Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Paradiso!

Bimabet
@lerlah: uwe juga belajar dari sini :galau:
makasih komennya yah gan lerlah.. :ampun:

@ocit: pala puyeng lik... :pusing: 2 apdet ini bisa cepet soalnya gak banyak yang dirubah... FYI aja, habis ini... Paradiso masuk ke phase antimainstream... dimana waktu itu saya masih labil dan terlalu banyak yang pengen ditulis di saat yang bersamaan... akibatnya cerita mung isine flashback wae.... :berbusa: nah... itu yang pengen ane perbaikin di next apdet...

harap sabar menunggu... :ngeteh: :mancing:
 
Setelah baca puluhan cerita laen, ternyata Paradiso ini masih salah satu favorit sy nih, sekarang kerasa lebih rapi n mengalir banget. Nice bang jay
 
Setelah baca puluhan cerita laen, ternyata Paradiso ini masih salah satu favorit sy nih, sekarang kerasa lebih rapi n mengalir banget. Nice bang jay

:galau:
makasih komennya gan moel.
maturnuwun :ampun:
 
nubi ikut nimbrung om jay.
karyanya luar biasa om jay,, kereen. galau nya terlalu mengena, ssnya juga keren. belum lg pemilihan bahasa nya yg "wah", kereenn baget om jay..

ane pernah baca karya om jay yg judul terjebak nostalgia itu (karena ga sengaja gra2 maintenance server yg flashback beberapa bulan sebelumnya.).
gila baik joke maupun gloomy nya terlalu mengena. kereen cerbung itu, meskipun belum selesai bacanya udh di hapus lg ceritanya.. tp kereen. (mmaf oot)) hhehe di tunggu updatenya om jay :beer:
 
One of my favorite writer.. awsome bro jay can't wait 4 the next update..
 
Welcome back cah galau.. Alias om jaya s...

Maap cuma mau ngomong dikit nich..

Its good to read this back...


Mo dikeripik ga... Huahahaha
 
Welcome back cah galau.. Alias om jaya s...

Maap cuma mau ngomong dikit nich..

Its good to read this back...


Mo dikeripik ga... Huahahaha

kyaaaa.... (ehm) ada flawed.... dikritik dong... ane lagi bingung bikin lanjutannya... secara habis ini kita masuk ke masa2 terkelam tulisanini (mad dog etc) ane minta masukan huhuhu

Anjirrr.... Salut buat sang maestro jayporn...

:ampun: makasih gan :ampun:

One of my favorite writer.. awsome bro jay can't wait 4 the next update..

ah ada gan meccha... :ampun:
thx udah mampir lagi... ane juga lagi nyariin wangsit ini...

nubi ikut nimbrung om jay.
karyanya luar biasa om jay,, kereen. galau nya terlalu mengena, ssnya juga keren. belum lg pemilihan bahasa nya yg "wah", kereenn baget om jay..

ane pernah baca karya om jay yg judul terjebak nostalgia itu (karena ga sengaja gra2 maintenance server yg flashback beberapa bulan sebelumnya.).
gila baik joke maupun gloomy nya terlalu mengena. kereen cerbung itu, meskipun belum selesai bacanya udh di hapus lg ceritanya.. tp kereen. (mmaf oot)) hhehe di tunggu updatenya om jay :beer:

makasih kometarnnya gan... terjebak nostalgia itu ibaratnya agan agan naik roller coaster terus rollercoasternya lepas dari rel.... kalau paradiso ini agan diajak naik perahu ngelewatin sungai yang berarak kaya tempat mandinya ava.... terus ngelewatin arus beriak-riak... riam demi riam... jeram demi jeram.... nggak tahu diujung sana ada air terjun gede... ;)

tn ada di watty btw ;)
 
Lho bukannya gampang itu.... Di cut aja... Cut tari kek.. Cut mutia kek.. Cu cut kek.. Paan kek... Wkwkwkwkwkwk.....


Ni hasil pengamatan gw so far..
1. Cerita lebih smooth.. Lebih ke arah romansa.
2. Sambungan antar cerita pas bagian sheena kurang mengena..
3. Ada baiknya penggunaan kata pas Pak De nanya ke Ava itu dicarikan penggantian yg baik secara ini titik krusial.. Gimana anak saya. Enak Pak. Diberi tulisan miring. Cuma entah kenapa yg keluar dari mulut Ava .......ini terbaca lebih oke menurut saya.. Cmiiw
Btw.. Remake nya bagus...
 
ngebut baca 8 apdet terakhir :baca:
dan si otak tiba tiba ngajak bernostalgia untuk mengingat kembali seseorang yang dulu pernah singgah dihati dan berbeda keyakinan.
aah masa pendekatan emang masa yang menyenangkan :hore:

tetap menunggu apdet selanjutnya om jay :jempol:
 
Lanjut lagi gaes, kalau di arc yang kemaren (Crossing Fate), kita baru berkenalan dengan 3 tokoh utaman: Dream Painter, Lost Angel, dan Pain Carver. Dipdetan berikut ini masuk introduksi konflik ketiga tokohnya, di mana nanti akan ada 2 konflik besar di cerita ini.

Ada perubahan besar pasti dalam versi remake ini. Makanya, silahkan dibaca dan dikomen yah gaes :beer:
 
Fragmen 16
Requiem of The Broken Dream



Sesi nude painting dilanjutkan setelah Pak De pulang dari rapat bersama para koleganya di Museum Le Mayeur. Pak De berkata bahwa, nantinya akan ada 12 lukisan baru yang akan menjadi highlight dalam pameran Sang Maestro di Perancis, lukisan erotis Ava bersama Indira ini akan menjadi pembuka. Untuk karya berikutnya, Sang Maestro memerlukan model lain yang tak kalah liar dari si pemuda brewok.

"Saya saja, Jik!" Kata Kadek menawarkan diri dengan penuh pede. Pemuda itu nampaknya ikut meneteskan air liur menyaksikan pose mesra Ava dengan Indira dalam keaadaan tanpa busana.

"Hahahaha! Sayang sekali, Dek, kamu terlalu kurus! Lagipula saya mencari model perempuan! Yang liar! Tapi juga seksi! Tapi maskulin! Pokoknya yang.... RAWWWWR!" kata Pak De sambil terus melukis. "Tolong saya dicariken ya, Dek. Coba kamu hubungi Pak Nico di Seminyak, agensi modelnya biasanya punya model bagus-bagus."

Kadek mengangguk, meski dalam hati pemuda itu mulai gelisah. Liar? Seksi? Di mana harus mencari model seperti itu? Sang murid segera memutar otak. Banyak memang model cantik dan seksi yang sering menjadi model lukisan Sang Maestro. Tapi model yang seksi namun liar dan maskulin? Kadek bahkan tak tahu dari mana ia harus mulai mencari.

Benak Kadek berputar-putar, sebelum akhirnya memorinya tersangkut pada kejadian di Pub Crossing Fate seminggu yang lalu. Hanya sekilas barangkali ia bisa mengingatnya, namun wajah vokalis cewek berambut pendek dan bertato yang tak segan-segan berkelahi dengan lelaki itu segera berkelebatan di dalam benaknya.

= = = = = = = = = = = = = = = = = = = =​

Seorang wanita berambut pendek duduk resah di sebuah bar di tepi pantai. Tangan kirinya yang penuh tato memegang sebatang rokok mentol yang menyala, sementara pandangannya mengawang memandangi pesawat terbang yang melayang dari arah Bandara Ngurah Rai di kejauhan. Sheena tersenyum getir, membiarkan angin laut membelai rambut pendeknya.

Seorang pemuda ceking berkulit hitam dengan rambut gimbal asyik menggoyangkan kepalanya mengikuti alunan suara Bob Marley di depan Sheena. Kepalanya menggeleng-geleng asyik seolah hanya ada ada lagu itu saja di telinganya. Di bibirnya terselip sebatang rokok kretek, dadanya yang kurus dengan kalung dari tulang belulang tampak kembang-kempis menghisapi nikotin yang dirasakannya seperti nikmat surgawi, meski ia tahu ada asap yang lebih nikmat dari ini.

"No woman, no cry... No, no woman, no woman, no cry... woyo... yo... yo..." mulutnya yang ditumbuhi kumis tipis monyong-monyong tidak jelas, sembari sibuk mencampur berbagai macam minuman di bar panjang yang dilapisi kayu mahoni.

"Udahan deh, Malah nyanyi-nyanyi nggak jelas! Sakit kuping gue."

"Hey little sister, don't shed no tears... woyo... yo... yo..." Bob terus cuek bernyanyi, sambil menggaruk-garuk kemaluannya yang gatal, hingga Sheena semakin dongkol dibuatnya.

= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =​

Pantai Kelan. Sebuah pantai yang tersembunyi di antara Bandar Udara Internasional Ngurah Rai dan perkampungan nelayan di dusun Kedonganan. Terletak persis di sebelah Pasar Ikan Kedonganan, pantai Kelan nyaris tak terendus hiruk pikuk pariwisata Pulau Dewata yang semakin sesak tiap tahunnya. Hanya ada beberapa kedai ikan bakar, dan sebuah bar reggae suram yang masih mendentamkan musik meskipun jarum jam sudah menunjukkan pukul sepuluh lewat sepuluh.

Bar di pinggir pantai itu sudah sepi pengunjung, di pojokan ada beberapa bule kere yang teler setelah menenggak sebotol arak Bali yang dioplos dengan jus magic mushroom. Sementara di sampingnya ada dua sejoli yang sedang asyik berbincang, seorang bule dan kekasihnya yang berkulit eksotis.

Sebenarnya bar ini meniru konsep bar-bar yang ada di Havana atau Jamaika, sebuah bar eksotis dengan dinding bambu di pinggir pantai, lengkap dengan lampu-lampu gantung yang berwarna-warni. Namun kenyataannya Bar itu demikian suram, sesuram bendera besar berwarna merah-kuning-hijau dengan gambar daun singkong di tengahnya, serta foto Bob Marley terpasang menggantikan foto SBY, dan foto Mbah Surip menggantikan Budiono. Melihat bartendernya yang berambut gimbal -Bob- sudah bisa menjelaskan bar ini benar-benar diperuntukkan untuk turis-turis low budget.

"Gimana bisnis?" Sheena akhirnya membuka pembicaraan, basa basi barangkali.

"Yah, begini-begini aja. Makin sepi, namanya juga Low Season," jawab Bob lesu. "Elu?"

"Bulan ini, kontrak kita habis. Setelah itu gue harus cari tempat baru," Sheena menyahut tak kalah lesu. "Nggak gampang ternyata kalau nggak punya bekingan kuat di sini."

"Dari awal kan gue udah bilang, langsung ngibarin bendera sendiri enggak gampang. Gue aja harus mengincar pasar pinggiran kaya gini. Gila aja kalau disuruh bersaing ngelawan bar-bar gede di Legian atau Seminyak. Apalagi elu ? Coba bayangin, Poppies II, men! Diapit Jalan Legian dan Pantai Kuta, kurang keras apa coba persaingannya?"

Sheena memilih menanggapinya dengan melengos, menenggak sebotol arak dingin di tangannya.

"Lagian, kan dulu elu sendiri yang bilang, Studio itu cuma buat batu pijakan. Sekarang Tato-tato elu udah mulai terkenal, seenggaknya di lingkungan Poppies II. Mungkin habis ini elu bisa join dulu sama orang lain... atau..."

"Nggak semudah itu, Bob," cepat Sheena memotong.

Sheena menjelaskan bahwa, diperlukan modal besar untuk menyewa tempat dan membeli peralatan tato. Bank tidak akan meminjamkan uang begitu saja tanpa jaminan, memaksa dirinya meminjam uang pada seorang pengusaha di Jakarta. Satu tahun sudah Sheena memulai bisnis tatonya, namun mencapai Break Event Point pun sulit dirasa. Hingga masa sewa tempatnya habis dan penagih hutang mulai datang menerornya.

"I'm fucked up," pungkas Sheena getir.

Bob menuangkan segelas arak ke gelas teman lamanya. "Tapi gue selalu yakin, Na. Semesta bakal kasih jalan. Kaya yang dibilang Bob Marley, Everything is gonna be alright."

"Everything is gonna be alright kalo ada arwahnya Bob Marley datang terus ngasih gue kerjaan buat ngelunasin hutang gue!" sambar Sheena sinis lalu menenggak arak hingga tandas.

Bob menghela nafas prihatin. "Lagian kenapa elu harus repot-repot balik ke Bali? Padahal gue denger elu udah ada kerjaan mapan di Jakarta."

"So? Gue nggak boleh pulang ke Bali?"

"Ya, gue nggak nyangka aja, setelah apa yang terjadi elu bakal balik lagi ke tempat ini... padahal..."

Cepat, Sheena menukas ucapan Bob, "Gue nggak bisa lari terus-terusan, Bob."

Bob menyadari, perkataannya tadi mendadak membuat air muka lawan bicaranya berubah mendung. Pandangan Sheena perlahan mengawang, memandangi laut yang menghitam di kejauhan. Angin laut berhembus memenuhi Bar 'The Rastafarian Pilgrims'. Dingin menerobos masuk, mencuatkan aroma samudera dan arak Bali ke segala penjuru ruangan Bar yang terbuat dari bambu.

"10 tahun kita nggak ketemu. Elu berubah, Na," kata Bob sambil menggaruk-garuk rambut gimbalnya.

"People changes..." Sheena menyalakan rokok kedua.

"Man, c'mon... Apa yang dibilang Awan kalau dia ngelihat kondisi elu sekarang?"

Tiba-tiba Sheena menggebrak meja sehingga membuat tamu-tamu lain terperanjat. Wanita berambut pendek itu menatap tajam ke arah Bob, kemudian berucap geram, "Bob! jangan sebut-sebut nama dia! Jangan rusak mood gue!"

Sheena menenggak segelas arak lagi, namun rasa arak itu seperti melipatgandakan pahit di dadanya. "Fuck," umpat Sheena pelan.

Awan. Mendadak nama itu kembali terngiang-ngiang di benaknya. Sheena mendengus dan membiarkan pahit arak memenuhi tenggorokannya. Betapa manusia itu begitu mudahnya bermimpi, begitu mudah bercita-cita. Namun apa yang tertinggal dari sebuah mimpi? Selain sebuah remah-remah ingatan yang tertinggal ketika engkau terbangun di pagi hari.

"Oke, sekali lagi ya kutanya: apa mimpimu?"

"Komikus!"

"Komikus? Hmm boleh juga... Nggak pengin jadi model?"

"Pengeen jugaa! Aku mau jadi model!"

"Kalau gitu aku yang jadi fotogafer!"

"Terus?"

"Aku yang motret kamu buat Vogue!"

"Asyik!"

"Kita wujudin mimpi kita!"

"Serius?"

"Serius!"

"Janji?"

"Janji!"

(Dan mereka mengaitkan jari, saling mengikat janji.)

= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =​

"Tapi dia nggak pernah nepatin janjinya kan, Bob?" Sheena menghembuskan rokoknya dengan hampa.

Bob terdiam, barnya sudah sepi. "tapi aku tahu, sampai akhir Awan berusaha nepatin janjinya."

Sheena menenggak arak. "nyatanya?"

"Itu bukan keinginan kita! Bukan keinginanmu, atau keinginan Awan kalau mimpinya nggak terwujud!"

"Makanya dari saat itu aku nggak mau lagi mimpi! Aku nggak mau lagi bercita-cita!"

Sheena mendengus, dan menenggak arak lagi. Betapa manusia itu demikian mudahnya bermimpi, demikian mudah bercita-cita. Apa yang tertinggal dari sebuah mimpi? Hanyalah sebuah bangun di pagi hari, hanyalah sebuah tiada dari asa yang memudar!

= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =​

Mimpi itu kini terbaring beku di Bale Daja. Rempah dan sebalut kain membaluri tubuhnya, menebarkan aroma wewangian yang membaur dengan asap dupa dan pekat tangis yang memenuhi udara. Juru kidung menembangkan kekidungan yang mengalun lirih untuk mengiringi seseorang yang akan menempuh sebuah perlawatan panjang. Seorang wanita terisak, menghaturkan sesaji untuk tubuh yang tak lagi bisa bermimpi itu.

Sheena kecil duduk di pojokan, lengan kiri dan dahinya masih dibebat perban. Dadanya dipenuhi dengan isak yang tak juga berhenti bergolak. Ia menutup mulutnya dengan tangan, sementara lara melelehi pipinya yang penuh lebam.

= = = = = = = = = = == = = = = = = = = = = =​

Kehilangan telah mengevolusi seorang gadis mungil berambut poni menjadi seorang wanita berambut pendek yang merajah tubuhnya sendiri dengan kurva dan berbagai warna. Matanya menatap tajam pada ujung jarum yang merajam nyeri, namun tak juga ia meratap dan memejam. Ia mengabaikan perih dan ngilu yang seperti hantu.

Pandangan Sheena perlahan mengawang, memandangi laut yang menghitam di kejauhan. Angin laut berhembus memenuhi Bar 'The Rastafarian Pilgrims'. Dingin menerobos masuk, mencuatkan aroma samudera dan arak Bali ke segala penjuru ruangan Bar yang terbuat dari bambu.

Sheena itu memandangi tangan kirinya yang penuh tato. Tato itu sekilas berbentuk naga, namun sisik-sisiknya merupakan tumpukan manusia yang merangkak dibalut nyala api yang membentuk tulisan "Inferno". Sheena meraba punggung Naga yang membentuk tulisan "Purgatorio", ada bagian yang menonjol memanjang sampai tulisan inferno. Sebuah bekas luka bakar yang berusaha ditutupinya.

"Wound heals, but scars wont," Sheena berkata lirih.

"Na, udah.... elu jangan minum kebanyakan..." Bob memperingatkan.

"Biar!" dengus Sheena dan menenggak untuk kesekian kali.

Gelas kesepuluh mengantarkan ingatan Sheena kembali ke lorong-lorong masa lalu... membawanya jauh bertualang ke dalam kisah Awan, Hujan, dan cinta yang tak sempat diucapkan....

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api
Yang menjadikannya abu.

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan
Y
ang menjadikannya tiada.

PLAYLIST

Sendiri | Chrisye
Aku Ingin | Sapardi Joko Damono


 
Terakhir diubah:
ngebut baca 8 apdet terakhir :baca:
dan si otak tiba tiba ngajak bernostalgia untuk mengingat kembali seseorang yang dulu pernah singgah dihati dan berbeda keyakinan.
aah masa pendekatan emang masa yang menyenangkan :hore:

tetap menunggu apdet selanjutnya om jay :jempol:

silahkan ditunggu gan :ngeteh:

pingin blajar bikin cerita sama mas jay..

silahkan gan.... pm aja... :beer:

Lho bukannya gampang itu.... Di cut aja... Cut tari kek.. Cut mutia kek.. Cu cut kek.. Paan kek... Wkwkwkwkwkwk.....


Ni hasil pengamatan gw so far..
1. Cerita lebih smooth.. Lebih ke arah romansa.
2. Sambungan antar cerita pas bagian sheena kurang mengena..
3. Ada baiknya penggunaan kata pas Pak De nanya ke Ava itu dicarikan penggantian yg baik secara ini titik krusial.. Gimana anak saya. Enak Pak. Diberi tulisan miring. Cuma entah kenapa yg keluar dari mulut Ava .......ini terbaca lebih oke menurut saya.. Cmiiw
Btw.. Remake nya bagus...

siiip...
1. thx wed komennnya :beer:
2. bagian sheena yang mana yang fragmen 8: street without signs ya
3. sip... dipertimbangkan buat direvisi

tapi bingung di cut yg mana... huhuhuhu.... benernya yang kemaren itu udah mateng plotnya gitu... cuma kejebak di kebanyakan flashback dan bahasa yang makin ngaco (maklum masih labil dan antimainstream)...
 
“No woman, no cry… No, no woman, no woman, no cry... woyo… yo… yo…” mulutnya yang ditumbuhi kumis tipis monyong-monyong tidak jelas, mencampur berbagai macam munuman di bar panjang yang dilapisi kayu mahoni.
 
ummmm:galau: ane mau komentar apa nich, bang Jay..
:ngeteh:secara ini cerita level bagus banyak yang nantikan dan bagian kerinduan... dan ane bukanlah yang jago kritik...
hanyalah bisa menikmati keindahan penyampaian bahasanya.
:kk:

sungguh suatu keberuntungan, saat sedang butuh bacaan, tengok di halaman depan,, secara kebetulan Paradiso nongol ke permukaan,, taraaaa...
:hore: bang Jaya nongol dengan updatetan

:banzai:iyeeh,,,iyeehh,,,​
 
“No woman, no cry… No, no woman, no woman, no cry... woyo… yo… yo…” mulutnya yang ditumbuhi kumis tipis monyong-monyong tidak jelas, mencampur berbagai macam "munuman" di bar panjang yang dilapisi kayu mahoni.

Mungkin kata munuman itu maksudnya minuman ya bang?

:beer:
 
Bimabet
Aduh tmbh komplek aja suhu...gr" ini crita jd mbuka mbah google cr" istilah di bali n seluk beluk adat istiadatnya...
Nice suhu...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd