Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

PEJANTAN PERKASA update Part 15 A

Sudah mulai banyak wanita yang ingin dihamili oleh Asep ya
 
Part 10 B





K
etika aku menggumuli Tante Brenda, terasa di sana – sini tubuhnya serba padat. Mungkin dia rajin ngejim atau olahraga secara teratur, seperti aku. Sehingga aku bisa merasakan sesuatu yang sangat menggairahkan ketika aku sedang menggumulinya.

Sampai pada suatu saat, ketika aku menjilati memeknya yang bersih dari jembut, aku menemukan memek berjengger. Hal itu tidak aneh bagi orang bule. Sebenarnya “jengger” itu labia mayora yang saking tebalnya, tidak bisa disembunyikan.

Tapi aku malah suka memek berjengger begini. Karena pada waktu mengentotnya jadi terasa “ramai”. Ada bagian yang ikut menjawil - jawil batang pelerku.

Yang sangat menggairahkan lagi adalah harumnya setiap lekuk sensitif Tante Brenda. Termasuk memeknya ini. Maka semakin lahap pula aku menjilati memek wanita bule ini. Sampai pada suatu saat ia mencolek – colek telingaku, sebagai isyarat bahwa aku sudah waktunya untuk melakukan penetrasi.

Aku pun berlutut sambil memelorotkan celana dalamku, sampai terlepas dari kedua kakiku. Pada saat yang sama Tante Brenda terduduk dan memegang kontolku yang sudah ngaceng berat ini, sambil berkata, “ Wauw dat is zo lang ... ! (Wow panjang sekali).

Aku cuma tersenyum. Lalu mendorong sepasang bahunya agar menelentang kembali.

“Pantesan Bu Sharon sampai dua kali hamil, karena penismu panjang sekali, “ ucapnya ketika aku sudah meletakkan kepala kontolku di mulut memek Tante Brenda. Kepala kontolku yang sudah kemerahan dan mengkilap saking ngacengnya.

Panjang juga kalau spermaku kurang agresif, takkan jadi apa – apa, pikirku sambil mendorong kontolku. Dan sedikit demi sedikit kontolku mulai membenam ke dalam liang memek Tante Brenda yang ternyata sangat dalam, tapi masih tersundul oleh kepala kontolku.

Lalu permainan surgawi ini dimulai. Kontolku laksana pompa manual, maju mundur di dalam liang memek Tante Brenda yang licin dan tidak terlalu sempit. Sehingga dalam tempo singkat aku bisa mengayun kontolku dalam kecepatan normal.

Tante Brenda pun mulai menggeliat – geliat dan mendesah – desah. Terlebih setelah mulutku nyungsep di leher jenjangnya, untuk menjilatinya sambil mengigit – gigit kecil, sementara tangan kiriku mulai meremas – remas toket kanannya. Rintihan – rintihan histeris pun mulai terdengar, “Ooooo ... oooooooohhhhh ... Yosssssseeeefff ... oooohhh ... Yosssseeeefff ... ooooooooohhhh ... ini luar biasa enaknya Yoooossss ... baru sekali ini aku merasakan yang seindah ini Yoooossssssssss ... ooooooh ... Yoooooosssssssss ... fuck me Yossss ... fuck meeee ... fuuuuuckkkkk .... ooooooohhhhhhh ... Yosssssssss ... indah sekali .... Yosssssssss .... ooooooohhhhhhhhhhh .... “

Bahkan lama kelamaan terdengar ucapan yang mungkin di luar kesadarannya. Tanpa tedeng aling – aling Tante Brenda melontarkan kata – kata : “Kalau seperti ini, aku bisa jatuh cinta padamu Yos ... oooohhhh ... Yoseeeeefff ... kamu benar – benar menciptakan keindahan buatkuuuu ... Yoseeeeeefffff ... ooooooooohhhh ... Yooossseffff ... Yooooossssss ... aku bakal jatuh cinta padamuuuuuu Yoooossssss ... “

Kalimat seperti itu sudah seringkali kudengar. Tentang “baru sekali ini merasakan seindah ini” atau “aku jatuh cinta padamu” dan sebagainya. Karena itu aku hanya tersenyum dan lebih fokus menghayati nikmatnya mengentot liang memek wanita bule ini.

Bahwa memang kontolku bisa menyentuh dasar liang memeknya. Tapi hanya menyentuh, bukan menabrak. Ini pertanda liang memek Tante Brenda dalam sekali. Dan mungkin dasar liang memeknya tidak pernah tersentuh oleh kepala kontol Oom Pratono.

Cukup lama kontolku menggenjot liang memek Tante Brenda. Sehingga tubuhku mulai bersimbah keringat, bercampur aduk dengan keringat wanita bule itu.

Sampai akhirnya Tante Brenda berkelojotan. Namun aku masih jauh dari ngecrot. Tapi aku ingin menikmati indahnya wanita yang sedang mengalami orgasme. Karena itu aku mempercepat entotanku sampai Tante Brenda mengejang sambil menahan nafasnya.

Pada saat itulah kutancapkan kontolku sedalam mungkin. Lalu mendiamkannya, untuk menikmati detik – detik Tante Brenda mengalami orgasmenya.

Dan ketika sekujur tubuh Tante Brenda mengejang tegang, kukulum dan kusedot pentil toket kirinya sekuat mungkin, sementara tangan kiriku meremas toket kanannya. Pada saat itulah liang memek Tante Brenda terasa bergerak – gerak reflex. Nikmat sekali rasanya menghayati detik – detik “kemenangan” ini.

Lalu tubuh Tante Brenda terkulai lunglai. Dengan keringat membanjiri leher dan wajahnya. Tapi hal itu justru membuatnya semakin erotis di mataku. Maka setelah wajahnya kelihatan kemerahan kembali, aku melanjutkan ayunan kontolku.

Tapi baru sebentar aku mengentotnya, Tante Brenda mengajakku tukar posisi. Ke posisi favorit orang bule, posisi doggy. Ya, terkadang aku juga heran, kenapa bule sangat menyukai posisi anjing – anjingan ini ?

Namun aku tidak complain. Kuikuti saja kemauan istri Oom Pratono ini. Ketika ia sudah merangkak sambil menunggingkan bokong semoknya, aku pun berlutut di depan bokong semok yang sudah ditunggingkan itu.

Dengan tangan kiri kungangakan memeknya sambil memegang kontolku dengan tangan kanan. Lalu dengan mudahnya aku membenamkan kembali kontol ngacengku. Blesssssssss ... melesak amblas sampai masuk semuanya. Lalu aku mengayun kembali kontolku sambil berpegangan pada sepasang pantatnya yang gede tapi tidak kendor. Membuatku semakin yakin bahwa Tante Brenda senang berolahraga.

Dalam posisi ini pun Tante Brenda merintih – rintih histeris terus.

Selama lebih dari seperempat jam kusetubuhi Tante Brenda sambil berlutut begini. Sampai akhirnya dia orgasme lagi.

Kubiarkan Tante Brenda ngaso dulu. Kemudian kami lanjutkan lagi dalam posisi WOT. Aku setuju saja, karena aku ingin membahagiakannya seperti yang diminta oleh Oom Pratono tadi.

Lalu apa yang terjadi, dalam posisi WOT ini Tante Brenda lincah sekali mengayun memeknya. Tapi dalam posisi ini pun dia orgasme lagi untuk ketiga kalinya. Sementara aku masih belum ngecrot juga.

Akhirnya kami kembali ke posisi semula. Posisi missionary lagi.

Dalam posisi inilah Tante Brenda orgasme keempat kalinya, berbarengan dengan ejakulasiku.



Setelah bersih – bersih di kamar mandi dan mengenakan daster hitamnya lagi, Tante Brenda berkata di atas sofa ruang keluarga, “Baru sekali ini aku merasakan multi orgasme. Sampai empat kali. “

“Memang dengan Oom Pratono gak pernah orgasme lebih sekali ?” tanyaku.

“Gak pernah, “ sahutnya sambil merebahkan kepalanya di atas sepasang pahaku, “Bahkan sering dia ejakulasi duluan ... pada saat aku belum apa – apa. Tapi yaaah ... mau diapain lagi. My husband is my king. “

“Kelihatannya usia Tante dengan Oom berbeda jauh. “

“Iya. Usia suamiku dua kali lipat usiaku. Dia enampuluh tahun, aku tigapuluh. Makanya terkadang aku menganggapnya seperti ayahku sendiri. “

“Kelihatannya Oom Pratono sangat mencintai Tante. “

“Iya. Aku juga menyayangi dia ... seperti sayangnya anak kepada ayahnya. Karena aku sudah tidak punya ayah. Karena itu kehadiran dia seolah pengganti ayahku sendiri, “ sahut Tante Brenda lirih.

Lalu Tante Brenda melanjutkan, “Perusahaan punya almarhum ayahku diserahkan kepada suamiku. Jadi ... dia benar – benar menjadi pengganti ayahku. “

“Ohya ?! Jadi Oom mau terbang ke Eropa untuk mengurus perusahaan warisan ayah Tante ?”

“Iya. Perusahaan warisan ayahku bukan hanya ada di Belanda. Pokoknya di hampir semua negara di Eropa, ada perusahaan ayahku. Sekarang di benua Asia pun banyak. Termasuk di Indonesia ini. “

“Semuanya dikendalikan oleh Oom Pratono ?”

“Iya. Tapi ownernya tetap aku. Dia hanya mengelolanya saja. “

Hmmm ... pantesan Oom Pratono sangat mencintai Tante Brenda. Karena ternyata Oom Pratono hanya decision maker. Sedangkan ownernya Tante Brenda. Dengan kata lain, Tante Brenda itu majikan Oom Pratono sekaligus istri lelaki tua itu.

Lalu kata Tante Brenda lagi, “Makanya suamiku mempersilakanku mencari lelaki yang bisa menghamiliku, asalkan jangan meminta cerai darinya. Karena kalau kami bercerai, perusahaan warisan ayahku almarhum, akan dikembalikan padaku semuanya. Lalu terserah aku mau memutuskan siapa yang akan memimpin perusahaan yang di banyak negara ada cabangnya itu. “

Aku cuma menangguk – angguk tanpa berani menanggapi. Karena yang dibicarkannya itu ranah pribadi, yang tak boleh kucampuri.

Tiba – tiba Tante Brenda mengalihkan topik pembicaraan, “ Selain Bu Sharon, siapa lagi yang pernah Yosef hamili ?”

Aku agak bingung menjawabnya. Karena semua yang kuhamili harus kurahasiakan. Maka akhirnya kujawab, “Ibu tiriku saja. Sudah dua kali kuhamili. Sekarang sudah dua orang anaknya. Itu pun atas permintaan ayahku. Karena ayahku sudah disterilkan ketika anaknya sudah dua orang. “

“Wow ... berarti ayahmu senasib dengan suamiku ya ?”

“Senasib bagaimana ?”

“Waktu menikah denganku, Mas Tono sudah duda beranak lima orang. Dan Mas Tono juga sudah disterilkan seperti ayahmu. Karena anaknya sudah terlalu banyak. Gak taunya istri Mas Tono meninggal karena serangan jantung. Lalu menikah denganku. “

“Lalu ... anak – anak Oom Pratono tinggal bersama Tante ?” tanyaku.

“Tidak. Mereka tinggal di rumah mantan mertua Mas Tono. Tapi untuk biaya kehidupan mereka ditanggung oleh Mas Tono. “

“Waktu menikah dengan Tante, usia Oom Pratono sudah berapa tahun ?”

“Dia menikah denganku waktu usianya limapuluhtiga tahun. Dan aku sudah berusia duapuluhtiga saat itu. “

Aku mengangguk – angguk lagi.

“Ohya ... aku punya sahabat yang senasib denganku. Dia orang Belanda juga, tinggal di Jakarta. Dia punya suami orang Indonesia juga. Dan setelah menikah delapan tahun, sampai saat ini belum punya anak juga. Nanti kalau Yosef sukses menghamiliku, teman itu akan kuanjurkan agar minta dihamili olehmu. Oke ?”

Aku tertawa dibuatnya, “Hahahaaaa ... aku bakal jadi pejantan nih kayaknya. “

“Gak apa – apa kan ? Yang penting ada hasilnya. Kalau aku hamil, pasti aku akan memberikan sesuatu padamu. Kalau temanku juga hamil, pasti dia pun akan memberi present padamu. Anggap aja pejantan itu salah satu profesimu. “

Aku terdiam.

“Maaf ya, aku bukan merendahkanmu. Aku memang sudah dengar dari Bu Sharon, bahwa kamu sudah jadi pengusaha besar, walau pun usiamu masih sangat muda. Tapi apa salahnya kalau Yosef menolong wanita yang ingin hamil ? Mungkin juga pertolongan itu bisa dianggap suatu kebaikan. Seperti yang sudah dialami oleh Bu Sharon. Dia tampak bahagia sekali karena sudah punya dua orang anak cowok yang lucu – lucu dan tampan – tampan seperti Yosef. Berarti Yosef sudah membahagiakan jiwa Bu Sharon kan ?”

“Nanti, “ lanjut Tante Brenda, “Kalau aku hamil dan melahirkan anak yang kukandung sendiri, aku pun akan merasa bahagia sekali. Karena bagiku, memiliki anak kandung, jauh lebih berharga daripada segunung harta sekali pun. Tentu saja aku harus ingat bahwa hal itu adalah berkat jasa Yosef. “

“Aku juga sudah dengar dari Bu Sharon. Bahwa dia sudah memberimu rumah megah, villa yang luas tanahnya dan sebuah mobil. Sebagai tanda terimakasihnya pada Yosef. Makanya bisa saja akiu melakukan hal yang lebih daripada Bu Sharon nanti. Karena aku akan bahagia sekali kalau Yosef berhasil menghamiliku ... “

Kulihat mata bening Tante Brenda berlinang – linang air mata. Lalu aku membungkuk, untuk mencium dahi wanita bule itu. Lalu kataku, “Masalahnya sekarang aku harus kembali ke hotelku. Apakah Tante mau ikut ke hotelku ?”

“Kapan – kapan aku akan datang sendiri ke hotelmu. Tapi jangan sekarang. Takut tiba – tiba suamiku datang lagi. Tentu dia akan marah kalau aku meninggalkan rumah ini. “

“Terus, kalau aku pulang ke hotel, Tante akan sendirian di rumah ini ?” tanyaku.

“Tidak sendirian. Kan ada pembantu, tidur di kamar belakang. Tapi sejak jam enam sore dia sudah tidur. “

“Lalu, gak apa – apa kalau aku pulang ke hotel sekarang. ”

“Gak apa – apa. Yang penting besok malam ke sini lagi. Pokoknya selama masa suburku, Yosef harus menyetubuhiku tiap malam ya. “

“Oke, “ aku mengangguk.



Beberapa saat kemudian, aku sudah berada di dalam jeepku, pulang ke hotelku yang belakangan ini seolah jadi tempat tinggalku. Karena dengan tinggal di hotel, aku merasa netral. Tidak tidur di rumah mana pun. Sehingga aku bisa bertekun diri untuk membuat skripsi sekaligus memikirkan langkah – langkah bisnisku.

Tampaknya skripsiku yang harus segera diselesaikan, supaya Bu Hasnah dan Bu Elizabeth tidak kecewa. Karena mereka menginginkanku lulusan termuda pada angkatanku. Syukur – syukur kalau lulus dengan predikat cum laude.

Namun malam itu aku merasa letih. Ingin tidur dulu sekenyangnya.

Esok paginya, seperti biasa aku ngejim dulu di ruangan pemeliharaan tubuh yang tersedia di hotelku. Lalu istirahat dulu sejam. Baru kemudian mandi dan berangkat ke laboratorium. Untuk memeriksakan darahku. Hal ini selalu kulakukan, meski aku sudah retired dari kegiatan pergigoloanku. Masalahnya aku punya resiko ketularan penyakit yang tidak diharapkan, mengingat kebiasaanku sering berganti – ganti pasangan seksual.

Tapi sejauh ini aku tetap dinyatakan bersih dari segala penyakit yang tak diharapkan. Kalau sekadar terserang flu, itu sih wajar. Setiap orang bisa terserang flu.

Sepulangnya dari laboratorium dan dokter yang biasa menanganiku, aku langsung pulang ke hotel. Dan menyempatkan diri melanjutkan pembuatan skripsiku.

Menurutku, 3 hari lagi juga skripsiku bakal selesai. Lalu tinggal menyerahkannya dan menunggu sidang.

Jam 5 sore aku mandi. Lalu menyantap makan malamku meski hari masih sore. Jam 6 sore aku sudah berada di dalam jeepku, menuju rumah Tante Brenda.

Setibanya di rumah Tante Brenda, aku dibuat terlongong, karena penampilan Tante Brenda jadi berubah. Rambutnya itu ... dihitamkan. Sehingga aku merasa pangling.

“Rambutnya jadi hitam ... Tante kelihatan lebih cantik di mataku, “ kataku ketika Tante Brenda menyambutku di ruang tamu dengan ciuman hangat di bibirku.

“Lebih bagus mana rambut brunette sama hitam begini ?” tanyanya.

“Jauh lebih cantik hitam begini Tante. “

“Syukurlah kalau kamu suka. Ini sengaja dihitamkan, supaya jangan bosan aja. “

Lalu aku diajak duduk di ruang keluarga.

“Sekarang kan malam weekend, “ kata Tante Brenda.

“Iya, malam Sabtu malam weekend. Harusnya outing. “

“Mau ngajak outing ke mana ?” tanyanya.

“Ke villaku aja. Besok pagi bisa main di pinggir sungai. Udaranya sejuk. Panoramanya pun indah. “

“Ya udah ... kalau gitu aku setuju. Pakai mobilmu aja ya. Biar jangan dua – dua mobil. “

“Oke, “ sahutku sambil mengangguk.

Beberapa saat kemudian, Tante Brenda sudah duduk di sampingku, di dalam jeepku yang sedang kuarahkan menuju villaku.



Mulustrasi Tante Brenda setelah rambutnya dihitamkan :







Selama bulan suci Ramadhan, updatenya akan dilakukan pada malam hari.
Mohon para suhu maklum adanya.
Wass.
Otta
 
Part 10 B





K
etika aku menggumuli Tante Brenda, terasa di sana – sini tubuhnya serba padat. Mungkin dia rajin ngejim atau olahraga secara teratur, seperti aku. Sehingga aku bisa merasakan sesuatu yang sangat menggairahkan ketika aku sedang menggumulinya.

Sampai pada suatu saat, ketika aku menjilati memeknya yang bersih dari jembut, aku menemukan memek berjengger. Hal itu tidak aneh bagi orang bule. Sebenarnya “jengger” itu labia mayora yang saking tebalnya, tidak bisa disembunyikan.

Tapi aku malah suka memek berjengger begini. Karena pada waktu mengentotnya jadi terasa “ramai”. Ada bagian yang ikut menjawil - jawil batang pelerku.

Yang sangat menggairahkan lagi adalah harumnya setiap lekuk sensitif Tante Brenda. Termasuk memeknya ini. Maka semakin lahap pula aku menjilati memek wanita bule ini. Sampai pada suatu saat ia mencolek – colek telingaku, sebagai isyarat bahwa aku sudah waktunya untuk melakukan penetrasi.

Aku pun berlutut sambil memelorotkan celana dalamku, sampai terlepas dari kedua kakiku. Pada saat yang sama Tante Brenda terduduk dan memegang kontolku yang sudah ngaceng berat ini, sambil berkata, “ Wauw dat is zo lang ... ! (Wow panjang sekali).

Aku cuma tersenyum. Lalu mendorong sepasang bahunya agar menelentang kembali.

“Pantesan Bu Sharon sampai dua kali hamil, karena penismu panjang sekali, “ ucapnya ketika aku sudah meletakkan kepala kontolku di mulut memek Tante Brenda. Kepala kontolku yang sudah kemerahan dan mengkilap saking ngacengnya.

Panjang juga kalau spermaku kurang agresif, takkan jadi apa – apa, pikirku sambil mendorong kontolku. Dan sedikit demi sedikit kontolku mulai membenam ke dalam liang memek Tante Brenda yang ternyata sangat dalam, tapi masih tersundul oleh kepala kontolku.

Lalu permainan surgawi ini dimulai. Kontolku laksana pompa manual, maju mundur di dalam liang memek Tante Brenda yang licin dan tidak terlalu sempit. Sehingga dalam tempo singkat aku bisa mengayun kontolku dalam kecepatan normal.

Tante Brenda pun mulai menggeliat – geliat dan mendesah – desah. Terlebih setelah mulutku nyungsep di leher jenjangnya, untuk menjilatinya sambil mengigit – gigit kecil, sementara tangan kiriku mulai meremas – remas toket kanannya. Rintihan – rintihan histeris pun mulai terdengar, “Ooooo ... oooooooohhhhh ... Yosssssseeeefff ... oooohhh ... Yosssseeeefff ... ooooooooohhhh ... ini luar biasa enaknya Yoooossss ... baru sekali ini aku merasakan yang seindah ini Yoooossssssssss ... ooooooh ... Yoooooosssssssss ... fuck me Yossss ... fuck meeee ... fuuuuuckkkkk .... ooooooohhhhhhh ... Yosssssssss ... indah sekali .... Yosssssssss .... ooooooohhhhhhhhhhh .... “

Bahkan lama kelamaan terdengar ucapan yang mungkin di luar kesadarannya. Tanpa tedeng aling – aling Tante Brenda melontarkan kata – kata : “Kalau seperti ini, aku bisa jatuh cinta padamu Yos ... oooohhhh ... Yoseeeeefff ... kamu benar – benar menciptakan keindahan buatkuuuu ... Yoseeeeeefffff ... ooooooooohhhh ... Yooossseffff ... Yooooossssss ... aku bakal jatuh cinta padamuuuuuu Yoooossssss ... “

Kalimat seperti itu sudah seringkali kudengar. Tentang “baru sekali ini merasakan seindah ini” atau “aku jatuh cinta padamu” dan sebagainya. Karena itu aku hanya tersenyum dan lebih fokus menghayati nikmatnya mengentot liang memek wanita bule ini.

Bahwa memang kontolku bisa menyentuh dasar liang memeknya. Tapi hanya menyentuh, bukan menabrak. Ini pertanda liang memek Tante Brenda dalam sekali. Dan mungkin dasar liang memeknya tidak pernah tersentuh oleh kepala kontol Oom Pratono.

Cukup lama kontolku menggenjot liang memek Tante Brenda. Sehingga tubuhku mulai bersimbah keringat, bercampur aduk dengan keringat wanita bule itu.

Sampai akhirnya Tante Brenda berkelojotan. Namun aku masih jauh dari ngecrot. Tapi aku ingin menikmati indahnya wanita yang sedang mengalami orgasme. Karena itu aku mempercepat entotanku sampai Tante Brenda mengejang sambil menahan nafasnya.

Pada saat itulah kutancapkan kontolku sedalam mungkin. Lalu mendiamkannya, untuk menikmati detik – detik Tante Brenda mengalami orgasmenya.

Dan ketika sekujur tubuh Tante Brenda mengejang tegang, kukulum dan kusedot pentil toket kirinya sekuat mungkin, sementara tangan kiriku meremas toket kanannya. Pada saat itulah liang memek Tante Brenda terasa bergerak – gerak reflex. Nikmat sekali rasanya menghayati detik – detik “kemenangan” ini.

Lalu tubuh Tante Brenda terkulai lunglai. Dengan keringat membanjiri leher dan wajahnya. Tapi hal itu justru membuatnya semakin erotis di mataku. Maka setelah wajahnya kelihatan kemerahan kembali, aku melanjutkan ayunan kontolku.

Tapi baru sebentar aku mengentotnya, Tante Brenda mengajakku tukar posisi. Ke posisi favorit orang bule, posisi doggy. Ya, terkadang aku juga heran, kenapa bule sangat menyukai posisi anjing – anjingan ini ?

Namun aku tidak complain. Kuikuti saja kemauan istri Oom Pratono ini. Ketika ia sudah merangkak sambil menunggingkan bokong semoknya, aku pun berlutut di depan bokong semok yang sudah ditunggingkan itu.

Dengan tangan kiri kungangakan memeknya sambil memegang kontolku dengan tangan kanan. Lalu dengan mudahnya aku membenamkan kembali kontol ngacengku. Blesssssssss ... melesak amblas sampai masuk semuanya. Lalu aku mengayun kembali kontolku sambil berpegangan pada sepasang pantatnya yang gede tapi tidak kendor. Membuatku semakin yakin bahwa Tante Brenda senang berolahraga.

Dalam posisi ini pun Tante Brenda merintih – rintih histeris terus.

Selama lebih dari seperempat jam kusetubuhi Tante Brenda sambil berlutut begini. Sampai akhirnya dia orgasme lagi.

Kubiarkan Tante Brenda ngaso dulu. Kemudian kami lanjutkan lagi dalam posisi WOT. Aku setuju saja, karena aku ingin membahagiakannya seperti yang diminta oleh Oom Pratono tadi.

Lalu apa yang terjadi, dalam posisi WOT ini Tante Brenda lincah sekali mengayun memeknya. Tapi dalam posisi ini pun dia orgasme lagi untuk ketiga kalinya. Sementara aku masih belum ngecrot juga.

Akhirnya kami kembali ke posisi semula. Posisi missionary lagi.

Dalam posisi inilah Tante Brenda orgasme keempat kalinya, berbarengan dengan ejakulasiku.



Setelah bersih – bersih di kamar mandi dan mengenakan daster hitamnya lagi, Tante Brenda berkata di atas sofa ruang keluarga, “Baru sekali ini aku merasakan multi orgasme. Sampai empat kali. “

“Memang dengan Oom Pratono gak pernah orgasme lebih sekali ?” tanyaku.

“Gak pernah, “ sahutnya sambil merebahkan kepalanya di atas sepasang pahaku, “Bahkan sering dia ejakulasi duluan ... pada saat aku belum apa – apa. Tapi yaaah ... mau diapain lagi. My husband is my king. “

“Kelihatannya usia Tante dengan Oom berbeda jauh. “

“Iya. Usia suamiku dua kali lipat usiaku. Dia enampuluh tahun, aku tigapuluh. Makanya terkadang aku menganggapnya seperti ayahku sendiri. “

“Kelihatannya Oom Pratono sangat mencintai Tante. “

“Iya. Aku juga menyayangi dia ... seperti sayangnya anak kepada ayahnya. Karena aku sudah tidak punya ayah. Karena itu kehadiran dia seolah pengganti ayahku sendiri, “ sahut Tante Brenda lirih.

Lalu Tante Brenda melanjutkan, “Perusahaan punya almarhum ayahku diserahkan kepada suamiku. Jadi ... dia benar – benar menjadi pengganti ayahku. “

“Ohya ?! Jadi Oom mau terbang ke Eropa untuk mengurus perusahaan warisan ayah Tante ?”

“Iya. Perusahaan warisan ayahku bukan hanya ada di Belanda. Pokoknya di hampir semua negara di Eropa, ada perusahaan ayahku. Sekarang di benua Asia pun banyak. Termasuk di Indonesia ini. “

“Semuanya dikendalikan oleh Oom Pratono ?”

“Iya. Tapi ownernya tetap aku. Dia hanya mengelolanya saja. “

Hmmm ... pantesan Oom Pratono sangat mencintai Tante Brenda. Karena ternyata Oom Pratono hanya decision maker. Sedangkan ownernya Tante Brenda. Dengan kata lain, Tante Brenda itu majikan Oom Pratono sekaligus istri lelaki tua itu.

Lalu kata Tante Brenda lagi, “Makanya suamiku mempersilakanku mencari lelaki yang bisa menghamiliku, asalkan jangan meminta cerai darinya. Karena kalau kami bercerai, perusahaan warisan ayahku almarhum, akan dikembalikan padaku semuanya. Lalu terserah aku mau memutuskan siapa yang akan memimpin perusahaan yang di banyak negara ada cabangnya itu. “

Aku cuma menangguk – angguk tanpa berani menanggapi. Karena yang dibicarkannya itu ranah pribadi, yang tak boleh kucampuri.

Tiba – tiba Tante Brenda mengalihkan topik pembicaraan, “ Selain Bu Sharon, siapa lagi yang pernah Yosef hamili ?”

Aku agak bingung menjawabnya. Karena semua yang kuhamili harus kurahasiakan. Maka akhirnya kujawab, “Ibu tiriku saja. Sudah dua kali kuhamili. Sekarang sudah dua orang anaknya. Itu pun atas permintaan ayahku. Karena ayahku sudah disterilkan ketika anaknya sudah dua orang. “

“Wow ... berarti ayahmu senasib dengan suamiku ya ?”

“Senasib bagaimana ?”

“Waktu menikah denganku, Mas Tono sudah duda beranak lima orang. Dan Mas Tono juga sudah disterilkan seperti ayahmu. Karena anaknya sudah terlalu banyak. Gak taunya istri Mas Tono meninggal karena serangan jantung. Lalu menikah denganku. “

“Lalu ... anak – anak Oom Pratono tinggal bersama Tante ?” tanyaku.

“Tidak. Mereka tinggal di rumah mantan mertua Mas Tono. Tapi untuk biaya kehidupan mereka ditanggung oleh Mas Tono. “

“Waktu menikah dengan Tante, usia Oom Pratono sudah berapa tahun ?”

“Dia menikah denganku waktu usianya limapuluhtiga tahun. Dan aku sudah berusia duapuluhtiga saat itu. “

Aku mengangguk – angguk lagi.

“Ohya ... aku punya sahabat yang senasib denganku. Dia orang Belanda juga, tinggal di Jakarta. Dia punya suami orang Indonesia juga. Dan setelah menikah delapan tahun, sampai saat ini belum punya anak juga. Nanti kalau Yosef sukses menghamiliku, teman itu akan kuanjurkan agar minta dihamili olehmu. Oke ?”

Aku tertawa dibuatnya, “Hahahaaaa ... aku bakal jadi pejantan nih kayaknya. “

“Gak apa – apa kan ? Yang penting ada hasilnya. Kalau aku hamil, pasti aku akan memberikan sesuatu padamu. Kalau temanku juga hamil, pasti dia pun akan memberi present padamu. Anggap aja pejantan itu salah satu profesimu. “

Aku terdiam.

“Maaf ya, aku bukan merendahkanmu. Aku memang sudah dengar dari Bu Sharon, bahwa kamu sudah jadi pengusaha besar, walau pun usiamu masih sangat muda. Tapi apa salahnya kalau Yosef menolong wanita yang ingin hamil ? Mungkin juga pertolongan itu bisa dianggap suatu kebaikan. Seperti yang sudah dialami oleh Bu Sharon. Dia tampak bahagia sekali karena sudah punya dua orang anak cowok yang lucu – lucu dan tampan – tampan seperti Yosef. Berarti Yosef sudah membahagiakan jiwa Bu Sharon kan ?”

“Nanti, “ lanjut Tante Brenda, “Kalau aku hamil dan melahirkan anak yang kukandung sendiri, aku pun akan merasa bahagia sekali. Karena bagiku, memiliki anak kandung, jauh lebih berharga daripada segunung harta sekali pun. Tentu saja aku harus ingat bahwa hal itu adalah berkat jasa Yosef. “

“Aku juga sudah dengar dari Bu Sharon. Bahwa dia sudah memberimu rumah megah, villa yang luas tanahnya dan sebuah mobil. Sebagai tanda terimakasihnya pada Yosef. Makanya bisa saja akiu melakukan hal yang lebih daripada Bu Sharon nanti. Karena aku akan bahagia sekali kalau Yosef berhasil menghamiliku ... “

Kulihat mata bening Tante Brenda berlinang – linang air mata. Lalu aku membungkuk, untuk mencium dahi wanita bule itu. Lalu kataku, “Masalahnya sekarang aku harus kembali ke hotelku. Apakah Tante mau ikut ke hotelku ?”

“Kapan – kapan aku akan datang sendiri ke hotelmu. Tapi jangan sekarang. Takut tiba – tiba suamiku datang lagi. Tentu dia akan marah kalau aku meninggalkan rumah ini. “

“Terus, kalau aku pulang ke hotel, Tante akan sendirian di rumah ini ?” tanyaku.

“Tidak sendirian. Kan ada pembantu, tidur di kamar belakang. Tapi sejak jam enam sore dia sudah tidur. “

“Lalu, gak apa – apa kalau aku pulang ke hotel sekarang. ”

“Gak apa – apa. Yang penting besok malam ke sini lagi. Pokoknya selama masa suburku, Yosef harus menyetubuhiku tiap malam ya. “

“Oke, “ aku mengangguk.



Beberapa saat kemudian, aku sudah berada di dalam jeepku, pulang ke hotelku yang belakangan ini seolah jadi tempat tinggalku. Karena dengan tinggal di hotel, aku merasa netral. Tidak tidur di rumah mana pun. Sehingga aku bisa bertekun diri untuk membuat skripsi sekaligus memikirkan langkah – langkah bisnisku.

Tampaknya skripsiku yang harus segera diselesaikan, supaya Bu Hasnah dan Bu Elizabeth tidak kecewa. Karena mereka menginginkanku lulusan termuda pada angkatanku. Syukur – syukur kalau lulus dengan predikat cum laude.

Namun malam itu aku merasa letih. Ingin tidur dulu sekenyangnya.

Esok paginya, seperti biasa aku ngejim dulu di ruangan pemeliharaan tubuh yang tersedia di hotelku. Lalu istirahat dulu sejam. Baru kemudian mandi dan berangkat ke laboratorium. Untuk memeriksakan darahku. Hal ini selalu kulakukan, meski aku sudah retired dari kegiatan pergigoloanku. Masalahnya aku punya resiko ketularan penyakit yang tidak diharapkan, mengingat kebiasaanku sering berganti – ganti pasangan seksual.

Tapi sejauh ini aku tetap dinyatakan bersih dari segala penyakit yang tak diharapkan. Kalau sekadar terserang flu, itu sih wajar. Setiap orang bisa terserang flu.

Sepulangnya dari laboratorium dan dokter yang biasa menanganiku, aku langsung pulang ke hotel. Dan menyempatkan diri melanjutkan pembuatan skripsiku.

Menurutku, 3 hari lagi juga skripsiku bakal selesai. Lalu tinggal menyerahkannya dan menunggu sidang.

Jam 5 sore aku mandi. Lalu menyantap makan malamku meski hari masih sore. Jam 6 sore aku sudah berada di dalam jeepku, menuju rumah Tante Brenda.

Setibanya di rumah Tante Brenda, aku dibuat terlongong, karena penampilan Tante Brenda jadi berubah. Rambutnya itu ... dihitamkan. Sehingga aku merasa pangling.

“Rambutnya jadi hitam ... Tante kelihatan lebih cantik di mataku, “ kataku ketika Tante Brenda menyambutku di ruang tamu dengan ciuman hangat di bibirku.

“Lebih bagus mana rambut brunette sama hitam begini ?” tanyanya.

“Jauh lebih cantik hitam begini Tante. “

“Syukurlah kalau kamu suka. Ini sengaja dihitamkan, supaya jangan bosan aja. “

Lalu aku diajak duduk di ruang keluarga.

“Sekarang kan malam weekend, “ kata Tante Brenda.

“Iya, malam Sabtu malam weekend. Harusnya outing. “

“Mau ngajak outing ke mana ?” tanyanya.

“Ke villaku aja. Besok pagi bisa main di pinggir sungai. Udaranya sejuk. Panoramanya pun indah. “

“Ya udah ... kalau gitu aku setuju. Pakai mobilmu aja ya. Biar jangan dua – dua mobil. “

“Oke, “ sahutku sambil mengangguk.

Beberapa saat kemudian, Tante Brenda sudah duduk di sampingku, di dalam jeepku yang sedang kuarahkan menuju villaku.



Mulustrasi Tante Brenda setelah rambutnya dihitamkan :







Selama bulan suci Ramadhan, updatenya akan dilakukan pada malam hari.
Mohon para suhu maklum adanya.
Wass.
Otta
Makasih apdetnya bro @Otta
 
Saya sudah biasa menulis setiap part minimal 4000 words. Kalau part tersebut dibagi 2 (A dan B),
dengan sendirinya 4000 words dibagi dua. Tapi kalau sudah dijumlahkan, pasti takkan kurang dari 4000 words.
Hanya saja system penghitungan Semprot tidak sama dengan komputer saya. Meski lebih dari 4000 words
suka disebut 3800 words. Padahal tulisan saya tak pernah kurang dari 4000 words.
Mohon para suhu maklum adanya.
 
Bimabet
Terimakasih updatenya hu.
Tetap sehat dan semangat
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd