Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Pantat besar mamaku yang menyejukan jiwa

Sekitar jam 2 sore mama pulang, kali ini jauh lebih awal dari biasanya. Dan seperti biasa juga sambil membawa makanan untuk santap malam kami berdua, yang tentunya dibeli mama diperjalanan pulang ngantor tadi.

“Selamat sore cintaku... wooww... sudah mandi ya... Nah gitu dong, anak mama itu harus rajin dan enggak boleh jorok...” sapa mama dengan ceria, saat aku tengah duduk bersantai diteras depan. Hmm.. perasaan kemarin juga disaat mama pulang aku sudah mandi. Namun tentu saja itu bukanlah hal yang penting untuk dipermasalahkan, apalagi memprotesnya, seraya aku berdiri dan membuntuti langkahnya dari belakang.

“Tumben pulangnya agak siangan ma...”tanyaku, sambil kurangkul tubuh mama dari arah belakang, saat dirinya meletakan kotak sterosform yang dibungkus plastik kresek warna putih.

“Iya sayang... kebetulan tadi kantor mama akan diadakan penyemprotan disinspectan untuk sterilisasi virus corona, jadi beberapa pegawainya dipulangkan lebih awal...”

“Iya, ma... malah mulai besok kegiatan perkuliahan dikampus untuk sementara ditiadakan... diganti dengan kuliah online dirumah katanya...”

“Ya enggak apa-apa lah sayang... kan untuk meminimalisir penularan... Aduh sayang, kamu koq genit banget sih..Aauu... Mmmmhhh.... mama belum mandi sayang.. badan mama masih bau lho...eehhhmmmm..uugghhhhh... kamu udah gak sabaran ya sayang...mmmhhh..” gelinjang mama sambil memejamkan mata saat aku juga mulai beraksi mengecup dan menjilati leher dan tengkuk mama, setelah terlebih dulu menyingkap jilbabnya.

“Mmmmmmhhh..seharusnyakan yang gak sabaran itu mama sayang... tadi pagi kan mama belum klimaks.. tapi koq justru kamu yang...mmmmfffhhhh...” belum selesai mama melanjutkan ucapannya, mulutku memagut mulut mama saat wajahnya menengok kebelakang.

“Buka celananya ya ma... Bagus mau entotin anus mama lagi....” bisikku pada telinga mama, setelah puas kami saling berciuman.

“Iihh... pasti mulai ketagihan anal sex nih..hi..hi..hi...” ucap mama, seraya mengangkat rok panjangnya hingga sebatas pinggul.

Setelah kupelorotkan celana dalam mama sebatas lutut, langsung kulepas celana pendekku.
Tanpa basa-basi batang penisku yang sudah berdiri tegak kuarahkan pada liang anusnya.

“Gus... peju kamu yang tadi pagi masih didalam lho...belum sempet mama bersihin....” bisik mama, saat ujung penisku baru menyentuh liang analnya.

“Memangnya dikantor tadi mama gak sempet bersihin..?” tanyaku, seraya mengecup lembut bibir mama.

“Memang sengaja gak mama bersihin koq sayang... mama justru ingin peju anak mama selalu ada didalam memek atau anus mama saat mama bekerja... biar mama jadi lebih semangat...hi..hi..hi..” bisik mama dengan genit.

“ih, mama ini macem-macem aja deh... bikin Bagus makin tambah gemes aja sama mama....”

“Koq mamanya digemesin sih, emangnya gemes pingin ngapain sih sayang...?”

“Gemes pingin entotin mama terus dong ma...”

“Kalau gitu ayo dong , langsung ditoblos aja lobang anus mama....” tantang mama.
Dengan celana dalam mama yang melorot hingga batas lutut, otomatis membuat paha mama tidak bisa merenggang, sehingga keadaan itu membuat belahan pantat mama merapat, namun untunglah kedua tangan mama menyibak belahan pantatnya, walaupun agak sulit memasukannya, namun akhirnya bless..masuklah batang penisku menembus liang anusnya dengan posisi mama berdiri dengan kedua kaki merapat.

“Mmmmm...uuugghhhh... sempit ya sayang....” lenguh mama.

“Iya ma, lobang anus mama jadi lebih menjepit...uuuuhhh...” jawabku.

“Enggak apa-apa sayang..kan malah lebih asik... mulai digenjot sayang....aaaagghhhh....”

Walau terasa sempit dan menjepit, namun untunglah sisa spermaku yang masih tersimpan didalam liang anus mama dapat membantu memberikan pelumasan, sehingga batang penisku dapat berpenetrasi dengan lancar.

Hmm... aku tak ingin mengulangi aksiku seperti pagi tadi dimana beberapa barang yang ada diatas meja jatuh akibat guncangan dari aktifitas yang kami lakukan, tentu saja aku tak ingin lagi direpotkan untuk membersihkan sisa-sisa pecahan gelas dilantai sebelum kami makan malam.

“Mama berdiri didepan dinding situ saja ya ma....” bisiku, seraya kami berjalan perlahan dengan batang penisku masih tertancap didalam anusnya, untuk menuju kearah dinding ruangan yang jaraknya sekitar 4 meter.

Kini mama berdiri dengan tangan berpegangan pada dinding, sedang celana dalamnya masih melorot sebatas lutut.

“Cepet digenjot lagi sayang...” pinta mama.
Akupun mulai menghujamkan batang kontolku maju mundur, menyodok-nyodok liang anal mama sambil kedua tanganku meremasi buah pantatnya yang super besar dan bulat bagai gentong tanah liat.

Broott...broott..broott... brroot... plak..plok..plak..plok....

Ada momen yang bagiku cukup sensual, saat buah pantat mama bergoyang dribbling disaat menerima hantaman pinggulku. Ya, bongkahan daging besar itu bergerak dengan sendirinya saat menerima tumbukan. Hmm..sebuah pemandangan yang membuatku gemas, hingga memancingku untuk menampar-nampar buah pantat itu beberapa kali.

“mmm...uuuhhh... sambil ciumin mama sayang... sambil ngentot kamu ciumin mama.... mmmmffhhhh....” pinta mama, sambil menengok kearah belakang dan membuka mulutnya.
Seperti yang diminta, kulumat bibir terbuka yang menagih untuk disosor itu, yang disambut dengan buas oleh mama.
Sekitar lima menit kami beraksi dengan posisi berdiri, aku meminta mama untuk menungging dilantai. Sebuah posisi yang paling ideal untuk anal seks.

“Mama nungging dilantai aja ya ma... Bagus mau entot mama dogie-style...” pintaku.

“Kamu mau ngentotin bo’ol mamamu dengan gaya anjing kawin sayang....?” bisik mana.

“Iya ma... Bagus kan belum nyobain ngentot gaya nungging sama mama... pasti pantat gede kayak mama sip deh kalau dihajar nungging....”

“Ya, udah...kalau gitu cabut dulu dong kontol kamu sayang... “
Setelah kucabut batang penisku dari liang anus mama, mama segera melepaskan celana dalamnya yang masih melekat sebatas lutut.
Sejurus kemudian mama telah memposisikan diri menungging diatas lantai, memperlihatkan bokongnya yang menantang kearahku.
Sadar aku hanya memandang kagum kearah pantatnya, mama menari-narikan pantatnya dengan goyangan ala afrika dengan ekspresi wajahnya yang menggoda. Wooww.. gumpalan daging pantat mama ikut bergoyang-goyang bergelombang seiring gerakannya itu. Hmm..sungguh liar dan menggoda.

“Iiih... ini pantat apa tempayan sih ma... gede bangeeet.. bener-bener bikin gregetan ngeliatnya...” ujarku, seraya kuremas dengan gemas kedua sisi buah pantatnya, dan diikuti dengan kuciumi dan kujilat-jilatinya dengan rakus sepanjang pantat hingga liang anusnya.

Hingga akhirnya kutelusupkan kembali batang kontolku kedalam liang anus mama.

Dengan posisi menungging seperti ini memang lebih leluasa untuk anal seks, dan batang penisku juga lebih tandas dan mantap menghantam liang dubur mama.

“Mmmmhhh...uuhhhh....kontol kamu koq nikmat sekali sih sayang...uuuhhh sedaaap...terus sayang.. entotin terus lubang anus mama...kamu suka kan sayang...mama juga sukaaa..sekali...uuuhh...” racau mama. Kali ini mama sambil menggosok-gosokan memeknya dengan tangan kanan, sedangkan kepalanya direbahkan diatas lantai dengan posisi miring kanan, sehingga aku dapat menyaksikan wajah mama yang mengerang nikmat dengan mata separuh terpejam, semakin kontras dengan jilbab yang masih membungkus kepalanya.

Sepertinya vagina mama sudah basah dan becek, itu dapat kupastikan suara kecipak gosokan tangannya.

“Sayang...tolong entotin memek mama dulu ya sayang...mama kaya’nya udah mau keluar nih... buruan sayang...toblos nemek mama...” pinta mama, yang segera aku tindak lanjuti.

“Oh iya sayang... nanti kalau kamu keluar, tolong pejunya kamu keluarin dimemek mama aja... biar mama cepet hamil... plis ya sayang... gak apa-apa kan... nanti-nanti kan kamu masih bisa entotin lobang pantat mama lagi...oke ya sayang....”

“Beres deh ma.... apapun akan Bagus lakukan supaya mama segera bunting...yang pentingkan mama bahagia...” jawabku, bersamaan dengan itu aku mulai menggenjot memek mama dengan kecepatan tinggi.

Saking gencar dan kuatnya hantaman penisku, pipi sebelah kiri mama yg bertumpu pada lantai tampak ikut bergerak-gerak maju mundur seirama goyangan pantatku, praktis pipi dan jilbab mama menjadi kain pel pembersih lantai.

“Aaaaaagghhhhhh..... genjot terus sayang....entotin memek mama... bikin mama cepet bunting sayang...aaahhhh.. uuhh...uuhhh...mmmffhhh..aahhh... yeess....uuhhh...uuhhh...uuhhh... tambah enak aja kontolmu gus...uuuhh...bangsaattt...”

Tak sampai satu menit, mama menunjukan indikasi kalau dirinya telah mencapai puncak kenikmatan seiring dengan pikikannya yang semakin histeris dan liar.

“Aaaaaaahhhhh.... mama keluar gus.... aaahh...enak banget...... uuuuuuhhhh....entot yang kenceng sayang.......aaaaaaahhhhh.....anjing kamu gus...kenapa enak banget sih sayang....aaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhh.......” Oceh mama, mengekspresikan puncak kenikmatan yang dirasakannya. Dan selang beberapa saat mamapun terdiam dalam puas.

Selang beberapa saat akupun merasakan hal yang sama. Kugenjot dengan penuh tenaga, bahkan pantat mama kutarik dengan dua tanganku saat aku mendorong kedepan pinggulku dengan harapan tumbukan dari dua arah yang berlawanan akan membuat semakin tandas penisku menghujami liang vagina mama.

“Aaaaaaaaaaaahhhhhh.... Bagus ngecrot maaaa.... aaaaaahhhh...enak banget nih memek lonte jalaaaang....aaaaahhh.....” bersamaan dengan itu tumpahlah air maniku membuahi liang vagina mama. Sebuah momen nikmat yang berlangsung hanya beberapa detik namun memberikan rasa puas lahir batin.

Dan akhirnya tubuhkupun ambruk diatas punggung mama yang masih menungging. Namun beban tubuhku merubah posisi nungging mama menjadi telungkup.

“Maaf ya ma... tadi Bagus sempat kelepasan memaki mama lonte jalang... Bagus gak kontrol ma, terbawa emosi... habis enak banget sih.....” ucapku, setelah kukecup lembut pipi mama.

“Enggak apa-apa sayang... mama malah suka koq... kalau lagi ngentot sih asik-asik saja sayang, untuk menambah sensasi seks biar lebih hot.... asal jangan dalam sehari-hari aja kamu mengumpat seperti itu....”

“Ya, enggak mungkin lah ma... dalam sehari-hari sih Bagus akan selalu berkata lembut dan romantis untuk mamaku tersayang...muuuaacchh...” ucapku, dan kembali kukecup mama, namun kali ini pada bibirnya.

“Oh iya sayang... kontol kamu jangan dicabut dulu ya sayang.... tunggu lima meniiit aja... mama koq kayaknya merasa nyaman dan damai kalau lagi begini sama kamu... mama merasa disayang gimanaaa gitu...”

“Iya ma... Bagus juga merasa bahagia kalau lagi begini sama mama, perasaan waktu sama Ririn dulu, Bagus enggak sebahagia ini deh ma....”

“Iya sayang... mama juga harus jujur, tanpa bermaksud mengecilkan almarhum papa kamu... ngentot sama kamu kayaknya rasanya jauh lebih nikmat dan lebih memuaskan hati....”

“Kalau dipikir-pikir, mungkin ini karena kita adalah ibu dan anak ya ma... sehingga ada hubungan batin yang erat diantara kita, yang akhirnya membuat kita bagai sebuah satu kesatuan....”

“Ah, sok tau kamu sayang...” goda mama.

“Iya ma... dan bukan itu saja, hubungan ibu dan anak pula yang membuat kita seolah satu selera... apapun yang Bagus suka, pasti mama juga suka.. umpamanya yang barusan tadi, Bagus mengira mama bakalan tersinggung dengan umpatan Bagus yang mengatakan nama lonte-jalang, tapi ternyata mama bilang justru mama suka... dan juga anal seks, Bagus suka anal, mama juga suka dianal...dan ada beberapa hal lainnya lagi...”

“Mmmm... mungkin juga sih sayang... ternyata kamu pinter juga menganalisa ya....”

“Iya dong ma... kan Bagus seorang analis...”

“Apa tuh analis...?”

“Analis itu artinya pecinta anal ma... itu gabungan dari kata “Anal” ditambahkan “is” anal artinya anal seks, sedangkan is itu orangnya atau pelakunya... jadi kalau digabungkan artinya adalah PengAnal, atau orang yang suka anal, ya sama ajakan dengan pecinta anal.....”

“Ha..ha..ha... bo’ong banget kamu ih... ngaco deh kamu..ngarang.... itu sih namanya cucoklogi, alias dipaksa dicocok-cocokin....ih dasar kamu...pinter banget sih ngarangnya....” ucap mama, sambil tertawa terbahak-bahak dengan candaanku tadi, akupun juga tertawa. Hmm..sungguh sebuah kehangatan yang mengasikan.

Beberapa saat kemudian mamapun memintaku untuk menyudahi pergumulan ini.

“Udah ya sayang... mama mau mandi dulu... kan mama belum mandi.... dicabut dulu ya kontolnya sayang....” pinta mama dengan lembut.

Akhirnya aku bangkit berdiri dari tubuh telungkup mama, disusul mama yang juga langsung berdiri.

“Nanti setelah mama mandi, kamu ingin mama pakai pakaian apa sayang....?” tanya mama, sambil melangkah menuju kamarnya.

“Bagus sih lebih suka mama enggak pakai apa-apa ma...”candaku.

“Hi..hi..hi... kayak orang gila dong telanjang....” ujar mama, seraya menghilang dibalik pintu kamarnya, meninggalkan aku yang kini telah tergolek disopa depan tivi dengan tubuh bagian bawah telanjang hanga mengenakan t-shirt.
 


Setengah jam sudah, semenjak mama masuk kedalam kamarnya untuk pergi mandi. Selama itu pula aku hanya berbaring rileks disofa ruang keluarga sambil menonton tivi dengan masih bertelanjang dan hanya mengenakan kaos oblong. Batang penisku yang beberapa waktu lalu masih tegak perkasa menghujami memek dan anus mama kini terkulai kemas tak berdaya.

“Ayo sayang..kita makan dulu... mama tadi beli soto ayam nih...” kudengar suara mama dari arah ruang makan.

“Baru juga jam 3 sore ma, masa’ sudah makan malam sih...” protesku.

“Tadi dikantor mama belum sempat makan siang sayang.. laper nih.. apalagi tadi begitu mama pulang langsung digenjot sama kamu... tambah lemas deh mama... Ayo, kamu makan aja sekalian, mumpung masih anget nih...soto kalau sudah dingin gak enak lho...”

Dengan agak malas aku bangun, duduk sejenak, lalu melangkah kearah ruang makan. Sampai disana kulihat mama tengah mempersiapkan makan malam.

Namun yang membuat aku terperangah adalah mama melakukan semua itu dengan tanpa selembar benangpun ditubuhnya, alias bugil. Namun aku yakin mama sudah mandi, karna wajah mama tampak begitu segar dan cantik dengan polesan make-up yang menantang serta aroma tubuhnya yang wangi semerbak.

“Koq telanjang ma....?” tanyaku, seraya duduk dikursi tempat biasa aku duduk saat makan.

“Tadi kamu bilang lebih suka liat mama telanjang...” jawab mama, sambil menuang kuah soto pada mangkuk.

“He..he..he.. mama dianggap serius deh... padahal Bagus tadi cuma iseng koq...” ujarku cengengesan.

“Jadi sebenarnya kamu gak suka nih, kalau mama telanjang begini...?”

“Wah, suka sekali dong ma...”

“Kirain gak suka... kalau gak suka, ya mama pakai baju aja....”

“Ih, mama suka gitu deh... jangan dong ma... Bagus emang lebih suka mama telanjang koq.... mmm..kalau gitu Bagus telanjang juga lah...” ujarku, seraya kubuka t-shirt yang masih melekat pada tubuhku, sehingga kini diriku juga total bugil seperti halnya mama.

Kini mama mulai duduk dan nenyantap hidangannya, sedangkan aku baru mulai menuangkannya pada piringku.
Hmm... melihat mama telanjang dengan make-up menantang seperti ini membuat batang kontolku kembali berdiri tegak, kulihat sambil makan mama sempat melirik kearah kontolku ini.

“Koq makannya males-malesan gitu sih sayang... gak selera ya...?” tanya mama, seraya menenggak habis segelas air putih, yang menandakan mama telah merampungkan makan malamnya, karena memang piringnya telah bersih.

“Enggak juga sih ma... mmm..cuma agak males aja...” jawabku, sambil mengunyah malas nasi yang baru saja kusuap. Pada dasarnya memang aku belum lapar, karna sekitar jam setengah satu tadi aku sudah makan siang.

“Jangan males-males makan kaya’ gitu dong... kamu harus banyak makan... biar kuat... apa perlu mama yang suapin nih....”

“Enggak deh ma... emangnya anak kecil pakai disuapin segala....”

“Abisnya sih kamu, udah mama beliin soto ayam sama ati ampela goreng, ada sate telur puyuh juga... itu kan makanan bergizi semua... supaya stamina kamu kuat untuk ngentotin mama, selain itu juga supaya kualitas sperma kamu baik... biar ampuh dan cepet bikin mama hamil.. supaya mama bisa cepat dapat anak sekaligus cucu dari kamu....” terang mama, dengan nada yang menggoda.
Hmm.. disuapin mama kaya’nya lucu juga nih, hingga munculah ide dikepalaku.

“Iya deh ma... Bagus mau disuapin mama....”

“Ih, kamu tuh...konyol deh, mama cuma nyindir kamu koq... lagian udah gede gitu, siapa juga yang mau nyuapin kamu....” sanggah mama sambil menertawai aku.

“Iya ma...Bagus serius nih... mmm..tapi cara nyuapinnya begini ma.... mmm..gimana ya...” agak ragu juga aku mengutarakannya.

“Ya gimana....?”

“Mmm... agak konyol sih sebenarnya..tapi kayaknya asik deh...”

“Iya... seperti apa..?” tanya nama, sepertinya mama mulai penasaran.

“Begini ma... Bagus duduk dikursi seperti ini, lalu mama naik diatas Bagus...terus kontol Bagus dimasukin dimemek mama.. mmm..ngentot posisi WOT gitu lho ma... kita saling berhadab-hadapan... lalu sambil kontol Bagus berada didalam memek mama, mama nyuapin Bagus... kan romantis tuh ma.... setuju gak ma...?” terangku.

“Ih, kamu itu macem-macem aja deh sayang.... tapi asik juga sih kayaknya...dengernya aja mama udah horny....”

“Oh iya ma... nanti waktu nyuapinnya enggak pakai sendok lho...”

“Pakai apa dong...? Pakai tangan maksudmu...?” tanya mama dengan agak mengerutkan kening.

“Bagus mau... mama nyuapinnya pakai mulut mama sendiri...”

“Maksudnya gimana sih...? Belum paham betul mama..” kembali mama mengerutkan kening.

“Mmm... mama makan aja nasinya, terus mama kunyah sampai halus, baru kemudian mama lepehin kemulut Bagus untuk Bagus telan...”

“Ih, kamu jorok deh gus.... emangnya kamu enggak jijik..?”

“Enggak ma... malah Bagus suka banget... mmm...tapi kayaknya mama keberatan ya ma... kalau mama keberatan ya enggak apa-apa sih ma... mama bisa nyuapin Bagus seperti biasa dari sendok...”

“Enggak koq gus... justru mama malah tersanjung kalau kamu sudi memakan makanan yang dilepehkan dari mulut mama... mmm..malah sepertinya ada sensasi sensual tersendiri yang pastinya mengasikan...”

“Itu dia ma yang Bagus maksud... kayaknya ada sensasi tersendiri saat menerima sesuatu dari mulut mama lalu kemudian menelannya... sama seperti kemarin Bagus minta mama ludahin mulut Bagus, lalu Bagus telan... mmm.. sensasinya itu lho ma... nikmat sekali....” terangku.

“Ah, kamu itu gus...so sweet sekali sih... mama jadi merasa terbuai mendengarnya... mmm.. ya udah sayang, kalau gitu langsung kita coba aja deh ide kamu yang barusan itu....kayaknya mama koq jadi merinding gimana gitu bayanginnya...”

“Oke ma...”

Mama segera berdiri dari kursinya dan melangkah kearahku. Kugeser kursi tempatku duduk sekitar setengah meter kebelakang untuk mempermudah akses mama. Kini mama berdiri mengangkang didepanku, meludahi telapak tangannya lalu dioleskan kearah memeknya. Sejurus kemudian mama telah berdiri mengangkang dengan posisi selangkangannya tepat diatas batang penisku.

Mama kembali meludahi telapak tangannya, namun kali ini ludah yang ditelapak tangannya itu dioles dan dikocok-kocok beberapa saat pada batang penisku, sebelum akhirnya dibimbingnya masuk kedalam liang vaginanya.
Dan bless... masuklah ujung batang kontolku menembus liang memeknya, lalu dengan sekali mama menurunkan bokongnya, amblaslah seluruhnya batang kontolku, terbenam didalam lubang hangat yang nyaman.

“Mmmmmhh....uuuugghhhhhh...” desah mama, seiring pantatnya yang bergerak turun kepangkuanku.

“Uuuuhhh.... memek mama rasanya terisi penuh sama kontol kamu sayang...sampai mentok ini sih...hi..hi..hi...” ujar mama, diikuti dengan tawanya yang manja.

“Uuuuhhh...sedapnya ya ma kalau lagi begini... mama kali ini dandanannya seksi banget sih ma... kayak bintang film bokep aja...” pujiku, sambil menikmati dari dekat wajah mama yang berdandan walaupun glamor dan mencolok, namun tidak terkesan norak, karna komposisi riasannya itu memang sesuai dengan wajah cantik mama, sehingga terkesan seksi dan menantang. Riasan yang kurang cocok memang kalau untuk acara resepsi atau pesta rekan-rekan sejawat. Tapi kalau untuk memikat lawan jenis diranjang, bagiku ini sangat cocok dan nafsuin. Entahlah, apakah pendapat itu relevan untuk semua orang, atau cuma aku saja yang kebetulan memang kerap satu selera dengan mama, karena sepertinya apa yang dibuat mama pasti selalu cocok denganku, atau sebaliknya, apapun yang aku lakukan pasti mama suka.

“Gimana nih... mau dimulai emamnya...?” tanya mama, seraya meraih piringku yang berada diatas meja.

“Oke ma... sekarang mama makan aja... koq senyum-senyum gitu sih ma....”
Mama mulai menyuap kemudian mengunyah sesendok nasi soto dimulutnya, namun ekspresi mama seperti tersenyum-senyum menahan tertawa.

“Nyantai aja ma.... kunyah yang halus ya mamaku sayang... biar nanti bisa langsung Bagus telan..”

“Huhah hawus hih hayang...” ujar mama, memberitahukan bahwa makanan yang dikunyahnya sudah halus.

“Oke ma... langsung dilepehin kemulut Bagus aja... tapi sedikit-sedikit aja ya ma, jangan langsung dilepehin semua... aaaaakk...“ terangku, seraya kubuka mulutku lebar-lebar menghadap keatas.

Setelah terlebih dahulu meletakan piring dan sendok diatas meja makan, mama yang posisi kepalanya berada diatasku mulai mengarahkan mulutnya tepat diatas mulutku dengan jarak sekitar satu jengkal. Aku memberikan isyarat dengan mengedipkan mataku sebagai tanda bagi mama untuk mulai menumpahkan isi mulutnya kedalam mulutku.
Mama sedikit menundukan kepala sambil tangan kirinya menahan rambutnya agar tidak terurai menutupi wajahku. Lalu, Pleh... mmm..satu gumpalan halus bagai bubur masuk kedalam mulutku yang langsung kutelan, beberapa detik kemudian menyusul yang lainnya.hmm..lezat dan hangat, hangatnya air liur mama. Sepertinya isi mulut mama masih belum habis, karna bibir mama masih terkatup menahan sesuatu.

“Mmm..myem..nyem... sedapnyaaa... Masih ada lagi ya sayang...?” tanyaku pada mama, yang dijawab mama dengan anggukan kecil.

“Langsung dilepeh semua aja sayang...aaaakkk...” pintaku, yang langsung ditindak lanjuti oleh mama.
Pleh..habislah semua isi didalam mulut mama berpindah kedalam mulut lalu keperutku.

“Mmm...luar biasa ma... lezaat...” ujarku, sambil mengecap-ngecap mulutku.
Melihat reaksiku itu, mama mengecup bibirku dan langsung memagutnya dengan liar, hingga dalam beberapa saat kami saling berpagutan.

“Mamam lagi ya sayang....?” ujar mama, sambil mengambil kembali piring diatas meja makan.

“Iya dong ma..kan belum abis...”

“Ide kamu tuh oke banget ya sayang... di film-film porno pun belum pernah tuh mama nonton adegan yang seperti ini.... mmm..ternyata seru ya sayang...menggairahkan banget... mmm..emangnya sama Ririn kamu pernah seperti ini sayang...?”

“Belum pernah ma, sempat berpikirpun belum pernah... ini spontan ada didalam pikiran Bagus barusan...” jawabku.

“Menurut kamu gimana rasanya sayang...?”

“Mmm... luar biasa ma... mmm..gimana ya, Bagus merasakan perpaduan rasa kelembutan kasih seorang ibu yang memberikan makan kepada anaknya dengan penuh kasih sayang, bercampur dengan nafsu birahi terhadap seorang wanita seksi dan menggairahkan yang dengan binal dan mesum melepehkan isi mulutnya kedalam mulut Bagus... jadi ya gitu deh... susah dilukiskan rasanya ma....” terangku.

“Ih, kamu tuh bisa aja deh... ya udah, mama kunyah lagi ya sayang....” ujar mama, seraya menyuap sesendok makanan lalu dikunyahnya.

Berbeda dengan yang pertama tadi, dimana mama masih malu-malu dan agak canggung, kini terlihat nama seperti menikmati aksinya itu.

Seperti halnya yang pertama, mama meletakan piring terlebih dahulu diatas meja, baru kemudian mengunyahnya beberapa saat, barulah ditumpahkannya kedalam mulutku. Namun kali ini, begitu habis semua makanan yang ada dimulutnya, mama langsung melumat mulutku dengan rakus, seolah begitu gemasnya.

Setelah itu kembali mama melalukan cara yang sama, namun untuk yang selanjutnya mama lebih mendominasi permainan, dalam artian mama lah yang lebih berinisiatif layaknya seorang ibu yang menyuapi anak balitanya, sedangkan aku hanya pasif menuruti perintah mama. Hingga akhirnya habis juga semua makanan yang ada dipiring, berpindah seluruhnya kedalam perutku dengan cara yang menurut orang kebanyakan adalah tidak lazim itu.

“Horeeee.... udah habis nasinya sayang... kamu memang anak mama yang pinter ya....” ucap mama, layaknya berbicara pada seorang anak kecil.

“Sekarang mimik dulu ya sayang.... “ ujar mama, seraya mengambil gelas berisi air putih yang memang sebelumnya sudah ada dimeja, lalu kemudian mengarahkannya kemulutku.

“Enggak begitu dong cara mimiknya ma....” sanggahku.

“Emangnya mau seperti apa lagi sih sayang... air kan tinggal ditenggak aja, gak perlu dikunyah...” heran mama.

“Pokoknya Bagus maunya dari mulut mama...” rengekku.

Mengerti apa yang kumaksud, mama tersenyun seraya menenggak air putih dari gelas yang dipegangnya.

“Mmmm...” ujar mama, memberi isyarat padaku agar membuka mulut untuk ditumpahkannya air dalam mulutnya itu kedalam mulutku.

“Dikumur-kumur dulu dong ma... baru dilepehin kemulut Bagus...” pintaku, walau dengan mulut terisi air, namun aku masih dapat melihat kalau mama tampak tersenyum mendengar permintaanku itu, seraya mulai berkumur-kumur dengan air yang ada dimulutnya.

Beberapa saat kemudian mama memberikan isyarat akan menuangkan isi dalam mulutnya kedalam mulutku.
Dan, syuurrr...tercurahlah cairan hangat kedalam mulutku, lalu terus turun membasahi kerongkongan hingga akhirnya tertampung didalam lambungku.

“Mmmm... segaaaarr...” ucapku.

“Lagi sayang...masih ada nih....” tawar mama, sambil menunjukan sisa air digelas yang tak sampai separuh.

“Cukup ma.... mmm..sebetulnya sih Bagus masih haus ma..tapi..mmm..” ucapku, dengan agak bimbang.

“Tapi apalagi sih sayang...?” tanya mama, seraya menenggak habis sisa air putih yang ada digelas.

“Mmm... gimana ya... Bagus mau ngomong tapi takut mama syok... “

“Ah, kamu ini bikin penasarsn aja... emang kamu mau apa lagi sih sayang...mmm..pasti kamu ada ide yang asik-asik lagi deh... apa sih..?” tanya mama penasaran. Namun aku ragu-ragu untuk mengatakannya.

“Ya udah kalau kamu masih ragu sih... itu kita bahas nanti aja ya... soalnya nama udah on fire banget nih, alias udah horny berat... mmm..mama entotin kontol kamu aja ya sayang...uuhh...uuhh..uuhh..uuhhh...” ujar mama, diikuti dengan memompakan bokongnya turun naik, praktis batang kontolku yang sedari tadi memang berada didalam liang vagina mama kini berpenetrasi akibat gerakan mama yang naik turun.

“Tahan dulu dong mama sayang... stop dulu goyangannya...” pintaku, sambil menahan bokongnya dengan kedua tanganku dengan maksud menghentikan gerakannya itu.

“Apa lagi sayangkuuuu....iihh..memek mama udah gatel nih minta disodok-sodok sama batang kontol kamuuu...” protes mama.

“Anu ma... mmm..Bagus minta yang sedikit agak ekstrim...” ujarku agak ragu.

“Emangnya seekstrim apa sih... jadi penasaran mama...”

“Mmm... begini ma... tapi mama jangan jaget ya.... mmm...Bagus ingin..ingin minum air kencing mama... boleh gak ma...” terangku.

“Ih, edan kamu gus...ada-ada aja deh kamu... masa’ air kencing mama mau kamu minum sih... Bagus..Bagus..kamu ini..aneh banget sih...” ujar mama, dengan ekspresi menahan tawa.

“Sungguh ma... Bagus memang pingin banget ma... boleh ya ma.. plis ma..pliiiiss...” rengekku.

“Iya deh sayang, kalau nemang itu mau kamu sih... mama oke-oke aja.... mmm..tapi gimana nih caranya... maksudnya, apa mama mama harus kencing dulu digelas lalu kamu minum... atau..gimana...?” tanya mama.

“Enggak usah gitu ma... mama duduk aja diatas meja ini, sedangkan Bagus tetap duduk disini... lalu mama pipis, dan langsung pipis mama itu Bagus sambut dengan mulut Bagus... paham ma...?” terangku.

“Ooww..begitu.. oke deh, berarti kalau begitu sekarang memek mama dilepas dulu ya sayang...” ujar mama, bersamaan dengan itu mama berdiri, sehingga terlepaslah jepitan memek mama pada batang kontolku.

Sejurus kemudian mama telah duduk dibibir meja makan, dengan kedua kakinya menapak pada masing-masing pahaku.

“Siap ya sayang....” ujar mama, sambil menyibakan bibir vaginanya dengan kedua tangannya, sehingga tepat didepanku tampaklah pemandangan indah berupa memek tembem nan lebar yang sedang disibak diantara dua sisinya, sehingga memperlihatkan keratan daging merah beserta sekelumit klitoris dibagian atasnya.

“Oke ma...Bagus siap...” jawabku, sambil mulutku terbuka tepat dimuka memek yang menganga menggoda.

Tampaknya mama berkonsentrasi sejenak. Jarak antara mulutku dan vagina yang tak sampai 2 cm membuatku dapat menikmati pemandangan indah dengan aromanya yang khas secara close-up.
Kulihat vagina mama berkedut-kedut seiring nafasnya.

“Oke gus..keluar nih...mmmmmm...” ucap mama.
Bersamaan dengan itu, srrrrr.... menyemburlah dari vagina mama cairan kekuningan dengan aromanya yang khas yang langsung tertampung pada mulutku yang menganga.

“Mmmm.... nyem..nyemm..nyemm... glek..glek... sedap ma...asin asin segar... mmm..“ ujarku, sambil kedua tanganku memegang masing-masing paha mama yang mengangkang. Hmm..kurasakan kehangatan air seni mama membasahi kerongkongan hingga kedalam perutku, beberapa kubiarkan membasuh wajah dan tubuhku, namun sebagian besar masuk mengisi lambungku. Bagai tak bosan aku mereguknya, hingga akhirnya terhentilah pancuran cairan hangat sedikit asin dari vagina mama, kini justru kujilat-jilat dan kusedot-sedot memek mama, sehingga mama menggelinjang-glinjang merasakan nikmatnya.

“Enak sayang...? Kamu suka ya...? Kamu suka minum air kencing mama ya sayang...?” tanya mama, dengan ekspresi wajah yang sayu, atau lebih tepatnya ekspresi wajah horny alias sange’.

“Sedap ma... Bagus bener-bener puas...” jawabku.

“Sini sayang...ciumin mama sayang...ciumin mama kamu... mama mau anak mama ciumin mama...” pinta mama.

Akupun bangkit, seraya mengecup bibir mama, yang disambut mama dengan lumatan yang agresif cenderung liar.

“Mmmm... mulut kamu bau pipis sayang....” ujar mama.

“Pipis mana sendiri lho ma..” jawabku.

“Kamu koq bisa suka begitu sih sama air kencing mama sayang.... enggak jijik sayang..kan bau...” tanya mama, sambil membelai-belai rambutku yang basah oleh air kencing mama.

“Enggak jijik tuh ma... malah Bagus suka banget... baunya itu justru membangkitkan selera...” jawabku manja.

“Ih, kamu itu gus....” gemas mama, sambil memencet hidungku.

“Kan udah pernah Bagus bilang, pokoknya, apa pun yang ada pada diri mama, rasanya pasti sedap ma... dan layak dikonsumsi....”

“Ih, bisa aja kamu... tapi mama benar-benar tersanjung lho gus, dengan apa yang sudah kamu lakukan itu... mama seperti menerima kehormatan yang besar, dimana seseorang sampai sudi meminum air kencing mama... apa lagi itu yang melakukan adalah anak kandung mama sendiri... jadi semakin sayang saja mama sama kamu gus...” terang mama.

“Justru Bagus yang berterimakasih, karna mama telah sudi memberikan air kencingnya untuk Bagus minum... “ balasku.

“Ih, Bagus..anak mama yang paling mama sayangi... kamu betul-betul anak yang berbakti nak.... mmm..ciumin mama lagi sayang....mmmmmfffhhh....”
Untuk beberapa saat kami saling berciuman dan bercumbu layaknya sepasang kekasih yang tengah dimabuk asmara.
Hingga akhirnya,

“Gus... memek mama gatel nih sedari tadi, pingin digosok-gosok sama kontol kamu... coba kamu duduk seperti tadi lagi sayang... biar mama yang ngentotin kamu...kamu duduk manis aja ya sayangku....” pinta mama, sambil menggosok-gosokan tangannya pada memek tembemnya yang mulai basah itu.

Seperti yang diminta mama, akupun kembali duduk dikursi yang tadi.

Beberapa saat kemudian mama berdiri mengangkangiku. Batang penisku yang berdiri tegak digenggam dengan tangan kanannya, lalu dibimbing kearah memeknya, setelah dirasakannya pas, bless.. sekali pantatnya diturunkan, bersamaan dengan itu pula batang penisku telah tertanam tandas didalam liang vaginanya.

“Uuuuuuuhhhhh..... tak ada yang lebih membahagiakan hati ini selain batang kontolmu menghujam memek mama seperti ini gus.... aaahhhh.... mantap betuuulll...” racau mama, saat bokong mama telah duduk sepenuhnya diatas pangkuanku, itu artinya batang penisku telah terbenam sepenuhnya didalam liang vaginanya.

Hanya beberapa detik setelah itu, mama langsung menggerakan pantatnya maju mundur, mengocok-ngocok batang kontolku dengan berirama.

Buk...buk..buk..buk....
Brruut..brruutt..brruutt..brruutt..

Ah, nikmatnya.. aku hanya duduk manis menerima servis dari mama yang bergerak aktif turun naik sambil kedua tangannya berpegangan pada masing-masing pundakku.

“Dikenyot-kenyot tetek mama sayang.... mama ingin Bagus mengenyot-ngenyot tetek mama...aahhh.. huhh..huhh...huhh..huhh..huhh..huhh... “ pinta mama, sambil terus menggenjot pantatnya turun naik.
Peluhpun telah membasahi tubuh dan wajah mama, bahkan menetes-netes pada wajahku.
Seperti yang dipinta mama, akupun mulai mengemut dan mengenyoti puting susu nama secara bergantian kiri dan kanan.

“Zzzzzzzz....aaaahhh....bajingan banget sih kontol kamu gus.... memek mama bener-bener bonyok dibuatnya ini gus... huhh...huhh..huhh..huhh..huhh..huhh...hiyaaa...” racau mama, kini tangannya mulai menjambaki rambutku, namun tidak terlalu keras dan menyakitkan.

“Aaaaaahhh.... iya sayang... terus dikenyot-kenyot puting susu mama sayang.... dikenyot-kenyot puting susu mamamu seperti waktu kamu masih bayi dulu...oooohhh...anakuuuu...sialaaaaann....aaaaaaaahhhhhh.... mama keluar sayang...... aaaaaaaaaaahhhh.... anjiiiiiiiiiiing....ngentooooooootttt.... aaaaaaaaaaaahhh........”

Seiring dengan erangan dan rintihan mama yang histeris itu, gerakan mamapun kian liar dan bertenaga, membuat tulang pahaku bagaikan remuk akibat tumbukannya. Namun selang beberapa detik setelah itu, mama menghentikan gerakannya, lalu diam dengan masih duduk dipangkuanku.

“Fuuuhh.... mama betul-betul puas sayang... walaupun pinggul ini mau copot, tapi mama puas... makasih ya sayang... “ ucap mama, diikuti dengan mengecup lembut bibirku.

“Iya ma... tapi Bagus nanggung nih ma.... Bagus masih mau ngentotin mama lagi...” protesku.

“Mmm... tapi mama udah lemes sayang... enggak kuat lagi kalau harus ngentotin kamu dari atas.... Biarkan mama berbaring telentang dilantai aja ya sayang, lalu nanti kamu bisa genjot memek mama dari atas...biar kamu juga bisa pejuin memek mama lagi dengan lebih efektif... oke ya sayang....” saran mama, yang tentu saja aku setujui.

Perlahan mama bangkit dari tubuhku, lalu membaringkan tubuhnya telantang pasrah diatas lantai dengan posisi mengangkang.

“Mari anakku sayang.... sekarang kamu boleh entotin memek mamamu sepuasnya... “ ucap mama, sambil mengusap-usap liang vaginanya.

Tanpa ditawaripun sudah pasti aku akan menuntaskan birahiku yang sudah diujung tanduk akan klimaks ini.

Kuhampiri mama, kuarahkan langsung batang kontolku pada liang memeknya yang sudah becek, bless...sekali dorong batang penisku telah kembali berada didalam liang vagina mama. Tanpa banyak cingcong segera kugenjot dengan kecepatan penuh.
Sambil batang penisku menggenjot liang vagina mama, dengan rakus kulumat mulut mama, kukulum-kulum lidahnya dan kutelusupkan lidahku menjilat-jilat rongga mulut mama.
Hingga tak sampai dua menit kemudian, sampailah aku pada puncak kenikmatan, bersamaan dengan semburan air maniku kedalam rahim mama untuk yang kesekian kalinya.

“Makasih atas benih yang telah kamu tanamkan untuk yang kesekian kalinya ya sayang....” ucap mama, padaku yang kini ambruk diatas tubuhnya.
 
Terakhir diubah:
Setelah selesai membersihkan lantai sekitar ruang makan dan kemudian mandi, kini aku duduk bersantai diruang keluarga sambil menonton tivi.

Seperti halnya tadi, tubuhku kini juga tanpa selembar benangpun alias bugil. Tadi waktu aku pamit mandi karna merasa tubuhku lengket dan kurang nyaman akibat guyuran air kencing mama, mama berpesan katanya “Nanti selesai mandi gak usah pakai baju lho gus... tetap Bugil.. kita masih akan bersenang-senang menghabiskan long week-end ini...” begitu katanya.

Kebetulan sekarang ini hari jum’at, itu artinya hari sabtu dan minggu besok mama libur kerja, dan kami berencana menghabiskan hari-hari itu bersenang-senang berdua bagai raja dan permaisuri, dan selama itu pula kami berencana akan mengunci diri dengan bugil seperti ini sampai senin pagi. “Kita akan jadikan week-end ini dengan full of sex... ” itu juga yang dikatakan mama.
Aku menonton tivi dengan duduk disofa disudut kiri , sedangkan mama yang sibuk dengan handphonenya, berbaring santai dengan berbantalkan pada pahaku.
Sambil bersantai, kami juga “ditemani” dengan sebotol anggur merah yang menurut mama adalah oleh-oleh temannya yang baru pulang dari Belanda.

“Jangan salah sangka, ini bukan untuk mabuk-mabukan lho sayang... kamu kan tau sendiri, mama bukan seorang pemabuk... ini hanya sekedar untuk membuat kita lebih rileks dan lebih lepas... lagian ini cuma anggur koq... kadar alkoholnya enggak terlalu tinggi....” begitu ujar mama tadi.

Satu gelas sudah minuman yang menghangatkan itu mengisi lambungku, bahkan mama sudah hampir dua gelas ditenggaknya.

“Mama baru menerima pesan WA dari kakakmu, katanya besok dia akan kesini, untuk menginap barang beberapa hari disini....” ucap mama, sambil perhatiannya masih tertuju pada layar handphone.

“Waduh... bisa kacau semuanya ini ma.... long week-end yang full of sex bakalan tinggal impian nih.... padahal Bagus udah ngebayangin yang macem-macem.....” sesalku, sambil menepuk kening.

“Kamu gak boleh begitu dong sayang...Kak Indah itukan kakakmu sendiri, anak mama juga... lagian sudah hampir 5 bulan ini dia tidak pernah nengokin mama... sungguh keterlaluan kakakmu itu....” ujar mama, seraya meletakan handphonenya diatas meja yang ada didepan sofa, diikuti dengan memeletikan beberapa jari jemarinya.

“Kak Indah kesini bersama Mas Mirza ma...?” tanyaku.

“Enggak, dia sendiri... justru karna suaminya itu pergi keluar kota selama kurang lebih 2 minggu, maka dia putuskan untuk menginap disini...” terang mama, seraya tubuh bugil mama mengulet untuk beberapa detik, sebelum akhirnya mama bangun dari posisi tidurnya, kemudian duduk disampingku.

“Mmm..gimana ya... kalau ada kak Indah disini, artinya kita enggak bisa apa-apa ya ma...”

“Gak apa-apa, nanti kalau malam setelah kak Indah tidur, kamu menyusup aja ke kamar mama... lagian kamar Kak Indah kan diatas... mudah-mudahan sih aman deh....” terang mama, sejurus kemudian mama meraih hair-clip berbahan plastik yang kemudian digigitnya beberapa saat selama kedua tangannya menyingkap keatas rambutnya, untuk kemudian hair-clip itu dijepitkannya pada bagian belakang rambutnya. Hmm.. dengan rambutnya disingkap keatas seperti itu, leher mama yang putih dan jenjang tampak terekspose menantang.

“Wah, bakalan selama 2 minggu nih kita main kucing-kucingan sama Kak Indah... ah, nasib...nasib... gagal lah honey-moon kita ini ma....” keluhku.

“Aduh, kamu itu gak boleh begitu dong sayang... seharusnya kamu itu merasa senang karena kakakmu akan berkunjung kesini... bukan malah uring-uringan kaya’ gitu...” ucap mama, sambil mengelus-elus pahaku.

“Iya sih ma....tapi......”

“Sudahlah... lebih baik kita nikmati saja waktu berdua kita yang masih tersisa sampai besok pagi ini...mari kita bersenang-senang ditaman belakang....” ajak mama, seraya berdiri dan menarik tanganku.


Yang dikatakan mama sebagai taman belakang adalah pekarangan dibelakang rumah kami yang luasnya sekitar 10x16 meter, yang kami disain sedemikian rupa layaknya taman bermain dengan ditanami rumput gajah mini dan beberapa jenis tanaman hias, ada juga satu pohon ketapang yang lumayan besar untuk memberikan kesan teduh. Dan yang paling istimewa adalah disudut belakang kami bangun gazebo berbahan kayu dengan atap genteng tanah liat, yang luasnya sekitar 2x2 meter. Didalam bangunan yang berlantaikan papan kayu itulah kami biasa bersantai, karna suasananya memang lebih alami dengan tiupin angin semilir yang menyejukan.

Rumah kami ini untuk ukuran pemukiman dikawasan Jakarta memang tergolong memiliki tanah yang lumayan luas, yang tentunya ini juga dibeli dengan harga yang tidak murah. Tentu saja semua ini tidak mungkin mampu dibeli dari hasil gaji mama yang seorang pegawai negeri. Ini semua adalah hasil jerih payah almarhum papa yang adalah seorang pengusaha. Walaupun usaha ayah bukanlah termasuk usaha yang besar, tapi lumayan lancar dan sukses, hingga semeninggalnya papa, masih ada yang diwariskan untuk anak istrinya, yang selain rumah ini, papa juga masih memiliki aset berupa bangunan kantor. Namun karena kami tidak memiliki kapasitas dan kemampuan yang mumpuni untuk melanjutkan usaha papa, maka mama memutuskan untuk menjualnya saja, lalu uangnya didepisitokan, yang menurut mama untuk biaya pendidikanku atau untuk keperluan lain yang sifatnya urgent.

Woow.. dengan berada ditempat terbuka dan diterangi sinar matahari sore, tubuh telanjang mama lebih tampak terlihat menarik dan diteil. Kulitnya yang putih mulus terekpose jelas, bahkan guratan urat tipis berwarna kehijauan pada buah dadanya juga terlihat, yang bagiku itu justru tampak lebih menarik dan eksotis.

“Mari kita bersenang-senang sayang.... kita ekspresikan diri kita sebebas-bebasnya... bebas dan lepas... walau kita adalah ibu dan anak... tapi bebas melakukan apa saja yang kita mau... kita bisa bercinta dan bercumbu sebebas yang kita inginkan... ayo sayang..anakku sayang.... bebaskan birahimu... reguklah sepuas yang kau inginkan.... akan kita wujudkan semua obsesi seks yang ada dipikiran kita selama ini...disini... karna kita bebaaaasss.... hi..hi...hi....” oceh mama, sambil membentangkan kedua tangannya lalu berputar-putar seperti gadis kecil. Sedangkan aku hanya menyaksikan tingkahnya itu sambil duduk diatas lantai papan gazebo.

Hmm... sepertinya alkohol pada minuman anggur itulah yang menyebabkan mama selepas ini, kalau tidak mana mungkin dia bertingkah seperti itu. Yah, walaupun aku yakin mama tidak mabuk, namun setidaknya pikiran mama menjadi lebih rileks dan lepas, alias tidak malu-malu dan ja’im.

“Mari sayang... kita menari... bercinta dan bercumbu... ayo lah... masa’ cuma duduk bengong begitu aja sih...” ajak mama, sambil menarik tanganku.

“Menari... bercinta dan bercumbu... juga mengentot ya mamaku sayang....?” godaku, yang kini saling berpegangan tangan sambil berdansa mengikuti gerakan mama.

“Itu pasti dong anakku sayang... kita juga saling mengentot sepuas-puasnya... berjinah sepuas-puasnya... hi..hi..hi...” jawab mama, sambil terus membimbingku berdansa.

“Eh, tunggu sebentar ma... kayaknya kita perlu iringan musik nih....” ujarku, seraya aku berlari-lari kecil masuk kedalam rumah. Setelah kembali, ditanganku sudah memegang handphone dengan musik berirama disco telah terdengar dari aplikasi music-player.

“Sekarang kita disco ma... kita dugem...he..he..he...” ucapku, lalu kuletakan handphoneku diatas lantai gazebo.

“Ayo ma...goyang....!!” teriakku, sambil berjoget, yang kemudian diikuti oleh mama dengan tak kalah antusiasnya.

Untuk beberapa saat kami berjoget bersama dengan tubuh bugil kami, suara musik disco, teriakan dan tawa kami menjadi satu, kadang suara pekikan binal mama saat dengen iseng aku tarik-tarik puting susunya atau aku cubit bibir memeknya yang tembem itu, yang kemudian dibalas mama dengan dengan meremas batang kontolku, kemudian ditariknya kekiri dan kekanan mengikuti irama musik, tentu saja aku berteriak-teriak dibuatnya. Yah, sebuah kehangatan yang mengesankan.

Dengan kami berteriak atau tertawa-tawa sekeras apapun disini, kami tak terlalu kawatir ada orang lain yang akan mendengar apalagi melihat apa yang kami lakukan, karna disekeliling pekarangan ini kami bangun pagar tembok setinggi 3 meter. Di belakang tembok terbentang anak sungai yang bermuara ke kali Ciliwung, sedang di sebelah pagar kanan adalah rumah yang dihuni oleh seorang ekspatriat yang jarang berada dirumah, sekalipun mereka berada dirumah, bule berkebangsaan Jerman itu tak akan pernah perduli dengan apapun yang kami lakukan, lalu disebelah pagar kiri adalah jalan raya yang sepi, kecuali hanya kendaraan saja yang melintas, sehingga tempat ini bisa dikatakan eksklusif, alias tertutup dari jangkauan orang luar.


Setelah letih berjoget, kami hempaskan tubuh kami yang telah bermandi peluh diatas gazebo. Aku bersandar dipagar gazebo, sedang mama duduk dengan menyandarkan tubuhnya didadaku. Dengan posisi mama yang duduk membelakangiku seperti ini, praktis pantat mama bersentuhan dengan penisku.

“Wuuhh... lumayan juga ya sayang... itung-itung olah-raga sore...” ujar mama, sambil tangannya mengusap-usap pahaku.

“Iya ma... baik untuk memperkuat imun tubuh...” jawabku, sambil tanganku juga mulai iseng mengusap-usap memek mama, karna memang posisi duduk mama yang mengangkang, sehingga memancingku untuk melakukan itu.

“Ma... ngomong-ngomong selama mama menjadi janda, apa pernah ada kontol lain yang masuk ke ini mama...?” tanyaku, kali ini tanganku bukan sekedar mengusap-usap memek mama, tapi jari tengahku kini telah menelusup masuk keliang vagina mama.

“Koq kamu nanya gitu sih sayang...memangnya kenapa... zzzz..aaahh..?” jawab mama, sambil sesekali mendesah menikmati liang memeknya yang aku colok-colok.

“Ya enggak apa-apa sih, mau tau aja ma....”

“Jujur, mama belum pernah sayang... Selama mama menjanda, cuma kontol kamulah yang pertama kali masuk ke memek mama ini, ...mmm..kecuali....”

“Kecuali apa ma...?” tanyaku penasaran.

“Kecuali dildo...Kontol-kontolan karet.... mmm.. jadi kalau mama lagi kepingin, biasanya mama melampiaskannya dengan cara memasukan dildo kememek mama terus dikocok-kocok, sambil mama nonton film porno dilaptop....” terang mama, kali ini pantat mama sengaja digerak-gerakan pelan, mungkin dengan maksud memberi rangsangan pada batang penisku yang memang bersentuhan langsung dengan pantat dan punggung sebelah bawah mama.

“Masa’ sih ma... kan mama cantik dan menarik, masa mama gak punya gebetan untuk sekedar mencari kepuasan seks dengan seorang laki-laki... teman kantor mama umpamanya...” desakku.

“Ih, kamu koq tega banget sih menilai mama seperti itu sayang... mama itu sebetulnya sangat ja’im lho sayang... jadi mama enggak berani untuk melakukan itu walaupun sebenarnya mama butuh....Memang ada sih beberapa laki-laki yang sepertinya mencoba menarik perhatian mama, baik itu dengan cara yang frontal maupun secara halus dan diam-diam, namun semuanya itu tidak mama ambil peduli...” terang mama.

“Maaf deh ma... bukan maksud Bagus memandang rendah mama... Bagus cuma heran aja ma... mama begitu cantik,seksi dan menarik, tapi koq gak pernah berhubungan dengan laki-laki... padahal ada juga wanita yang sudah punya suami, tapi masih sempat-sempatnya selingkuh dengan laki-laki lain....”

“Yah, itu sih urusan masing-masing orang lah sayang... yang penting mama enggak akan melakukan hal yang seperti itu.... mendingan mama ngentot sama anak kandung mama saja... iya enggak sayang....? Eh, ngomong-ngomong kontol kamu udah ngaceng banget tuh.... mmm... mau ngentot lagi sayang...?” terang mama, yang kemudian menawari aku untuk ngentot, setelah dirasakannya batang penisku telah berdiri tegak.

“Nanti aja deh ma.... Bagus masih betah yayang-yayangan dulu sama mama....” jawabku, seraya kukecup dan kuciumi leher dan tengkuk mama, yang direaksikannya dengan menggelinjang manja.

“Mmm... iya sih sayang... mama juga suka begini... mmm.. tapi sayang, tolong dong, sambil jari tengah kamu ngobelin lubang memek mama, jari jempol kamu juga digunakan untuk ngusap-usap itil mama ya... bisa kan sayang.... nah, iya gitu sayang... aaaaaaghhhh....kamu pinter ih sayang....mmmmmh....” pinta mama, yang tentu saja dengan mudah dapat aku lakukan, dimana jari tengahku mencolok-colok liang vagina mama, dengan waktu bersamaan jari jempolku juga mengusap-usap klitoris mama yang letaknya dibagian atas vagina.

“ Oh iya sayang... tadi kamu bilang mama cantik, menarik dan macem-macem lah... mmm... menurut kamu yang paling menarik dari diri mama itu apa sih sayang....? maksudnya secara seksual gitu lho... mmm..sesuatu yang bikin laki-laki nafsu gitu lah....” tanya mama.

“Mmm... kalau Bagus sih hampir semua yang ada pada diri mama Bagus suka... tapi kalau ditanya mana yang paling disuka sih, pasti Bagus akan jawab pantat mama yang besar dan montok ini....” jawabku.

“Ah, masa’ sih sayang... mama justru paling gak pede dengan pantat mama yang terlalu besar ini... menurut mama justru mengganggu penampilan.. kalau bisa malah maunya mama sih lebih kecil sedikit lah, gak usah terlalu gede begini....” terang mama.

“Wah, jangan dikecilin lagi dong ma... plis deh ma..***k usah dikecilin... justru pantat besar mama ini yang bikin Bagus tergila-gila...” mohonku.

“Iya deh sayang, kalau memang mau kamu begitu sih... mama akan menjaga agar pantat mama ini tetap besar dan montok... supaya anak mama semakin sayang sama mama....tapi yang paling penting sih supaya kamu senang dan bahagia...pokoknya kebahagiaan kamu adalah yang paling utama bagi mama...” terang mama.

“Makasih ma... Bagus pasti akan semakin sayaaang terus sama mama...muaaacchhh...” ucapku, seraya kukecup mesra bibir mama.

“Lalu, kalau kamu suka sama pantat mama... obsesi apa yang ingin kamu lakukan dengan pantat mama ini...? mmm... gini lho gus, maksudnya, impian kamu yang ingin sekali kamu wujudkan dengan pantat mama ini apa...? Mama pasti akan berusaha mewujudkan impianmu itu deh... mama akan bersedia pantat mama ini diapain aja sama kamu, asal kamu senang dan bahagia....” terang mama.

“Ah, mama baik sekali sih ma... Bagus jadi terharu mendengar perkataan mama itu.... mmm..ini ma, Bagus tuh ingin sekali pantat mama yang besar dan montok itu duduk diwajah Bagus....pasti nyaman deh ma...” jawabku.

“Duduk bagaimana sayang...? pantat mama duduk di wajah kamu...? kurang begitu paham mama... emangnya muka kamu itu jok sepeda apa, koq didudukin sih....” heran mama.

“Ah, mama ini... teknisnya begini ma... Nanti Bagus berbaring telentang.. lalu mama berdiri mengangkangi wajah Bagus... kemudian secara perlahan mama turunkan pantat mama... kira-kira setelah jarak sekitar satu jengkal antara wajah Bagus dan pantat mama... mama tahan dulu, biarkan Bagus menikmati pemandangan indahnya pantat mama dari dekat... setelah itu mama turunkan lagi sampai anus mama menyentuh hidung atau mulut Bagus... mama tahan dulu.. biarkan hidung Bagus menciumi harumnya aroma anus mama, untuk selanjutnya biarkan lidah Bagus menjilati lezatnya anus mama... barulah setelah itu mama boleh duduk diwajah Bagus.. anggap saja wajah Bagus ini adalah kursi... biarkan wajah Bagus tenggalam didalam pantat mama yang besar dan montok itu ma.... pasti Bagus akan merasa nyaman dan tentram disana...” terangku, kali ini aku sudah tidak lagi mengobel memek mama, dan posisi mamapun kini menghadap kearahku, mungkin karena antusia mendengarkan penjelasanku. Kulihat mama senyum-senyum menahan tawa mendengar penjelasanku barusan itu.

“Kamu itu ada-ada aja gus.... oh iya, itu nanti... mama menghadapnya kearah mana..? maksudnya wajah mama menghadap kearah kaki kamu atau kepala kamu...?” tanya mama.

“Mama menghadap kearah kaki Bagus... supaya konsentrasi Bagus bisa sepenuhnya tertuju pada pantat mama...jadi yang bisa Bagus lihat cuma pantat mama, karna wajah mama membelakangi Bagus... paham ma...?” terangku.

“Iya, mama paham sayang.... mmm... tapi nanti mama kawatir kamu enggak bisa nafas waktu pantat mama yang besar ini nindihin wajah kamu...” kawatir mama.

“Ya enggak lah ma.... nanti kalau Bagus sudah enggak kuat, Bagus akan tepuk-tepuk paha mama... itu artinya mama harus bangun... nanti kalau Bagus sudah mengambil nafas lagi, mama kembali duduk... gitu aja ma...” terangku.

“Oke deh, kalau begitu sih... Jadi kapan nih mau dilaksanakannya....?” tanya mama.

“Sekarang dong ma...disini...” jawabku.

“Ya udah, kalau gitu sekarang kamu berbaring aja....” saran mama, sambil menggeser tubuhnya agak ketepi, untuk memberi ruang bagiku.

Akupun segera mengambil posisi berbaring telentang diatas lantai gazebo.

“Bagaimana sayang... sudah siap menggapai impianmu..?” tanya mama, agak tersenyum juga aku mendengar ucapan mama itu.

“Oke ma.... Bagus sudah siap menikmati pantat bahenol mama...” jawabku.

Sejurus kemudian mama telah berdiri mengangkangiku dengan posisi membelakangi. Dari sini aku hanya bisa melihat bagian pantat dan punggung mama. Perlahan mama mulai menurunkan pantatnya, dengan tangan kirinya berpegangan pada pagar gazebo, sedang tangan kanannya memegangi pahanya.
Wooww...ternyata mama menggoyang-goyangkan pantatnya berputar seperti penari striptis. Bersamaan dengan itu wajah mama menoleh kearahku sambil tersenyum menggoda. Sepertinya mama paham betul kalau aku benar-benar keranjingan dengan pantat bahenolnya itu.

Kini pantat mama telah berada sekitar satu jengkal diatas wajahku, dari sini aku hanya memandang menikmati keindahan pantat mama yang bulat dan besar dengan liang anusnya yang mengarah padaku. Kedua tangankupun mengusap-usap sekitar buah pantat dan paha mama.

“Mama turunin sampai hidung kamu ya sayang....” ujar mama.

“Oke ma... biarkan Bagus menikmati harumnya aroma anus mama....” jawabku, bersamaan dengan itu mama mulai menurunkan bokongnya, kini liang anus mama tepat berada dihidungku, seraya kuhirup dengan menarik nafas panjang, kunikmati sensasi aroma khas anus mamaku.

“Sedap aromanya sayang...? hi..hi..hi...” tanya mama dengan genit, sambil mama menolehkan wajah kebelakang menyaksikan tingkahku.

“Mmmm.... harum ma...luar biasa...” jawabku.

Puas aku menciumi aromanya, kini lidahku mulai beraksi menjilat-jilat, yang diikuti dengan desahan mama menikmati liang anusnya menerima sentuhan lidahku.

“Aaaaaahhhh.... nikmat sayang.... jilatin terus lobang pantat mama sayang.....uuuuuuuhhhh.....enak kan rasanya sayang.... kezat kan lubang anus mamamu ini.....uuuuuhhhhhh....” gumam mama, sambil memejamkan matanya.

Puas lidahku menjilat-jilat, kini mulai kuemut dan kusedot-sedot dengan rakus, yang membuat mama beberapa kali harus mengangkat pantatnya karena kaget, namun kedua tanganku segera menahannya, sehingga pantat itu tidak bisa menghindar walau sekuat apapun kusedot liang duburnya, kecuali dari mulutnya hanya terdengar pekikan-pekikan manja atau tawa genit menahan geli.


“Oke ma... sekarang mama boleh duduk diwajah Bagus.... “ ujarku, dan beberapa saat kemudian, bruk... wajahku benar-benar menghilang ditelan bokong mama yang lebarnya mungkin tiga kali ukuran wajahku.
Fuh, besar juga tekanan tubuhnya, sehingga serasa akan remuk tulang kepalaku ini, namun ada sensasi luar biasa yang aku dapatkan, aku benar-benar merasa seperti menyatu dengan pantat mama, pantat besar mama yang sedari dulu aku impikan kini benar-benar berada dudalam kekuasaanku sepenuhnya. Hmm..serasa nyaman dan tenang jiwa ini.
Ya, dalam dalam dekapan pantat mama, walaupun serasa gelap, namun kutemukan ketenangan jiwa yang sulit ditemukan dengan cara apapun.

“Gimana sayang.... kamu enggak apa-apa kan...?” kawatir mama, yang aku jawab dengan mengacungkan ibu jari tangan kananku, sebagai isyarat bahwa aku merasa baik-baik saja.

Hingga beberapa saat kemudian, saat kurasakan mulai butuh asupan oksigen, kutepuk-tepuk paha mama, dan mamapun segera bediri. Kuhirup udara sebanyak-banyaknya layaknya orang yang baru melakukan penyelaman.

“Bagaimana sayang... kamu menyukai itu...? “ tanya mama.

“Luar biasa ma... Bagus benar-benar merasa puas... lagi ma.. mama dudukin lagi muka Bagus... langsung...” pintaku.

Seperti yang kupinta, mama langsung menghempaskan pantatnya kembali diwajahku. Setelah mama merasa yakin bahwa aku baik-baik saja dan justru menikmatinya, sesekali pantat mama bergoyang-goyang, seolah-olah wajahku adalah cabai yang diulek diulek menggunakan pantat mama. Woww..semakin sensasional saja rasanya.

Beberapa saat kemudian kembali aku tepuk paha mama agar melepaskan dudukan pantatnya pada wajahku. Aksi itu aku lakukan sekitar 5 kali secara berulang-ulang, baru kemudian aku sudahi, setelah aku merasa puas tentunya.

“Bagaimana kesan-kesannya sayang, setelah wajah kamu berperan menjadi sadel sepeda... hi..hi..hi...” goda mama, padaku yang kini duduk bersandaran pada pagar gazebo.

“Mantap ma... pantat mama ini memang joss...” jawabku pada mama yang duduk disampingku.

“Sukur lah sayang kalau kamu menikmatinya, mama ikut bahagia.... mmm.. keliatannya kamu capek tuh..sampai ngos-ngosan begitu...pasti haus ya.. mama ambilin minum ya....” tawar mama, namun baru saja mama hendak pergi, tanganku menahan pergelangan tangannya.

“Apa lagi sih sayang...?” tanya mama.

“Bagus enggak mau minum air biasa ma.... Bagus mau yang spesial....” ujarku.
Kulihat mama tersenyum-senyum mendengar ucapanku itu, seolah mengerti apa yang kumaksud.

“Mmmm... pasti mau yang aneh-aneh tuh... mama tau deh...” ujar mama, sambil mencibir menggoda.

“Ah, mama sok tau nih... emangnya apa ma...?” tanyaku, seraya kutarik tubuh mama hingga kini mama kembali berada dipangkuanku seperti sebelumnya tadi, yaitu mama duduk didepanku dengan posisi membelakangi, lalu kemudian kurangkul mesra tubuhnya yang bersandar didadaku.

“Pasti kamu mau minum pipis mama tuh...iyakan..?” bisik mama dengan mesra.

“Ih, mama tau aja nih.... “ ujarku, sambil mencubit pipi mama.

“Tau dong... mama kan ibu kandungmu... seorang ibu pasti tau apa yang di inginkan anaknya..” jawab mana.

“Oke kalau begitu ma... Bagus sudah aus nih....” pintaku.

“Mau cara seperti apa nih minumnya, bagindaaaa....” tanya mama.

“Mmm.. begini aja ma... Bagus berbaring seperti tadi, lalu mama duduk diatas Bagus seperti tadi... cuma bedanya, kali ini mama menghadap kearah kepala Bagus...mengerti ma...?” terangku.

“Berarti nanti memek mama berada tepat dimulut kamu gitu... lalu... mmm..oke deh, mama paham apa yang kamu mau...” ujar mama.

“Betul ma... untuk selanjutnya, mama tau kan yang aku inginkan...”

“Oke deh... kalau begitu sekarang kamu langsung berbaring aja... kebetulan mama kebelet pipis nih.. efek minum anggur dua gelas tadi mungkin..hi..hi..hi...”

“Wah, kebetulan tuh ma... pasti banyak deh keluarnya nanti... Bagus bakalan puas nih...”

Saat itu juga segera berbaring telentang, disusul mama yang juga telah berdiri mengangkangi wajahku. Berbeda dengan tadi dimana aku hanya dapat melihat pantat dan punggung mama, sekarang ini aku dapat melihat wajah mama yang tersenyum kearahku sambil kedua tangannya menyibak vaginanya, sehingga terlihat jeroannya yang merah menganga bagaikan kerang yang dibuka cangkangnya.
Ah, sungguh menggemaskan tingkah mama itu, dia menggoyang-goyangkan pinggulnya menggodaku. Hmm..sepertinya mama paham betul kalau aku sangat bernafsu melihat memeknya yang direntangkan seperti itu. Bahkan saat pantatnya itu sudah turun, dan tinggal beberapa senti lagi memeknya itu menyentuh mulutku, secara mendadak mama kembali menarik pantatnya keatas, membiarkan aku yang menelan ludah karena terlalu horny.

“Hi..hi..hi... nafsu banget nih anak mama... nyantai dong sayang.....” goda mama, sambil pinggulnya itu bergoyang memutar pelan layaknya penari striptis.
Setelah digoda beberapa kali, akhirnya mama berjongkok dengan mengarahkan memeknya tepat didepan mulutku sambil kedua tangannya tetap menyibak kedua sisi bibir vaginanya. Untuk beberapa saat aku menjilati liang vagina mama dengan rakus.

“Oke ya sayang.... siap-siap menikmati pocary-sweat spesial dari mama...” ujar mama, kemudian mama berkonsentrasi sesaat, lalu...srrrr.. keluarlah cairan hangat dengan rasa asin yang langsung masuk kedalam mulutku, dan tentunya segera kureguk dengan rakus. Derasnya air seni mama yang keluar berakibat tak tertampung seluruhnya didalam mulutku, beberapa bagian terpaksa harus tumpah menggenangi lantai papan, namun sebagian besar masuk kedalam perut dan mengisi lambungku, tentunya setelah terlebih dahulu menghangati rongga mulut dan tenggorokanku.


“Mmmmmhhh.... segar ya sayang....? Mmmhh...anak mama ini doyan banget sih minumin air kencing mamanya...mmmhh... “ ocah mama, sambil sesekali mengedan.

Setelah beberapa saat kemudian semburan air yang keluar dari memek mama mulai menurun, serta tidak lagi sederas sebelumnya, bahkan lama kelamaan terhenti sejenak, lalu kemudian kembali keluar namun dengan semburan yang kecil, dan lama-kelamaan habis, kecuali hanya tetes-tetesan kecil saja. Dan setelah tak ada lagi air kencing mama yang keluar, kembali aku menjilati dan menyedot-nyedot memek mama, seolah tak puas walau perut ini serasa kembung terisi air kencing mama yang lumayan banyak tadi.

“Udah ya sayang...udah habis tuh pipis mama... mmmhh...kamu masih jilat-jilatin memek mama sih... masih kurang ya sayang....mmmhhhh...aaaahhhh...” ucap mama, sambil mendesah menikmati jilatanku.

Setelah merasa puas, kuminta mama untuk menyingkir dari atas tubuhku. Begitu aku bangkit, langsung kulumat bibir mama, dan untuk beberapa saat kami saling berpagutan.

Beberapa saat kemudian kami kembali duduk dengan posisi seperti sebelumnya, yaitu mama bersandar didadaku.

“Makasih ya ma, untuk pipisnya.... “ ucapku.

“Sama-sama sayang... Kamu puas sayang...?”

“Puas ma... pipis mama memang menyegarkan....” jawabku.

“Emang beneran enak ya sayang...? mama serius nanya nih....” tanya mama, sepertinya mama penasaran.

“Memang enak koq ma... asin-asin hangat gitu... mmm..gimana ya... pokoknya ada sensasi tersendiri yang sulit untuk dikatakan lah....” terangku.

“Mmm... mama koq jadi kepingin ngerasain juga deh gus... Kamu kencingin mulut mama ya gus.. mama juga ingin merasakan segarnya air kencing anak mama... Mau ya sayang...” pinta mama.

“Oow..dengan senang hati ma, kebetulan Bagus juga mau pipis nih... mmm.. bagaimana nih ma..? Mama tiduran terus Bagus kencingin atau bagaimana...?”

“Mmm...gini aja deh sayang... dibawah aja... diatas rumput situ... Mama jongkok, terus kamu ngencingin mulut mama sambil berdiri...oke..?” terang mama.

“Oke deh ma...” jawabku.
Setelah itu kami turun dari atas gazebo yang pada bagian tengah lantainya terdapat genangan air seni mama bekas tumpahan tadi.

Kemudian mama duduk bersimpuh diatas rumput taman.

“Ayo sayang... mama siap menerima asupan minuman segar dari kamu...Ayo langsung kencingin mulut mama sayang....aaaakkk...” sambil bersimpuh mama membuka mulutnya lebar-lebar, bersiap menerima semburan air seniku.
Akupun telah berdiri dengan jarak sekitar setengah meter didepan mama. Kupegang batang penisku dengan tangan kanan.

“Siap ya ma... satu..dua..tigaaa.....”
Srrrrrrrr......
Bersamaan dengan itu menyemburlah air kencingku kearah wajah mama, yang segera kukontrol penisku agar air kencingku mengarah masuk tepat kedalam mulut mama.
Kulihat mama seperti kewalahan menerima semburan air seniku yang deras. Sebagian besar masuk kemulutnya yang kemudian ditelan, namun ada juga yang tumpah menggenangi leher, tetek, hingga perutnya. Leher mama tampak bergerak-gerak sebagai tanda sedang menelan sesuatu. Ya, dengan antusiasnya mama meminum air kencingku.


“Fuuuaahhhh....hmmmgghh..glek... glek..glek... khlok..khlok...hmmmrrhh...fuuaahh....” hanya suara seperti itu yang keluar dari mulut mama, sepertinya dia sudah tidak sempat lagi untuk berbicara.

“Fuuuuaaaahhhh....wuuiihh... matap gus... terus gus...yang banyak gus...woooww..keramas nih....hi..hi..hi.... keremas air kencing...hi..hi..hi...wuuuhh...” oceh mama, sambil menggosok-gosok rambutnya seperti orang sedang keramas, saat semburan air kencingku kuarahkan kearah kepalanya. Tersenyum geli juga aku melihat tingkah mama itu.

“Ayo ma.. minum lagi ma.... dikumur-kumur dulu dong ma...he..he..he...” godaku, saat kembali kuarahkan pada mulutnya.

“Hhmmfffuuhhh...ghlok...ghlok...ghlok...ghlok... gleg.. mmaahhhh...“ seperti yang kuprovokasikan, mama mengkumur-kumur air kencingku, kemudian baru meminumnya.

Beberapa saat kemudian, habislah pancuran air seni yang keluar dari penisku. Bersamaan dengan itu batang penisku langsung dikulum oleh mama untuk beberapa saat.

“Woww... mama binal banget ma.... seksi... kaya’ lonte ma...kaya’ lonte pinggir jalan...he..he..he.. Bagus jadi tambah nafsu ngeliatnya...” godaku, saat mama selesai mengulum kontolku. Aku sengaja menggunakan kata-kata seperti itu karna sebelumnya mama pernah bilang bahwa dirinya juga suka kalau aku sesekali menyebutnya seperti itu saat melakukan aktifitas seksual, ada sensasi tersendiri menurutnya. Dan akupun juga suka. Disaat aku merasa gemas secara seksual atas kebinalan mama, aku terpancing untuk mengucapkan itu, seperti ada gairah tersendiri saat mengucapkannya.

“Masa’ sih sayang.... kamu suka ya kalau melihat mama seperti lonte pinggir jalan...seksi ya sayang..? menggairahkan ya...?” tanya nama.

“Iya ma...suka sekali... sini lonteku sayang... mamaku lonte murahan... sini Bagus ciumin mulut lontemu itu .... mmmfffhhh....”

Mama yang masih dalam posisi bersimpuh segera kuajak berdiri dengan mengangkat lengannya. Sekujur tubuh mama yang basah kuyup dengan air kencingku itu dengan bernafsu kuciumi dan kulumat mulutnya.

“Sekarang, mamaku yang kaya lonte murahan Bagus entotin ya.... ?“ ujarku, sambil meremasi pantat besar mama.

“Iya nih sayang... mamamu yang kaya’ perek kolong jembatan ini udah gak sabar pingin dientotin sama kontol anak kandung mama.....” ucap mama, sambil tangannya mengockok-ngocok batang penisku.

“Ya, udah.. sekarang mama nungging disini, biar pantat mama yang kayak gentong ini lebih keliatan menantang....” pintaku, seraya mama menungging diatas lantai gazebo. Posisi mama yang disebelah pinggir gazebo membuat pantatnya itu mengarah padaku yang berdiri dibawahnya.

Yes, posisi yang ideal. Dengan mama menungging diatas gazebo, praktis posisi pantat mama sejajar dengan penisku, sehingga aku dapat “menggasaknya” dengan posisi berdiri.
Wooww... sungguh posisi yang benar-benar menggiurkan dan menantang. Pantatnya yang super besar itu terekspose sempurna.

“Apanya yang mau dientot nih ma... memeknya atau anusnya...? “ tanyaku, sambil meremas-remas dan menampar-nampar pantat mama.

“Terserah kamu sayang... kamu bebas melakukan apa yang kamu suka... bagi mama sih, dientot memeknya atau anusnya sama-sama enak... masing-masing memiliki sensasi tersendiri....” jawab mama.

“Mmm..kalau begitu sih, Bagus memilih ngentot lobang anus mama saja... pantat gede yang lagi nungging seperti ini lebih enak dientot lobang pantatnya... Pantat gede memang lebih cocok disodomi... apalagi pantat gedenya lonte kolong jembatan yang tarif sekali ngentot 20 ribuan seperti mamaku ini.. yang biasa dientot sama tukang becak dan pemulung, iya gak ma..?” ucapku, seraya kucolok liang anus mama dengan jari telunjukku untuk sekedar pemanasan sebelum kontolku menggenjot anusnya.

“Oh, iya sayang... pilihan kamu tepat sekali.... perek najis kaya’ mama ini memang lebih cocok dientotin lobang anusnya... ayo sayang... langsung ditoblos aja lubang pantat mamamu ini sayang.... mama juga udah gak sabar nih.... “ ujar mama, sambil menggoyang-goyangkan pantatnya.

Setelah kupinta mama mengulum kontolku sebentar untuk sekedar memberi pelumasan dengan ludahnya, kini batang penisku telah siap kuarahkan kedepan lubang anus mama.
Bless... tanpa banyak kesulitan batang penisku telah masuk kedalam liang anus mama, yang kemudian langsung kugenjot maju mundur. Ah, sedapnya.

“Aaaaaahhhhh.... lobang bo’ol mama tambah lama tambah nikmat aja rasanya ma.....” ujarku, sambil terus menggenjot liang anus mama.

“Pasti dong sayang....lobang bo’ol siapa dulu... lonte kolong jembatan gitu lho.... pasti nikmat dong lobang bo’olnya.... ayo sayang...entot yang kenceng lobang bo’ol mamamu yang lonte ini sayang.... entotin lobang tai mamamu.... kamu suka kan lobang tai mama sayang.....iyakan sayang.....uuuuuuhhh.....” oceh mama, sambil pantatnya ikut bergerak maju mundur berlawanan dengan gerakanku, sehingga disaat pantatku bergerak maju, pantat mama bergerak mundur. Semakin tandas dan mantap saja kontolku menghujam keliang anus mama.

“Iya ma... pasti anakmu ini suka dengan lobang tai mama... lobang tai lonte... aaahhh...lobang tai lonte memang enak dientot....apalagi lonte murahan kaya’ mama...wwuuhh... nikmat sekaliiiii... huhhh...huhhh...huhhh... huhh..huhh.....” racauku, dan semakin cepat dan gencar pantatku bergerak maju mundur, bahkan mama sudah tidak lagi menggerakan pantatnya karna sulit mengimbangi kecepatan sodokanku.

Plak...plak..plak..plak...plak...
Brott..brott..brott..brott..brott...

“Aagghhh.....nah..gitu sayang....mantaaaapp.... uuuuhhh... mantap sekali sih sodokan kontol kamu sayang.... anak sialaaan...anak yang doyan ngentotin ibu kandungnya sendiriiii.... dasar mother-fucker kamu.....anak haram jadaaaahhhh.... aaaahhhh...” racau mama, sepertinya mama mulai histeris.

“Iya ma.....ngentotin ibu kandung sendiri memang enak sih ma.... tidak ada rasa yang lebih nikmat dari ngentotin ibu kandung sendiri ma....aahhh... huhh..huhh..huhh..huhh..huhh......” balasku, semakin semangat dan gemas saja aku membombardir anus mama. Nafsu birahi ini semakin bergejolak, dan sepertinya ingin segera mencapai puncaknya, itu dapat kuyakini dengan rasa nikmat yang semakin kurasakan.

“Sayang... tolong hentikan dulu sayang...stop...stop...mama mau klimaks sayang... tolong kamu entotin memek mama dulu ya sayang... biarkan mama telentang dulu....” pinta mama, sambil tangan kanannya menahan perutku.

“Oke ma....kita keluarin sama-sama aja ma....kita keluarin bareng....bagus juga kayaknya udah mau ngecrot nih....” setujuku, seraya kucabut batang penisku dari anus mama.

Begitu batang penis tercabut, dengan cepat mama merangkak agak ketengah, lalu merebahkan tubuhnya dengan posisi telentang diatas lantai gazebo yang basah oleh air kencingku tadi.

“Cepat sayang... cepaaaat anak sialaaan... mamamu yang lonte ini udah mau klimaks tau....perlu disumpelin sama kontol lobang memeknya.....nah..gitu dong....” histeris mama, yang langsung menarik tubuhku yang baru saja naik keatas gazebo. Dan dengan secepat kilat langsung kumasukan batang penisku kedalam memeknya yang menganga karna memang kedua pahanya mengangkang lebar, yang langsung kugenjot dengan kecepatan penuh.

Jrott...jrott...jrott...jrott...jrott
Plok..plok..plok...plok....plok...

“ Aaaaaaaaaaaahhhhh.... genjot yang kenceng sayang..... entot memek mama yang kuat Bajingaaaaaannnn..... Jahanaaammm....kamuuuu... Mama keluar sayang.... Lontemu keluaaarr....aaaaaaakkkkk.... ngentooooottttt..... anjiiiiiing....enak bangeeeeeetttt.......kontol kamu, anjiiiiing........enak bangeeeeett...uuuuugghhhh...ampuuuuuunnn.....” erang mama, mengekspresikan rasa nikmatnya.

“Aaaaaaaaahhhhh.... Bagus juga mau keluar ma..... kita keluarin bareng ma........aaaaaaaahhhh...... uuuhhh...uuhhh..uuuhhh...uuhhh.....”

“Iya sayang....peluk mama sayang....cium mama...mmmmfffff....” pinta mama.

Akhirnya kamipun mencapai klimaks secara bersamaan, yang dibarengi dengan saling berpelukan erat dan mulut kami saling berpagutan. Ah, sungguh sensasi yang luar biasa mengcapai puncak kenikmatan secara berbarengan.
Untuk beberapa saat kami masih saling berpelukan dengan posisiku menindih tubuh mama, dan tentunya masing-masing kelamin kami masih saling bersinergi walau tanpa aksi, karena memang sudah tidak lagi berpenetrasi.

“Kamu puas sayang...?” tanya mama, diikuti dengan mengecup mesra bibirku.

“Iya ma, Bagus puas sekali.... Bagus benar-bebar bahagia... “

“Sukur kalau kamu bahagia sayang... mama juga merasa bahagia sekali... mama benar-benar merasakan nikmat orgasme yang tak terlupakan, apa lagi tadi kita sama-sama orgasme secara bersamaan ya sayang... mmm..hot banget...”

“Iya ma... apalagi tadi waktu mama orgasme itu heboh banget... penghuni kebon binatang keluar semua ma..he..he..he..”

“Hi..hi..hi... iya tuh... mama kaya’ hilang kendali sayang.... abisnya enak banget sih... kayaknya gimana gitu.... tapi kamu juga tuh, segala ngomong mama kaya’ lonte yang tarifnya sekali ngentot 20 ribu lah.... Emangnya hari gini masih ada PSK yang tarifnya 20 ribu gus...?”

“He..he..he... mana Bagus tau ma.... Bagus aja cuma asal ngejeplak....”

“Ih, dasar kamu.... asal jeplak aja tuh mulut...“ ucap mana, sambil memencet hidungku.
 
Terakhir diubah:
Wow mantap updatenya, kalau mulustrasi nya model korina kova makin mantap :semangat:
 
Bimabet
ungkapan kata-kata yg sangat menginspirasi ketika bergumul dengan mama yg binal.
kata-kata kasar, jorok bagaikan kata-kata romantis.
hubungan incest adalah suatu berkah
Tuhan memberkati kedua insan tersebut dengan nikmat tiada tara.

lanjut suhu adegan panas membaranya :marah:
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd