Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Paradiso!

Bimabet
Cuma bisa bilang sempurna untuk ceritanya suhu.....:ampun::ampun::ampun:walau ada kesalahan kecil penulisan kata dalam bahasa inggris atau kurangnya penggunaan koma dalam salah satu kalimat tapi isi ceritanya sangat membius pembaca semprot, terima kasih suhu jaya yang sudi menuliskan karyanya di forum ini......
 
Dari dulu begitulah cinta, deritanya tiada akhir :ngeteh:

Ijin bangun pos kampling suhu meskipun telat :baca:
 
Anda memang ruar byazah suhu jay :beer:

:mantap: abiz ni cerbung & dtunggu cerita lainnya.
 
In the middle of the journey of our life I came to myself within a dark wood where the straight way was lost.
-Dante Alighieri

Finaly you're back
Welcome back my fav author love it
 
Yaaahh kenapa baru tau..kudu baca Inferno duluan , pantesan sedikit bingung..but overall , sungkem buat suhu jay
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Wah endingnya joss gandoss suhu...
Sayang kayak ada yg kurang ..
Klo dibuatin versi OVA after ending kayak ee WOTit....he he

Selamat telah tamat paradisonya suhu bakal kangen sama karya yang begini:galau:
 
;) real yang dimananya brow? yang 2012?
atau yang apdetan ini?

itu kan... karena... :sendirian:

thx komennya gan :beer:




wohooo.... welcome... welcom bro gensex.... ane selalu inget nama-nama yang sering komen di Paradiso dulu.... ane juga sedih kalau inget trit lama udah kadung hilang, soalnya di sana juga banyak ada komen dari temen2 semua :galau:

turut prihatin atas musibah yang menimpa :ampun:

terima kasih udah mampir lagi di lapak ane...

ane selalu sukaa pd penulis yg ramah, terlepas cerita mrk good or bad, apalagi ini awalny udah biadab banget, pas plot dan narasi backgroundny ... maafkan hamba yg baru baca ini cerita suhuuu
 
Playlist

Rimba Amniotik (kutipan) | Dewi Lestari[/url]

Andai Aku Bisa | Chrisye

Tidurlah | Payung Teduh


beribu cerita sdah gw lahap dg rakus pd forum ini, sekelabatan nama "Jaya S" beterbangan dan gw bingung who is that ?, that is who ... ujar tuyul ... @the end, baru nemu nama sang nabi d forum ini beserta paradiso season 1-ny dan gw senang krn sesuai dg nama besarny .... bener2 biadab cerita dan narasiny, pas ; tak kurang bertutur dan tak lebih dalam exe ... wahhh, gw harus sujud nih ama karya ente wahai pertapa huruf, anjriiit keren maksimal !
 
Fragmen 44
The Old Maestro
-Pak De-

Tak Jauh dari tempat itu, Ava sedang berjalan bersama Pak De melewati jalan desa dengan pagar rumah yang masih nampak asli, dengan hiasan Penjor yang mencuat indah. Ava melihat di kejauhan sekumpulan pemuda desa sedang memegangi seekor babi berukuran gigantis. Babi itu memekik histeris, meronta sejadi-jadinya hingga membuat kewalahan orang-orang yang memegangi badannya yang besar kekar.

Beberapa ekor lainnya menunggu dalam kurungan bambu, sabar menanti ajal.

Ava harus melewati anak-anak kampung yang berkerumun dari kejauhan, penasaran menonton acara Penampahan, yakni penyembelihan ayam atau babi dalam rangka menyambut Hari Raya Galungan. Pak De menjelaskan, bahwa penampahan itu sebagai simbol untuk menyembelih sifat-sifat serakah dan suka bertengkar, seperti sifat buruk dari ayam, dan sifat-sifat malas pengotor seperti babi. Ava hanya manggut-manggut mendengarkan.

Seorang pemuda menyeruak kerumunan, membawa parang berkarat, Kadek. Ava hendak menyapa, namun diurungkannya, karena Kadek nampak sibuk meletakkan ujung parang yang tajam di urat leher si Babi.

Babi malang itu menatap iba kepada Kadek, tapi Kadek tidak peduli. Ava bergidik ngeri, mendengar jeritan si babi saat parang Kadek memutus urat lehernya. Ia meronta sejenak, sebelum mengelepar dengan darah segar yang mengucur ke dalam baskom.

“Ava! Ajik!” Kadek sumringah melihat Ava dan Pak De. Ia melambaikan tangannya yang berlumuran darah.

“Ui!” Ava hanya melambai dari kejauhan.

Pak De berjalan mendekat mengucapkan selamat Hari Raya dan berpamitan dengan warga desa, banyak yang berkata minta oleh-oleh. Pak De hanya tertawa terbahak, sambil menyulut cerutunya.

“Menurutmu gimana Indira? Uhuk... uhuk…” kata Pak De sambil melewati sekumpulan pemuda yang sedang mecacah daging, ngelawar: proses membuat Lawar yakni sejenis makanan olahan khas orang Bali yang biasanya terbuat dari cincangan atau potongan daging dengan campuran kelapa beserta sayur tertentu.

“B-baik… anaknya baik…”

“Cantik, nggak?” Pak De berkata sambil menghisap cerutunya.

“Ava tersenyum. “Nggak cantik, sih… tapi jegeg[SUP](1)[/SUP]…”

Pak De terbahak-bahak mendengarnya sampai terbatuk-batuk. “lengeeeeeh sajan, gus neeee![SUP](2)[/SUP]” kata Pak De sambil tergelak, dan mengacak-ngacak rambut pemuda itu. Lalu ia meranggkul pundak Ava, seperti ayah dan anak.

“Jeg jelas[SUP](3)[/SUP], Indira cantik, siapa dulu cetakannya!”



“Hahaha… cetakan? Ajik gitu, maksudnya.” Ava memandangi lelaki gemuk yang dipenuhi brewok di sampingnya.

Senyum Pak De semakin melebar, mendengar Ava memanggilnya ‘Ajik

“Haha saya bersyukur Indira lebih mirip Almarhumah istri saya, Julia…” Lalu Pak De mulai bercerita, di mana ia bertemu dengan istrinya, ibu Indira untuk pertama kali.


= = = = = = = = = = = = =


Those were such happy times
And not so long ago
How I wondered where they'd gone
But they're back again
Just like a long lost friend
All the songs I loved so well....


Sementara itu di ruang keluarga Villa Pak De, Lucille membolak balik album foto tua. Bibirnya tersenyum-senyum kecil melihat foto Indira waktu bayi yang sedang digendongnya. Ia membalik halaman lagi, kali ini senyumnya semakin lebar hingga lesung pipi-nya tercetak jelas.

Mata Lucille yang biru tak henti-henti menandangi foto bergambar seorang pemuda brewok telanjang dada, yang diapit oleh sepasang cewek bule yang nampak bagai pinang di belah dua. Cowok brewok itu Pak De semasa muda. Waktu itu Pak De masih kuliah di The Art Institute of New York, seniman muda jenius yang dikirim belajar ke luar negeri oleh kedua orang tuanya, -yang masih memiliki darah bangsawan.

Kebetulan Pak De dan mereka bertemu di konser musik legendaris bertajuk Woodstock Reunion 1979 di Madisson Square Garden.

Dari satu kebetulan, mereka berkenalan. Kemudian kebetulan ini bermuara menjadi kebetulan-kebetulan lain, meski tak ada yang namanya kebetulan dalam konstelasi alam semesta.


= = = = = = = = = = = = =


Lookin' back on how it was
In years gone by
And the good times that I had
Makes today seem rather sad
So much has changed...


“The two sisters, Julia and Lucille…” kata Pak De dengan pandangan mengawang. “They were hot…”

“M-maksud Pak De?”

Pak De tergelak. “Ayolah, Va… jangan pura-pura polos seperti itu. Waktu itu tahun 70-an, jamannya Generasi Bunga! Flower Generation! *****, alkohol, dan rock and roll! Waktu itu benar-benar gila! Dua lawan satu! Coba bayangkan, Va, dua lawan satu!” Kata Pak De berapi-api, sebelum menyampaikan FR-nya yang sudah berusia 3 dekade lebih.

Ava menelan ludah.

“Hahahaha… mantap kan? Tapi buat generasi milenium seperti kamu, saya yakin kamu juga sudah pernah…”

Dua lawan satu? Dua hari yang lalu, jik. Sama Indira dan Sheena, batin Ava. Namun ia menggeleng, gugup.

“Saya pikir kamu sudah pernah sama Sheena dan Indira… hahahaha…”

Wajah Ava mendadak pucat. “Ah Ajik… n-ngomong apa sih… ha… ha… ha…”

“Haha, saya cuma bercanda….” Pak De terbahak melihat Ava salah tingkah. “Ava… Ava… terus terang, saya lebih ikhlas Indira sama kamu, daripada sama si Dewa itu.”

“Ah, Ajik… s-saya sama I-indira ng-nggak ada apa-apa… B-bener.” Ava menjawab, terbata.

Pak De hanya terkekeh-kekeh, mengajak Ava duduk di pinggir bale, melihat Ibu-ibu yang sedang menyusun buah-buahan sebagai sesaji yang akan dihaturkan dalam sembahyang Galungan esok hari.

“Ava, kamu itu berbakat, kamu orangnya baik, ganteng, dan yang paling penting...” Pak De menepuk dada Ava. “…kamu punya mimpi.”

Ava tersenyum, tapi senyumnya terasa agak berat kali ini, karena sepertinya ia tahu kemana arah pembicaraan ini.

“Dalam konstelasi alam semesta, nggak ada yang namanya kebetulan, yang ada hanyalah sudah digariskan, dan kedatanganmu ke rumah saya seperti sudah ditakdirkan oleh Hyang Widhi

Ava tidak menjawab, perasaannya campur aduk.

“Sudah kamu pikir-pikir yang saya bilang waktu itu?”

Senyum Ava perlahan terasa kecut. “Saya… masih perlu waktu… Jik.” Ia memandang sesaji buah-buahan yang ditumpuk tinggi. Juga ibu-ibu berkebaya yang sedang menyiapkan dupa dan bunga untuk persembahyangan esok hari.

Mengubah arah kiblat jauh lebih rumit daripada menjawab ‘ya’ atau ‘tidak’.

“Jangan lama-lama mikir-mikirnya. Waktu saya nggak banyak, Va.” Pak De terkekeh pelan, sebelum terbatuk-batuk. “Apapun jawabanmu, saya mohon jangan bawa kabur Indira… Apalagi waktu saya ke Paris, hahaha…”

“Ah, tuh kan, Ajik makin lama makin ngelantur ngomongnya ah…”

Pak De tersenyum. “Ya… ya… saya percaya sama kamu kok.” Pak De menepuk pundak Ava. “Saya malah takut dulu Indira dibawa kabur sama Dewa…”

Suara Pak De yang tadinya tegas lamat-lamat berubah menjadi getir. “Makanya, daripada Indira dilariken orang nggak jelas, lebih baik Indira sama kamu saja. Bener, Va… serius! saya ikhlas… Tapi… yah… kamu sudah tahu, kan… apa konsekuensinya? Uhuk huk ehhm..”

Ava tidak menjawab, hanya mengangguk pelan. Paru-parunya penuh oleh asap dupa yang dibakar di Pura Kecil di pojok Bale Banjar. Gendang telinganya bergetar oleh alunan mantra dan gemerincing lonceng yang tak henti berdenting.

Mengubah kemana kau menyembah, jauh lebih rumit dari sekedar anggukan atau gelengan kepala.

Kemudian Pak De kembali berjalan dan bercerita tentang sulitnya tidak punya pewaris laki-laki, sambil sesekali ditimpali batuk yang keluar dari kerongkongannya.

Kali ini tak sampai sepuluh langkah Pak De kembali terduduk, memegangi dadanya. Nafasnya perlahan mulai memburu, hingga meninbulkan bunyi “nggiiiik…” panjang setiap ia menarik dan menghembuskan nafas.

“Eng.. Ajik nggak apa-apa? Udah Jik, nggak usah dipikirin lagi.”

“Hah.. iya..” Pak De terengah, mengatur nafasnya yang kini tinggal setengah.


= = = = = = = = = = = = =​


Lucille sampai di sebuah halaman album foto. Ada foto Julia dan Pak De yang mengenakan busana khas Bali, foto pernikahan Julia dan Pak De. Indira datang membawakan teh hangat untuk bibi-nya. Sekilas ia menyadari air muka Lucille, yang perlahan berubah mendung.

“Tante… ini teh-nya…”

“Oh iya, mana ini, Kak Gede? Kok jam segini belum siap-siap? Awas nanti ketinggalan pesawat.” Lucille berkata, buru-buru tersenyum.

“Iya, ya…” Indira ikut cemas, sambil keluar ke teras. “Nah, itu mereka.”

Pak De berjalan di samping Ava sambil terbatuk-batuk. Melihat Lucille muncul dari balik punggung Indira, membuat mata Pak De mendadak menyala cerah.

“Ada Gek Lucille, ya... kapan... datang…?”

“Barusan, haduh… haduh… Kak Gede ini masih saja gila-gilaan ngerokoknya…”

Wajah Lucille berseri, perpaduan antara girang dan sebal, melihat Pak De malah mengeluarkan sebatang cerutu.

Pak De tersenyum. “Cuban Cigar, just like the old time and you.”

“Kak, udah deh nggak usah ngerokok lagi! Nafasnya udah kaya gitu!” Lucille agak khawatir, melihat nafas Pa De yang kembang-kempis.

“Nggak apa-apa… Cuban Cigar itu... obat batuk… uhuk.. uhuk…”

Tangan Pak De bergetar, menyelipkan cerutu di bibirnya, dan menyalakan Zippo. Namun tak sampai sedetik, Zippo beserta cerutunya sudah terjatuh di tanah. Disusul tubuhnya yang berdebam keras dan pekik panik semua orang.


To Be Continued


sorry, tertulis zippo ; the windproof lighter .. itu benda keramat suhuuu
 
Epilog
Paradiso



Studio Ava...

Terdengar suara langkah yang diseret. Indira meronta jenaka, digeret Ava dan Sheena di lorong sepanjang galeri itu.

“Tutup mata.”

“Nggak mau!”

Sheena menutup paksa mata Indira hingga dia terkikik-kikik lucu. Terdengar pintu berkeriut dibuka Ava, hanya ada satu kanvas diruangan itu, satu kanvas besar yang disorot oleh lampu halogen.

“A-apa ini?” Indira tertegun lama, menghadapi kanvas raksasa dengan warna hitam yang berkontur-kontur, lukisan abstrak yang magis.

“Kejutan dari kami,” bisik Sheena, bersaamaan dengan lampu yang dipadamkan Ava.

Dalam kegelapan, kanvas hitam yang berkontur-kontur tadi menyala terang. memunculkan gemerlap bintang yang berkerlap-kelip, sebuah lukisan fluorescent, membentuk tangga yang menjulang ke langit, menelan Indira ke dalam dimensi magis lukisan itu.

Dan detik itu juga, air mata Indira menetes tanpa tertahan lagi, entah bahagia, ataukah dilarut haru biru, namun lukisan di depannya itu seperti merangkum segala perasaannya semenjak bertemu Ava dan Sheena, segala emosi membaur, melabur, dan menggelegak di dalam kalbu, menenggelamkan Indira dalam kebahagiaan tak terbatas. Indira hanya sesengukan, memeluk Ava dan Sheena erat-erat.

Sheena, Pengukir Perih yang berusaha lari dari masa lalu,

Indira, Bidadari yang tersesat di jalan kehidupan.

Ava, Pelukis Mimpi yang melukis masa depan.

Mereka sama-sama kehilangan...

Bersama, mereka saling menemukan. Bersama, mereka saling menyembuhkan. Bersama, mereka meraih kebahagian.

Dan kini, ketiganya saling berpegangan tangan.

“Aku tahu, ini judulnya apa,” bisik Indira.

Ava dan Sheena tersenyum dan saling menatap.

Paradiso.


THE END


Sempurna yang kau puja,
Dan ayat-ayat yang kau baca
Tak kurasa berbeda
Kita bebas untuk percaya







Playlist

Under Pressure| Queen feat. David Bowie

Hagia| Barasuara



Terima kasih, saya ucapkan kepada
semua yang membantu saya dalam menyelesaikan karya ini,
yang menjadi inspirasi bagi karya ini
yang saya repotkan siang dan malam untuk menjadi proofreader
yang membantu saya merancang sebuah plot megah
yang saya ajak diskusi mengenai adat istiadat
yang selalu memberikan semangat
yang selalu menyundul walau cuma sepatah kata
yang selalu nagihin update
yang selalu memberikan komentar membangun
yang memberikan ide-ide cemerlang
yang memberikan kripik pedas
yang menyambut edisi remake ini
yang saya ajak ngobrol ngalor ngidul di lounge nemenin nulis paradiso
yang udah nyimpenin softcopy paradiso 2012 sehingga cerita ini bisa dirlis ulang
boissmann (makasih udah bikinin pdfnya) flavus banana (nyimpenin doc) dan banunuba
dan teruntuk sahabat yang hadir bersama cerita ini, dan senantiasa menemani langkah saya sampai saat ini... Spartan Family..

Terima Kasih semua...

tanpa kalian, perjalanan ini tidak akan mencapai ujung..

tanpa kalian, tidak akan ada sebuah akhir bahagia,

Paradiso...


-Jaya Suporno-
2016

sampai d sini, baru sy ngeh bahwa tulisan ini, bahwa tutur ini, bahwa cerita ini bukan tentang eny arrow yang meledak2, bukan cerita panas bersambung media coli ... ini tentang makrifat, ini berkaitan dg tauhid, ini tentang tuhan yang tunggal yang d sebut dg berbagai nama dalam koridor agama, maqam awal dlm keimanan adalah kenal diri agar dapat mencandra sang dzat wajibul wujud ... fiuhhhh, benarlah ente sang resi dlm pitutur kisah birahi sekaligus satire dlm kebenaran yang tersamar dalam tebaran huruf terangkai .... bener2 biadabb, brohhh

you are my brother rock n' roll !
yeahhh,
 
makasih gan apresiasinyra.. :ampun: :suhu:. ini cerita ditulisnya lama banget satu tahun setengah, yang bantuin nulis juga banyak banget sampe bisa tamat kaya gini, kalau sekarang mah: ane disuruh bikin cerita cerita kek gini lagi ane :mati: :pusing: :hua: hehehehehe...h
sekarang ane nulisnya cerita buah bahan :bacol: aja gan... jangan lupa mampir ke cerita ane yang baru Naked Adventure

makasih juga buat semua yang udah baca dan komen, sorry gak bisa bales satu2, soalnya jarang banget ane tengokin nih trit.... :pandapeace:
pasca semprot ganti engine mungkin banyak link yang sudah mati terus lay outnya yang berubah, tapi gak papa ya... maap belom sempet edit2 lagi... soalnya lagi asyik nulis kinan hehehehe....

salam :hore:
 
Bimabet
om, indexnya rusak tolong dibenerin yahh... ane mo baca tapi susah...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd