Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

PEJANTAN PERKASA update Part 15 A

Mungkin ngumpulin penggemarnya dulu hu. Biasanya sehari bisa dilihat 30 ribu kali lebih
Sekarang udah 3 hari baru dibuka 17 ribu kali. Mungkin itu juga. Sotoy sekali2 gapapa kan
Iyaaa juga tapi kan klau cepat update malah makin rame huuu
 
Part 1B


















Ketika Helga duduk sambil mengangakan memeknya, aku semakin kagum pada wanita bule yang masih belia itu. Karena meski labia mayoranya sampai tersembul seperti jengger ayam, namun “pintu” menuju liang kewanitaannya benar – benar masih kecil sekali. Tak ubahnya liang memek perawan ... !

Tanpa keraguan sedikit pun aku duduk di lantai berkarpet merah ini, di antara kedua kaki Helga. Untuk memperhatikan bagian dalam memek berwarna pink itu dari jarak yang sangat dekat.

Memang perfect di mataku. “Vaginanya tampak seolah masih original, “ gumamku.

“Ya iyalah. Aku hanya menikmati kejantanan suamiku selama tiga bulan. Itu pun tidak tiap malam, karena dia sibuk mengurus perusahaannya juga. Jadi ... masih bisa dihitung dengan jari. Lalu selama hampir empat tahun tak pernah dimasuki apa – apa lagi, “ ucap Helga sambil mengepit kedua sisi pipiku dengan sepasang telapak tangannya, “Lepasin dulu dong pakaianmu. Biar semakin romantis. “

Aku mengangguk dan sadar bahwa aku masih berpakaian lengkap. Maka kulepaskan sepatu dan busanaku sehelai demi sehelai, sampai tinggal celana dalam yang masih kubiarkan melekat di tubuhku.

Helga pun mendadak berdiri sambil memegang pergelangan tanganku. “Kalau mau hamil, mungkin harus formal ya. Di sana aja bikin anaknya, “ katanya sambil menunjuk ke arah bed.

Aku cuma tersenyum dan mengikuti langkah Helga menuju bednya.

Di atas bednya itulah Helga mencium bibitku dengan lahapnya, lalu menggumuliku dengan hangatnya.

Memang terasa sekali kalau Helga sudah cukup lama tidak mendapatkan sentuhan kejantanan. Ia seperti tak sabaran lagi. Ketika aku menghimpitnya sambil menyedot – nyedot pentil toketnya, ia menyelundupkan tangannya ke balik celana dalamku. Lalu memegang kontol ngacengku. Dan seperti kaget, sambil berusaha melepaskan celana dalamku.

Aku pun cepat tanggap. Melepaskan celana dalamku. Dan Helga terperanjat melihat kontolku yang sudah ngaceng berat ini. “Panjang sekali ... “ gumamnya sambil menelentang kembali, sambil menarik kontolku dan mencolek – colekkan moncongnya ke celah memeknya yang berwarna pink itu. Tentu saja hal ini membuatku makin gemas. Ingin segera membenamkan kontolku ke dalam liang memek Helga yang tampak masih sangat sempit itu.

Ternyata Helga pun menginginkan hal yang sama. Setelah mulut memeknya mulai basah oleh lendir libidonya, Helga berkata, “Ayo ... masukin aja Yos ... aku sudah ingin merasakan lagi dimasuki alat vital lelaki yang sudah bertahun – tahun tidak kurasakan. “

Helga pun merenggangkan sepasang paha putih mulusnya, sambil mengarahkan kontolku agar tepat sasaran.

Ketika Helga memberi isyarat dengan kedipan matanya, aku pun mendorong kontolku sekuat mungkin. Dan ... melesak masuk sedikit demi sedikit ke dalam liang memek yang sangat sempit ini.

Helga pun spontan merengkuh leherku ke dalam pelukannya. “Ooooh ... akhirnya aku bisa merasakan lagi ... dengan penis yang segini panjangnya pula .... “ cetusnya dengan suara tergetar.

Aku pun memagut bibirnya ke dalam ciuman hangatku. Lalu mulai mengayun kontolku, bermaju – mundur di dalam liang memek Helga yang benar – benar sempit ini.

Gila memang. Biasanya rongga kewanitaan bule lebih lebar segalanya. Tapi liang memek Helga ini sempit sekali. Malah lebih sempit dari kebanyakan liang memek bangsaku sendiri (yang sudah pernah kuentot).

Hal ini membuatku semakin bergairah untuk mengentot liang memek Helga sambil melumat bibirnya. Terkadang mulutku nyungsep di leher jenjangnya, untuk menjilati dan mengigit – gigit kecil. Membuat Helga mulai “berkicau”: “Aaaaaaahhhhh ... Yooooossss ... aaaaaaaa ... aaaaaahhhhh ... Yoseeeef ... aaaaaaa ... aaaaaaaaah ... Yoseeeeeeeef ... aaaaaaaaahhhhh ... Yoooosssss ... aaaaaaaaah ... Yoooooossssssss ... Yooooossss ... fuck me harder Yosss ... fuck me ... fuck ... fuuuuck ... fuuuck Yooooosssss ... “

Rntihan – rintihan histeris Helga terdengar sangat erotis di telingaku. Karena suaranya sangat feminine dan agak serak – serak basah. Sehingga aku semakin gencar mengentotnya, sementara mulutku terkadang mengemut pentil toket kirinya, sedangkan tangan kiriku meremas toket kanannya yang lembut permukaan kulitnya.

Lucunya, Helga pandai juga menggeol – geolkan pinggulnya. Mungkin diajari oleh suaminya waktu masih normal dahulu.

Bokongnya yang agak semok memutar – mutar, meliuk – liuk dan menghempas – hempas. Sehingga kontolku terasa dibesot – besot oleh liang memek sempitnya.

Namun aku sudah terbiasa merasakan nikmatnya geolan bokong wanita yang tengah kusetubuhi. Sehingga kontolku tetap stabil mengentotnya dengan gencar.

Bahkan ketika tangannya sedang berada di samping kepalanya, kuserudukkan mulutku ke ketiaknya. Harum deodoran impor pun tersiar ke penciumanku. Membuatku semakin bernafsu untuk menjilati ketiaknya disertai dengan gigitan – gigitan kecil dan isapan – isapan kuat.

Rintihan Helga pun semakin menggila. Mungkin karena ketiaknya sangat sensitif.

“Yooosssss .... aaaaaaaah ... Yoooooossss ... kenapa bersetubuh denganmu rasanya sangat enak gini Yoooosss ... ooooohhhhh ... Yoooseeeefff ... ini enak sekali Yooossss ... membuatku serasa melayang – layang di atas langit ... Yoooossssss ... Yooooosssss .... oooooooohhhhh .... ooooooh .... Yoooosssss .... “

Cukup lama aku menyetubuhi wanita bule yang usianya hampir sebaya denganku ini. Sehingga keringat pun mulai membasahi tubuhku dan tubuhnya.

Bahkan pada suatu saat, ketika Helga berkelojotan, aku pun spontan menggencarkan entotanku. Makin menggila, makin terlupa segalanya.

Aku memang sengaja ingin melepaskannya berbarengan. Selalu begitu kalau ada niat menghamili wanita yang tengah kugauli.

Sampai pada suatu saat, ketika sekujur tubuh Helga mengejang, aku pun menancapkan kontolku sedalam mungkin. Tanpa kugerakkan lagi.

Lalu terjadilah detik – detik terindah dalam persetubuhanku dengan wanita Belgia ini. Bahwa ketika liang memek Helga mengedut – ngedut, kontolku pun mengejut – ngejut sambil memuntahkan air maniku.

Crettttt ... croooooooooooootttttt ... croooooooooooottttttttt .. cretttttcrettttttt ... croooooooooooooootttttttttttttt ... croooooooooooooooooooooooooootttttttttttttttt ... !

Aku terkapar lunglai di atas perut Helga.

Helga pun terkulai lemas, sambil memelukku erat – erat.

Pelukan itu lalu melemah ketika aku menarik kontolku sampai terlepas dari liang memek wanita Belgia yang sudah menjadi WNI itu.

Lalu aku menelentang di ssamping Helga. Dengan tubuh masih bermandikan keringat.

Helga justru menelungkup di atas perut dan dadaku. Menciumi bibirku, lalu berkata lirih, “Rasanya aku memang sudah jatuh cinta padamu Yos. Karena itu, hamil atau tidak hamil, kita harus bisa ketemuan secara teratur ya. “

“Oke. Tapi ketemuannya di kotaku. Tepatnya di villaku. Supaya aku tidak capek di jalan. Terutama kalau jalanan sedang macet, waktuku habis di jalan. “

“Boleh. Aku kan punya rumah di kotamu. Tapi belum punya villa di sana. “

“Aku punya villa, bisa kita pakai untuk rendezvous. Kencan di hotelku juga bisa. “

“Iya, kalau aku sudah stay di kotamu, mendingan juga rendezvousnya di hotel. “














































Beberapa hari sepulangnya dari villa bersama Helga selama 3 hari 3 malam, Ayah menghubungiku. Menyuruhku datang ke rumah barunya.

Ya ... dana kelebihan dari Bu Regina, kupakai sebagian untuk membeli sebuah rumah yang di pinggir jalan besar, di kampungku. Supaya kalau aku sedang pulang kampung, takkan kesulitan parkir lagi. Memang rumah baru itu agak jauh dari rumah lama Ayah yang di dalam gang kecil. Namun rumah baru itu punya garasi yang lumayan besar, sehingga bisa masuk 3-4 mobil di dalamnya.

Gara – gara aku meminta sebuah jeep buatan amrik, sedangkan Bu Regina sudah berjanji akan menghadiahkan sebuah sedan sport yang paling mahal, maka sebagian dari uang kelebihannya bisa kubelikan rumah yang cukup megah dan luas. Terutama sekali rumah itu berada di pinggir jalan raya. Dengan garasi luas pula.

Bahkan sisa duit pemberian dari Bu Regina itu masih cukup banyak. Sehingga kubelikan mobil SUV juga buat Ayah, meski sudah diberi sebuah minibus murahan setahun yang lalu. Biarlah Ayah punya 2 buah mobil. Yang satu untuk kegiatan sehari – hari di kebun, sedangkan mobil SUV yang baru untuk jalan – jalan bersama Bunda.

Furniture dan perabotan rumah pun kubelikan yang bagus – bagus dengan harga yang tidak murah pula. Karena aku ingin membuat Ayah nyaman dan bahagia dalam hidupnya. Bukankah Ayah pun selalu membagi kebahagiaannya denganku ? Ya, Mama Lanny buktinya. Pada saat baru datang dari Kalbar, aku yakin Mama Lanny itu adalah miliknya yang paling berharga. Tapi Ayah malah memberikannya padaku, meski dengan alasan untuk kuhamili. Namun pada dasarnya, Mama Lanny itu wanita istimewa bagiku. Dan sekarang Ayah mempersilakanku memiliki Mama Lanny sepenuhnya, meski secara hitam di atas putihnya masih istri Ayah.

Karena itu wajarlah kalau aku pun ingin menyenangkan dan membahagiakan Ayah.

Kali ini sengaja aku menggunakan sedan sportku. Karena ingin memamerkannya kepada Ayah. Dan aku belum tahu ada urusan apa Ayah sehingga memintaku untuk mendatangi rumah barunya. Rumah yang kubeli dari kelebihan uang setelah mendapatkan hadiah jeep berwarna hijau army itu.

Anehnya, setiap kali aku memberikan sesuatu untuk Ayah, datanglah rejeki yang jauh lebih besar nilainya. Seperti kali ini, ketika aku sudah membelikan rumah baru lengkap dengan segala perabotannya, ditambah lagi dengan sebuah mobil SUV baru ... yang datang padaku sebuah sedan sport. Yang harganya berkali – kali lipat lebih mahal daripada semua yang telah kuberikan kepada Ayah. Mungkin ini berkat doa Ayah juga.

Ketika sedan sportku sudah memasuki pekarangan rumah baru kubelikan itu, Ayah langsung muncul di ambang pintu depan. Lalu menghampiriku yang baru turun dari sedan sportku.

Seperti biasa kucium tangan Ayah. “Wah, kamu sudah punya sedan sport yang harganya selangit ini Sep, “ kata Ayah sambil mengusap – usap punggungku.

Aku cuma tersenyum. Padahal semua mobilku tiada yang kubeli. Semuanya pemberian orang. Pemberian wanita – wanita yang sudah kuhamili.

Kemudian Ayah mengajakku masuk ke dalam rumah barunya.

Bunda yang baru selesai mandi dan hanya membalut badannya dengan handuk, tampak kaget melihat kehadiranku. “Aseeeep ... ! Bunda lagi kangen banget sama kamu ... tanyain Ayah deh ... bunda berkali – kali menyebut namamu, “ kata Bunda sambil memelukku erat – erat dan mencium bibirku pula bertubi – tubi di depan Ayah.

Ayah cuma tersenyum menyaksikan istrinya memeluk dan menciumiku. “Memang benar Sep. Bunda udah kangen sekali padamu. Tapi pakai baju dulu sana Sar. Masa belum pakai baju udah melukin Asep. Lagian aku mau menyampaikan hal penting pada Asep dulu. “

Bunda cengar cengir, lalu masuk ke dalam kamarnya.

“Masalah penting apa yang mau Ayah sampaikan padaku ?” tanyaku.

“Begini, “ sahut Ayah, “ayah punya kakak sepupu. Darma namanya. Nanti kamu harus manggil uwa padanya. “

“Terus ?”

“Dia punya istri orang Afganistan. Afri namanya. Nama lengkapnya sih Afri Afshaneh. Nah mereka itu punya maksud untuk membuat madrasah. Sedangkan ayah tahu kalau kamu sering menyumbang dana untuk pesantren, untuk yayasan yatim piatu dan sebagainya. “

“Kok bisa Uwa Darma punya istri orang Afganistan ?! Harus hati – hati Ayah. Siapa tau dia teroris, bisa merepotkan kita nanti. “

“Nggak mungkin, “ sahut Ayah, “Uwamu belum pernah ke Afganistan. Istrinya pun lahir besar di Jakarta. Karena dahulu ayahnya pegawai di kedutaan yang ada di Jakarta. “

“Jadi Uwa Darma ketemu dengan wanita Afganistan itu di Jakarta ?” tanyaku.

“Iya, “ sahut Ayah. “Ayah jamin deh faham mereka moderat. ‘

“Terus apa yang bisa kubantu ?”

“Bangunan madrasahnya. Karena mereka akan membuat madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah. “

“Berarti minimal harus ada duabelas ruangan untuk kelas. Belum lagi ruang kantor untuk para pengajar. “

“Mungkin, “ sahut Ayah, “ayah sih cuma ngasih jalan aja sama kamu, supaya bisa beramal jariyah. Amal yang takkan terputus meski kita sudah pada meninggal kelak. “

“Kalau gitu, suruh mereka bikin proposal lengkap aja dan antarkan ke kantorku Yah, “ kataku sambil menyerahkan secarik kartu namaku kepada Ayah, “Kasihkan kartu namaku ini kepada mereka. Nanti di kantorku akan dirundingkan sampai tuntas. “

“Iya iya iya, “ Ayah mengangguk – angguk dan menyimpan kartu namaku di dalam dompetnya. “Semoga kamu tetap memperbanyak amal jariyah ya Sep. Ayah belum bisa beramal, tapi kalau kamu memperbanyak amal jariyah, hati ayah tenang Sep. “

“Lho Ayah seperti mau pergi ? Mau ke mana ?” tanyaku.

Ayah membisiki telingaku, “Si Mamie udah nge-WA terus. Minta ayah cepat datang. Dia kan digilirnya siang, kalau Bunda gilirannya malam. “

“Hahahaa ... tambahin lagi istrinya satu lagi Yah. Nanti sharing lagi sama aku, “ kataku bercanda.

“Serius ? Calon mah udah ada. Tapi ayah harus minta ijin sama kamu dulu, “ bisik Ayah. Gila, ternyata Ayah menanggapi serius pada candaanku.

Dan aku cuma bisa melongo.

“Ya udah ayah pergi dulu ya. Bunda udah kangen berat tuh ssama kamu, “ kata Ayah sambil menepuk bahuku. Lalu melangkah ke garasi, untuk mengeluarkan minibusnya. Dengan minibus itulah Ayah “apel” ke rumah istri ketiganya, si Mamie.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd