Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

PEJANTAN PERKASA update Part 15 A

Part 05





K
epasrahan Ina membuatku terharu. Terlebih kalau aku menilai dari “bentuk”nya. Ya, Ina bukan bentuk cewek kampung. Ina takkan memalukan kuajak jalan ke luar negeri sekali pun. Dalam hal ini aku merasa kagum juga keopada Ayah. Karena beliau bisa mendapatkan cewek yang berkualitas tinggi ini.

Lebih daripada itu semjua, yang membuatku kagum kepada Ina ini adalah penurutnya itu. Apa pun yang kuminta, ia lakukan. Dan apa pun yang kulakukan, dia mengikutinya dengan kepasrahannya.

Begitu pula ketika kuminta merenggangkan sepasang paha putih mulusnya, Ina menurut saja. Sepasang pahanya direnggangkan selebar mungkin seperti yang kuminta.

Lalu kusibakkan jembutnya yang berseliweran ke mulut memeknya. Dan kungangakan mulut memek Ina, sambil memegang lampu senter yang hanya sebesar coin ini. Kusorotkan lampu senter mini ini ke dalam mulut memek Ina yang sudah kungangakan ini. Lalu mengamati keadaan di dalamnya. Memang masih serba terkatup rapat. Aku pun sudah yakin bahwa Ina masih perawan. Masalah darah perawan, soal kedua. Yang jelas secara kasat mata pun aku sudah percaya bahwa memek Ina masih perawan.

Hal itu membuatku semakin bergairah. Lalu kujilati memek Ina secara habis – habisan, sambil mengalirkan air liurku ke dalam celah memeknya.

Ina pun mulai mengepak – ngepakkan kedua tangannya ke kain seprai. Sambil menahan – nahan nafasnya. Terlebih lagi setelah jemariku ikut campur, untuk menggesek – gesek kelentitnya, Ina menggeliat – geliat sambil mendesah – desah. Kedua tangannya pun meremas – remas kain seprai.

Bahkan pada suatu saat Ina mengejang sambil merintih, “Kaaaang .... ooooooooooooo ... ooooohhhh ... Kaaaaaaaang ... “

Aku tahu Ina sedang bderada di puncak orgasmenya. Tapi memang itu yang kuharapkan, untuk mempermudah penetrasi kon tolku ke dalam liang memeknya nanti. Karena kalau memek Ina sudah orgasme, pasti liang memeknya akan mekar. Sedikit mengembang diameternya.

Dan setelah Ina terkulai lemas, dengan cepat tapi cerfmat kuletakkan moncong kontolku di ambang mulut memek yang sudah mekar dan basah kuyup itu. Kemudian kudorong sekuatnya ... uuuuughhhhh ... malah meleset ke bawah. Kuletakkan lagi kontolku pada sasaran yang kuanggap sudah ngepas. Lalu kudorong lagi sekuatnya ... sialan ... meleset lagi ... !

Nista, madya, utama ... kata orang – orang tua dahulu. Sekali gagal, dua kali gagal, ketiga kalinya tidak boleh gagal lagi.

Maka untuk ketiga kalinya aku melakukan hal yang sama. Ternyata berhasil. Sedikit demi sedikit kontolku melesak masuk ke dalam liang memek Ina Agustina.

Memang dibutuhkan tenaga yang kuat dan kesabaran untuk menembus liang memek yang masih perawan ini.

Dengan sekuat tenaga kudorong dan kudorong lagi kontolku. Sampai membenam lebih dari separohnya. Sementara Ina cuma memejamkan matanya, tanpa mengeluarkan suara sedikit pun.

Lalu mulailah aku menarik kontolku dengan hati – hati, jangan sampai terlepas dari liang memek super sempit ini. Kemudian kudorong lagi. Lalu kutarik lagi pelan – pelan. Dorong lagi sekuat mungkin.

Aku melakukan gerakan seperti itu terus, sampai terasa liang memek Ina mulai beradaptasi dengan ukuran kontolku, sehingga ayunan kontolku makin lama makin lancar sedikit demi sedikit. Bahkan moncong kontolku lama kelamaan bisa menyentuh dasar liang memek Ina Agustina.

Sementara itu, ketika kontolku mulai agak lancar mengentot liang memek super sempit ini, diam – diam aku mengangkat badanku, hanya untuk melihat kontolku sendiri. Lalu aku menemukan bukti nyata. Bahwa kontolku sudah diselimuti oleh lapisan darah tipis. Darah perawan Ina Agustina.

Maka sambil melancarkan entotan, aku menyempatkan diri mencium bibir Ina. Lalu berkata terengah, “Iiiii ... Ina benar – benar ... ma ... masih ... masih perawan. “

“Ya iyalah Kang ... aku bukan cewek yang seneng ngeluyur atau bergaul dengan anak muda yang gak jelas kelakuannya. Ooooh Kang ... ini makin lama makin enak rasanya Kaaang ... “

“Kontolku enak kan ?”

“Eee ... enak sekali Kang ... aaaaaaaaahhhhh ... Kaaaaaang Aseeeeep ... rasanya seperti sedang melayang – layang Kaaaang ... “

“Memekmu juga enak sekali Ina. Maklum memekmu kan masih perawan. Masih sangat sempit, “ sahutku sambil melambatkan entotanku, lalu mempercepat kembali.

Sehingga rintihan dan rengekan Ina mulai menggila.

“Kaaang ... ooooohhhhh .... Kaaaaang ... pantesan orang – orang bilang, bersetubuh itu enak sekali ... Kaaaaaaaang .... “

“Merintihlah sepuasmu In. Kamar ini kedap suara. Meski Ina menjerit – jerit sekali pun, takkan terdengar keluar, “ ucapku sambil menghentikan entotanku sejenak. Lalu melanjutkannya kembali.

Berbeda dengan biasanya. Mulutku tidak beraksi seperti biasanya. Hanya kugunakan untuk mencium bibir Ina, terkadang juga untuk mengemut pentil toketnya. Karena Ina masih pemula, belum waktunya merasakan variasi – variasi khusus. Biarlah dia merasakan nikmatnya gesekan kontolku dengan liang memek super sempitnya saja. Itu yang utama buat pemula seperti Ina Agustina.

Ina merintih – rintih histeris terus. Dengan tubuh mulai basah oleh keringat. Begitu pula tubuhku, sudah bermandikan keringat yang bercampur aduk dengan keringat Ina.

Kali ini aku tak mau menyiksa Ina berlama – lama. Karena aku harus memaklumi bahwa Ina baru sekali ini disetubuhi lelaki. Aku memang bisa bertahan lama di atas perut Ina. Tapi setelah Ina berkelojotan, aku pun konsen untuk memuntahkan air maniku.

Namun sayang, ketika Ina sedang terkejang – kejang dengan liang memek berkedut – kedut, aku terlambat ejakulasi. Sehingga ketika Ina sudah terkulai lemas, barulah aku memuntahkan air maniku di dalam memek Ina.

Creeetttttt ... crooooooooooooooottttt ... croooooooooooooooooooooottttt ... crettt ... crooooooooooooooooooooooooootttttt ... crooooooooooooooooooooooooootttttttttt ... !

Lalu aku terkulai di atas badan Ina yang sudah duluan terkapar lunglai.

Lalu perlahan – lahan kutarik kontolku, sampai terlepas dari liang memek Ina.

Ina pun duduk sambil memperhatikan darah yang sudah mengering di kain seprai.

“Itu darah perawan Ina, “ kataku, “Apakah Ina menyesal karena sekarang tidak perawan lagi ?”

“Sedikit pun gak nyesal, karena yang mengambilnya cowok yang kucintai, “ sahut Ina sambil memelukku.

“Walau pun kecil, di dalam memek Ina ada luka. Menurut orang tua, luka itu harus ditunggu sampai benar – benar kering. Kalau sudah kering, barulah aku akan menyetubuhi Ina lagi. “

“Kata orang malam pertama itu bisa sampai lima sampai delapan kali bersetubuh. Apa itu benar Kang ?”

“Aku gak mau berpatokan pada yang berlebihan itu. Memek Ina harus sembuh dulu bekas lukanya. Agar luka kecil itu jangan sampai melebar jadi luka besar. “

“Iya, iya. Berarti Kang Asep sayang sama aku ya ?”

“Ya iyalah. Kalau gak sayang aku pasti habis – habisan menyetubuhi Ina, tanpa peduli lukanya jadi semakin parah atau tidak. “

“Biasanya berapa hari lukanya mengering Kang ?”

“Tiga hari juga kering. Kalau lukanya sudah benar – benar sembuh, kita mau wikwik sepuluh kali juga bisa. “



Malam itu Ina tidur dalam pelukanku. Tampak nyenyak sekali tidurnya.

Keesokan paginya, Ayah datang lagi. Hanya untuk mengecek apakah semuanya berjalan baik – baik saja atau ada masalah ?

“Gak ada masalah Yah, “ kataku, “Hanya yang kupikirkan bagaimana selanjutnya ? Apakah Ayah akan memperlakukan Ina seperti Mama Lanny atau gimana ?”

Ayah menoleh ke arah Ina, “Bagaimana keinginanmu Ina ? Apakah kamu ingin bersamaku atau ingin bersama Asep ?”

Ina berpikir sejenak. Lalu menjawab, “Karena yang mengambil keperawananku Kang Asep, aku ingin dengan Kang Asep saja Ayah. “

Lalu Ayah menoleh padaku. “Nah ... pilihan Ina seperti itu. Bagaimana menurutmu Sep ?”

“Aku tak mau hubungan seperti dengan Mama Lanny. Selama tiga tahun tidak jelas statusnya. Sedangkan Ayah sudah menikahi Ina, pasti aku pun tak bisa menikah dengannya, “ sahutku.

“Hahahahahaaaaa .... “ Ayah malah ketawa terbahak – bahak, “Ayah belum menikah dengan Ina. Baru berniat menikahinya, kalau Asep gak mau sama dia. Tapi kalau Asep mau sama Ina, silakan saja. “

Aku kaget juga mendengar pernyataan Ayah itu. Lalu menepuk lutut Ina sambil bertanya, “Betul Ina ? Betulkah Ina belum menikah dengan Ayah ?”

“Memang belum. Ayah baru akan menikahiku kalau Kang Asep tidak mau sama aku, “ sahut Ina tenang.

Lalu Ayah berkata, “Kalau Ina sudah ayah nikahi, tentu ayah sudah melakukan sesuatu padanya. Tapi tanyakan saja sama Ina, apa yang sudah ayah lakukan padanya. “

“Iya, iya, “ aku mengangguk – angguk kecil, “Tapi istriku sudah empat orang. Berarti aku dengan Ina paling bisa juga nikah siri doang. Gimana ?” tanyaku pada Ina.

“Gak apa – apa. Yang penting Kang Asep akan selalu menyayangiku sampai kapan pun, “ sahut Ina terdengar lugu tapi jelas tujuannya.

Ayah yang menyahut, “Kalau soal itu sih jangan takut. Asep itu penyayang dan murah hati. Perempuan mana pun yang punya hubungan dengannya, diangkat derajatnya semua. “

“Jadi, “ lanjut Ayah, “sekarang Asep harus bawa Ina ke rumah ibunya. Lalu ceritakan saja rencana kalian selanjutnya mau bagaimana. “

“Iya Ayah. Mohon doa restunya aja, supaya aku bisa meletakkan Ina di tempat yang terbaik baginya. “



Setelah Ayah pulang, Ina memelukku dengan ketatnya, “Aku sangat mencintai Kang Asep. “

“Aku juga mencintaimu. Ayo siap – siap untuk menjumpai ibumu. “

“Iya yaya ... “ sahut Ina sambil bergegas membuka tas pakaiannya.

Tak lama kemudian Ina sudah duduk di sebelah kiriku. Dalam jeep berwarna hijau army ini.

Belakangan aku jadi suka mengemudikan jeep ini. Karena kurasa dengan mengemudikan jeep ini, kehadiranku tidak menarik perhatian. Karena pada dasarnya, aku tak mau jadi orang terkenal. Sebab menurutku, orang terkenal itu sulit menyembunyikan privasinya. Itulah sebabnya aku selalu pakai taksi ke kampus. Bahkan terkadang aku naik ojek. Sehingga diriku tidak menonjol di kampus. Yang penting bagiku, cepat menyelesaikan kuliah. Agar aku tidak terlalu ketinggalan oleh manager - managerku sendiri.

Sebelum menuju jalan ke arah rumah ibunya Ina, kubeloikkan dulu jeepku ke toko pakaian wanita yang paling terkenal di kalangan menengah ke atas di kotaku.

Di situlah kusuruh Ina memilih sendiri pakaian yang cocok menurut seleranya sendiri.

“Mau beli selusin, dua lusin, silakan aja. Pokoknya Ina harus tampil beda di depan Mamah nanti, “ kataku. ” Pilihlah yang mahal semua. Karena duit itu takkan menipu. Lebih mahal pasti lebih baik kualitasnya. “

“Ina tampak serba canggung memilih pakaian untuknya sendiri. Mungkin juga karena melihat harganya mahal – mahal. Maka akhirnya aku yanfg memilihkan pakaian untuknya. Karena aku ingin agar Ina terlihat keren di mataku.

Lebih dari 15 stel pakaian kupilihkan untuknya. Lalu kubawa semuanya itu ke kasir yang sudah sangat mengenalku (karena aku sering belanja di toko ini).

Salah satu gaun mahal yang kupilih, kusuruh Ina pakai di fitting room. Sehelai gaun berwarna biru keungu – unguan, dengan pernak – pernik di sekitar lehernya. “Yang ini pakai, yang dipakai campurkan dengan yang sudah kita beli. Supaya Mamah melihat kecantikan putri tunggalnya, “ kataku.



Beberapa saat kemudian, Ina sudah berada di samping kiriku lagi, dalam jeep hijau army-ku. Menuju rumah ibunya.

“Kalau ditinggalin sama Ina begini, Mamah sama siapa di rumah ?” tanyaku di belakang setir jeepku.

“Kalau siang sih ada pembantu. Tapi kalau malam, sendirian aja di rumah, “ sahut Ina.

“Kasian dong ya Mamah. “

“Tapi Mamah bukan wanita penakut. Sudah terbiasa hidup sendiri gitu sejak Papah meninggal. “

Ternyata rumah mamahnya Ina tidak jauh, hanya sekitar 1-2 kilometer dari batas kota. Di pinggir jalan raya pula. Sehingga tak sulit mencari tempat parkir, jeepku bisa diparkir di pekarangan rumah ibunya Ina yang cukup luas tanah kosongnya.

“Itu Mamah, “ kata Ina sambil menunjuk ke seorang wanita yang tampak berdiri di teras rumah berpotongan klasik dan lumayan megah itu. Meski belum berhadapan muka, aku tercengang di belakang setir jeepku, karena ibunya Ina itu ... kelihatan masih sangat muda. Aku pernah mendengar dari Ina, bahwa ibunya berusia 35 tahun, karena ibunya menikah di usia 16 tahun lalu melahirkan Ina di usia 17 tahun. Tapi penampilan ibunya Ina itu tampak jauh lebih muda dari usianya.

Ketika aku dan Ina turun dari jeep, ibunya Ina bertanya sambil menunjuk ke arahku, “Ini putranya Pa Jaja itu ?”

“Betul Bu, “ sahutku sambil mencium tangan ibunya Ina, sebagai tanda menghormati calon

“Kok Mamah langsung tau kalau Kang Asep ini putranya Pa Jaja ?” tanya Ina kepada ibunya.

“Kan tadi Pa Jaja nelepon sama mamah, “ sahut wanita yang dipanggil Mamah itu, “Ayo masuk Sep ... “

“Iya Bu, “ aku mengangguk sambil mengikuti langkah Mamah yang kata Ina bernama Yuyun itu.

“Kalau mau jadi calon Ina mah jangan manggil Ibu. Panggil Mamah aja, seperti yang biasa Ina sebut, “ kata Mamah setelah mempersilakanku duduk di sofa ruang tamu yang serba antik perabotannya.

“Iya Mah, “ sahutku.

Ina mau duduk di samping Mamah, tapi Mamah berkata, “Suguhin minum dong In. Jangan langsung duduk dulu. “

“Iya Mah, “ sahut Ina sambil melangkah ke belakang.

“Itu ada pisang galek sudah matang. Goreng aja Ina ... !” seru Mamah sambil menengok ke arah putrinya.

Lalu Mamah memandang ke arahku lagi, “Pantesan Ina langsung lengket sama Asep. Ternyata Asep tampan sekali gitu ... “

“Masa sih Mah ?” cetusku pura – pura tak percaya pada pujian Mamah.

Mamah berdiri, menghampiri sofa yang sedang kududuki. Lalu duduk di sebelah kiriku sambil bertopang kaki. Sehingga belahan kimono hitamnya memamerkan pahanya yang begitu putih dan begitu cemerlangnya.

Tiba – tiba Mamah mendekatkan mulutnya ke telingaku dan berbisik, “Besok pagi ke sini lagi ya Sep. Tapi Ina jangan dibawa dan jangan tau kalau Asep ke sini. Ada hal penting yang akan mamah sampaikan pada Asep. “

“Jam berapa Mah ?” tanyaku setengah berbisik juga.

“Sebelum jam sepuluh. Biar mamah sudah masakin dulu buat nyuguhin Asep. Sekarang Ina mau ikut Asep lagi kan ?”

“Iya Mah. Soalnya Ina harus ditatar dulu sebelum ditempatkan sebagai karyawati hotel nantinya. “

“Iya. Soal Ina sih mamah serahkan aja sama Asep. Karena mamah percaya Asep ini orang baik. Kata Pa Jaja mah Asep ini penyayang dan murah hati. “

“Ayah sudah ngomong apa lagi sama Mamah ?” tanyaku.

“Ayah Asep juga bilang terus terang bahwa istri Asep sudah empat orang. Karena itu kalau sama Ina paling bisa juga nikah siri. “

“Iya Mah. Gak apa – apa kan kalau nikah siri ?”

“Gak apa – apa. Yang penting sah. Memangnya udah punya rencana kapan nikah sirinya ? “

“Belum bisa memastikan. Karena walau pun cuma nikah siri, maunya keluargaku hadir juga. “

“Iya, iya, “ sahut Mamah. Lalu ia berbisik lagi, “Yang penting besok pagi sebelum jam sepuluh sudah ada di sini ya. “

Aku cuma menjawab dengan anggukan kepala.

Mamah berbisik lagi, “Tapi awas ... Ina jangan sampai tau ya. “

Aku mengangguk lagi. Dengan tanda tanya di hatiku, hal penting apa yang mau Mamah sampaikan padaku itu ?

Terdengar suara minyak berdesir. Mungkin Ina sedang membuat sesuatu untuk menyuguhiku. Tapi sudut mataku tertuju ke paha Mamah terus. Karena wanita 35 tahunan itu seperti tidak sadar bahwa paha putih mulusnya terpamerkan lewat belahan kimononya.

Namun setelah bunyi desir penggorengan berhenti, Mamah pun bangkit dan pindah lagi duduknya ke tempat semula. Ke sofa yang berhadapan dengan sofa yang kududuki.

Tak lama kemudian Ina pun muncul sambil membawa baki, berisi secangkir kopi panas dan sepiring pisang goreng yang masih panas mengepul.

Aku tersenyum menyaksikan semua itu. Lalu untuk menghargai jerih payah Ina, kusantap pisang goreng buatan Ina itu, sampai habis 3 potong. Sayang kopinya manis sekali. Sedangkan aku sudah terbiasa minum kopi pahit alias tanpa gula.



Keesokan paginya, aku bilang mau meeting dengan rekan – rekan bisnisku. Dan kuminta Ina tetap tinggal di kamar pribadiku. “Kalau ada keperluan, minta bantu saja sama karyawan, “ kataku.

Ina mengangguk dengan senyum manis di bibirnya. Lalu kucium bibir sensual itu sebelum menuju jeepku yang sedang dipanaskan mesinnya.

Di sepanjang perjalanan dari hotel menuju rumah Mamah, benakku penuh tanda tanya. Kenapa Mamah menyuruhku datang tanpa Ina ? Kenapa Ina tidak boleh tahu ? Apakah ada rahasia mengenai Ina yang akan diungkapkan nanti ? Atau ada sesuatu yang akan diberitahukan tapi Ina tidak boleh tahu ?

Entahlah. Mudah – mudahan saja yang akan disampaikannya itu bukan berita buruk mengenai Ina.



Ketika jeepku berhenti di pekarangan rumah klasik yang masih tampak kokoh itu, Mamah pun muncul di ambang pintu depan, dalam daster putihnya yang terbuat dari kain goyang.

Seperti kemarin, setelah berada di dalam ruang tamu, kucium tangan Mamah. Tapi kali ini ada lebihnya. Mamah mencium sepasang pipiku dengan hangatnya. Bukan sekadar merapatkan pipinya ke pipiku, tapi mencium pipiku dengan bibirnya.

Kali ini Mamah menuntunku ke ruang makan. Di situ ada meja makan yang agak pendek, tapi terbuat dari kayu jati memanjang. Lucunya, di ruang makan itu tidak ada kursi makan, melainkan 2 sofa memanjang di kedua sisi panjang meja makan itu. Dan 2 sofa yang hanya muat untuk 1orang di kedua sisi lebar meja makan. Mamah mengajakku duduk berdampingan di salah satu sofa panjang.

Ketika tudung saji dibuka, ternyata Mamah sudah menyiapkan sate kambing, lamb chop, soup kambing, sambal dadakan dan segelas lemon tea.

“Sebelum berangkat tadi, aku sudah makan dulu sama Ina Mah, “ kataku.

“Jangan begitu. Ini mamah sengaja masakin untuk Asep. Makanlah walau cuma sedikit. Hitung – hitung menghargai jerih payah mamah, “ sahut Mamah.

Sebenarnya tadi di hotel aku cuma makan bubur ayam. Tentu aku masih bisa menyantap makanan yang dihidangkan oleh Mamah itu. “Ini yang masak Mamah sendiri ?” tanyaku.

“Iya. Kalau hari biasa suka dibantu oleh pembantu. Tapi sekarang kan hari Minggu. Pembantu pun libur kayak karyawan kantoran. Hihihiii ... “

Untuk menghormati Mamah, aku makan juga, meski nasinya hanya sedikit. Memang enak – enak masakan Mamah ini. Mamah pun makan di sampingku, juga dengan nasi cuma sedikit.

Pada waktu kami makan inilah Mamah berkata, “Sep ... sejak ayahnya Ina meninggal, mamah tak pernah tergoda oleh lelaki. Termasuk oleh ayah Asep. Mungkin Ina pernah cerita dalam masaalah ini kan ?”

“Iya Mah, “ sahutku.

“Tapi ... sejak melihat Asep kemaren ... mamah jadi gak tau diri ... karena mamah langsung jatuh suka sama Asep yang masih muda sekali. “

“Jatuh suka atau lebih dari itu ?”

“Mau mengatakan jatuh cinta malu. Karena Asep jauh lebih muda dari mamah. Lagian Asep kan calon menantu mamah. “

Aku terdiam. Dan teringat lagi ucapan Abah yang konon sakti mandraguna itu. Bahwa jodohku selalu sakantet – sakantet (sakantet = dua buah satu tangkai).

“Mamah ... aku mau jujur nih Mah, “ kataku dengan perasaan mulai pede, “Sebenarnya begitu melihat Mamah kemaren, aku juga punya perasaan seperti yang mamah rasakan itu. “

“Masaaa ?!” cetus Mamah yang sudah selesai makannya.

Aku pun sudah selesai makan. Lalu menyeka mulutku dengan kertas tissue yang tersedia di meja makan. Dan memegang tangan Mamah sambil berkata, “Sebenarnya sejak lama aku ini penggemar wanita setengah baya seperti Mamah ini. Apalagi setelah melihat Mamah yang tak kalah cantik dari Ina ... punya body yang aduhai pula. Jadi ... perasaan kita nyambung Mah. “

Mamah menarik tanganku yang sedang memegang tangannya, lalu menyelinapkannya ke balik daster putihnya. “Mamah udah menyiapkan segalanya untuk Asep, “ kata Mamah ketika aku sudah menyentuh memeknya yang tak bercelana dalam ... !

“Berarti Mamah sudah gak make celana dalam dan beha ?” tanyaku sambil menggerayangi memek Mamah yang ternyata lebih “ngetrend” daripada Ina. Karena memek Mamah tiada bulu keritingnya sama sekali ... !

Mamah mengangguk sambil menyahut, “Asep sudah mengerti kan kenapa mamah minta Asep ke sini sekarang ?”

“Iya ... jadi yang Mamah maksud sesuatu yang penting itu ... “

“Iya, “potong Mamah sambil merenggangkan kedua belah pahanya, sehingga tangan kananku semakin leluasa menggerayangi memek Mamah. “ Buat mamah ini sangat penting untuk membangkitkan semangat hidup mamah. “

Aku semakin pede. Karena tanganku sudah leluasa menggerayangi memek Mamah yang duduk di sebelah kiriku. Lengan kiriku pun beraksi, melingkari leher Mamah, lalu tangan kiriku menyelinap ke balik daster bagian dada Mamah, untuk memegang toket kirinya yang tak berbeha.

Suhu badan Mamah pun terasa menghangat. Karena aku semakin asyik mengumbar nafsu birahiku, meremas toket kirinya dan memainkan pentilnya, sementara jari tangan kananku sudah mondar – mandir di dalam celah memek Mamah.

“Sep ... mamah udah horny berat. Di kamar mamah aja yok, “ ajak Mamah dengan sorot mata yang sudah sayu, pertanda sudah berada di puncak nafsunya yang belum tersalurkan.

Kutatap wajah Mamah dari jarak yang sangat dekat. Memang Mamah ini cantik sekali. Sehingga aku tak berani membandingkannya dengan Ina Agustina. Karena mungkin ... mungkin saja Mamah bisa dianggap lebih cantik daripada putrinya. Selain sangat cantik, Mamah punya body yang bohai dan serba padat, baik bokongnya mau pun toketnya. Jadi kalau dinilai secara keseluruhan, mungkin Ina kalah nilai.

Tapi hal itu bukan berarti Ina jelek. Ina juga sangat cantik, bisa dikatakan seimbang dengan kecantikan Monik, anak Bu Handayani itu. Tapi salah satu kelebihan Mamah yang bernama Yuyun itu, Mamah lebih seksi dan sangat menggiurkan.

Lalu aku melangkah, mengikuti Mamah Yuyun menuju kamarnya.

Di dalam kamarnya Mamah langsung menanggalkan daster putih yang terbuat dari kain goyang itu, sehingga sekujur tubuh telanjangnya terpamerkan di depan mataku.

Dalam keadaan sudah telanjang begitu, Mamah bertolak pinggang di depanku, seraya bertanya, “Bagaimana ? Apakah mamah masih memenuhi syarat untuk membangkitkan kejantananmu Sep ?”

“Sangat memenuhi syarat Mamah, “ sahutku sambil berlutut di depan Mamah. Untuk mengusap – usap betis dan pahanya. Dan untuk menciumi memeknya yang sangat bersih. Tiada sehelai rambut pun tumbuh di sekitar memek ibunya Ina ini.

“Lepasin dulu pakaianmu Sep ... biar adil, “ kata Mamah sambil melangkah ke arah bednya. Lalu menelentang di atas bed itu, sambil menunggu aku melepaskan semua yang melekat di tubuhku, sampai telanjang bulat seperti Mamah.

Lalu aku naik ke atas bed, di mana Mamah sudah menungguku.

Tapi Mamah yang sudah menelentang, memnadak bangkit untuk menangkap kontolku yang sudah ngaceng berat ini. “Waaaw ... ini diapain kok bisa panjang sekali gini ?” tanya Mamah sambil menggenggam kontol ngacengku.

“Gak diapa – apain Mamah. Dari sononya emang harus seperti ini, “ sahutku sambil memegang toket gede Mamah yang sebelah kiri.

“Waaahhh ... kebayang enaknya digenjot sama burung sepanjang itu sih, “ Mamah menelentang kembali sambil mengusap – usap memeknya.

Aku pun merayap ke atas perut Mamah, yang disambut rangkulan Mamah, diikuti dengan ciuman lengketnya di bibirku. Namun ketika aku masih saling lumat bibir dengan Mamah, tangan Mamah merayapi pangkal pahaku, lalu memegang kontolku. Dan mencolek – colekkan kepala kontolku ke celah memeknya yang terasa basah, hangat dan licin.

Bukan cuma mencolek – colekkan moncong kontolku. Mamah pun menarik dan berusaha membenamkan kontolku ke dalam memeknya, sambil merenggangkan kedua belah paha putih mulusnya selebar mungkin.

Tadinya aku ingin foreplay dulu, sedikitnya ingin menjilati memek plontosnya dulu sampai basah kuyup. Tapi rupaya Mamah sudah tak sabaran, ingin cepat merasakan entotan kontolku yang sudah ngaceng berat ini.

Dan Mamah berhasil memasukkan kontolku sekitar dua ruas jari ke dalam liang memeknya. Sehingga aku tinggal mendorongnya saja.

Dan aku memang mendorong kontolku sekuat tenaga, sampai melesak amblas dan mentok di dasar liang memek Mamah. “Mamah udah gak sabar ingin buru – buru dicolok gini ya ?”

“Hihihiii ... iya Sep. Semua ini sudah mamah bayanginb sejak tadi malam. Makanya begitu Asep colok – colokin jari ke memek mamah ... ya basahlah liang memek mamah ... ayo Sep ... entot mamah sekarang sekuat dan sepuas Asep ... “ sahut Mamah sambil memelukku erat – erat.

Aku pun mengikuti keinginan Mamah. Mulai mengayun kontolku di dalam liang memek Mamah yang terasa licin sekaligus pulen sekali.

Sambil mengayun kontolku yang terus – terusan menabrak dasar liang memek Mamah, masih sempat aku berkata, “Ughhhhh ... uuuughhhh ... memek Mamah ughhhh ... enak sekaliiii ... pulen dan legit ... “

Mamah pun menyahut, “Kontol Asep juga ... ooooooh .... enak banget Seeeep ... panjang sekali ... terus – terusan menyundul dasar liang memek mamaaaah ... gak nyangka Asep bukan hanya tampan ... tapi juga punya kontol segini panjangnya ... ooooh .... Seeeep ... enak sekaliiiii ... Aseeeeepppp ... mamah bakal sayang sama Asep ... yang akan menjadi mantu mamah ... nanti ... bakal sekaligus jadi kekasih mamah ... kekasih tercinta mamah .... aaaaaaah .... aaaaaaaa ... aaaaaaaaah .... Seeeeeepppp ... Aseeeeeeep .... enak sekaliiiiiii .... “

Tangan dan mulutku pun mulai beraksi. Ketika kontolku mulai gencar mengentot liang memek Mamah, kujilati leher jenjang Mamah, sambil meremas – remas toket kanannya yang gede dan masih sangat padat pepal.

“Teteknya juga seperti yang belum pernah menyusui Mah ... “ kataku di antara dengus – dengus nafasku dan desahan – desahan histeris Mamah.

“Waktu Ina lahir itu, lewat operasi cezar. Ooooohhhhh ... Seeep ... mmm ... waktu itu dokter nganjurin dikasih susu formula dulu, beda dengan sekarang harus langsung dikasih asi. Terus ... Ina sudah keenakan dikasih susu formula, gak mau netek sama mamah. “

“Mamah pernah dioperasi cezar, tapi kok gak ada bekasnya ?” tanyaku sambvil menghentikan entotanku sejenak.

“Ada ... tapi karena mamah bolak – balik ke dokter spesialis kecantikan, setelah lima tahun bolak – balik dirawat, akhirnya cuma ada titik – titik gakj jelas. Kalau difoto sih takkan kelihatan. “

“Pantesan memek Mamah enak sekali gini ... ternyata memek Mamah gak pernah ngeluarin Ina ya ... makanya memeknya masih terasa seperti memek gadis ... “ kataku sambil mulai mengayun kontolku kembali. Dan semakin bergairah rasanya, karena memek Mamah Yuyun ini amazing enaknya.

Makin amazing lagi ketika Mamah mulai menggeol – geolkan bokong semoknya. Berputar – putar, meliuk – liuk dan menghempas – hempas.

Namun entotanku tetap gencar dan stabil, sementara Mamah seperti berusaha menggeolkan bokongnya sedemikian rupa, agar kelentitnya sering bergesekan dengan batang zakarku.

Berbeda dengan waktu menyetubuhi Ina, kali ini aku akan berusaha mempertahankan durasi entotanku. Dan ingin agar Mamah sesering mungkin mengalami orgasme.

Maka pada suatu saat, ketika Mamah mulai berkelojotan, kontolku malah semakin ganas menggasak liang memeknya. Dan ketika Mamah mengejang tegang, sambil menahan nafasnya, kutancapkan kontolku sedalam mungkin. Sampai menabrak dan mendorong dasar liang memeknya.

Lalu kurasakan sesuatu yang sangat indah ini. Bahwa liang memek Mamah mengedut – ngedut, disusul dengan gerakan seperti spiral ... seolah ingin memuntahkan kontolku. Tapi justru kontolku kudorong lagi, sehingga moncongnya mendorong dasar liang memek Mamah.

“Ooooooooohhhhh .... Aseeeeep .... ini indah sekaliiiiii .... “ rintih Mamah lirih. Lalu ia mencium bibirku disusul dengan ucapan perlahan, “Terimakasih ya Asep. Ini untuk pertama kalinya mamah merasakan lagi semenjak ayah Ina meninggal.beberapa tahun yang lalu. Mamah akan sangat menyayangi Asep, sebagai menantu sekaligus kekasih tercinta mamah ... “



 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd