Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

PEJANTAN PERKASA update Part 15 A

Part 09 B


K
etika aku sudah berada di atas perut dan dada Fayola, wanita berkulit hitam itu berkata, “Kalau Big Boss berkenan, silakan hamili aku. Karena meski tidak punya suami, aku sering membayangkan bahagianya kalau menjadi seorang ibu. Apalagi kalau aku melahirkan anak yang benihnya berasal dari Big Boss. “

“Kamu baru aja diangkat jadi GM malah mikir ingin hamil segala. Jangan hamil dulu lah. Nanti kalau sudah berprestasi dalam jabatan barumu, baru boleh mikir hamil. “ sahutku sambil meraba – raba memek Fayola yang sekarang berjembut lebat ini. Sampai menemukan celahnya yang hangat dan licin. Lalu kumainkan celah memeknya yang hangat dan licin ini, sambil membayangkan sedang mengucek – ngucek memek Habiba.

Ya, sebenarnya tadi nafsuku sudah mulai menggeliat ketika Habiba datang. Tapi karena dia mencegahku melampiaskan nafsuku, ya lampiaskan pada Fayola aja. Lagian sudah 2 bulan aku tak pernah ngentot Fayola lagi.

Fayola pun tidak tinggal diam. Ia memegang kontolku yang sudah ngaceng berat ini. Lalu mencolek – colekkan moncongnya ke celah memeknya yang licin dan hangat itu.

Tak cuma mencolek – colekkan, akhirnya Fayola pun menusukkan kontolku ke dalam celah memeknya, kemudian memberi isyarat agar aku mendorong kontolku.

Hmmm ... praktis sekali. Tanpa harus foreplay, aku tinggal mendesakkan kontolku sekuat mungkin. Dan ... blessssssssss ... kontolku mulai melesak masuk ke dalam liang memek Fayola yang bergerinjal – gerinjal seperti bertaburan telor ikan ... !

Fayola memang tidak terlalu mengutamakan foreplay. Begitu nempel, colok aja. Gak pake basa - basi lagi.

Kalau dilihat dari cara kerjanya, sebenarnya Fayola lebih cerdas dan teliti daripada Antoinette. Karena itu aku sangat menyayanginya. Dan ingin agar dia tetap bekerja di hotelku, jangan sampai pindah ke hotel lain. Itulah sebabnya aku “mengikat” Fayola, agar tetap setia bekerja di hotelku. Cara mengikatnya, adalah dengan menyetubuhinya minimal seminggu sekali.

Tampaknya usahaku berhasil. Fayola semakin rajin, ulet dan jujur bekerja di hotelku. Apalagi setelah kuangkat sebagai GM, Fayola semakin bersemangat untuk berkarya di hotelku. Banyak terobosan yang telah dilakukannya. Hasilnya cukup memuaskanku. Karena itu Fayola bisa kuanggap sebagai asset perusahaan.

Itulah sebabnya, setiap kali aku menyetubuhi Fayola, aku senantiasa berupaya untuk memuaskan nafsu birahinya.

Kali ini pun sama. Ketika kontolku mulai kuayun, kupagut bibirnya ke dalam ciuman dan lumatanku. Fayola pun membalasnya dengan lumatan lahap, dengan mata terpejam – pejam.

Fayola memang tidak berani bertatapan mata dalam jarak seperti ini. Karena dia sadar bahwa aku ini big bossnya, yang harus dihormatinya. Karena itu, kalau aku sedang menyetubuhinya, mata Fayola lebih sering terpejam daripada terbuka.

Ketika aku sedang menjilati lehernya, barulah Fayola membuka matanya lagi, namun pandangannya ditujukan ke plafon kamar pribadiku, bukan ke arah mataku.

Lalu rintihan – rintihan perlahannya mulai terdengar. “Big Bosssss ... aaaaaaaaaahhhh ... aaaaaaaaaaa ... aaaaaaaaaahhhhhhhh ... Big Bosssss ..... aaaaaaaaaaaaaa ... aaaa ... aaaaaaaaaaaaaahhhhhhh ... aaaaaaaaaa ... aaaaaaaaaaaaahhhhhhhh ... aaaaaaaa ... aaaaaaaaaaahhhh ... Bossssssss ..... aaaaaaaaaaaa ... aaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhh ... Bossssssssssssssssss .... aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhh ... “

Fayola pun sudah pandai menggeol – geolkan pantatnya, mengikuti kebiasaan wanita bangsaku. Dia sudah pandai menggoyang pantatnya, membentuk angka delapan. Sudah pandai mendongakkan (menengadahkan) memeknya, lalu menukikkannya, agar kelentitnya bergesekan dengan kontolku.

Tapi aku pun sadar bahwa saat itu adalah jam kerja. Aku tak mau juga pekerjaan Fayola dengan mengewenya berlama – lama. Maka ketika gelaja – gejala Fayola mau orgasme, aku pun berkonsentrasi agar segera ejakulasi. Dengan menjilati ketiak Fayola sambil meremas – remas toket kanannya.

Dan ketika Fayola mulai berkelojotan, spontan aku pun mempercepat entotanku. Bermaju mundur di dalam liang memek Fayola secepatnya.

Akhirnya Fayola mengejang tegang. Aku pun menancapkan kontolku sedalam mungkin.

Lalu terasa liang memek Fayola mengedut – ngedut. Tapi aku tak bisa ejakulasi. Iya, aku masih jauh dari ejakulasi. Namun aku berpura – pura ejakulasi, dengan mengejut – ngejutkan kontolku, sambil berpura – pura mendengus – dengus seperti biasanya kalau kontolku sedang ngecrot.

Tak lama kemudian kucabut kontolku dari liang memek Fayola, lalu bergegas menuju kamar mandi sambil membawa seluruh pakaianku. Di dalam kamar mandi, aku hanya mencuci kontolku yang berlepotan lendir libido Fayola. Kemudian kukenakan pakaianku kembali. Lalu menyisir rambutku dan keluar dari kamar mandi.

Kulihat Fayola sudah mengenakan pakaian seragamnya kembali. Blazer dan spanrok abu – abu dan blouse putih bersih. “Aku mau ke ruang kerjaku lagi Big Boss, “ kata Fayola.

“Oke, thanks a lot, “ kataku.

“You're welcome, “ sahutnya sambil tersenyum. Lalu melangkah ke luar kamar pribadiku, lewat pintu depan. Tidak melalui ruang tamu owner lagi, karena Fayola sudah mengenal seluk beluk kamar pribadiku.

Apakah aku kecewa karena tadi persetubuhanku tidak sampai ngecrot ? Tidak. Biar bagaimana urusan pribadi tidak boleh mengalahkan urusan bisnis (pekerjaan). Biarlah Fuyola melanjutkan tugasnya, kasrena saat ini masih jam kerjanya.

Tapi bagaimana dengan kontolku yang masih ngaceng berat begini ? Lepasin di memek siapa ? Masa harus dilepaskan di memek kucing ?

Untuk menghibur diri, aku kembali ke ruang kerjaku. Tapi baru beberapa detik aku duduk di belakang meja kerjaku, Bi Irah muncul. Bi Irah itu orang yang kupercayai untuk memimpin kantin pegawai. Dia seorang wanita berusia 37 tahun dan sangat rajin bekerja di kitchen kantin. Saat itu Bi Irah membawa makanan untuk makan siangku.

Apakah harus kulampiaskan saja nafsuku yang belum terpuasi ini pada Bu Irah ?

Lalu aku melangkah ke ruang makan pribadiku.

“Bi Irah ... aku mau minta tolong nih, “ kataku sambil mendekap pinggang wanita berperawakan agak montok dan berkulit sawomatang itu (tidak sehitam Fayola).

“Mau minta tolong apa Den Boss ?” tanya Bi Irah tampak salah tingkah karena baru sekali ini aku melingkarkan lenganku di pinggangnya.

“Tolong selomotin kontolku Bi. Dari tadi ngaceng terus nih, “ sahutku sambil menyembulkan kontolku yang sejak tadi sudah kusiapkan.

“Astagaaaa ... Den Boss ... aduuuuuh ... bibi jadi degdegan nih Den Boss ... “ Bi Irah mengepit sepasang pipinya dengan kedua telapak tangannya.

“Nggak usah degdegan segala. Aku kan gak bakalan nyakitin Bi Irah, “ kataku sambil menarik tangan kirinya untuk ditempelkan ke kontol ngacengku.

Bi Irah memegang kontolku dengan tangan gemetaran. “Iiii ... ini ... kok pan ... panjang sekali gini ... takkan muat di mulut bibi ... “

Aku menarik pergelangan tangan Bi Irah, menuju ke kamar yang berdampingan dengan ruang makan. Kamar yang tidak besar, hanya berukuran 3 X 3 meter. Kamar yang disediakan untuk pembantu jika aku sedang menerima banyak tamu di ruang tamu dalam waktu yang lama.

Tentu saja aku tak mau membawa Bi Irah ke kamar pribadiku. Karena kamar pribadiku hanya untuk orang – orang tertentu saja.

Tapi kamar di samping ruang makan ini pun memenuhi syarat untuk berbuat “macem – macem” dengan Bi Irah.

“Nah ... di sini kita bisa melakukan apa aja. Ayo Bi ... selomotin kontolku sampai ngecrot, “ kataku sambil mendekatkan lagi kontolku ke tangan Bi Irah.

“Iya ... tapi kalau bibi nyelomotin punya Den Boss, pasti bibi jadi nafsu ... lantas gimana kalau bibi jadi pengen ... ? “

“Pengen apa ? Pengen diewe ? “ tanyaku.

“Iiii ... iiiyaaa Den Boss .... “ sahutnya tersipu.

“Ya gampang itu sih. Bibi tinggal celentang ngangkang, kontolku masukin ke memek B Irah. Beres kan ?”

“Mem ... memangnya Den Boss mau begituan sama bibi yang jelek ini ?”

“Ayooo ... selomotin ... jangan banyak ngomong lagi Bi, “ kataku sambil duduk di pinggiran tempat tidur sederhana.

Bi Irah pun berlutut di antara kedua kakiku, sambil memegang kontolku. Mulutnya mendekati kontolku. Tapi kucegah dan berkata, “Bi Irah harus telanjang dulu. Biar jangan susah kalau pengen dientot nanti. “

Bi Irah mengangguk malu – malu. Kemudian ia melepaskan segala yang melekat di tubuhnya. Sampai benar – benar telanjang bulat.

Ternyata tubuh kepala kantin karyawan itu boleh juga. Punya toge pasar (toket gede pantat besar).

Aku pun melepaskan segala yang melekat di tubuhku, kemudian duduk di atas bed yang disediakan untuk pembantu atau pegawai kitchen itu. Ketika Bi Irah sudah duduk berhadapan denganku, kedua kakiku pun kurentangkan. Spontan Bi Irah menunduk sambil memegang kontolku. Lalu mulai mengulum dan menyelomoti kontolku ... !

Aku pun menangkap toket gedenya yang sebelah kiri sambil berkata, “Hmm ... toket Bi Irah boleh juga nih ... gede dan belum kendor. “

Tapi Bi Irah tidak bisa menyahut, karena mulutnya sedang menyelomoti kontolku dengan lincahnya.

Kubiarkan selama bermenit – menit Bi Irah mengoral kontolku. Sampai akhirnya aku menyuruhnya berhenti dulu. Lalu kutarik pinggang Bi Irah sampai sama – sama rebah miring berhadapan.

Dengan penuh gairah birahi yang belum tersalurkan, kuselomoti pentil toket Bi Irah yang sebelah kiri, sementara jemari tanganku mulai merayapi memeknya yang ternyata bersih dari jembut ini. Dalam tempo singkat saja tubuh Bi Irah terasa menghangat, pertanda sudah horny.

Bahkan lalu terdengar rintihannya perlahan, “Den Boss ... duh ... bibi jadi edan – eling gini ... Den Boss ... “

“Bibi udah ingin merasakan dientot sama kontolku kan ?” tanyaku.

“Iya Den Boss. Kebayang nikmatnya digesek sama punya Den Boss yang sangat panjang itu ... duuuuh ... mau Den Boss ... “ sahut Bi Irah yang mengaku sudah edan eling itu.

Maka aku pun duduk di antara sepasang paha gempal Bi Irah yang sudah kurenggangkan, sambil memeriksa memeknya yang ternyata sudah basah itu. Sambil berlutut kuletakkan moncong kontolku di mulut memek Bi Irah. Lalu kudorong kontolku sekuat mungkin.

Dan mulai melesak masuk ke dalam liang memek kepala kantin karyawan hotelku itu.

Bi Irah meringis sambil merintih, “Adududuuuuuhhhh ... su .. suuudah masuuuuk Den Booossss ... “

Aku dorong terus kontolku, sambil ingin tahu sedalam apa liang memek Bi Irah ini. Sampai akhirnya terasa mentok di dasar liang memek wanita bertubuh montok dan sintal padat itu. “Aduuuyyy ... sampai nyundul dasar sumur bibi Den Boss ... gak nyangka punya Den Boss panjang sekali gini ... dan gak nyangka bibi bakal ngalamin semua ini ... ooooooh .... “

Lalu aku pun mulai mengayun kontolku. Maju – mundur di dalam liang memek Bi Irah yang ternyata pulen sekali rasanya.

Bi irah pun mulai berceloteh tak menentu, “Dudududuuuuh ... Den Bosss ... dudududuuuh ... Den Bossss ... nikmat sekali Den Boss ... dudududuuuh ... Den Bossss ... enaaaaaak Den Boss ... dudududuuuuuh .... “


Makasih apdetnya bro @Otta
Part 09 B


K
etika aku sudah berada di atas perut dan dada Fayola, wanita berkulit hitam itu berkata, “Kalau Big Boss berkenan, silakan hamili aku. Karena meski tidak punya suami, aku sering membayangkan bahagianya kalau menjadi seorang ibu. Apalagi kalau aku melahirkan anak yang benihnya berasal dari Big Boss. “

“Kamu baru aja diangkat jadi GM malah mikir ingin hamil segala. Jangan hamil dulu lah. Nanti kalau sudah berprestasi dalam jabatan barumu, baru boleh mikir hamil. “ sahutku sambil meraba – raba memek Fayola yang sekarang berjembut lebat ini. Sampai menemukan celahnya yang hangat dan licin. Lalu kumainkan celah memeknya yang hangat dan licin ini, sambil membayangkan sedang mengucek – ngucek memek Habiba.

Ya, sebenarnya tadi nafsuku sudah mulai menggeliat ketika Habiba datang. Tapi karena dia mencegahku melampiaskan nafsuku, ya lampiaskan pada Fayola aja. Lagian sudah 2 bulan aku tak pernah ngentot Fayola lagi.

Fayola pun tidak tinggal diam. Ia memegang kontolku yang sudah ngaceng berat ini. Lalu mencolek – colekkan moncongnya ke celah memeknya yang licin dan hangat itu.

Tak cuma mencolek – colekkan, akhirnya Fayola pun menusukkan kontolku ke dalam celah memeknya, kemudian memberi isyarat agar aku mendorong kontolku.

Hmmm ... praktis sekali. Tanpa harus foreplay, aku tinggal mendesakkan kontolku sekuat mungkin. Dan ... blessssssssss ... kontolku mulai melesak masuk ke dalam liang memek Fayola yang bergerinjal – gerinjal seperti bertaburan telor ikan ... !

Fayola memang tidak terlalu mengutamakan foreplay. Begitu nempel, colok aja. Gak pake basa - basi lagi.

Kalau dilihat dari cara kerjanya, sebenarnya Fayola lebih cerdas dan teliti daripada Antoinette. Karena itu aku sangat menyayanginya. Dan ingin agar dia tetap bekerja di hotelku, jangan sampai pindah ke hotel lain. Itulah sebabnya aku “mengikat” Fayola, agar tetap setia bekerja di hotelku. Cara mengikatnya, adalah dengan menyetubuhinya minimal seminggu sekali.

Tampaknya usahaku berhasil. Fayola semakin rajin, ulet dan jujur bekerja di hotelku. Apalagi setelah kuangkat sebagai GM, Fayola semakin bersemangat untuk berkarya di hotelku. Banyak terobosan yang telah dilakukannya. Hasilnya cukup memuaskanku. Karena itu Fayola bisa kuanggap sebagai asset perusahaan.

Itulah sebabnya, setiap kali aku menyetubuhi Fayola, aku senantiasa berupaya untuk memuaskan nafsu birahinya.

Kali ini pun sama. Ketika kontolku mulai kuayun, kupagut bibirnya ke dalam ciuman dan lumatanku. Fayola pun membalasnya dengan lumatan lahap, dengan mata terpejam – pejam.

Fayola memang tidak berani bertatapan mata dalam jarak seperti ini. Karena dia sadar bahwa aku ini big bossnya, yang harus dihormatinya. Karena itu, kalau aku sedang menyetubuhinya, mata Fayola lebih sering terpejam daripada terbuka.

Ketika aku sedang menjilati lehernya, barulah Fayola membuka matanya lagi, namun pandangannya ditujukan ke plafon kamar pribadiku, bukan ke arah mataku.

Lalu rintihan – rintihan perlahannya mulai terdengar. “Big Bosssss ... aaaaaaaaaahhhh ... aaaaaaaaaaa ... aaaaaaaaaahhhhhhhh ... Big Bosssss ..... aaaaaaaaaaaaaa ... aaaa ... aaaaaaaaaaaaaahhhhhhh ... aaaaaaaaaa ... aaaaaaaaaaaaahhhhhhhh ... aaaaaaaa ... aaaaaaaaaaahhhh ... Bossssssss ..... aaaaaaaaaaaa ... aaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhh ... Bossssssssssssssssss .... aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhh ... “

Fayola pun sudah pandai menggeol – geolkan pantatnya, mengikuti kebiasaan wanita bangsaku. Dia sudah pandai menggoyang pantatnya, membentuk angka delapan. Sudah pandai mendongakkan (menengadahkan) memeknya, lalu menukikkannya, agar kelentitnya bergesekan dengan kontolku.

Tapi aku pun sadar bahwa saat itu adalah jam kerja. Aku tak mau juga pekerjaan Fayola dengan mengewenya berlama – lama. Maka ketika gelaja – gejala Fayola mau orgasme, aku pun berkonsentrasi agar segera ejakulasi. Dengan menjilati ketiak Fayola sambil meremas – remas toket kanannya.

Dan ketika Fayola mulai berkelojotan, spontan aku pun mempercepat entotanku. Bermaju mundur di dalam liang memek Fayola secepatnya.

Akhirnya Fayola mengejang tegang. Aku pun menancapkan kontolku sedalam mungkin.

Lalu terasa liang memek Fayola mengedut – ngedut. Tapi aku tak bisa ejakulasi. Iya, aku masih jauh dari ejakulasi. Namun aku berpura – pura ejakulasi, dengan mengejut – ngejutkan kontolku, sambil berpura – pura mendengus – dengus seperti biasanya kalau kontolku sedang ngecrot.

Tak lama kemudian kucabut kontolku dari liang memek Fayola, lalu bergegas menuju kamar mandi sambil membawa seluruh pakaianku. Di dalam kamar mandi, aku hanya mencuci kontolku yang berlepotan lendir libido Fayola. Kemudian kukenakan pakaianku kembali. Lalu menyisir rambutku dan keluar dari kamar mandi.

Kulihat Fayola sudah mengenakan pakaian seragamnya kembali. Blazer dan spanrok abu – abu dan blouse putih bersih. “Aku mau ke ruang kerjaku lagi Big Boss, “ kata Fayola.

“Oke, thanks a lot, “ kataku.

“You're welcome, “ sahutnya sambil tersenyum. Lalu melangkah ke luar kamar pribadiku, lewat pintu depan. Tidak melalui ruang tamu owner lagi, karena Fayola sudah mengenal seluk beluk kamar pribadiku.

Apakah aku kecewa karena tadi persetubuhanku tidak sampai ngecrot ? Tidak. Biar bagaimana urusan pribadi tidak boleh mengalahkan urusan bisnis (pekerjaan). Biarlah Fuyola melanjutkan tugasnya, kasrena saat ini masih jam kerjanya.

Tapi bagaimana dengan kontolku yang masih ngaceng berat begini ? Lepasin di memek siapa ? Masa harus dilepaskan di memek kucing ?

Untuk menghibur diri, aku kembali ke ruang kerjaku. Tapi baru beberapa detik aku duduk di belakang meja kerjaku, Bi Irah muncul. Bi Irah itu orang yang kupercayai untuk memimpin kantin pegawai. Dia seorang wanita berusia 37 tahun dan sangat rajin bekerja di kitchen kantin. Saat itu Bi Irah membawa makanan untuk makan siangku.

Apakah harus kulampiaskan saja nafsuku yang belum terpuasi ini pada Bu Irah ?

Lalu aku melangkah ke ruang makan pribadiku.

“Bi Irah ... aku mau minta tolong nih, “ kataku sambil mendekap pinggang wanita berperawakan agak montok dan berkulit sawomatang itu (tidak sehitam Fayola).

“Mau minta tolong apa Den Boss ?” tanya Bi Irah tampak salah tingkah karena baru sekali ini aku melingkarkan lenganku di pinggangnya.

“Tolong selomotin kontolku Bi. Dari tadi ngaceng terus nih, “ sahutku sambil menyembulkan kontolku yang sejak tadi sudah kusiapkan.

“Astagaaaa ... Den Boss ... aduuuuuh ... bibi jadi degdegan nih Den Boss ... “ Bi Irah mengepit sepasang pipinya dengan kedua telapak tangannya.

“Nggak usah degdegan segala. Aku kan gak bakalan nyakitin Bi Irah, “ kataku sambil menarik tangan kirinya untuk ditempelkan ke kontol ngacengku.

Bi Irah memegang kontolku dengan tangan gemetaran. “Iiii ... ini ... kok pan ... panjang sekali gini ... takkan muat di mulut bibi ... “

Aku menarik pergelangan tangan Bi Irah, menuju ke kamar yang berdampingan dengan ruang makan. Kamar yang tidak besar, hanya berukuran 3 X 3 meter. Kamar yang disediakan untuk pembantu jika aku sedang menerima banyak tamu di ruang tamu dalam waktu yang lama.

Tentu saja aku tak mau membawa Bi Irah ke kamar pribadiku. Karena kamar pribadiku hanya untuk orang – orang tertentu saja.

Tapi kamar di samping ruang makan ini pun memenuhi syarat untuk berbuat “macem – macem” dengan Bi Irah.

“Nah ... di sini kita bisa melakukan apa aja. Ayo Bi ... selomotin kontolku sampai ngecrot, “ kataku sambil mendekatkan lagi kontolku ke tangan Bi Irah.

“Iya ... tapi kalau bibi nyelomotin punya Den Boss, pasti bibi jadi nafsu ... lantas gimana kalau bibi jadi pengen ... ? “

“Pengen apa ? Pengen diewe ? “ tanyaku.

“Iiii ... iiiyaaa Den Boss .... “ sahutnya tersipu.

“Ya gampang itu sih. Bibi tinggal celentang ngangkang, kontolku masukin ke memek B Irah. Beres kan ?”

“Mem ... memangnya Den Boss mau begituan sama bibi yang jelek ini ?”

“Ayooo ... selomotin ... jangan banyak ngomong lagi Bi, “ kataku sambil duduk di pinggiran tempat tidur sederhana.

Bi Irah pun berlutut di antara kedua kakiku, sambil memegang kontolku. Mulutnya mendekati kontolku. Tapi kucegah dan berkata, “Bi Irah harus telanjang dulu. Biar jangan susah kalau pengen dientot nanti. “

Bi Irah mengangguk malu – malu. Kemudian ia melepaskan segala yang melekat di tubuhnya. Sampai benar – benar telanjang bulat.

Ternyata tubuh kepala kantin karyawan itu boleh juga. Punya toge pasar (toket gede pantat besar).

Aku pun melepaskan segala yang melekat di tubuhku, kemudian duduk di atas bed yang disediakan untuk pembantu atau pegawai kitchen itu. Ketika Bi Irah sudah duduk berhadapan denganku, kedua kakiku pun kurentangkan. Spontan Bi Irah menunduk sambil memegang kontolku. Lalu mulai mengulum dan menyelomoti kontolku ... !

Aku pun menangkap toket gedenya yang sebelah kiri sambil berkata, “Hmm ... toket Bi Irah boleh juga nih ... gede dan belum kendor. “

Tapi Bi Irah tidak bisa menyahut, karena mulutnya sedang menyelomoti kontolku dengan lincahnya.

Kubiarkan selama bermenit – menit Bi Irah mengoral kontolku. Sampai akhirnya aku menyuruhnya berhenti dulu. Lalu kutarik pinggang Bi Irah sampai sama – sama rebah miring berhadapan.

Dengan penuh gairah birahi yang belum tersalurkan, kuselomoti pentil toket Bi Irah yang sebelah kiri, sementara jemari tanganku mulai merayapi memeknya yang ternyata bersih dari jembut ini. Dalam tempo singkat saja tubuh Bi Irah terasa menghangat, pertanda sudah horny.

Bahkan lalu terdengar rintihannya perlahan, “Den Boss ... duh ... bibi jadi edan – eling gini ... Den Boss ... “

“Bibi udah ingin merasakan dientot sama kontolku kan ?” tanyaku.

“Iya Den Boss. Kebayang nikmatnya digesek sama punya Den Boss yang sangat panjang itu ... duuuuh ... mau Den Boss ... “ sahut Bi Irah yang mengaku sudah edan eling itu.

Maka aku pun duduk di antara sepasang paha gempal Bi Irah yang sudah kurenggangkan, sambil memeriksa memeknya yang ternyata sudah basah itu. Sambil berlutut kuletakkan moncong kontolku di mulut memek Bi Irah. Lalu kudorong kontolku sekuat mungkin.

Dan mulai melesak masuk ke dalam liang memek kepala kantin karyawan hotelku itu.

Bi Irah meringis sambil merintih, “Adududuuuuuhhhh ... su .. suuudah masuuuuk Den Booossss ... “

Aku dorong terus kontolku, sambil ingin tahu sedalam apa liang memek Bi Irah ini. Sampai akhirnya terasa mentok di dasar liang memek wanita bertubuh montok dan sintal padat itu. “Aduuuyyy ... sampai nyundul dasar sumur bibi Den Boss ... gak nyangka punya Den Boss panjang sekali gini ... dan gak nyangka bibi bakal ngalamin semua ini ... ooooooh .... “

Lalu aku pun mulai mengayun kontolku. Maju – mundur di dalam liang memek Bi Irah yang ternyata pulen sekali rasanya.

Bi irah pun mulai berceloteh tak menentu, “Dudududuuuuh ... Den Bosss ... dudududuuuh ... Den Bossss ... nikmat sekali Den Boss ... dudududuuuh ... Den Bossss ... enaaaaaak Den Boss ... dudududuuuuuh .... “


Makasih apdetnya bro @Otta
 
Part 09 B


K
etika aku sudah berada di atas perut dan dada Fayola, wanita berkulit hitam itu berkata, “Kalau Big Boss berkenan, silakan hamili aku. Karena meski tidak punya suami, aku sering membayangkan bahagianya kalau menjadi seorang ibu. Apalagi kalau aku melahirkan anak yang benihnya berasal dari Big Boss. “

“Kamu baru aja diangkat jadi GM malah mikir ingin hamil segala. Jangan hamil dulu lah. Nanti kalau sudah berprestasi dalam jabatan barumu, baru boleh mikir hamil. “ sahutku sambil meraba – raba memek Fayola yang sekarang berjembut lebat ini. Sampai menemukan celahnya yang hangat dan licin. Lalu kumainkan celah memeknya yang hangat dan licin ini, sambil membayangkan sedang mengucek – ngucek memek Habiba.

Ya, sebenarnya tadi nafsuku sudah mulai menggeliat ketika Habiba datang. Tapi karena dia mencegahku melampiaskan nafsuku, ya lampiaskan pada Fayola aja. Lagian sudah 2 bulan aku tak pernah ngentot Fayola lagi.

Fayola pun tidak tinggal diam. Ia memegang kontolku yang sudah ngaceng berat ini. Lalu mencolek – colekkan moncongnya ke celah memeknya yang licin dan hangat itu.

Tak cuma mencolek – colekkan, akhirnya Fayola pun menusukkan kontolku ke dalam celah memeknya, kemudian memberi isyarat agar aku mendorong kontolku.

Hmmm ... praktis sekali. Tanpa harus foreplay, aku tinggal mendesakkan kontolku sekuat mungkin. Dan ... blessssssssss ... kontolku mulai melesak masuk ke dalam liang memek Fayola yang bergerinjal – gerinjal seperti bertaburan telor ikan ... !

Fayola memang tidak terlalu mengutamakan foreplay. Begitu nempel, colok aja. Gak pake basa - basi lagi.

Kalau dilihat dari cara kerjanya, sebenarnya Fayola lebih cerdas dan teliti daripada Antoinette. Karena itu aku sangat menyayanginya. Dan ingin agar dia tetap bekerja di hotelku, jangan sampai pindah ke hotel lain. Itulah sebabnya aku “mengikat” Fayola, agar tetap setia bekerja di hotelku. Cara mengikatnya, adalah dengan menyetubuhinya minimal seminggu sekali.

Tampaknya usahaku berhasil. Fayola semakin rajin, ulet dan jujur bekerja di hotelku. Apalagi setelah kuangkat sebagai GM, Fayola semakin bersemangat untuk berkarya di hotelku. Banyak terobosan yang telah dilakukannya. Hasilnya cukup memuaskanku. Karena itu Fayola bisa kuanggap sebagai asset perusahaan.

Itulah sebabnya, setiap kali aku menyetubuhi Fayola, aku senantiasa berupaya untuk memuaskan nafsu birahinya.

Kali ini pun sama. Ketika kontolku mulai kuayun, kupagut bibirnya ke dalam ciuman dan lumatanku. Fayola pun membalasnya dengan lumatan lahap, dengan mata terpejam – pejam.

Fayola memang tidak berani bertatapan mata dalam jarak seperti ini. Karena dia sadar bahwa aku ini big bossnya, yang harus dihormatinya. Karena itu, kalau aku sedang menyetubuhinya, mata Fayola lebih sering terpejam daripada terbuka.

Ketika aku sedang menjilati lehernya, barulah Fayola membuka matanya lagi, namun pandangannya ditujukan ke plafon kamar pribadiku, bukan ke arah mataku.

Lalu rintihan – rintihan perlahannya mulai terdengar. “Big Bosssss ... aaaaaaaaaahhhh ... aaaaaaaaaaa ... aaaaaaaaaahhhhhhhh ... Big Bosssss ..... aaaaaaaaaaaaaa ... aaaa ... aaaaaaaaaaaaaahhhhhhh ... aaaaaaaaaa ... aaaaaaaaaaaaahhhhhhhh ... aaaaaaaa ... aaaaaaaaaaahhhh ... Bossssssss ..... aaaaaaaaaaaa ... aaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhh ... Bossssssssssssssssss .... aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhh ... “

Fayola pun sudah pandai menggeol – geolkan pantatnya, mengikuti kebiasaan wanita bangsaku. Dia sudah pandai menggoyang pantatnya, membentuk angka delapan. Sudah pandai mendongakkan (menengadahkan) memeknya, lalu menukikkannya, agar kelentitnya bergesekan dengan kontolku.

Tapi aku pun sadar bahwa saat itu adalah jam kerja. Aku tak mau juga pekerjaan Fayola dengan mengewenya berlama – lama. Maka ketika gelaja – gejala Fayola mau orgasme, aku pun berkonsentrasi agar segera ejakulasi. Dengan menjilati ketiak Fayola sambil meremas – remas toket kanannya.

Dan ketika Fayola mulai berkelojotan, spontan aku pun mempercepat entotanku. Bermaju mundur di dalam liang memek Fayola secepatnya.

Akhirnya Fayola mengejang tegang. Aku pun menancapkan kontolku sedalam mungkin.

Lalu terasa liang memek Fayola mengedut – ngedut. Tapi aku tak bisa ejakulasi. Iya, aku masih jauh dari ejakulasi. Namun aku berpura – pura ejakulasi, dengan mengejut – ngejutkan kontolku, sambil berpura – pura mendengus – dengus seperti biasanya kalau kontolku sedang ngecrot.

Tak lama kemudian kucabut kontolku dari liang memek Fayola, lalu bergegas menuju kamar mandi sambil membawa seluruh pakaianku. Di dalam kamar mandi, aku hanya mencuci kontolku yang berlepotan lendir libido Fayola. Kemudian kukenakan pakaianku kembali. Lalu menyisir rambutku dan keluar dari kamar mandi.

Kulihat Fayola sudah mengenakan pakaian seragamnya kembali. Blazer dan spanrok abu – abu dan blouse putih bersih. “Aku mau ke ruang kerjaku lagi Big Boss, “ kata Fayola.

“Oke, thanks a lot, “ kataku.

“You're welcome, “ sahutnya sambil tersenyum. Lalu melangkah ke luar kamar pribadiku, lewat pintu depan. Tidak melalui ruang tamu owner lagi, karena Fayola sudah mengenal seluk beluk kamar pribadiku.

Apakah aku kecewa karena tadi persetubuhanku tidak sampai ngecrot ? Tidak. Biar bagaimana urusan pribadi tidak boleh mengalahkan urusan bisnis (pekerjaan). Biarlah Fuyola melanjutkan tugasnya, kasrena saat ini masih jam kerjanya.

Tapi bagaimana dengan kontolku yang masih ngaceng berat begini ? Lepasin di memek siapa ? Masa harus dilepaskan di memek kucing ?

Untuk menghibur diri, aku kembali ke ruang kerjaku. Tapi baru beberapa detik aku duduk di belakang meja kerjaku, Bi Irah muncul. Bi Irah itu orang yang kupercayai untuk memimpin kantin pegawai. Dia seorang wanita berusia 37 tahun dan sangat rajin bekerja di kitchen kantin. Saat itu Bi Irah membawa makanan untuk makan siangku.

Apakah harus kulampiaskan saja nafsuku yang belum terpuasi ini pada Bu Irah ?

Lalu aku melangkah ke ruang makan pribadiku.

“Bi Irah ... aku mau minta tolong nih, “ kataku sambil mendekap pinggang wanita berperawakan agak montok dan berkulit sawomatang itu (tidak sehitam Fayola).

“Mau minta tolong apa Den Boss ?” tanya Bi Irah tampak salah tingkah karena baru sekali ini aku melingkarkan lenganku di pinggangnya.

“Tolong selomotin kontolku Bi. Dari tadi ngaceng terus nih, “ sahutku sambil menyembulkan kontolku yang sejak tadi sudah kusiapkan.

“Astagaaaa ... Den Boss ... aduuuuuh ... bibi jadi degdegan nih Den Boss ... “ Bi Irah mengepit sepasang pipinya dengan kedua telapak tangannya.

“Nggak usah degdegan segala. Aku kan gak bakalan nyakitin Bi Irah, “ kataku sambil menarik tangan kirinya untuk ditempelkan ke kontol ngacengku.

Bi Irah memegang kontolku dengan tangan gemetaran. “Iiii ... ini ... kok pan ... panjang sekali gini ... takkan muat di mulut bibi ... “

Aku menarik pergelangan tangan Bi Irah, menuju ke kamar yang berdampingan dengan ruang makan. Kamar yang tidak besar, hanya berukuran 3 X 3 meter. Kamar yang disediakan untuk pembantu jika aku sedang menerima banyak tamu di ruang tamu dalam waktu yang lama.

Tentu saja aku tak mau membawa Bi Irah ke kamar pribadiku. Karena kamar pribadiku hanya untuk orang – orang tertentu saja.

Tapi kamar di samping ruang makan ini pun memenuhi syarat untuk berbuat “macem – macem” dengan Bi Irah.

“Nah ... di sini kita bisa melakukan apa aja. Ayo Bi ... selomotin kontolku sampai ngecrot, “ kataku sambil mendekatkan lagi kontolku ke tangan Bi Irah.

“Iya ... tapi kalau bibi nyelomotin punya Den Boss, pasti bibi jadi nafsu ... lantas gimana kalau bibi jadi pengen ... ? “

“Pengen apa ? Pengen diewe ? “ tanyaku.

“Iiii ... iiiyaaa Den Boss .... “ sahutnya tersipu.

“Ya gampang itu sih. Bibi tinggal celentang ngangkang, kontolku masukin ke memek B Irah. Beres kan ?”

“Mem ... memangnya Den Boss mau begituan sama bibi yang jelek ini ?”

“Ayooo ... selomotin ... jangan banyak ngomong lagi Bi, “ kataku sambil duduk di pinggiran tempat tidur sederhana.

Bi Irah pun berlutut di antara kedua kakiku, sambil memegang kontolku. Mulutnya mendekati kontolku. Tapi kucegah dan berkata, “Bi Irah harus telanjang dulu. Biar jangan susah kalau pengen dientot nanti. “

Bi Irah mengangguk malu – malu. Kemudian ia melepaskan segala yang melekat di tubuhnya. Sampai benar – benar telanjang bulat.

Ternyata tubuh kepala kantin karyawan itu boleh juga. Punya toge pasar (toket gede pantat besar).

Aku pun melepaskan segala yang melekat di tubuhku, kemudian duduk di atas bed yang disediakan untuk pembantu atau pegawai kitchen itu. Ketika Bi Irah sudah duduk berhadapan denganku, kedua kakiku pun kurentangkan. Spontan Bi Irah menunduk sambil memegang kontolku. Lalu mulai mengulum dan menyelomoti kontolku ... !

Aku pun menangkap toket gedenya yang sebelah kiri sambil berkata, “Hmm ... toket Bi Irah boleh juga nih ... gede dan belum kendor. “

Tapi Bi Irah tidak bisa menyahut, karena mulutnya sedang menyelomoti kontolku dengan lincahnya.

Kubiarkan selama bermenit – menit Bi Irah mengoral kontolku. Sampai akhirnya aku menyuruhnya berhenti dulu. Lalu kutarik pinggang Bi Irah sampai sama – sama rebah miring berhadapan.

Dengan penuh gairah birahi yang belum tersalurkan, kuselomoti pentil toket Bi Irah yang sebelah kiri, sementara jemari tanganku mulai merayapi memeknya yang ternyata bersih dari jembut ini. Dalam tempo singkat saja tubuh Bi Irah terasa menghangat, pertanda sudah horny.

Bahkan lalu terdengar rintihannya perlahan, “Den Boss ... duh ... bibi jadi edan – eling gini ... Den Boss ... “

“Bibi udah ingin merasakan dientot sama kontolku kan ?” tanyaku.

“Iya Den Boss. Kebayang nikmatnya digesek sama punya Den Boss yang sangat panjang itu ... duuuuh ... mau Den Boss ... “ sahut Bi Irah yang mengaku sudah edan eling itu.

Maka aku pun duduk di antara sepasang paha gempal Bi Irah yang sudah kurenggangkan, sambil memeriksa memeknya yang ternyata sudah basah itu. Sambil berlutut kuletakkan moncong kontolku di mulut memek Bi Irah. Lalu kudorong kontolku sekuat mungkin.

Dan mulai melesak masuk ke dalam liang memek kepala kantin karyawan hotelku itu.

Bi Irah meringis sambil merintih, “Adududuuuuuhhhh ... su .. suuudah masuuuuk Den Booossss ... “

Aku dorong terus kontolku, sambil ingin tahu sedalam apa liang memek Bi Irah ini. Sampai akhirnya terasa mentok di dasar liang memek wanita bertubuh montok dan sintal padat itu. “Aduuuyyy ... sampai nyundul dasar sumur bibi Den Boss ... gak nyangka punya Den Boss panjang sekali gini ... dan gak nyangka bibi bakal ngalamin semua ini ... ooooooh .... “

Lalu aku pun mulai mengayun kontolku. Maju – mundur di dalam liang memek Bi Irah yang ternyata pulen sekali rasanya.

Bi irah pun mulai berceloteh tak menentu, “Dudududuuuuh ... Den Bosss ... dudududuuuh ... Den Bossss ... nikmat sekali Den Boss ... dudududuuuh ... Den Bossss ... enaaaaaak Den Boss ... dudududuuuuuh .... “


Luar biasa mantab
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd