Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Pantat besar mamaku yang menyejukan jiwa

Bimabet



Sekitar satu jam setelah aku berada di dalam kamar, selesai makan malam tadi, kulihat mama memasuki kamarku. Dan seperti biasa, dimalam hari biasanya mama selalu mengenakan daster tipis tanpa lengan. Tipisnya kain itu membuat aku dapat melihat dengan jelas celana dalam dan beha mama, bahkan sering juga mama tidak mengenakan beha sehingga buah dadanya bisa terlihat jelas walau terbungkus daster. Dan saat ini, kebetulan memang mama tidak mengenakan beha.

“Maafkan mama ya gus... kayaknya tadi mama keterluan mengolok-olok kamu... sebetulnya sih mama enggak bermaksud begitu...... mama cuma enggak mau kalau kamu itu larut terus dalam kesedihan......” ujar mama dengan lembut, saraya mama membaringkan tubuhnya disampingku. Mama berbaring miring kearahku, sambil tangan kanannya mengelus-elus kepalaku, layaknya seorang ibu yang tengah mengeloni anak bayinya agar tertidur. Dengan begitu, otomatis buah dada mama berada tepat dipipi sebelah kiriku. Kurasakan empuk dan kenyal. Wangi tubuh mama yang khas semakin tercium jelas dihidungku. Jarak wajah mama yang begitu dekat dengan wajahku, membuat hembusan nafasnya yang hangat juga dapat kurasakan menerpa diwajahku.

Berbeda saat kami makan malam tadi, dimana kata-kata mama banyak yang mengandung unsur mengejek atau mencemo’oh, kini perkataan mama lebih banyak menghiburku serta memberikan suport mental kepadaku, sehingga membuat hatiku serasa teduh karnanya. Yang tentunya membuat perasaankupun menjadi lebih plong.

Momen itu berlangsung sekitar 15 menit, sebelum akhirnya mama meminta diri dan menyuruhku segera tidur.

“Sudah ya gus, mama juga mau istirahat dulu...kamu juga tidur ya... biar besok pagi bisa lebih fresh...baik badan kamu maupun pikiran kamu yang sedari tadi kusut itu....” ujar mama, seraya mengecup lembut keningku.

“Maa....” panggilku, saat mama melangkah keluar kamar.

“Apa lagi gus...?”mama menghentikan langkahnya dan kembali berbalik kearahku.

“Mmmm.... mama mau enggak temenin aku malam iniiii aja ma...” mohonku.

“Ah, kamu ini...udah besar koq tidur minta ditemenin mama....” protes mama.

“Ya sudah kalau gitu ma....” ujarku, dengan wajah cemberut.

“iya deh... mama temenin kamu, tapi malam ini aja ya....” setuju mama, mungkin karna melihat reaksiku yang terkesan ngambek tadi.

“Makasih ya ma.... aku betul-betul butuh mama saat ini...”

“Jadi, kamu minta dikelonin mama nih...?” Aku hanya menjawab dengan senyum malu. Seraya mama kembali membaringkan tubuhnya disampingku.

“ih, gak tau malu...udah perjaka masih minta dikelonin sama mamanya...” goda mama sambil tangan kirinya memencet hidungku, sedang tangan kanannya membelai kepalaku. Aku hanya menggelinjang manja menyikapi candaan mama itu, persis seperti anak kecil aleman yang tidak bisa jauh dengan ibunya.

Sejak kecil aku memang sering ditemani mama saat menjelang tidur. Seperti sekarang inilah cara mama mengeloni aku. Berbaring miring dengan tangan kanannya mengelus-elus kepalaku. Bedanya waktu kecil dulu terkadang tangan kiri mama menepuk-nepuk pelan bokong bagian pinggirku, sambil dari mulutnya bersenandung pelan. Dan setelah aku tertidur, mama meninggalkan aku sendiri untuk pergi kekamarnya menyusul papa. Tentu saja aku masih mengingat itu semua karna mama melakukan itu sampai aku duduk di kelas 3 SD.

Kini, disaat perasaanku tengah galau dan kecewa akibat Ririn yang meninggalkan aku, lalu mama datang mendinginkan perasaanku dengan cara ini, atau bisa jadi apa yang dilakukan mama itu sekedar mengungkapkan rasa sesalnya karna sebelumnya mama lebih banyak mencemo’oh aku ketimbang memberikan simpatinya. Tapi apa yang dilakukan mama itu sungguh memberikan rasa nyaman sebagai mana masa kecilku dulu, namun jujur ada sesuatu rasa yang beda disaat sekarang ini. Dulu aku merasakannya sebatas rasa nyaman seorang anak yang merasa terlindungi orang tuanya. Kini rasa itu telah bercampur. Ya bercampur dengan rasa seorang laki-laki yang didekap oleh wanita yang menggairahkan. Rasa cinta seorang anak terhadap ibunya bercampur dengan nafsu birahi akan lawan jenis. Memang kuakui saat aku memasuki kelas 2 SMP, aku sempat nemiliki perasaan tertarik secara seksual dengan mama. Sering aku mengintip mama ketika ia sedang mandi atau berganti pakaian dikamarnya. Bahkan beberapa kali aku pernah mengintip mama sedang berhubungan suami istri dengan almarhum papa.
Namun beruntung, rasa yang secara akhlak itu adalah tidak lumrah dan memalukan berhasil aku singkirkan saat aku mengenal Ririn. Hatiku benar-benar secara utuh aku tambatkan kepada Ririn, gadis yang telah “meng’akomodir” semua kebutuhanku, baik cinta dan kasih sayang, maupun nafsu birahi.
Ya, selama aku menjalin kasih dengan Ririn, memang yang terjadi pada kami sudah layaknya sebagai pasangan suami istri saja. Mungkin dikarnakan rumahku ini disaat siang hari selalu kosong itulah yang mendukung semuanya. Dan semenjak itu pula, nafsu terlarangku terhadap mama seolah sirna, aku tidak pernah lagi ada rasa ketertarikan secara birahi terhadap mama. Namun disaat tadi mama mengeloni aku, rasa itu seolah kembali muncul. Entahlah, apakah itu sekedar suatu bentuk pelarian karna aku kehilangan Ririn, atau karna memang sudah lebih dari satu bulan ini aku tidak melakukan hubungan badan, sehingga rasa itu kini berkecamuk, menagih untuk disalurkan. Karna memang dalam satu bulan lebih ini, semenjak hubungan kami mulai kurang harmonis, Ririn tak pernah lagi mau berkunjung kerumahku, sebelum akhirnya aku ketahui dia dekat dengan seorang mahasiswa kedokteran sialan itu, yang akhirnya dia memutuskan mengakhiri hubungannya denganku. Padahal dulu, paling tidak dua kali dalam seminggu kami saling bergumul dalam gejolak birahi dikamarku ini. Ah, sudahlah..untuk apa aku mengingat-ingat Ririn lagi. Seperti kata mama tadi, aku ini laki-laki, tidak pantas seorang laki-laki terus larut dalam kesedihan hanya karna diputuskan kekasihnya.
Yang pasti tadi batang penisku berdiri, terutama saat buah dada mama menghimpit dipipiku. Ingin rasanya kupeluk tubuh montok dan berisi itu. Dan tentu saja aku merasa kecewa saat mama memutuskan untuk mengakhiri kelonannya dan kembali kekamarnya. Beruntung jurus ngambek yang kugunakan cukup manjur, kini mama kembali mengeloni aku, setidaknya untuk malam ini, begitu katanya tadi.

“Ma, pantat aku ditepu-tepuk dong kayak dulu waktu aku masih kecil...” rengekku.

“Kamu itu masih inget aja sih... perasaan semenjak kelas 1 SD kamu udah enggak mau lagi ditepuk-tepuk pantatmu, jadi semenjak itu ya seperti ini saja mama ngelonin kamunya, sambil ngelus-elus kepalamu ini.....” terang mama.

“Ya, gak apa-apa deh ma...itung-itung nostalgia....”

“Ah,macem-macem aja kamu... pakai nostalgia segala, nanti lama-lama kamu minta nete’ juga kalau alasannya nostalgia...” ujar mama sambil mulai tangan kirinya itu menepuk-nepuk bokong sebelah kananku.

“Ih, mama nih ada-ada aja.. Masa’ udah gede gini minta nete’ sih ma... Emangnya dulu aku mulai berhenti nete’ sama mama waktu umur berapa sih ma....?”

“Sekitar 2 tahunan kayanya sih... ya persis seperti sekarang ini posisi mama kalau lagi nete’in kamu dulu...”
Betul juga sih apa yang dikatakan mama, dengan posisi mama yang mengeloni aku seperti ini, praktis buah dadanya mengarah kewajahku, bahkan sampai menempel pada pipi sebelah kiriku, hanya saja buah dada mama sekarang ini masih terbungkus daster berbahan tipis.

“Maa....” tanyaku

“Apa lagi.. ?” jawab mama sambil masih menepuk-nepuk bokongku.

“Mmmm...***k jadi deh ma...” jawabku, karna aku ragu mengutarakan maksud konyol yang ada dipikiranku.

“Ah, kamu itu...jadi laki-laki itu harus tegas dong...jangan ragu-ragu begitu...”

“Mmm...enggak koq, Cuma..aku mau minta sesuatu tapi kawatir mama marah sih...”

“Emang minta apa sih....?” tanya mama penasaran.

“Enggak apa-apa koq.. “

“Enggak apa-apa koq kawatir mama marah...gimana sih kamu..”

“Ah, sudahlah ma...lupakan aja...” usulku.

“Ya udah, kalau kamu gak kasih tau kamu sebenarnya mau minta apa, mama keluar aja deh....” ancam mama, yang kini mulai berhenti menepuk-nepuk bokongku.

“Eh, jangan dong ma.... iya deh, Bagus akan terus terang, tapi mama janji ya jangan marah....” terangku.

“Iya sudah... apa sih, mama jadi penasaran....”

“Begini ma.... tapi bener jangan marah ya ma... mmmm..Bagus tuh pingin sekali deh ma.. mmm.. ne..ne..netek sama mama... “ jawabku, ragu-ragu dan sedikit kawatir.

“Ih, kamu tuh... ngawur ah, masa’ udah gede gitu mau minta nete’ sama mamanya sih..***k malu apa... lagian kan sekarang tete’ mama gak ada air susunya gus....”

Ah, sukurlah hanya seperti itu reaksi mama, tadinya aku sempat kawatir mama akan menamparku atau minimal memakiku dengan mengatakan anak berpikiran bejat gak tau diri. Ternyata reaksi mama tidak menunjukan rasa marah sedikitpun.

“Abis omongan mama sendiri sih yang tadi menginspirasi Bagus untuk minta itu... padahal sebelumnya Bagus enggak punya pikiran kesana....” terangku, tentu saja aku berbohong, karena memang semenjak tadi aku ingin sekali melumat tete’ mama yang montok itu.

“Iiihh...koq jadi mama yang disalahin... mama kan cuma bilang, kamu itu minta pantatnya ditepok-tepok alasannya untuk nostalgia masa kecil dulu, nanti lama-lama kamu juga minta nenen sama mama dengan alasan yang sama....” protes mama.

“Ya udah ma... kalau mama gak mau enggak apa-apa koq ma... yang penting kan mama enggak marah...” ujarku, kembali seperti tadi dengan wajah sedikit murung, karna aku paham betul mama tidak bisa melihat aku murung, apalagi murungnya disebabkan karena dirinya.

“Bukan begitu gus... bukan mama enggak memperbolehkan kamu untuk nenen sama mama, tapi kan kamu sudah besar gus...sudah gak pantes... lagian itu tidak baik, dosa gus....“ terang mama, sambil kembali menepuk-nepuk bokongku dan membelai kepalaku.

“Iya ma, enggak papa.. Bagus paham koq...” jawabku, namun kali ini wajahku sengaja kuarahkan kesamping kanan, sehingga terkesan membuang muka kepada mama, dan tentu saja raut wajahku semakin kubuat semurung mungkin.

Tak sampai lima menit teknik akal-akalan itu kujalankan, tiba-tiba mama membuka pembicaraan.

“Gus, memang kamu kepingin betul ya nenen sama mama...” yes, pikirku. Segera wajahku kembali kuarahkan menghadap mama.

“Iya ma...Bagus pingiiin sekali...” jawabku.

“Mmmm.... ya udah demi anak mama sih...mmm..sebetulnya gak boleh gus kalau anak sudah dewasa seperti kamu nenen sama mamanya... tapi dari pada mama ngeliat kamu ngambek terus kayak gitu, ya gak papa deh....” pasrah mama.

“Horeeeee..... mama memang sangat pengertian dan baiiik..sekali... makasih sebelumnya ya ma....” sorakku, serayu kukecup pipi mama secara srpontan.

“Ih, dasar kamu.... ya udah, dasternya mama turunin dulu ya, biar kamu enak nenennya....” terang mama, seraya bangkit dan duduk sejenak untuk menurunkan daster bagian atasnya hingga sebatas perut, sehingga terpampanglah dua buah gunung kembar mama yang montok dan putih. Tentu saja pemandangan itu membuatku terbelalak untuk sesaat sambil beberapa kali menelan ludah.

Sambil tersipu-sipu malu karena sikapku yang terlihat bernafsu itu, mama kembali berbaring miring seperti tadi, namun kali ini dengan buah dada yang sudah tidak lagi terbungkus daster.

“Ayo anak nakal, katanya mau nenen sama mama... anak mama sudah haus kan pingin mimi’ cucu....hi..hi..hi..” goda mama, karena melihat aku masih terbengong menatap gunung kembar mama.

Tanpa pikir panjang, segera kukulum puting susu mama yang sebesar kelereng berwarna coklat kehitaman itu. Kukenyot-kenyot dengan rakus secara bergantian, kiri dan kanan.

“Zzzzzzzz......Aaaaaaahhhhhhh....gleghh...” dengus mama sambil meremas-remas rambutku. Kedua mata mama sesekali kulihat terpejam sambil mulutnya menganga.

Posisiku yang sebelumnya telentang, kini miring menghadap mama. Tangan kananku merangkul punggung mama, sedangkan tangan kiriku meremas-remas buah dada mama.

“Uuuuhhhgggg.... mmmmm... Agak digigit-gigit sayang...aaahhh...Aaauuu...pelan-pelan dong sayang....nah,gitu..uuuhhhhh....” gumam mama. Sepertinya mama telah larut dan menikmati permainanku. Nafasnya begitu memburu, hembusan nafasnya juga bertambah panas kurasakan menerpa dikeningku.

Tubuh mama menggelinjang-gelinjang, bahkan tubuhnya dirapatkan pada tubuhku. Bukan itu saja, kaki kirinya membelit bokongku, sehingga paha mulusnya yang montok terpampang jelas bahkan celana dalamnyapun otomatis terlihat karna mau tidak mau mama harus mengangkat terlebih dulu daster bagian bawahnya.

Dengan keadaan seperti itu, praktis batang penisku yang berdiri tegak dan hanya terbungkus sempak model boxer, kini bersentuhan dengan vagina mama yang yang juga masih terbungkus celana dalamnya.

“Aaaaahhhh....Baguuuuusss...kamu koq pinter sekali sih....mmmmmm... nanti kalo mama ketagihan bagaima..na.. guu..uuuss....zzzz...aahhh...” racau mama.

Yah, sepertinya mama sudah begitu menikmatinya dengan sepenuh hati, bahkan cenderung lupa diri. Itu dapat kuyakinkan dari pantat mama yang bergerak-gerak menggesek-gesekan vaginanya pada penisku. Ah, sayangnya keduanya masih terbungkus dalam celana dalam, kalau tidak sudah pasti telah terjadi penetrasi antara kontolku dan memek mama.

Sepertinya mama semakin menggila, karena kini pantatnya bukan sekedar menggesek-gesek, tapi bergerak maju mundur dengan keras, sehingga efek benturannya menimbulkan bunyi puk..puk..puk...

“Aaaaahhhh....guuss... bangsat kamu gus... udah lama banget mama enggak digini’in tau.... aaaagghhh....” racau mama, setengah tak sadar.

Hingga pada puncaknya, mama bangkit seraya menyingkap keatas dasternya, kemudian duduk mengangkangi tubuhku yang telentang. Praktis posisi kami layaknya pasangan yang bersetubuh dengan posisi WOT.

“Kenyotin tetek mama begini aja gus... kenyot-kenyot yang kenceng sayang...jangan lupa sambil digigit-gigit ya..... ayo nenen anakku sayang...aaassahhhhhhh....” racau mama setengah histeris sambil menundukan tubuhnya dengan maksud menyodorkan buah dadanya kewajahku, yang langsung aku sambut dengan penuh nafsu karna memang akupun sudah “on fire” sebagaimana mama, apalagi sudah sebulan lebih kontolku tidak merasakan hangatnya lobang memek.

Sambil menyusu tetek mama, kedua tanganku kini merangkul erat tubuh mama. Sementara bokongku hanya diam pasif karena pinggul mama bergoyang-goyang liar layaknya orang kesurupan menggosok-gosokan selangkangannya yang masih terbungkus celana dalam pada penisku yang juga masih terbungkus sempak boxer. Uh, meringis juga aku dibuatnya. Bagaimana tidak, batang kontolku yang tengah berdiri tegak dibombardir sedemikian rupa, dengan bokong yang besarnya alaihim pula. Sudah bagus kalau nanti tidak patah atau keseleo.

“Aaaahhhh... baguuuusss....anaku sayaaaang...mama keluar guuuuss....aaaaaaaaaaahhhhh.....anjiiiiiiing...anak sialaaaaaannn......” racau mama, sambil goyangannya semakin menggila. Sepertinya mama telah orgasme, buset.. cairan mama sampai tembus membasahi sempakku, hingga kurasakan cairan agak hangat membasahi kontol dan selangkanganku.

Selang beberapa saat tubuh mama terkulai lemas diatas tubuhku, sehingga kini pinggulku yang bergoyang turun naik menggesek’gesek.

Ah, kini justru diriku yang kurasakan hampir mencapai klimaks. Kugoyang semakin kuat. Kuluman tetek mama aku lepaskan. Kini justru mulut mama yang menjadi sasaran, mulut seksi yang sedikit lebar dengan bibir menantang itu kini kulumat habis. Lidahku kutelusupkan kedalamnya. Mama meresponnya dengan menyedot-nyedot lidahku. Kurasakan air liur mama mengalir masuk kedalam mulutku, yang tentunya langsung kureguk dengan rakus.

“Mmmmmmmmm.....mmmmmmmmhhhhh....mmmhhhhh.....mmmhhhh...” hanya lenguhan tertahan itu yang terdengar, mewakili puncak rasa nikmat yang kurasakan. Ya, mulutku yang saling nelumat dengan mama membuatku tak mampu memekik nikmat walaupun cairan kental mulai menyembur dari lubang kontolku yang kemudian membadahi celana dan bulu jembutku.

“Aaaaaahhhh..... nikmat sekali ma....” ucapku, setelah mama beringsut kembali berbaring telentang disampingku.

“Udah puas kan nenennya...anak mama udah gak haus lagi....?” goda mama sambil tersenyum. Ah, sebuah senyum yang teduh. Keringat yang membasahi rambut dan sekujur wajah mama membuatnya tampak lebih cantik.

“Udah ma... Bagus udah puas banget... mana gimana, puas juga enggak....?”

“Dasar anak nakal... mamanya sendiri diajak berbuat mesum......iiihhh..” jawab mama sambil tersenyum, disusul dengan mencubit hidungku hingga aku menggelinjang manja.

“Mama juga suka tuh diajak berbuat mesum.. .hi..hi...hi...” godaku, dan mamapun kembali mencubit hidungku.

“Eh, ma... Cuma begini saja udah enak banget ya ma.... bagaimana kalau........”

“Kalau apa...?”

“Kalau burung bagus dimasukin kepunyanya mama....he..he..he..”

“Huu... dasar kamu...maunya...”

“Mama juga mau kan....? He..he..he..”

“Iiiihhhb...dasar anak nakal... kelitikin nih......iiiihhhh....”

“Aaaawww...geli ma...aaaww...he...he..he.... udah ma..ampuuunn....”


Beberapa saat kemudian kamipun tertidur, dengan perasaan damai dan lega.. serta bahagia.
Mantap Om...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd