannya sebuah kenikmatan baru dan penuh sensasi bahkan membuatnya ketagihan oleh sentuhan sentuhan lidah dan jari orang tua ini. Selama ini ia hanya dapat beronani untuk melepaskan hasratnya. Sementara sekarang seluruh tubuhnya telah “di service” oleh tukang kebunnya.

Akhirnya tanpa malu – malu ia mendekatiku. Ia lepaskan tangannya dari sedari tadi beronani menuju batang kejantananku yang telah tegak menjulang. Ia menggengam penisku dengan tatapan mupeng. Akhirnya Bu Vivi membuat posisi duduk diatas ranjang sementaraku berposisi berdiri berhadap hadapan dengannya. Batang penis yang panjang dan berotot itu digesek gesekan oleh Bu Vivi pada pipi dan hidung mancungnya, penis itu serasa hangat dan dengan lembut. Bu Vivi mengelus ngelus batang kejantanan di hadapannya itu. Amat jauh berbeda dengan batang kejantanan suaminya yang beberapa tahun memuaskan kebutuhan biologisnya. Lebih panjang, kekar dan bagus. Tiada bosannya Bu Vivi memandangi penis itu dengan rasa kagum. Tanpa malu-malu lagi Bu Vivi mulai menciumi penisku yang sejajar berada dengan mulutnya.

“Kuoo … punya kamu gede bangett … uhhh .. Cinta masukin ke mulut yahh..” ujar Bu Vivi penuh yang nafsu yang tak bisa lagi dibendungnya. Bu Vivi menatapku seolah menunggu perintah, aku hanya mengangguk pelan. Secepat kilat Bu Vivi mulai mengulum penisku itu dalam mulutnya dan bibirnya yang merah merekah. Terdengar bunyi kecipak, akibat gesekan penisku dalam mulutnya, kejantanan yang besar itu seolah tak muat dalam mulutnya. Namun Bu Vivi tak peduli, malah ia makin terangsang dan terus mengulum dan menyedot nyedot penisku dengan gaya maju mundur dalam mulutnya. Sekarang giliranku yang mulai terangsang dibuatnya. Bu Vivi yang telah berpengalaman dalam memuaskan suaminya itu, begitu pandai melakukan artikulasi artikulasi jilatan pada syaraf rangsang kejantananku. Kadang dia jilati batang kemaluan sebelum mengulumnya dengan bibir sexynya. Dan tangannya dengan paham dan cekatan memainkan kantung zakarku dan tangan yang satunya menggengam batang penisku sambil terus mengocok batangnya. Sementara lidahnya terus menyeruput, menjilat penis orang tua itu dari dalam mulutnya.

Tak pernah dibayangkan wanita seperti Bu Vivi melakukan hal senista ini. Selama ini Bu Vivi dikenal sebagai seorang wanita yang alim dan jauh dari gossip perselingkuhan. Namun kali ini ia benar-benar tak berdaya melawan gairahnya pada orang tua ini.

Sementara aku mulai gelisah, penisku seakan ingin meledak bagai magma yang ingin meletus. Aku rasakan lidah Bu Vivi terus menggelitik penisku. Urat syaraf nya menegang dan akhirnya aku berteriak tertahan. dan…. kumuntahkan spemanya dalam mulut Bu Vivi. Bu Vivi sendiri agak terkejut melihat cairan hangat yang kental terasa membanjiri mulutnya. Begitu banyak, hingga sebagian tertelan masuk kedalam kerongkongannya. Kutekan kepala Bu Vivi agar tetap berada di posisi itu. Membuat Bu Vivi sesak nafas dibuatnya dan diakhiri satu lenguhan panjangku melepaskan kepala Bu Vivi hingga penisku pun terlepas dari mulut Bu Vivi.

Bu Vivi pun terasa mual dibuatnya begitu tahu dan terasa cairan itu tertelan olehnya. Melihat itu aku kembali menuangkan segelas air putih dan meminumkannya ke Bu Vivi, hingga seluruh sperma itu larut oleh air kedalam tubuhnya.

“Ayooo. Telan Non..” perintahku. Terlihat Bu Vivi terengah engah dan membersihkan beberapa sisa spermaku yang nempel di bibirnya. Bu Vivi merasa menjilati penis lelaki termasuk kenikmatan yang menggairahkan simpul syarafnya.

Pak Ujang hanya tersenyum geli melihat ekspresi Bu Vivi yang terangsang hebat. Kubiarkan wanita itu istirahat sejenak guna mengatur nafasnya. Setelah beberapa menit, dan belum lepas rasa kaget Bu Vivi, kudorong majikanku keatas ranjang dan menindihnya. Kami berdua mulai bergumul diatas ranjang, saling cium, saling remas dan saling meraba penuh gairah. Kembali terdengar rintihan dan erangan erotis dari mulut Bu Vivi, saat aku memburu tubuhnya yang serasa haus akan belaian pria itu. Namun tiba-tibaku menghentikan sejenak aktifitasnya, aku kembali mengambil satu gelas susu di dapur, lalu kutumpahkan susu itu sedikit demi sedikit ke atas tubuh Bu Vivi dari dada, perut, dan hingga ke paha. Tubuh Bu Vivi pun menjadi sedikit basah dibuatnya, ia pasrah membiarkanku bertindak semaunya.

Permainan kami menjadi semakin hot, kutindih tubuh Bu Vivi, kujilati sekujur tubuh Bu Vivi mulai dari bibir, leher, dada dengan buas. Sementara sang wanita dibawahnya melenguh berkali-kali pertanda birahi yang begitu melandanya. Tanganku kembali merabai betis dan paha Bu Vivi, dengan halus kaki Bu Vivi kuraba dan kuciumi serta dijilat dengan hati-hati hingga rambut-rambut halus pada betis dan paha Bu Vivi tegak dan pori-pori kulitnya pun meremang. Belahan pantat Bu Vivi yang telanjang terlihat sangat bulat, padat serta putih mulus tak bercacat membuat birahiku yang telah menggelegak sedari tadi kian menggelegak

Aku menggeser posisi tubuhnya sedikit keatas, sekarang bibirnya mengulum bibir Bu Vivi. Tubuhnya yang menindih dari atas disejajarkan dengan tubuh Bu Vivi hingga kemaluannya yang telah tegak mencuat itu disejajarkannya pula dengan vagina Bu Vivi yang telanjang polos situ. Sedikit demi sedikit penisku kugesekan diantara belahan vagina Bu Vivi.

“Oohhhhh.. hhhhhhh… “ desah Bu Vivi, jidatnya mengerut dan memejamkan matanya merasakan sensasi nikmat itu. Namun entah mengapa dia tak berdaya menolaknya, saat dirasakannya sebuah benda tumpul yang keras dan hangat menyundul nyundul klitorisnya. Mencoba memasuki liang kewanitaannya. Secara naluriah Bu Vivi mengangkangkan pahanya, seakan memberi penisku keleluasaan untuk menerobos masuk. Dan akhirnya setelah penis itu pas berada di pintu sorga Bu Vivi. Kudorong pinggulnya dengan perlahan memasuki gua kenikmatan Bu Vivi.

“Uuuhhhh …….!!” Jerit Bu Vivi tertahan.

“…..Oooooh besarnyaaaa, Pak Ujang”…. Bu Vivi dapat merasakan penisku yang kini tengah memasuki liang kemaluannya.

“Achh.. Non Cinta.., enak sekalii..” sahutku. Sedikit demi sedikit penisku yang kekar itu dibiarkannya memasuki lubang cintanya yang seharusnya hanya diperuntukan Bu Vivi untuk suaminya. Tapi sekarang Bu Vivi telah larut oleh birahi yang melandanya, apalagi kejantanan milik orang tua ini jauh lebih besar dan panjang dari pada milik suaminya. Dia begitu menikmati sensasi ini, ternyata suaminya bukanlah satu-satunya pria yang dapat membuatnya horny. Seperti sekarang ini, apalagi di sela kesibukan mereka berdua, membuat mereka jarang melakukan hubungan suami istri, kalau sesekali, itu pun dengan gaya biasa-biasa saja. Sementara orang tua ini begitu pandai membakar gairah birahinya hingga libidonya terasa meledak ledak untuk disetubuhi. Dia hanya pasrah dan menikmati apa yang diperbuatku padanya. Genjotanku membuat Bu Vivi menggigiti bibirnya. Dengan rintihan tertahan Bu Vivi mulai menikmati denyutan penisku di dalam lubang cintanya yang kian menggesek klitorisnya. Terasa hangat dan membuat sekujur tubuhnya merinding.

Setelah penisku setengah tertancap, kutarik kembali penisku hingga sebatas kepala helm penisku lalu menekannya lagi keadalam hingga semakin lama penis itu semakin amblas di dalam vagina Bu Vivi. Vagina Bu Vivi yang terus dirawat empunyanya itu dengan sari rapet dan jamu jamuan memang rapet dan legit, membuatku merasa seperti penisku dipelintir oleh otot vagina Bu Vivi yang terus terasa berdenyut membuat penisku main lama makin tegang dalam gua itu. Seterusnyaku membuat posisi maju mundur menghentakkan pinggulnya, dengan napas terengah-engah menghentakan penis besarku dan Bu Vivi pasrah saja disetubuhi sedemikan rupa, pantat ibu muda itu sudah terbiasa menerima sodokan pria yang bukan suaminya itu. Malahan dengan naluriah pantat Bu Vivi mengimbangi goyangan dari bawah dengan arah berlawanan, hingga menimbulkan sensasi tersendiri bagi kedua manusia itu. Bu Vivi menggeleng-gelengkan kepalanya, mencoba melawan terpaan kenikmatan, tapi ia tak mampu. Bu Vivi mendesah nikmat dan tanpa sadar ia meracau “Oh besar sekali punyamu Pak Ujang…Uggghhh.... Oooh … yeah..”. Aku dengan gencar mengocok penisku didalam vagina yang mulai basah itu.

Batang penis besar itu seakan merobek liang vagina Bu Vivi dan kedutan penis yang keras itu membuat dinding vaginanya secara elastis ikut berdenyut meremas remas kontolku

”Ouuuuh..Aggghh..” aku dibuat mengerang oleh cengkraman vagina Bu Vivi yang berdenyut denyut, aku masih tetap mempertahankan ejakulasinya agar jangan meledakan lahar hangat dipertengahan permainan liarnya saat memacu wanita cantik yang sedang meringkik nikmat itu.

Setelah beberapa saat, kudekap Bu Vivi dari atas, memeluk seolah tak mau melepaskan wanita cantik itu. Dan Bu Vivi pun tak kalah, tangannya memeluk bahu pria yang menindihnya dan sesekali mencakar punggungku, yang malahan merasakan sensasi tersendiri dengan cakaran kuku Bu Vivi di punggungnya. Dan lidahku terus sibuk menciumi dan menjilati leher hingga telinga Bu Vivi, sambil terus menyodok dari atas. Tanganku mengunci kedua tangan Bu Vivi dengan cara mengapit lengan Bu Vivi dengan lengannya yang berotot. Sementara kedua paha Bu Vivi telah terkangkang hingga makin memudahkan penisku hilir mudik menggenjot vaginanya. Dengusan yang terdengar dari mulut Bu Vivi setiap merasakan genjotannya itu makin membuatnya terpacu untuk mempercepat gerakannya pinggulnya. Bagiku Bu Vivi adalah seorang wanita yang mengerti apa yang dimaunya. Dan aku merasa beruntung dapat menggarap ibu muda yang cantik itu, begitu cantik, mulus dan berpengalaman dalam urusan memuaskan kebutuhan biologis, pantas saja suaminya amat menyayangi Bu Vivi.

”Ooooh…enak…enaaaak Pak Ujaang, terus Pak... saya suka dientot sama kontol muuu besaaaaaar..!!!” Dan pantat Bu Vivi bergoyang erotis mengikuti irama ayunan hujaman penisku.

”Ayooo Non Cinta..!! goyang terus !.... Ayo sayangkuuu !! ohhh” terdengar rintihan meraka berdua berpacu menggapai hasrat.

Lidahku terus menyedot lidah Bu Vivi, bibir kami saling berpagutan. Bu Vivi mulai menggelepar gelepar diatas ranjang, kedua kaki nya liar mengacak acak sprei tempat mereka berhubungan badan itu. Sadar Bu Vivi akan orgasme, kulepas dekapanku dari atas tubuh Bu Vivi. Wajah Bu Vivi terlihat tak rela saat kuhentikan aktifitasku. Jujur, dia masih ingin diremuk oleh ledakan horny akan serasa akan melandanya. Sekarang, masih dalam keadaan penis tertancap dalam vagina ibu muda itu, aku bangkit dan membalikan tubuh Bu Vivi hingga berposisi membelakanginya. Kemudianku mengangkat sedikit pinggul Bu Vivi hingga pantat Bu Vivi berposisi lebih tinggi dari kepala Bu Vivi. Kemudian dia membimbing tubuh Bu Vivi hingga Bu Vivi menungging. Bu Vivi tampak patuh disuruh berbuat demikian dan menahan beban tubuhnya dengan kedua tangannya. Sekarang Bu Vivi telah siap dengan posisi doggie style, untuk menerima gempuran penisku yang menyodok dari belakang. Blesssss…… kudiamkan penisku sesaat agar Bu Vivi dapat meresapi nikmatnya kedutan penis besarnya dan beradaptasi. Tubuh Bu Vivi menggeletar ketika menerima hangatnya kejantananku yang menyodok vaginanya dari arah belakang, matanya terbelalak merasakan liang vaginanya serasa sesak seakan hendak pecah, dan… rasa kenikmatan mulai menderanya ketika aku dengan perlahan menarik penis itu hingga yang tersisa kepala penis yang masih menempel dibibir vagina, lalu dengan menghentak deras disorongkan masuk kembali kedalam vaginanya Bu Vivi dan itu kulakukan berulang ulang kali hingga membuat biji mata Bu Vivi terbeliak keatas, seperti anjing yang sedang kawin Bu Vivi melolong histeris.

“Ooohhh mmmmffff…“ Mata Bu Vivi melotot juga saat merasa seluruh penisku amblas dalam vaginanya, apalagi diameter penisku yang besar seakan akan membuat lubang vaginanya terkuak lebar,.

”Pelan pelan Pak…Agggh,,,Ouuhh… ” rintih icha

“Nikmati ajalah Non….,” sahutku, sambil menggenjot Bu Vivi dari belakang. tubuh Bu Vivi pun bergoyang maju mundur akibat seranganku. Saat ayunan penisku dibuat perlahan dan lembut membuat Bu Vivi mengerang …mengejang dan meracau…

“Ooooh…enak…enaaaak, terus Pak Ujang.. Ugghhhh!!!” Dan pantat Bu Vivi bergoyang erotis mengikuti irama ayunan hujaman penisku, Bu Vivi mendegus bagai kuda betina seirama dengan tusukanku dari belakang. tubuhnya menggeletar bercampur dengan rasa nikmat…wajah Bu Vivi menengadah kelangit langit kamar dengan kedua matanya terpejam….menikmati gesekan penis orang tua itu bagaikan gelombang disamudera.

”Ayooo Non goyang terus !.... Ayo sayangkuuu..! goyang terus, teruuuuus,” dan buah pantat Bu Vivi dipukuli oleh telapak tanganku, rasa sakit bercampur nikmat itu membuat gairah Bu Vivi semakin menggebu bagai orang kesurupan Bu Vivi menggoyangkan pinggulnya mengikuti irama tusukan penisku,

Dengan cepat pantat Bu Vivi mengimbangi sodokanku, Bu Vivi menggoyangkan pantatnya ke kiri dan kanan, berlawanan dengan gerakanku yang maju mundur, hingga giliranku yang merem melek merasakan penisku digoyang oleh Bu Vivi. Mereka berdua terus berpacu menggapai kepuasan, sampai akhirnya Bu Vivi kembali merasa vaginanya berdenyut pertanda ia akan kembali orgasme,

“Oooohh.. gooodd !!! goyangggg Non Cintaaa… ayooo goyang terusss..!!” mataku merem melek menikmati goyangan pinggul Bu Vivi dengan vaginanya yang penuh disesaki oleh penis beruratku. Bu Vivi bagaikan penari jalang saat menghentakan pinggulnya bagaikan blender yang sedang mengaduk aduk benda didalamnya. dengan kedua tangannya bertumpu diatas kasur. Bu Vivi mengerang histeris, tubuh wanita itu berguncang guncang akibat hentakan penisku yang menyetubuhinya dari arah belakang…..”Terusinnn.. Terussss!!! …Oooooh…”. Bu Vivi melolong panjang dengan tubuh berkelojotan

“….Ouuuuh..Aggghh..” aku dibuat mengerang oleh cengkraman vagina Bu Vivi yang berdenyut denyut. Aku tak tahan dengan goyangan Bu Vivi seakan menelan dan mengapit penisku dengan erat. Dengan gemasku terus mempercepat penetrasi nya. Tangannya dengan gemas menampar pantat Bu Vivi beberapa kali hingga pantat nyonya cantik itu memerah, Bu Vivi yang merasa ditampar bukannya kesakitan, tapi ia makin bergairah untuk menggapai kenikmatan yang sebentar lagi akan dia keluarkan. Pantatnya makin menggoyang penisku yang juga makin mempercepat serangannya ke rahim Bu Vivi. Bu Vivi pun dengan bersemangat memacu pejantannya itu untuk mencapai puncak kenikmatan yang hendak diraihnya, ayunan vaginanya yang bergoyang berlawanan dengan genjotanku semakin liar membenam penis beruratku dan liang kewanitaan Bu Vivi semakin basah oleh lendir pelicin yang mengalir dari liang vaginanya. Erangan nikmat Bu Vivi serta goyangan erotisnya ketika kusetubuhi menjadi tambahan energi itu untuk menghempaskan Bu Vivi kepusaran badai kenikmatannya. Selanjutnya matanya kembali melotot dan berteriak keras..

“Saya keluaaaarrrrr ..!!!“ jerit Bu Vivi bersamaan dengan itu kurasakan lubang senggama Bu Vivi mengeluarkan cairan yang hangat, menyembur dari rahimnya hingga penisku terasa hangat. akhirnya wanita cantik ini menjerit kecil saat ia meraih puncak kenikmatan. Perlahan goyang Bu Vivi mengendur dan kepalanya tertunduk kebawah. Tubuh Bu Vivi langsung lunglai menggelosor ambruk ketempat tidur Sementara itu aku yang belum juga mencapai klimaks, masih berusaha untuk mengajak Bu Vivi melanjutkan permainan mereka, kucabut penisku dari vagina Bu Vivi lalu kuberbaring terlentang di atas ranjang.

“Non Cinta.. mari.. sekarang Non Cinta yang diatasku ya…” ujarku yang langsung menarik Bu Vivi dan menyuruh Bu Vivi naik keatas tubuhnya. Dengan sisa tenagannya yang terkuras akibat orgasme Bu Vivi duduk berjongkok diatas tubuhku. Bu Vivi terlihat melepaskan ikatan rambutnya yang sedari tadi masih terikat kebelakang, hingga rambut Bu Vivi yang lurus dan pirang sebahu itu tergerai, tampak Bu Vivi jauh terlihat lebih muda dari usianya sekarang. Kusejajarkan penisku yang masih tegak menjulang itu sejajar dengan belahan vagina Bu Vivi. Bu Vivi sendiri mengangkat pinggulnya sedikit keatas dan mencari posisi. Bu Vivi menggenggam penisku dan perlahan ia turunkan pinggulnya kebawah hingga kejantananku ditelah kembali oleh vaginanya. Ia terus turunkan sampai batang penisku amblas dalam vaginanya. Penisku amblas masuk kedalam liang memek Bu Vivi yang telah becek, Seterusnya Bu Vivi membuat gerakan naik turun dengan penisku yang terus menggesek dinding vaginanya dan kembali membuat syaraf rangsang wanita itu kembali bangkit.

“Goyang dong buuuu ..!! ayooooo ..!!” desahku, mengerti akan kebutuhanku yang belum mencapai orgy nya, Bu Vivi membuat gerakan menggoyang pantatnya dengan gerakan memutar.

“Uugghh .. oohhh !!!” jeritku memejamkan mata, merasakan kenikmatan hebat saat penisku di goyang Bu Vivi dari dalam. Bu Vivi seperti koboy yang menunggangi kuda liar. Ia begitu ahli mengimbangi sodokanku dari bawah. Aku selalu membuat tuntas nafsu birahi Bu Vivi hingga Bu Vivi dibuat mengerang…., mengejang…. Ketika dengan liar Bu Vivi bergoyang erotis diatas tubuh kekarku, sambil meremas-remas payudara Bu Vivi, mataku merem melek menikmati goyangan pinggul Bu Vivi dengan vaginanya yang penuh disesaki oleh penis beruratku. Bu Vivi bagaikan penari jalang saat menghentakan pinggulnya naik turun dengan kedua tangannya bertumpu di dada bidangku…..

”Oooooh yeeeeah…” tubuh ibu muda itu meliuk liuk bagai penari jalang, “Aaaggggh….Ouuuuuph….…..tancapkan sampai mentoooook,…punyamuu ugghhh ..!!!“. Rintih Bu Vivi meracau penuh nafsu bagai kuda betina liar yang sedang disetubuhi.

Tubuh Bu Vivi berkilau indah bermandikan keringat birahi ketika berada diatas tubuh kekar yang dikangkanginya….Bu Vivi dengan bersemangat memacu kuda jantannya untuk mencapai puncak kenikmatan yang hendak diraihnya, ayunan vaginanya yang naik turun semakin liar membenam pada penis beruratku dan memek Bu Vivi semakin basah oleh lendir pelicin yang mengalir dari liang vagina. Dengan kepala mendongak keatas dan biji mata membelalak Bu Vivi terus dan terus memacu diatas tubuhku.

Aku memberikan kesempatan pada ibu muda itu untuk meraih sendiri kenikmatan nafsu birahi, tangan kekarku tidak tinggal diam, dengan kasar diremasnya pantat bahenol Bu Vivi hingga wanita cantik itu mengerang menahan sakit bercampur nikmat, remasan kasar disertai hentakan dari penis yang menusuk keatas kian liar, Efeknya Bu Vivi terus menggenjot dan terkadang menjepit penisku dengan mengatupkan pinggulnya. Tanganku terus meremas kedua pantat Bu Vivi. Dan sesekali jarinya menusuk lubang anus wanita itu, hingga Bu Vivi merasa makin bergairah. Lalu kudorong sedikit tubuh Bu Vivi kebawah, kearah wajahku, hingga dengan gampang aku menetek diantara dua pasang buah dada yang indah itu. Bu Vivi pun menyodorkan kedua payudara nya untuk dilumat dan disedot olehku. Sementara itu pinggulnya makin menjadi jadi mengebor dari atas. lalu disambarnya bibirku dan Bu Vivi melumat gemas dengan bibir sensualnya sambil terus mengayunkan pantatnya naik turun. Tubuh kami melekat jadi satu bersimbah keringat birahi tinggi….

”Ouuugh Non Cinta ….memek mu sungguh legit…enak rasanya.. !!!” aku mengaum bagaikan harimau luka, penisku serasa disedot oleh cengkraman denyut memek Bu Vivi yang menggigit lembut…

Bu Vivi semakin terangsang, kata-kata dan sentuhan penuh sensasi itu dibisikanku pada telinganya berulang ulang sambil tetap mengayunkan pantatnya naik turun, gerakan hentakan penisku mulai tak teratur lagi karena ikut didera nafsu birahi saat menyetubuhi wanita beranak dua yang bertubuh sintal itu. Bu Vivi pun dapat membedakan rasa kenikmatan yang didapat dariku dengan sewaktu dirinya disetubuhi oleh suaminya belum pernah ia merasakan desakan nafsu begitu sangat memuncaknya sampai keubun ubun, permainan seks orang tua ini telah membuatnya orgasme berkali kali

“Ihhh.. saya hampirr sampaiii .. Ooooouuh,”desah Bu Vivi dan tubuh berkejat kejat diatas tubuhku.

“Sayyaa juga Non!!!” ujarku, ternyata mereka berdua tampak akan berejakuasi bersamaan. Bu Vivi berusaha berdiri agar spermaku tidak masuk kedalam rahimnya, namunku berfikiran lain, kutahan Bu Vivi tetap di posisi itu, hingga Bu Vivi kesulitan untuk beranjak dari atas tubuhku,

“Jangannn di dalammmm..!!!” jerit Bu Vivi ketakutan. Tapi apa daya, sepasang tanganku yang kekar itu terlalu kuat menahan pinggulnya agar tetap di posisi itu. Hingga sulit baginya untuk mencabut vaginanya, sementara gelombang ereksiku semakin kuat dan akhirnya ia merasakan rahimnya disemprot hangat oleh spermaku yang memaksa untuk menembakkannya di dalam rahim Bu Vivi. Bu Vivi bergidik merasakannya, dan gilirannya kembali menjerit saat gelombang horny kembali menyapanya.

“Aaahhhhh …. Arrrrgghhhh … !!” jerit kami bersamaan, saat kami berdua secara bersamaan menggapai orgasme yang indah dan memabukkan itu. Mau tak mau Bu Vivi juga merasakan kenikmatan lebih saat rahimnya dipenuhi oleh semburan spremaku yang terasa hangat dan memabukkan itu. Ia merasakan begitu nikmatnya semburan air mani lelaki hingga tubuhnya bergetar bagai kena aliran listrik ribuan watt dan sukmanya serasa terbang melambung keawang awang.

Bu Vivi bergidik saat spremaku tak henti hentinya menggenangi rahimnya, ternyata spremaku keluar cukup banyak hingga beberapa tetes air proteinku keluar di sela-sela bibir vaginanya. Tubuhnya bergetar dengan hebat dengan nafas serasa akan putus ketika batang kejantananku yang besar panjang berkedut kedut diliang memeknya

Bu Vivi terkulai lemas diatas tubuhku, yang mendekap tubuh Bu Vivi dari bawah. Kami berdua terlihat mengatur nafas kami yang ngos ngosan akibat bertempur. Bu Vivi sendiri tak kuasa membendung, dan dalam hati kecilnya ia merasa benar-benar terpuaskan oleh permainan orang tua yang baru dikenalnya itu, masih terasa olehnya lima kali ia dipaksa orgasme olehku. Bu Vivi memeluk erat tubuh kekar orang tua itu hingga kedua payudaranya melekat di dada berototku. Aku itu telah membuat sukmanya serasa terbang keawang awang dan tubuh kami telah bersimbah keringat birahi.

Bu Vivi menciumi ubun ubunku dengan perasaan puas tiada kentara. Tubuhnya terasa licin akibat keringatnya bercampur keringatku. Dan Bu Vivi enggan untuk melepaskan penisku yang masih bersarang di dalam gua kenikmatannya. Ia ingin benda itu tetap disana, sampai rasa hangat yang menghantam rahimnya itu hilang.

Cakep, Pak Ujang.....
Ayo Pak, buntingin Vivi....
Abis itu, nikahin aja sklian......

Smga Pak Adi meninggal, krna kecelakaan itu....
Jd Ujang, n Vivi bsa nikah....

:D
 
Terakhir diubah:
Tiga bulan setelah meninggalnya Pak Adi

Hari yang sangat cerah di rumah majikanku yang dihasi taman yang sejuk. hari itu tak lama setelah diam-diam kunikahi Bu Vivi di Penghulu kenalanku, kami segera mengumbar nafsu syahwatnya kembali saling bercumbu. Kami berdua duduk di sofa di kebun, sambil menikmati sajian pagi itu. Duduknya beringsut mepet denganku, tangannya ditaruh di paha saya dan membelainya, aku tersenyum, sesekali menyuapi aku dengan roti bakar.

“Jam berapa Pak Ujang..?”

“Setengah tujuh. Non Cinta jam ke gereja berapa?”

“Setengah satu, nanti. Jam satu masuk”

“Perjalanan cuma seperempat jam, dari sini..” kataku disambut anggukan kepala.

Aku mencium keningnya, lalu duduk dipahaku berhadapan denganku lalu menciumiku. Pertama pipi kemudian bibir saya. Akupun menyambut ciuman pagi itu dengan senang bahkan aku melumatnya dengan hebat, sampai nafasnya terengah-engah. Dia merangkulku dengan kuat lalu menciumi leherku dan wajahku. Kami saling menyambut ciuman dengan ciuman penuh nafsu, kembali tanganku menyusup di balik gaunnya. Kemudian aku melanjutkannya ke atas meraih susunya, dia tidak berbeha. Dia rupanya lebih bernafsu pagi itu, dia merangsek terus dan duduk dipangkuanku sambil memeluk leherku.

“Lagi yuk…” katanya

Tanpa dimintapun, dalam kondisi begini aku tetap mempunyai hasrat yang sama, aku sangat bernafsu dengan perempuan ini. Sambil duduk, tangannya berpegangan pada sandaran sofa, saya melorotkan rok dan cedenya kemudian cedeku.

"CUPP CUPP CUPP SLURP SLURP SLURP". Aku mencumbu tubuh majikanku.

"AHH AHH AHH". Desah Bu Vivi menahan cumbuan nikmatku.

Aku lalu mulai menjilati bulatan payudaranya, Bu Vivi lalu berkata,"et dah.... udah dibilang jangan nenen malah ngejilatin tetek Cinta.... jangan lo sedot pentil Cinta ya, Pak Ujang bukan bayi lagi..." sehingga aku mulai menyedot-nyedot pentil Bu Vivi yang makin mengacung karena dia sendiri makin birahi. Kontolku yang menempel di bibir memeknya kini sudah basah karena cairan vagina Bu Vivi yang mulai merembes deras membasahi selangkangan kami.

Kuremas-remas buah dadanya dan pilin putingnya.

“Oughhh… Ssss… aghhh… terus Di… Ughhh… ”, desahnya nampak terlihat menikmati remasanku pada buah dadanya.

Dengan cepat aku langsung berpindah posisi tepatnya didamping Bu Vivi. Setelah aku berpindah akupun langsung mengkulum buah dadanya, bak seorang bayi yang sedang meminum ASI pada ibunya. Ditengah asiknya aku meghisap buah dada Bu Vivi, tanganku meraba-raba perutnya yang hamil itu.

Sembari terus menikmatinya, tanganku terus bergerilya sampai pada akhirnya tangankupun tiba dititik akhir yaitu di Kewanitaan-ya. Aku terus memainkan kewanitaan-ya dengan tanganku. Hingga puas dengan permainan tanganku pada kewanitaannya, dan Bu Vivi tampak puas.

Kemudian akupun berpindah posisi lagi, sekarang posisiku tepat berada di depan Bu Vivi. Dengan posisi jongkok, akupun mulai menjilati kewanitaan Bu Vivi dengan lahap dan penuh nafsu birahi. Sungguh nikmat sekali rasa kewanitaan wanita hamil ini, dan khas aroma kewanitaan wanita tercium sangat sedap sekali.

Agar permainan ini semakin panas, akupun mulai meamasukkan lidahku pada kewanitaan Bu Vivi sembari meremas buah dadanya yang kenyal itu. Kira-kira 10 menit aku diposisi itu, akhirnya Bu Vivipun mendapatkan klimaks pertamanya. Untuk memberi nafas agar Bu Vivi, akupun menghentikan permainanku sejenak. Kira-kira 3 menit aku menghentikan aksiku tadi, setelah selesai istirahat, Bu Vivipun gini bergantian memuaskan aku.

Dengan cara mengkulum kejantananku, dia bermaksud memuaskanku dengan kuluman mautnya itu. Sunguh terasa seperti nikmat sekali kuluman Bu Vivi ini, rasanya aku seperti melayang tak terkendali lagi. Setelah puas dengan kulumannya, akupun bergegas mengajak Bu Vivi berpindah tempat,

“Kita pindah kekamar Non Cinta yuk!!!”, ucapku megajaknya.

“Eumm gimana yah… Okey deh, tapi kamu harus gendong Cinta ya ???”, jawab dengan sedikit manja.

“Okey, siapa takut”, jawabku singkat.

Lalu akupun langsung mengendong dia menuju kamarnya. Sesampai dikamar akupun membaringkan Bu Vivi diranjang cintanya itu. Tanpa membuang waktu lagi, akupun mulai melumat bibirnya dengan liarnya, begitu pula Bu Vivi membalas ciumanku dengan liar juga.

Beberapa menit kami saling melumat bibir. Setelah puas, akupun melepas lumatan aku dibibirnya dan aku bertanya

“Nah sekarang saatnya menerima dahsyatnya kejantananku, udah siap belum Cinta ? ”, ucaku sambil mengarahkan kejantananku pada Bu Vivi.

“Udah dong, puasin Cinta malam ini yah, jangan sampai Cinta nggak puas !!! okey ??? ”, jawabnya menantangku.

“Beres deh Non, aku jamin Non Cinta bakal KO sama aku malam ini. Aku menjamin itu “’ jawabku dengan mantapnya.

Tanpa buang waktu lagi, akupun langsung mengambil posisi, dan mulailah aku mengangkat kedua kakinya keatas dan aku langsung tancapkan kejantananku yang sudah tegang maksimal ini pada kewanitaan Bu Vivi.

"Zlebbbbbbbbbb”

Akhirnya tertancaplah kejantananku pada kewanitaan Bu Vivi,

"Aghhhhhhhh… Eummmmm… Oughhhhhhh…”, erang nikmat kami secara bersamaan.

Setelah tertancap, akupun langsung menggenjot kejantananku dengan tempo lambat dulu. Seeiring dengan persetubuhan kami itu, secara konstan aku tingkatkan tempo permainan seksku itu. Lama-kelamaan tempo permainanpun aku tingkatkan dan semakin cepat aku menggenjot kewanitaan Bu Vivi. Sembari terus menggenjot, tak lupa aku memainkan kedua buah dadanya

"Sss… aghhh… Yeahh… Eummm… lebih cepat lagi sayang… Oughhh ”, ucap nya penuh nafsu.


Mendengar ucapanya, akupun langsung mempercepat genjotanku pada kewanitaan Bu Vivi dengan hebatnya,


“Yeahhh… Oughh… Ya… terus sayang.. Aghhh…. Terus… A… aa…aku mau keluar sayang …. Aghhhhhh”, ucap Cinta.


Kurang lebih selama 15 menit kami bersetubuh, akhirnya Bu Vivipun kembali mendapatkan klimaksnya untuk yang kedua kalinya. Kemudian akupun mencabut kejantanan-ku yang penuh dengan lendir kawin dari liang senggama Bu Vivi. Kemudian aku meminta Bu Vivi merubah posisi seks dengan gaya Doggy Style.

Posisi seks ini adalah posisi favoritku, dengan posisi itu terlihatlah pantatnya yang semok, dubur yang bersih, dan kewanitaan-nya yang sudah memerah karena genjotan kejantananku yang dahsyat tadi. Hal itu membuat aku semakin bergairah lagi, degan penuh nafsu aku langsung menancapkan kejantananku yang hebat ini.

"Zlebbbb”, tertancaplah kembali torpedu-ku kedalam liang senggama Bu Vivi.

Sembari menggenjot dengan posisi Doggy Style, tak lupa aku memainkan buah dadanya. Gini akupun langsung mengenjot dengan tempo Full Speed. Tanoa mengelu Bu Vivipun sangat menikmati permainan ini. Sesekali dia mengeluarkan erangan-erangan kenikmatan-nya.

“Oughh… Auw… Aghhhh… Plak… Plak… Plak… Plak… ”, bunyi desahn bercampur bunyi hentakan seksku.

Tidak persetubuhan kami terjadi selama 20 menit dan masih dengan diposisi itu. Saat itu nampaknya Bu Vivi akan mendapatkan klimaks untuk yang ketiga kalinya, dan dia berkata,

“Aghhh… sayang… a…aa… aku mau keluar lagi… Aghhhhhhhhhh… ”, ucapnya semakin membuatku semakin bernafsu saja.

Mendengar ucapannya aku langsung mempercepat lagi genjotanku, tdak lama kemudian, tiba-tiba kejantananku serasa terjepit kuat dan terasa hangat sekali. Ternyata lagi-lagi Bu Vivi mendapatkan klimaks untuk yang ketiga kalinya. Ditengah klimaksnya Bu Vivi, sampai saat itu aku masih belum juga Klimaks.

Bahkan sekalipun aku belum, karena aku belum klimaks, akupun tidak memikirkan Bu Vivi lelah atau tidak. Dengan kekuatan penuh aku melayangkan kejantananku dengan cepat sekali. Mendadak Bu Vivi mendorongku, hingga terlepas penis dari lobangnya. “Ohhh”, lenguhku kecewa. Lantas Bu Vivi menarik naik ke tempat tidur, serta saya selekasnya menungging di depannya. Aku tahu maksudnya. Aku selekasnya mengarahkan penisku ke vaginanya. Namun selekasnya Bu Vivi pegang penis itu serta kuarahkan ke lobang yang beda. Pantatnya! Mungkin saja disanalah penisku akan dijepit dengan maksimum, fikirnya tanpa ada pertimbangan. Aku sadar apa yang Bu Vivi lakukan. Disodokkannya penisku ke lobang pantatnya. Namun lobang itu nyatanya masih tetap sangat kecil bahkan juga buat penisku. Bu Vivi berdiri serta menyuruhku menanti. Lantas ia turun serta ambil jelli organik dari dalam rack obat di kamar mandi. Dengan setia kumenanti dengan penis yang setia mengacung. Jelli itu dioleskan ke semua batangku, serta beberapa kuusap-usapkan ke sekitaran lobang pantatnya.

Kembali Bu Vivi menunggingkan pantatnya. Kuarahkan kotolnya kembali serta beberapa perlahan lobang itu berhasil di terobosnya. “Ohhhhh….. ” desisnya. Sensasinya begitu mengagumkan. Pelan-pelan batang penis itu menyelinap di lobang yang sempit itu. Aku mengerang keras. 1/2 perjalanan, penis itu berhenti. Baru separo yang masuk. Aku terengah-engah, demikian halnya Bu Vivi. “Pelan-pelan, Pak Ujang…” bisikku. Aku memegang bongkahan pantat Bu Vivi, serta kembali menyodokkan penisku ke lobangnya. Serta pada akhirnya semua batang itu masuk manis dalam lobang pantatnya. “Ohhh, Tuhan…” rasa-rasanya begitu mengagumkan, pada sakit serta nikmat yang tidak terceritakan. Bu Vivi mengerang. Kami berdiam sebagian menit, membiarkan lobangnya punya kebiasaan dengan batang penisku. Kemudian aku mulai memaju-mundurkan pinggangnya.

Rasa-rasanya mengagumkan. Pengalaman baru yang membuatku ketagihan. Sebagian waktu lalu, aku mengerang-erang keras. Kupaksakan menggejot pantat BuVivi secara cepat, namun karena begitu sempit, genjotannya tidak dapat lancar. Lalu, “ohhhhh…” kumuncratkan spermanya dalam pantat Bu Vivi. Crot…Bu Vivi terpuruk serta aku terlentang ke belakang, muncratannya beberapa tentang punggung Bu Vivi. Kami berdua sama terengah-engah serta kelelahan yang mengagumkan. Bu Vivi membalikkan badannya serta memelukku yang terkapar tanpa ada daya. Kami berpelukan dengan telanjang bulat selama pagi.

Bu Vivi makin seringkali bercinta denganku. Kapan juga ada peluang, kami berdua akan mengerjakannya. Aku begitu memerhatikan bayi dalam kandungan Bu Vivi. Tiap-tiap ada peluang, dia menciumi perut Bu Vivi serta mengelus-elusnya. Jalinan kami jadi bertambah mesra bersamaan umur kehamilan Bu Vivi yang makin jadi membesar. Aku bahkan juga seringkali turut nemaninya ke dokter.

Enam bulan kemudian Bu Vivi melahirkan anak perempuanku bernama Dina. Setelah itu Bu Vivi KB karena takut ketahuan keluarga Pak Adi dan warisannya ditarik, tapi kami tiap hari berhubungan seks. Bila Bu Vivi mens, aku biasanya disepong Bu Vivi sampai ejakulasi, atau, kami ke toilet dan aku sodomi Bu Vivi. Yang jelas, tiap pagi Bu Vivi akan bermandi peju dan ludahku, sebagai tanda bahwa majikanku adalah milikku.

Maturnuwun hu, dah namatin cerita ini dgn SS yg amat sangat menguras ane....

Akhire Pak Ujang dpt perawane Vivi....
Biarpun perawan lobang boolnya....

Tp ttp aja, perawan, brur...

Silakan dicek kulkase, hu...
Ada sdkt penyegar bt suhu, tuh....

:top:
 
kemudian mereka jd pemuja seks..trus tetangga diajak..mertua disikat..kakak ipar sekalian..tukang jamu komplek jugak..pembantu2 komplek semua..haaaaa

Nanti ane pertimbangin kalau sudah ada ilham yang bagus :mancing:

Maturnuwun hu, dah namatin cerita ini dgn SS yg amat sangat menguras ane....

Akhire Pak Ujang dpt perawane Vivi....
Biarpun perawan lobang boolnya....

Tp ttp aja, perawan, brur...

Silakan dicek kulkase, hu...
Ada sdkt penyegar bt suhu, tuh....

:top:
Terima kasih hu ;)
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd