Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

PEJANTAN PERKASA update Part 15 A

Part 11 A


T
ernyata Tante Brenda sangat kerasan tinggal di villaku yang hadiah dari Tante Sharon itu. Terutama karena letaknya sangat strategis, dalam arti strategis untuk menyaksikan panorama di sekitarnya. Terlebih setelah kuajak ke pinggir sungai kecil yang airnya bening dan mata airnya berada di dalam tanahku juga itu.

Selama masa suburnya, Tante Brenda kugauli tiap hari. Tapi tidak terlalu habis – habisan. Karena rencananya ingin agar dia hamil. Jadi tidak seperti rendezvous untuk saling melampiaskan nafsu belaka.

Sebulan kemudian aku mendapat call dari Tante Brenda. Yang melaporkan bahwa dia sudah telat datang bulan. Beberapa hari berikutnya, Tante Brenda menghubungiku lagi lewat ponsel. Bahwa dia sudah memeriksakan diri ke dokter spesialis kandungan. Dan ... dia sudah mulai hamil ... !

Aku senang sekali mendengarnya. Karena merasa “perjuanganku” telah berhasil.

Tante Brenda pun berkata, “Bu Sharon sudah memberimu rumah megah, villa megah dan mobil. Sudah memodalimu untuk bermain saham pula. Lalu apa yang Yosef inginkan dariku ?”

Aku bisa saja mengajukan permintaan tentang sesuatu yang sangat mahal dan belum pernah kupunyai. Tapi seperti biasa, aku suka jengah kalau mendapatkan pertanyaan seperti itu. Maka jawabku, “Terserah Tante aja soal itu sih. “

“Aku kan belum tau apa yang Yosef belum punya dan diinginkan, “ sahut Tante Brenda, “Kalau begitu aku akan memberikan uang saja ya. Nanti terserah Yosef mau dibelikan apa. Oke ?”

“Iya Tante. Tapi yang terpenting semoga Tante tetap sehat sampai pada waktunya melahirkan kelak. “

“Terima kasih Yos. Bayi di dalam perutku ini memang anakmu. Anak kita berdua. “

Aku tersenyum sendiri di dekat ponselku. Apakah aku sedang bahagia ? Tentu saja aku bahagia karena benihku sudah tumbuh dan berkembang di dalam perut Tante Brenda.

Namun beberapa hari kemudian aku mendapat call dari nomor yang sudah diberikan oleh Tante Brenda. Nomor Aleta yang pernah Tante Brenda katakan itu. Lalu :

Aleta : “Dengan Yosef ?”

Aku : “Betul. Dengan Bu Aleta ?”

Aleta : “Iya. Zus Brenda sudah bicara mengenai aku kan ?”

Aku : “Betul. Bahwa Bu Aleta sama – sama orang Belanda seperti Tante Brenda. “

Aleta : “Iya. Dan sekarang aku sudah berada di lobby hotelmu Yos. “

Aku : “Haaaa ?! Oke ... aku akan menjumpai Ibu di lobby. “

Aleta : “Aku pakai gaun pink dan mengenakan jaket kulit berwarna pink juga. “
Aku : “Iya Bu. Aku sekarang juga menuju ke lobby. “

Lalu bergegas aku menuju lobby. Banyak orang yang sedang berada di lobby, Tapi dengan mudah aku menemukan wanita Belanda itu. Karena dia satu – satunya orang bule di lobby. Satu – satunya wanita yang mengenakan gaun dan jaket kulit serba pink pula.

Ketika berjabatan tangan dengan wanita Belanda yang cantik itu, aku berkata, “Anda masih muda sekali kelihatannya. Aku harus manggil apa ya ? Ibu, Tante atau ... “

“Panggil namaku saja Aleta. Umurku memang baru duapuluhtiga tahun. “

“Berarti hanya lebih tua setahun dariku. Karena aku sudah berumur duapuluhdua tahun. “

“Makanya kita saling panggil nama aja ya, “ kata wanita muda bernama Aleta itu.

Aku mengangguk sambil tersenyum. Lalu melirik ke tas besar di dekat kaki Aleta.

“Zus Brenda sudah bicara mengenai kepentinganku ?”

“Sudah. Supaya bebas ngobrolnya, mending di atas saja yuk, “ kataku sambil memanggil bellboy yang berdiri di dekat kasir bar lobby.

Aku menunjuk ke arah tas besar di dekat kaki Aleta itu, yang lalu dibawa oleh bellboy menuju pintu lift. Aku dan Aleta pun mengikuti langkah bellboy itu.

“Sudah letakkan aja di situ, “ kataku kepoada bellboy sambil menunjuk ke arah lantai lift.

“Siap Big Boss, “ sahut bellboy itu sambil meletakkan tas Aleta di lantai lift yang pintunya masih terbuka. Lalu keluar dari lift. Kututupkan kembali pintu lift sambil memijat tombol bernomor 5.

Pada saat itulah Aleta memelukku dari belakang sambil berkata, “Ternyata yang dikatakan Zus Brenda iutu benar ... bahwa Yosef ini tampan sekali ... ‘

Lift sudah bergerak ke atas. Aku pun memutar badanku. Mendekap pinggang Aleta sambil berkata, “Aku malah terkejut tadi. Karena Aleta ini cantik sekali, masih sangat muda pula. “

Lalu kami berciuman. Entah siapa yang memulai, tahu – tahu bibirku sudah saling lumat dengan bibir Aleta yang berperawakan tinggi langsing ini.

Setelah lift berhenti di lantai 5, barulah bibir kami menjauh. Aku pun bersikap gentleman, dengan menjinjing tas pakaian Aleta sampai ke kamar 501, kamar yang hanya biasa dipakai olehku, kecuali dalam keadaan darurat.

Kamar ini memang paling mewah dibandingkan dengan kamar – kamar lainnya. Sehingga kalau ada tamu yang tidak kebagian kamar, bisa menggunakan kamar ini tapi dengan tarif lebih mahal.

“Zus Brenda dibawa ke villa yang alamnya sangat indah,“ kata Aleta sambil melepaskan jaket kulitnya. Sehingga tampak bahwa ia mengenakan gaun tanpa lengan, hanya digantung lewat tali yang sewarna dengan gaun dan jaket kulitnya. Semuanya berwarna pink.

“Kalau mau di villaku, besok pagi kita ke sana. Sekarang kan udah malam. Memangnya berapa hari Aleta bisa tinggal di kota ini ?” tanyaku.

“Bebas mau berapa hari juga, “ sahutnya sambil menghampiriku yang sedang duduk di sofa. Tapi ia duduk di atas kedua pahaku dengan sikap manjanya yang menggemaskan. Ingin segera menyetubuhinya.

“Memangnya suami Aleta mengijinkan untuk dihamili olehku seperti suami Tante Brenda ?” tanyaku.

“Aku sih tanpa ijin suami, “ sahutnya, “Aku berangkat ke sini karena memang punya bisnis di kota ini. “

“Jadi suaminya mengira Aleta sedang mengurus bisnis di sini ?”

‘’Iya, “ sahutnya sambil memasukkan tangan ke balik gaun pink-nya. Lalu memelorotkan celana dalamnya sampai terlepas dari kedua kakinya. Dan menyingkapkan gaun yang terbuat dari bahan mengkilap itu. Sehingga memek plontosnya terpamerkan, “Apakah cukup memenuhi syarat untuk membangkitkan hasrat birahimu ? ” tanyanya.

Karuan saja kontolku spontan ngaceng di balik celana panjang dan celana dalamku. Dan tanpa ragu kuusap – usap memek yang bersih dari jembut itu, “Sangat memenuhi syarat ... “ sahutku perlahan.

“Cuma susahnya, aku ini perokok berat Yos, “ kata Aleta yang minta dibiasakan dipanggil Let atau Leta saja.

“Khusus di kamar ini bisa merokok Let. Tuh lihat ada exhaust fan-nya, “ sahutku sambil menunjuk ke plafon kamar 501 ini, “soalnya aku juga suka merokok. Tapi hanya sekali – sekali aja, belum jadi perokok berat. “

Tiba – tiba Aleta berjongkok di depanku. Lalu membuka kancing celana panjangku, menurunkan ritsletingnya dan menyembulkan kontolku yang masih lemas sambil berkata, “Merokok ini juga aku suka. “

Lalu ia meremas – remas kontolku yang masih lemas sambil berkata, “Zus Brenda bilang, penis Yosef panjang sekali ... mmm ... ternyata memang benar – benar panjang gede. “

Sebenarnya sudah lama aku mendengar dari Mama Lanny dan Tante Sharon. Bahwa kontolku membesar seiring dengan bertambahnya usia. Terutama Mama Lanny yang sering mengatakan hal itu. Perkembangannya terjadi ketika aku menginjak usia 19 tahun. Tapi aku tak mau membahasnya, biarlah orang lain saja yang menilainya.

Dan Aleta kelihatan sangat bernafsu setelah kontolku berada di dalam genggamannya, lalu menegang ... makin lama makin tegang ... apalagi setelah ia menjilati leher dan moncong kontolku.

Pada saat itulah aku melepaskan kemeja lengan panjangku. Aleta pun melepaskan sepatu dan kaus kakiku. Lalu memelorotkan celana panjang berikut celana dalamku. Kemudian ia menanggalkan bra dan gaun pink-nya.

Semakin jelas bentuk tubuh Aleta yang tinggi langsing namun tidak kurus itu. Tubuh yang proporsional. Sepasang toket berukuran sedang, pinggang yang ramping dan bokong yang agak semok namun masih dalam batas wajar ... membuat gairahku spontan bergejolak.

Aleta pun tampak semakin bergairah setelah aku telanjang bulat seperti dirinya. Ia menarikku ke atas bed. Mengusap – usap dan menepuk – nepuk dadaku yang bidang dan perutku yang masih sixpack. Lalu kami bergumul dengan penuh kehangatan.

Terkadang aku berada di bawah, di saat lain aku berada di atas dan Aleta berada di bawah.

Tapi Aleta tidak terlalu atraktif seperti bule – bule lainnya. Dia cenderung romantis dan ingin agar segalanya berjalan secara smooth. Setelah puas mencium dan melumat bibirku, ia menggulingkan badannya jadi menelentang dan merenggangkan sepasang paha putih mulusnya.

“Mulailah ... “ ucapnya sambil mengangakan mulut memeknya.

Tanpa basa – basi lagi, aku meletakkan kepala kontolku di ambang mulut memek berwarna pink dan sudah lumayan basah itu.

“Mainnya slow aja ya. Jangan pakai gerakan hardcore, “ ucap Aleta sambil menatapku dengan sorot pasrah.

Aku mengangguk, lalu mendesakkan kontolku sekuatnya. Sedikit demi sedikit batang zakarku mulai melesak masuk ke dalam liang memek Aleta yang ... sempit sekali ... !

Sungguh tak kuduga liang memek Aleta sesempit ini. Tadinya aku selalu menduga memek bule itu lebar semua liangnya. Tapi mungkin wanita bule juga tergantung masa lalunya. Kalau di masa lalunya suka berlebihan dalam perilaku seksualnya, tentu liang memeknya akan gede dan jenggernya pun nongol ke luar. Tapi Aleta ini, mungkin masa lalunya baik – baik saja. Sehingga liang memeknya masih seperti gadis yang baru sekali dua kali dientot.

Pantasan barusan dia minta slow saja. Karena liang memek sempit begini memang harus slow menikmatinya. Kalau main hardcore, kontolku bisa lecet juga nanti.

Aku mulai mengayunnya dengan gerakan pelan – pelan sambil berkata, “Your pussy like virgin pussy. “ (memekmu seperti memek perawan)

Sambil mendekap pinggangku, Aleta menyahut, “Penis suamiku kecil dan pendek. Makanya vaginaku tetap kecil begini. “

Aku cuma tersenyum mendengar pengakuan Aleta itu. Lalu melanjutkan entotanku yang dibatasi kecepatannya, agar sesuai dengan keinginan Aleta.

“Nah ... kalau perlahan gini, aku bisa menghayati indahnya gesekan penismu, “ ucap Aleta sambil merangkul leherku. Lalu memagut dan melumat bibirku dengan hangatnya. Yang kubalas dengan lumatan pula.

Aleta tampak enjoy dientot sambil saling lumat bibir begini. Semakin enjoy lagi ketika aku memindahkan mulutku ke leher jenjangnya, untuk menjilati disertai dengan gigitan – gigitan kecil.

Desahan dan rintihannya pun mulai terdengar, “Aaaaaaahhhh ... Yoseeeeef ... aaaaaaa ... aaaaaaahhhhh ... belum pernah aku merasakan yang seindah ini ... aaaaaaaaaahhh ... lakukanlah sebaik mungkin ... supaya aku bisa hamil Yooosseeeefff ... aaaaaaaahhh ... Yosef bukan cuma tampan, tapi juga membuatku nikmat luar biasaaaa .... aaaaaaaa .... aaaaaaaaaahhhhh ... Yoooooseeeefff ... aaaaaaaa ... aaaaaaaahhhhhh ... aaaaaaa ... Yoseeeeffff .... aaaaaaaaaa ... aaaaaaaaaahhhhh ... “

Meski bentuknya bukan goyang karawang, namun bokong Aleta bergoyang menggulung – gulung, seperti ombak sedang berkejaran menuju pantai. Hal ini membuat kelentitnya bergesekan terus dengan batang kontolku.

Geolan bokong Aleta bukan hanya enak buatku, tapi juga bagi dirinya sendiri. Karena kelentitnya bergesek – gesek terus dengan badan kontolku.

Sehingga tak lama kemudian Aleta menanggung akibatnya. Dia mulai klepek – klepek sambil merintih, “Aku ... aku sudah mau orgasme Yoooossss ... mau ... mau meletus .... “

Untuk menanggapinya, kugencarkan entotanku ... sambil mengemut pentil toket kirinya, sementara tangan kiriku berusaha meremas toket kanannya dengan agak kuat.

Sampai pada suatu saat, Aleta mengejang tegang sambil meremas – remas rambutku. Sementara liang memeknya terasa mengedut – ngedut kencang. Disusul dengan membasahnya liang memek wanita bule muda itu.


👍🏿👍🏿👍🏿 mantafff bro @Otta
 
Terimakasih updatenya suhu. Tetap setia menanti apdetan walopun sebulan puasa ini cuma 2x. Hehe
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd