Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

PEJANTAN PERKASA update Part 15 A

Part 12



Renata ternyata wanita yang tangguh. Meski sudah orgasme, dia cepat merangkulku sambil berkata, “Silakan lanjutkan lagi. Big Boss belum ejakulasi kan ?”

“Belum. Tapi aku mau posisi doggy, supaya bisa sambil menepuk – nepuk pantat gedemu Rena, “ sahutku.

“Iya, “ sahutnya sambil langsung menungging. Dan aku menyaksikan sesuatu yang sangat menggiurkan. Bahwa memek Renata tampil full dan ternganga seperti bunga yang baru mekar.

Dengan mudahnya aku bisa membenamkan kembali kontolku, ke dalam liang memek Renata yang sudah menjadi basah sekali itu. Maklum baru habis orgasme.

Lalu sambil berlutut di depan bokong semoknya, aku mulai mengentotnya lagi. Sambil menepuk – nepuk pantat kanan dan pantat kirinya.

Tapi aksiku kali ini hanya membuat Renata mencapai orgasme kedua. Lalu kami mengubah posisi, Renata di atas dan aku celentang di bawah. Kali ini Renata yang beraksi. Mengayun bokongnya naik turun di atas kontolku.

Namun lagi – lagi Renata orgasme yang ketiga. Sehingga wanita montok itu menelentang pasrah, terserah aku mau mengapakan dia.

Dalam posisi missionary inilah aku bisa ngecrot, berbarengan dengan orgasme Renata yang keempat kalinya.

“Semua yang telah saya nikmati ini luar biasa Big Boss, “ kata Renata, “Belum pernah saya disetubuhi sampai empat kali orgasme begitu. “

Lalu Renata mengenakan pakaiannya kembali. Setelah berpakaian lengkap Renata berkata, “Seandainya saya hamil, pasti jadi masalah dengan suami saya nanti. Tapi saya akan minta cerai aja sama dia. “

“Terus setelah bercerai mau gimana ?” tanyaku.

“Saya tak mungkin minta dijadikan istri Big Boss. Karena saya dengar istri Big Boss sudah empat orang. Jadi, dijadikan simpanan juga oleh Big Boss, saya mau. “

“Kalau tidak mau hamil, aku punya pil kontrasepsi. “ kataku.

“Tidak Big Boss. Saya justru ingin hamil. Karena saya ingin seperti wanita lain yang sudah pada punya keturunan di seusia saya ini. “

“Kalau mau hamil, wikwiknya harus di masa subur. “

“Hehehe ... sekarang saya sedang dalam masa subur Big Boss. “

Aku cuma tersenyum menanggapinya.

Renata pun pamitan setelah mendengar janji dariku bahwa tanggal 1 bulan depan, dia sudah bisa bekerja di hotel baruku, sebagai manager HRD.



2 bulan kemudian, aku mendapat call dari Aleta. Aku terkejut bercampur girang, karena sesungguhnyalah aku sedang merindukan wanita muda berdarah Belanda itu.

Aku : “Hello Sweetheart ... how are you ?”

Aleta : “I am fine. And you ? “

Aku : “Fine too. Kenapa gak datang – datang ke kotaku lagi ?”

Aleta : “Aku mual – mual terus. Kemaren aku ke dokter. Ternyata aku sudah hamil tujuh minggu Honey. “

Aku : “Wow ... aku bahagia sekali mendengarnya. Berarti pertemuan kita mendatangkan hasil ya. “

Aleta : “Iya. Hasil yang sangat membahagiakan hatiku. Karena you telah berhasil menabur rahim di dalam perutku. Dan untuk membuktikan janjiku, mulai hari ini aku akan mentransfer dana ke rekeningmu. Aku akan mentransfer sepuluh kali dalam jumlah yang sama. Supaya tidak banyak pertanyaan dari bank, karena transfernya cukup banyak. “

Aku : “Soal itu gak usah terlalu diprioritaskan. Yang penting jaga kesehatan kandunganmu, Beib. “

Aleta : “Terimakasih. Nanti kalau aku sudah tidak mual – mual lagi, aku pasti akan datang ke kotamu. Untuk menyejukkan hati dan melepaskan kerinduanku padamu Honey. “

Aku : “Oke, aku tunggu Beib. “

Setelah hubungan seluler dengan Aleta selesai, aku tersenyum sendiri. Tersenyum dalam kemenangan. Karena aku telah berhasil menghamili Aleta yang namanya sudah tersimpan di tempat istimewa dalam hatiku.

Tiba – tiba handphoneku berdenting ... tiiiiing ... !

Kulihat layar handphoneku. Ternyata Ayah yang call. Lalu :

“Ya Ayah ... gimana sehat ?”

“Sehat walafiat Sep. Ini Ayah sudah berada di depan hotelmu, bersama saudara dekat kita yang sudah lama sekali tidak ketemu. Kamu ada di hotel kan ?”

“Ada di hotel Ayah. Silakan aja masuk ke ruang kerjaku. “

Tak lama kemudian Ayah muncul di ruang kerjaku, dengan seorang lelaki yang mungkin sebaya dengan Ayah, dengan seorang cowok muda yang kelihatannya kebule – bulean.

Lalu Ayah memperkenalkan mereka. “Ini pamanmu. Usianya lebih tua dari ayah, tapi kedudukan dalam keluarga jadi adik sepupu ayah. Karena adat suku kita tidak boleh merusak sirsilah, kalau dari atasnya kakak, anaknya pun harus kakak. “

“Supaya lebih jelas begini, “ kata lelaki tua yang bersama Ayah, “Bapaknya ayahmu itu kakak ayah mamang. Jadi mamang tetap harus manggil Kang sama ayahmu, walau pun usianya lkima tahun lebih muda daripada mamang. Nama mamang Marta. Dan itu anak mamang. Edo namanya. Asep dengan Edo itu disebut sabrayna mindo. Kalau ayah dengan Mang Marta itu sabrayna teges. “

(sabrayna mindo = sepupu kedua, sabrayna teges = sepupu langsung)

Lalu kata Ayah, “Asep ini punya nama lain. Di hotel ini namanya Yosef. Jadi terserah Dek Marta, mau manggil Asep atau Yosef, sama aja. “

“Jadi aku harus manggil Kang Asep atau Kang Yosef ya Wa ?” tanya cowok bernama Edo itu.

“Iya, harus pakai Kang, seperti papamu sama uwa kan manggil Kang juga, meski usianya lebih tua dari uwa juga. “ sahut Ayah, “Lagian Edo lebih muda. Usia Edo baru delapanbelas kan ?”

“Iya Uwa. “

“Kalau Asep udah duapuluhdua tahun. Sebentar lagi juga duapuluhtiga usianya. “

Lalu aku menjabat dan mencium tangan Mang Marta. Kemudian juga menjabat tangan Edo.

Lalu kata Ayah lagi, “Jadi ayah dan dengan Mang Marta itu sekakek dan senenek. Kakek ayah dan Mang Marta itu Raden Panjikusumah. “

Aku terkesiap mendengar nama kakeknya ayah disebut. Karena hal itu berarti bahwa Edo juga keturunan Raden Panjikusumah. Apakah Edo sudah tau salah satu kelebihan keturunan almarhum kakek buyutku itu ? Pasti belum tahu. Karena aku sendiri pun awal tahunya itu dari orang pintar yang dijadikan tempat minta tolong oleh Kang Obos itu.

Lalu kuajak mereka duduk di ruang tamu owner hotel.

Tak lama kemudian seorang waiter resto hotel mengantarkan minuman dan snack, karena sebelum tamu – tamu itu datang, aku sudah memintanya ke resto hotel.

Namun kelihatannya Ayah sedang asyik ngobrol dengan saudara sepupunya. Karena itu aku pun mengajak Edo ngobrol di café hotel. Edo setuju. Lalu minta ijin pada ayahnya dan ayahku, untuk ngobrol di café hotel.

Di café tampak beberapa orang yang sedang menikmati minuman dan snack masing – masing. Aku dan Edo memilih tempat di sudut, dekat meja kasir.

“Uwa Jaja bilang, Kang Yosef baru berumur duapuluhdua tapi sudah jadi pengusaha besar, “ kata Edo membuka pembicaraan. (Yang dimaksud Uwa Jaja itu adalah ayahku)

“Kalau baru punya hotel, belum bisa disebut pengusaha besar, “ sanggahku.

“Tapi kata Uwa Jaja, Kang Yosef punya banyak pabrik garment juga. Punya banyak FO juga dan banyak lagi kegiatannya, “ kata Edo, “Makanya ajakin aku belajar bisnis Kang. Ohya ... hampir lupa. Ada yang nyari hotel di kota kita ini Kang. Hotel tua yang sudah nyaris bangkrut juga gak apa – apa katanya. “

Tiba – tiba handphoneku berdenting ... tiiiing ... !

Video call dari nomor tak dikenal. Aku berdiri sambil berkata kepada Edo, “Sorry ... aku mau terima video call dulu ya. Di sini bising sama musik. “

Aku bergegas keluar dari café hotel. Menuju kamar pribadiku yang sunyi dan kedap suara, sambil memasang wireless earphone di telingaku.

Ternyata yang video call itu seorang wanita bule. “Aku Beatrix, saudara sepupunya Brenda. Dengan Yosef kan ?” tanyanya.

“Betul, “ sahutku sambil memperhatikan bentuk wanita bernama Beatrix itu.

Beatrix : “Sengaja aku video call, supaya bisa melihat Yosef dengan jelas. “

Aku : “Ogitu. Ada yang bisa kubantu ?”

Beatrix : “Keperluanku sama dengan Brenda waktu kencan denganmu dahulu. “

Aku : “Oke. Aku siap membantu Anda. “

Beatrix : “Brenda ngasih tau bahwa kalau ingin pregnant, harus di masa subur kencannya. Dan hari ini aku sudah masuk masa subur. Aku sudah berada di sebuah villa yang letaknya cuma belasan kilometer dari kotamu. “

Aku : “Siap. Kirimkan aja alamat villanya. “

Beatrix : “Iya. Hmmm ... you are so cute Yosef. Aku langsung horny nih setelah melihatmu ... hmmmmm ... bisa datang sekarang ?”

Aku : “Aku sedang kedatangan family. Tapi kalau you menghendaki secepatnya, sejam lagi aku merapat ke villa Anda. So tolong kirimkan alamat villanya. “

Beatrix : “Sejam lagi ? Okay, ini aku kirimkan alamat villanya. Jangan terlambat ya. Aku sudah gak sabar, ingin segera seks hebben denganmu. “

Aku cuma tersenyum mendengar kata seks hebben (bersetubuh) itu. Orang bule memang suka ceplas – ceplos ngomongnya. Tanpa basa – basi.

Lalu alamat villa itu kuterima lewat WA.

Aku pun bergegas menuju café kembali, menghampiri Edo yang kutinggalkan di situ.

“Aku ada urusan bisnis Do. Jadi aku harus berangkat sekarang juga. Mengenai hotel yang dibutuhkan itu, aku bisa menyediakannya. Yang baru selesai dibangun ada, yang belum direnovasi juga ada. Bawa aja calon buyernya ke sini. Tapi hubungi aku dulu. Karena terkadang aku berada di luar kota. Ini kartu namaku, “ kataku sambil menyerahkan secarik kartu namaku pada Edo.

“Oh iya Kang. Terima kasih, “ sahut Edo sambil membaca kartu namaku, lalu memasukkannya ke dalam dompetku.

Kemudian aku menghampiri Ayah dan Mang Marta yang masih ngobrol di ruang tamu owner hotel. Edo pun mengikutiku dari belakang.

Kebetulan mereka pun sudah pada mau pulang. Sehingga aku tidak merasa mengusir mereka.

Aku pun mengantarkan mereka ke mobilnya masing – masing. Mang Marta bersama Edo di mobil yang katanya p;unya Edo. Setelah mobil mereka bergerak meninggalkan tempat parkir khusus untuk owner hotel, kulihat mobil Ayah yang belum dinyalakan mesinnya. Ayah malah melambaikan tangannya padaku. Aku pun menghampiri mobil Ayah.

Begitu pintu depan kiri kubuka, aku terkejut. Karena di situ ada seorang wanita cantik yang sedang duduk di seat depan sebelah kiri. “Lho ... ini siapa Yah ?”

“Ibu barumu, “ sahut Ayah, “Kan kamu yang anjurin ayah nikah lagi, biar lengkap jadi empat orang. “

Aku geleng – geleng kepala sambil tersenyum. Lalu menjabat tangan wanita itu sambil menyebutkan namaku. Wanita itu pun menyebutkan namanya, “Nasha. “

Unik nama istri keempat ayah itu (karena Mama Lanny sudah diceraikan). “Lalu ... aku harus manggil apa sama ibu baruku ini Yah ?” tanyaku.

“Panggil Mamah aja. Dan ayah sudah berjanji, bahwa kamu akan ikut memilikinya juga, seperti ibu – ibumu yang lain. “

Aku terbengong – bengong di samping kiri mobil Ayah. Memandang wanita bernama Nasha itu, yang sedang tersenyum manis padaku.

Entah dari mana datangnya “kelancanganku” ini. Setelah mendengar ucapan Ayah, bahwa istrinya akan disharing juga denganku seperti istri – istrei Ayah yang lainnya, aku pun mendekatkan wajahku ke wajah wanita cantik bernama Nasha itu. Lalu kupagut bibirnya di depan mata Ayah. Wanita itu pun menyambut ciumanku dengan lumatan lahap. Tanpa peduli bahwa Ayah menyaksikan semuanya ini.

“Kapan mau datang ke rumah ?” tanya wanita yang harus kupanggil Mamah itu.

“Hari ini dan besok aku sibuk sekali. Mungkin lusa baru bisa mengunjungi rumah Mamah. Ohya, di mana rumahnya ?”

Wanita bernama Nasha itu menyebutkan alamat rumahnya. Ternyata tidak jauh dari hotelku. Hanya dibutuhkan waktu kurang dari setengah jam untuk mencapai alamat itu dari hotelku.

“Kenapa Mamah gak dibawa masuk tadi Yah ?” tanyaku.

“Gak enak ngenalkan ibu barumu di depan Edo dan Mang Marta. Makanya ayah surruh Mamah nunggu aja di mobil, “ sahut Ayah.

“Pokoknya lusa ditunggu di rumah ya. Nanti dimasakin makanan kesukaan Yosef, “ kata Mamah Nasha.

“Memangnya Mamah udah tau makanan kesukaanku ?” tanyaku.

“Kan Ayah yang ngasih tau, “ sahut Mamah.

“Udah dulu ya Sep. Ayah mau pergi dulu. Kamu juga mau ngurus bisnis kan ?” cetus Ayah sambil menghidupkan mesin mobilnya.

“Iya Ayah. Lusa aku akan datang ke rumah Mamah. “

“Ingat nomor rumahnya ya. Jangan lupa, “ kata Mamah Nasha.

“Iya. Nomor duapuluhlima kan ?”

“Iya, “ wanita bernama Nasha itu mengangguk sambil tersenyum manis.

Gila ... lagi – lagi Ayah memperlihatkan “prestasi”nya. Wanita bernama Nasha itu cantik sekali ... !

Setelah mobil Ayah berlalu, aku pun menutup dan mengunci pintu kamar pribadiku. Lalu masuk ke dalam jeep hijau armyku. Dan menggerakkannya ke samping depan hotelku. Menuju villa wanita bule bernama Beatrix itu.

Untung aku masih bisa datang on time di depan villa itu. Dan seorang wanita bule yang cantik menyambutku di depan villanya, dalam long dress berwarna kuning yang seolah menyala saking terangnya.

“Benar kata Brenda, kamu ini sangat cute dan seksi Yos. Baru melihatmu saja aku sudah horny, “ kata Beatrix sambil menarikku ke dalam villanya yang tampak serba modern perabotannya.

“Anda masih muda. Aku harus memanggil apa ya ?” tanyaku sambil membiarkan Beatrix meremas – remas kedua tanganku.

“Nama kecilku Betty. Jadi panggil Betty aja. Boleh aku tahu berapa tahun usiamu ? “ tanyanya.

“Duapuluhdua tahun, “ sahutku.

“Haaa ?! Kamu seusia benar denganku. Usiaku juga duapuluhdua. Tapi aku menikah lima tahun yang lalu, dengan pengusaha dari Indonesia. Suamiku jauh lebih tua dariku. Dia sangat mencintai dan memanjakanku. Tapi sayangnya, sperma suamiku sudah lemah. Sehingga tidak bisa membuahi sel telurku, “ kata Beatrix yang minta dipanggil Betty itu.

“Jadi kedatangan Betty ke sini atas ijin dari suami ?”

“Iya. Dia lebih setuju aku dihamili oleh orang lain daripada ikut program bayi tabung atau pun inseminasi. Yang penting aku harus mendapatkan pejantan yang sehat. Supaya bayinya juga sehat nantinya. Kebetulan suamiku kenal Brenda juga. Dan Brenda terus terang bahwa bayi yang dilahirkannya itu berasal darimu Yos. “

“Ya. Akulah yang menghamili Brenda, “ sahutku. Tadinya aku mau menyebut nama Aleta. Tapi kubatalkan, mengingat Aleta kuhamili secara dirahasiakan, tanpa setahu suaminya. Jadi aku pun harus merahasiakannya.

“Mudah – mudahan Yosef bisa menghamiliku juga ya, “ ucapnya.

“Kita enjoy saja dulu. Jangan terlalu fokus ingin hamil, “ sahutku, “Supaya jiwa kita relax. Tanpa beban. “

“Iya ... aku akan ikuti saranmu, “ kata Beatrix sambil menanggalkan segala yang melekat di tubuhnya, sampai benar – benar telanjang. Lalu ia naik ke atas bed, sambil menungguku bertelanjang pula.

Kulihat indahnya tubuh Beatrix yang sudah telanjang itu. Sepasang toketnya berukuran sedang. Tapi bokongnya benar – benar semok. Sementara memeknya tampak berjembut, namun tergunting rapi, tidak berantakan.

Dan Beatrix mengusap – usap memeknya sambil berkata, “Tadi waktu aku video call, begitu melihat Yosef, aku langsung horny ... karena membayangkan bakal segera jumpa dan melakukan sesuatu yang indah ... “

Dalam keadaan sudah sama – sama telanjang, aku tersenyum sambil naik ke atas bed dan merayap ke atas perut Beatrix.















Beatrix menyambutku dengan pelukan erat dan agak bergetar. “Dari sebelum Yosef datang, aku sudah horny berat. Langsung penetrasi aja Yos. “

“Langsung penetrasi ?” tanyaku sasmbil meraba – raba celah memek berjembut Beatrix. Ternyata memeknya memang sudah basah. Sehingga aku pun meletakkan “puncak jamur”ku di celah memek yang sudah basah dan licin serta hangat ini. Llau dengan sekuat mungkin kudorong kontol ngacengku ... dan membenam dengan lancarnya ke dalam liang memek yang sudah basah dan licin ini.

Mungkin sebelum aku datang, Beatrix bermasturbasi. Karena tak sabar lagi menunggu kedatanganku. Sehingga liang memeknya agak becek begini.

Tapi aku tak mau mempersoalkannya. Aku langsung mengayun kontolku dalam kecepatan normal.

“Wow ... penismu panjang sekali Yos ... terasa menabrak – nabrak dasar liang vaginaku Hmmm ... pantesan Brenda bilang, penismu bisa langsung menyemprotkan sperma ke mulut rahimnya, karena ukurannya di atas rata – rata penis orang Indonesia. “

Ketika kontolku sedang gencart mengentot liang memek Beatrix, mulutku pun mulai asyik menjilati leher Beatrix disertai gigitan – gigitan kecil, sementara tanganku asyik meremas – remas toketnya yang berukuran sedang. Kecil tidak, gede pun tidak.

Liang memek Beatrix awalnya agak becek. Tapi lama kelamaan jadi normal. Bahkan terasa liang memeknya ini masih sempit. Maklum karena dia belum pernah melahirkan. Belum pernah turun mesin.

Desahan – desahannya mulai terdengar. “Hahhhhhhh .... hehhhhhhhhhhh ... hahhhhhh ... hehhhhhhhhhhhhhhh ... hahhhhhhhhhhhh ... hehhhhhhhhhhhhhhh ... hahhhhhhh ... “

Memang hanya desahan nafas yang terlontar dari mulut dan hidung mancung Beatrix. Tidak merintih dan menceracau seperti wanita lain.

Nafasku pun berdengus – dengus ketika kontolku semakin gencar mengentot liang memek wanita bule itu.

Sementara leher jenjang Beatrix terus – terusan kujilati, karena dia suka dengan permainan mulutku. Sementara telunjuk dan jempolku memainkan pentil toket kanannya yang terasa menegang ini.

Tubuh putih mulus Beatrix mulai bersimbah keringat. Namun entah parfum apa yang dikenakannya, yang membuat sekujur tubuhnya harum mewangi begini. Sehingga aku yang sedang melampiaskan nafsuku sendiri juga ini, sudah tidak segan – segan lagi menjilati ketiak kanannya dan ketiak kirinya. Meski banyak keringatnya yang tertelan, aku tidak merasa jijik lagi.

Hal ini membuat Beatrix semakin klepek – klepek. Sehingga setelah aku mengentotnya lebih dari 20 menit, Beatrix mulai berkelojotan dengan nafas tertahan – tahan dan tak beraturan. Lalu ia memekik lirih ... terkejang – kejang dengan mata terpejam dan mulut ternganga, dengan nafas tertahan. Lalu liang memeknya mengedut – ngedut kencang. Pada saat itu kontolku sudah kutancapkan sedalam mungkin, sampai terasa mendesak dasar liang memeknya.

“Ooooooohhhh ... ini indah sekali Yossssss .... “ ucapnya sambil membuka mata birunya dengan sorot puasnya seorang wanita yang baru menikmati orgasme.

Lalu Beatrix mencium bibirku dengan lahapnya, sambil meremas – remas sepasang bahuku.

Aku memang belum ejakulasi. Tapi aku tahu bahwa kalau ada tujuan untuk menghamili seorang pasangan seksual, aku tidak boleh terlalu habis – habisan. Jangan pula terlalu banyak posisi yang aneh – aneh, supaya kalau di dalam rahimnya sedang ada sel telur, spermaku akan berhasil membuahinya.

Maka ketika Beatrix menawarkan posisi lain, aku menolaknya secara halus. “Kalau mau hamil, jangan terlalu atraktif. Nanti telurmu bisa terlempar ke tempat yang merugikan. “

“Ya udah ... kalau begitu lepaskanlah spermamu Yos, “ sahutnya.

Aku mengangguk. Lalu mengayun kontolku lagi, di dalam liang memek Beatrix yang sudah becek ini. Tetap dalam posisi missionary.

Beatrix pun mendesah – desah lagi. Sementara liang memeknya makin lama makin berkurang beceknya. Dan akhirnya tidak becek lagi.

Cukup lama aku bertahan, karena ingin agar orgasme keduanya berbarengan dengan ejakulasiku.

Dan akhirnya aku berhasil. Ketika Beatrix mengejang sambil menikmati orgasme keduanya, kontolku pun sedang mengejut – ngejut sambil melepaskan lendir surgawiku.

Crettttt ... croooooooooooooooooootttttt ... crooooooooooooooooooooottttt ... crettttcrettt ... crooooooooooooooooooottttttcroooooooooooooooooooootttttttt ... !

Aku terkapar di atas tubuh lunglai Beatrix.

Sesaat kemudian terdengar suara wanita bule itu, “ Ini lebih indah lagi dari yang tadi ... “

Aku cuma tersenyum. Lalu mencium bibir sensualnya dengan segenap kehangatan birahiku. Sementara kontolku terasa melemas, tapi kubiarkan tetap berada di dalam jepitan liang memek Beatrix.

“Kalau aku hamil, aku bersedia dijadikan pendamping hidupmu Yos, “ kata Bearix sambil mendekap pinggangku.

“Aku sudah punya istri Bet. “

Beatrix menjawab, “Nggak apa – apa. Kita kan bisa samen leven.” (samen leven = hidup bersama/kumpul kebo)

“Terus suamimu mau ditinggalkan begitu saja ? Jangan Bet. Aku tak mau menari di atas penderitaan orang lain, “

“Terus ... kalau aku ingin menikmati keindahan seperti ini lagi gimana ?” tanyanya.

“Kapan pun kamu ingin menikmatinya, tinggal call by phone aja. Lalu aku akan datang ke villa ini ... mmm ... villa ini punyamu kan ?”

“Iya, “ sahut Beatrix.

“Nanti kalau bosan rendezvous di villa ini, kamu bisa datang ke villaku juga. Bahkan di villaku, kita bisa main outdoor. Di samping sungai berair bening. “

“Kasih alamat villamu nanti ya. “

“Oke. Gak jauh dari kota kok. “

“Besok pagi aku harus pulang ke Jakarta dulu Yos. Karena ada urusan bisnis yang harus kuselesasikan. “

“Oke. “

Malam itu aku tidur di villa Beatrix. Tentu saja aku menyetubuhinya lagi. Tapi tetap dalam posisi missionary, karena ingin berhasil menghamili wanita bule yang cantik dan seksi itu.

Keesokan paginya aku pulang ke hotelku. Untuk beristirahat total. Karena besoknya lagi aku harus mendatangi rumah istri keempat Ayah.

Namun ketika aku sedang istirahat total ini, datang call dari Ayah.

Aku memang anak yang sangat sayang dan patuh kepada ayahku. Karena itu, meski sedang ingin istirahat, kuangkat juga call Ayah itu :

Ayah : “Lagi di mana kamu Sep ?”

Aku : “Di hotel, lagi istirahat Yah. Ada yang aneh lagi ?”

Ayah : “Ayah cuma ingin mengingatkan janjimu mau menemui Mamah Nasha besok kan ?”

Aku : “Ooo, soal janji itu sih pasti kutepati. Aku pasti datang besok. “

Ayah : “Kalau soal janji sih, ayah sudah hafal. Kamu selalu tepat janji. “

Aku : “Sekarang istri Ayah sudah empat orang ya. Berarti sudah maksimal kan ?”

Ayah : “Iya, yang nikahnya resmi di KUA sudah maksimal. Tapi yang nikah siri masih ada Sep. “

Aku : “Haaaa ?! Ayah masih punya istri lewat nikah siri ?”

Ayah : “Yang lewat nikah siri ada tiga orang Sep. “

Aku : “Wow ... Ayah ... Ayah. Apa gak bikin keuangan Ayah amburadul nanti ?”

Ayah : “Nggak Sep. Kan sejak menikahi Bunda, ayah selalu menikahi wanita kaya. Seperti Mamie, Habiba dan Mamah Nasha ... mereka semua wanita tajir melintir Sep. Mereka bisa menghidupi dirinya masing – masing. Tidak perlu minta – minta lagi sama ayah. Bahkan ayah yang sering meminta kepada mereka. “

Aku : “Yang lewat nikah siri juga tajir semua ?”

Ayah : “Iya. Nanti kamu buktikan sendiri, setelah janjimu pada Mamah Nasha dilaksanakan. “

Aku : “Emangnya yang lewat nikah siri juga mau Ayah sharing juga sama aku ?”

Ayah : “Iya. Ayah kan sayang kamu. Jadi, apa pun yang ayah miliki, boleh kamu miliki juga. Mmm ... kamu seneng yang montok apa yang langsing ?”

Aku : “Belakangan ini aku senang yang montok Yah. Soalnya seneng empuk – empuk kenyalnya. Hahahahaaa ... “

Ayah : “Ya udah. Kalau dengan Mamah Sanah sudah terlaksana, ayah bakal kasih yang montok. Biar kamu senang. Syukur – syukur kalau bisa menghamilinya. Tapi rumahnya di luar kota, di daerah pegunungan. Karena dia punya peternakan sapi perah. “

Aku : “Gak apa – apa Ayah. Hitung – hitung rekreasi juga. Kalau peternakan sapi biasanya di daerah yang berhawa dingin kan ?”

Ayah mengiyakan, sambil menyebut nama daerah di luar kota itu. Daerah yang terkenal berhawa sejuk dan banyak peternakan sapinya.

Baru saja komunikasiku dengan Ayah selesai, handphoneku benting lagi ... tiiiing ... !

Setelah kuterima call itu, terdengar suara perempuan, “Maaf ... apakah benar Big Boss memanggil saya ?”

“Kamu siapa ?” tanyaku di dekat hape.

“Artini Big Boss. Manager personalia yang baru, “ sahutnya.

“Oh, iya ... masuk aja ke ruang kerjaku, “ kataku sambil menutup lagi hubungan seluler dengan wakil manager personalia yang sudah kujadikan manager setelah Renata kupindahkan ke hotel baruku.

Aku pun melangkah ke ruang kerjaku. Artini sudah duduk di kursi yang menghadap ke meja kerjaku.

“Selamat siang Big Boss, “Artini berdiri sambil membungkuk sopan padaku.

“Siang, “ sahutku sambil duduk di kursi kerjaku, “Seharusnya GM yang memanggilmu. Tapi karena aku yang memindahkan Renata ke hotel lain, aku juga yang mengangkatmu sebagai manager personalia, maka aku yang harus memberikan pengarahan padamu. “

“SIap Big Boss. “

Lalu aku memberikan semacam briefing padanya tetang banyak hal yang menyangkut kepegawaian. Aku ingin agar Artini senantiasa bersikap bijak, bersikap mengayomi karyawan dan karyawati hotel.

Artini tampak menyimak pengarahan dariku yang hanya setengah jam itu.

“Nanti kalau ada masalah yang kamu gak bisa menyelesaikannya, jangan segan – segan untuk bertanya padaku, “ kataku di akhir pengarahanku.

“Siap Big Boss, “ sahutnya.

“Ohya, suamimu bekerja di mana ?” tanyaku.

“Saya sudah setahun tidak punya suami. “

“Divorce ?” tanyaku.

“Betul Big Boss. “

“Punya anak berapa ?”

“Kebetulan belum punya anak Big Boss. “

“Oooo ... aku baru tau sekarang kalau kamu gak punya suami. Waktu melamar kerja ke sini, masih punya suami kan ?”

“Siap masih punya suami saat itu. “

“Terus kenapa bisa bercerai ?”

“Sudah gak tahan pada kekasarannya Big Boss. “

“Suamimu suka KDRT ?”

“Betul Big Boss. “

“Terus ... kalau weekend suka ke mana ?”

“DI rumah aja Big Boss. “

“Sekali – sekali temani aku outing, mau ?”

“Siap Big Boss. “

“Kamu sekarang tinggal sama siapa ?”

“Sama Ibu. “

“Kalau outing pake nginap bisa ?”

“Diusahakan bisa. Diusahakan agar ibu saya mengijinkan. “

“Sekarang aku masih sibuk. Nanti kalau sudah agak nyantai, kita outing ya. Untuk refreshing, biar otak kita jangan jenuh. “

“Siap, betul Big Boss. “

Setelah Artini berlalu, aku tersenyum sendiri di ruang kerjaku. Karena Artini itu berkulit putih bersih, berbadan tinggi langsing namun tidak kurus. Dan ... wajahnya cantik di mataku.

Seandainya tidak sedang memulihkan stamina, mungkin aku akan melakukan sesuatu di kamar pribadinya. Tapi aku sedang memulihkan stamina, agar acara besok jangan memalukan. Acara dengan Mamah Nasha itu.

Lalu aku melangkah ke kamar pribadiku dan tidur sekenyang mungkin.
 
Part 12



R
enata ternyata wanita yang tangguh. Meski sudah orgasme, dia cepat merangkulku sambil berkata, “Silakan lanjutkan lagi. Big Boss belum ejakulasi kan ?”

“Belum. Tapi aku mau posisi doggy, supaya bisa sambil menepuk – nepuk pantat gedemu Rena, “ sahutku.

“Iya, “ sahutnya sambil langsung menungging. Dan aku menyaksikan sesuatu yang sangat menggiurkan. Bahwa memek Renata tampil full dan ternganga seperti bunga yang baru mekar.

Dengan mudahnya aku bisa membenamkan kembali kontolku, ke dalam liang memek Renata yang sudah menjadi basah sekali itu. Maklum baru habis orgasme.

Lalu sambil berlutut di depan bokong semoknya, aku mulai mengentotnya lagi. Sambil menepuk – nepuk pantat kanan dan pantat kirinya.

Tapi aksiku kali ini hanya membuat Renata mencapai orgasme kedua. Lalu kami mengubah posisi, Renata di atas dan aku celentang di bawah. Kali ini Renata yang beraksi. Mengayun bokongnya naik turun di atas kontolku.

Namun lagi – lagi Renata orgasme yang ketiga. Sehingga wanita montok itu menelentang pasrah, terserah aku mau mengapakan dia.

Dalam posisi missionary inilah aku bisa ngecrot, berbarengan dengan orgasme Renata yang keempat kalinya.

“Semua yang telah saya nikmati ini luar biasa Big Boss, “ kata Renata, “Belum pernah saya disetubuhi sampai empat kali orgasme begitu. “

Lalu Renata mengenakan pakaiannya kembali. Setelah berpakaian lengkap Renata berkata, “Seandainya saya hamil, pasti jadi masalah dengan suami saya nanti. Tapi saya akan minta cerai aja sama dia. “

“Terus setelah bercerai mau gimana ?” tanyaku.

“Saya tak mungkin minta dijadikan istri Big Boss. Karena saya dengar istri Big Boss sudah empat orang. Jadi, dijadikan simpanan juga oleh Big Boss, saya mau. “

“Kalau tidak mau hamil, aku punya pil kontrasepsi. “ kataku.

“Tidak Big Boss. Saya justru ingin hamil. Karena saya ingin seperti wanita lain yang sudah pada punya keturunan di seusia saya ini. “

“Kalau mau hamil, wikwiknya harus di masa subur. “

“Hehehe ... sekarang saya sedang dalam masa subur Big Boss. “

Aku cuma tersenyum menanggapinya.

Renata pun pamitan setelah mendengar janji dariku bahwa tanggal 1 bulan depan, dia sudah bisa bekerja di hotel baruku, sebagai manager HRD.



2 bulan kemudian, aku mendapat call dari Aleta. Aku terkejut bercampur girang, karena sesungguhnyalah aku sedang merindukan wanita muda berdarah Belanda itu.

Aku : “Hello Sweetheart ... how are you ?”

Aleta : “I am fine. And you ? “

Aku : “Fine too. Kenapa gak datang – datang ke kotaku lagi ?”

Aleta : “Aku mual – mual terus. Kemaren aku ke dokter. Ternyata aku sudah hamil tujuh minggu Honey. “

Aku : “Wow ... aku bahagia sekali mendengarnya. Berarti pertemuan kita mendatangkan hasil ya. “

Aleta : “Iya. Hasil yang sangat membahagiakan hatiku. Karena you telah berhasil menabur rahim di dalam perutku. Dan untuk membuktikan janjiku, mulai hari ini aku akan mentransfer dana ke rekeningmu. Aku akan mentransfer sepuluh kali dalam jumlah yang sama. Supaya tidak banyak pertanyaan dari bank, karena transfernya cukup banyak. “

Aku : “Soal itu gak usah terlalu diprioritaskan. Yang penting jaga kesehatan kandunganmu, Beib. “

Aleta : “Terimakasih. Nanti kalau aku sudah tidak mual – mual lagi, aku pasti akan datang ke kotamu. Untuk menyejukkan hati dan melepaskan kerinduanku padamu Honey. “

Aku : “Oke, aku tunggu Beib. “

Setelah hubungan seluler dengan Aleta selesai, aku tersenyum sendiri. Tersenyum dalam kemenangan. Karena aku telah berhasil menghamili Aleta yang namanya sudah tersimpan di tempat istimewa dalam hatiku.

Tiba – tiba handphoneku berdenting ... tiiiiing ... !

Kulihat layar handphoneku. Ternyata Ayah yang call. Lalu :

“Ya Ayah ... gimana sehat ?”

“Sehat walafiat Sep. Ini Ayah sudah berada di depan hotelmu, bersama saudara dekat kita yang sudah lama sekali tidak ketemu. Kamu ada di hotel kan ?”

“Ada di hotel Ayah. Silakan aja masuk ke ruang kerjaku. “

Tak lama kemudian Ayah muncul di ruang kerjaku, dengan seorang lelaki yang mungkin sebaya dengan Ayah, dengan seorang cowok muda yang kelihatannya kebule – bulean.

Lalu Ayah memperkenalkan mereka. “Ini pamanmu. Usianya lebih tua dari ayah, tapi kedudukan dalam keluarga jadi adik sepupu ayah. Karena adat suku kita tidak boleh merusak sirsilah, kalau dari atasnya kakak, anaknya pun harus kakak. “

“Supaya lebih jelas begini, “ kata lelaki tua yang bersama Ayah, “Bapaknya ayahmu itu kakak ayah mamang. Jadi mamang tetap harus manggil Kang sama ayahmu, walau pun usianya lkima tahun lebih muda daripada mamang. Nama mamang Marta. Dan itu anak mamang. Edo namanya. Asep dengan Edo itu disebut sabrayna mindo. Kalau ayah dengan Mang Marta itu sabrayna teges. “

(sabrayna mindo = sepupu kedua, sabrayna teges = sepupu langsung)

Lalu kata Ayah, “Asep ini punya nama lain. Di hotel ini namanya Yosef. Jadi terserah Dek Marta, mau manggil Asep atau Yosef, sama aja. “

“Jadi aku harus manggil Kang Asep atau Kang Yosef ya Wa ?” tanya cowok bernama Edo itu.

“Iya, harus pakai Kang, seperti papamu sama uwa kan manggil Kang juga, meski usianya lebih tua dari uwa juga. “ sahut Ayah, “Lagian Edo lebih muda. Usia Edo baru delapanbelas kan ?”

“Iya Uwa. “

“Kalau Asep udah duapuluhdua tahun. Sebentar lagi juga duapuluhtiga usianya. “

Lalu aku menjabat dan mencium tangan Mang Marta. Kemudian juga menjabat tangan Edo.

Lalu kata Ayah lagi, “Jadi ayah dan dengan Mang Marta itu sekakek dan senenek. Kakek ayah dan Mang Marta itu Raden Panjikusumah. “

Aku terkesiap mendengar nama kakeknya ayah disebut. Karena hal itu berarti bahwa Edo juga keturunan Raden Panjikusumah. Apakah Edo sudah tau salah satu kelebihan keturunan almarhum kakek buyutku itu ? Pasti belum tahu. Karena aku sendiri pun awal tahunya itu dari orang pintar yang dijadikan tempat minta tolong oleh Kang Obos itu.

Lalu kuajak mereka duduk di ruang tamu owner hotel.

Tak lama kemudian seorang waiter resto hotel mengantarkan minuman dan snack, karena sebelum tamu – tamu itu datang, aku sudah memintanya ke resto hotel.

Namun kelihatannya Ayah sedang asyik ngobrol dengan saudara sepupunya. Karena itu aku pun mengajak Edo ngobrol di café hotel. Edo setuju. Lalu minta ijin pada ayahnya dan ayahku, untuk ngobrol di café hotel.

Di café tampak beberapa orang yang sedang menikmati minuman dan snack masing – masing. Aku dan Edo memilih tempat di sudut, dekat meja kasir.

“Uwa Jaja bilang, Kang Yosef baru berumur duapuluhdua tapi sudah jadi pengusaha besar, “ kata Edo membuka pembicaraan. (Yang dimaksud Uwa Jaja itu adalah ayahku)

“Kalau baru punya hotel, belum bisa disebut pengusaha besar, “ sanggahku.

“Tapi kata Uwa Jaja, Kang Yosef punya banyak pabrik garment juga. Punya banyak FO juga dan banyak lagi kegiatannya, “ kata Edo, “Makanya ajakin aku belajar bisnis Kang. Ohya ... hampir lupa. Ada yang nyari hotel di kota kita ini Kang. Hotel tua yang sudah nyaris bangkrut juga gak apa – apa katanya. “

Tiba – tiba handphoneku berdenting ... tiiiing ... !

Video call dari nomor tak dikenal. Aku berdiri sambil berkata kepada Edo, “Sorry ... aku mau terima video call dulu ya. Di sini bising sama musik. “

Aku bergegas keluar dari café hotel. Menuju kamar pribadiku yang sunyi dan kedap suara, sambil memasang wireless earphone di telingaku.

Ternyata yang video call itu seorang wanita bule. “Aku Beatrix, saudara sepupunya Brenda. Dengan Yosef kan ?” tanyanya.

“Betul, “ sahutku sambil memperhatikan bentuk wanita bernama Beatrix itu.

Beatrix : “Sengaja aku video call, supaya bisa melihat Yosef dengan jelas. “

Aku : “Ogitu. Ada yang bisa kubantu ?”

Beatrix : “Keperluanku sama dengan Brenda waktu kencan denganmu dahulu. “

Aku : “Oke. Aku siap membantu Anda. “

Beatrix : “Brenda ngasih tau bahwa kalau ingin pregnant, harus di masa subur kencannya. Dan hari ini aku sudah masuk masa subur. Aku sudah berada di sebuah villa yang letaknya cuma belasan kilometer dari kotamu. “

Aku : “Siap. Kirimkan aja alamat villanya. “

Beatrix : “Iya. Hmmm ... you are so cute Yosef. Aku langsung horny nih setelah melihatmu ... hmmmmm ... bisa datang sekarang ?”

Aku : “Aku sedang kedatangan family. Tapi kalau you menghendaki secepatnya, sejam lagi aku merapat ke villa Anda. So tolong kirimkan alamat villanya. “

Beatrix : “Sejam lagi ? Okay, ini aku kirimkan alamat villanya. Jangan terlambat ya. Aku sudah gak sabar, ingin segera seks hebben denganmu. “

Aku cuma tersenyum mendengar kata seks hebben (bersetubuh) itu. Orang bule memang suka ceplas – ceplos ngomongnya. Tanpa basa – basi.

Lalu alamat villa itu kuterima lewat WA.

Aku pun bergegas menuju café kembali, menghampiri Edo yang kutinggalkan di situ.

“Aku ada urusan bisnis Do. Jadi aku harus berangkat sekarang juga. Mengenai hotel yang dibutuhkan itu, aku bisa menyediakannya. Yang baru selesai dibangun ada, yang belum direnovasi juga ada. Bawa aja calon buyernya ke sini. Tapi hubungi aku dulu. Karena terkadang aku berada di luar kota. Ini kartu namaku, “ kataku sambil menyerahkan secarik kartu namaku pada Edo.

“Oh iya Kang. Terima kasih, “ sahut Edo sambil membaca kartu namaku, lalu memasukkannya ke dalam dompetku.

Kemudian aku menghampiri Ayah dan Mang Marta yang masih ngobrol di ruang tamu owner hotel. Edo pun mengikutiku dari belakang.

Kebetulan mereka pun sudah pada mau pulang. Sehingga aku tidak merasa mengusir mereka.

Aku pun mengantarkan mereka ke mobilnya masing – masing. Mang Marta bersama Edo di mobil yang katanya p;unya Edo. Setelah mobil mereka bergerak meninggalkan tempat parkir khusus untuk owner hotel, kulihat mobil Ayah yang belum dinyalakan mesinnya. Ayah malah melambaikan tangannya padaku. Aku pun menghampiri mobil Ayah.

Begitu pintu depan kiri kubuka, aku terkejut. Karena di situ ada seorang wanita cantik yang sedang duduk di seat depan sebelah kiri. “Lho ... ini siapa Yah ?”

“Ibu barumu, “ sahut Ayah, “Kan kamu yang anjurin ayah nikah lagi, biar lengkap jadi empat orang. “

Aku geleng – geleng kepala sambil tersenyum. Lalu menjabat tangan wanita itu sambil menyebutkan namaku. Wanita itu pun menyebutkan namanya, “Nasha. “

Unik nama istri keempat ayah itu (karena Mama Lanny sudah diceraikan). “Lalu ... aku harus manggil apa sama ibu baruku ini Yah ?” tanyaku.

“Panggil Mamah aja. Dan ayah sudah berjanji, bahwa kamu akan ikut memilikinya juga, seperti ibu – ibumu yang lain. “

Aku terbengong – bengong di samping kiri mobil Ayah. Memandang wanita bernama Nasha itu, yang sedang tersenyum manis padaku.

Entah dari mana datangnya “kelancanganku” ini. Setelah mendengar ucapan Ayah, bahwa istrinya akan disharing juga denganku seperti istri – istrei Ayah yang lainnya, aku pun mendekatkan wajahku ke wajah wanita cantik bernama Nasha itu. Lalu kupagut bibirnya di depan mata Ayah. Wanita itu pun menyambut ciumanku dengan lumatan lahap. Tanpa peduli bahwa Ayah menyaksikan semuanya ini.

“Kapan mau datang ke rumah ?” tanya wanita yang harus kupanggil Mamah itu.

“Hari ini dan besok aku sibuk sekali. Mungkin lusa baru bisa mengunjungi rumah Mamah. Ohya, di mana rumahnya ?”

Wanita bernama Nasha itu menyebutkan alamat rumahnya. Ternyata tidak jauh dari hotelku. Hanya dibutuhkan waktu kurang dari setengah jam untuk mencapai alamat itu dari hotelku.

“Kenapa Mamah gak dibawa masuk tadi Yah ?” tanyaku.

“Gak enak ngenalkan ibu barumu di depan Edo dan Mang Marta. Makanya ayah surruh Mamah nunggu aja di mobil, “ sahut Ayah.

“Pokoknya lusa ditunggu di rumah ya. Nanti dimasakin makanan kesukaan Yosef, “ kata Mamah Nasha.

“Memangnya Mamah udah tau makanan kesukaanku ?” tanyaku.

“Kan Ayah yang ngasih tau, “ sahut Mamah.

“Udah dulu ya Sep. Ayah mau pergi dulu. Kamu juga mau ngurus bisnis kan ?” cetus Ayah sambil menghidupkan mesin mobilnya.

“Iya Ayah. Lusa aku akan datang ke rumah Mamah. “

“Ingat nomor rumahnya ya. Jangan lupa, “ kata Mamah Nasha.

“Iya. Nomor duapuluhlima kan ?”

“Iya, “ wanita bernama Nasha itu mengangguk sambil tersenyum manis.

Gila ... lagi – lagi Ayah memperlihatkan “prestasi”nya. Wanita bernama Nasha itu cantik sekali ... !

Setelah mobil Ayah berlalu, aku pun menutup dan mengunci pintu kamar pribadiku. Lalu masuk ke dalam jeep hijau armyku. Dan menggerakkannya ke samping depan hotelku. Menuju villa wanita bule bernama Beatrix itu.

Untung aku masih bisa datang on time di depan villa itu. Dan seorang wanita bule yang cantik menyambutku di depan villanya, dalam long dress berwarna kuning yang seolah menyala saking terangnya.

“Benar kata Brenda, kamu ini sangat cute dan seksi Yos. Baru melihatmu saja aku sudah horny, “ kata Beatrix sambil menarikku ke dalam villanya yang tampak serba modern perabotannya.

“Anda masih muda. Aku harus memanggil apa ya ?” tanyaku sambil membiarkan Beatrix meremas – remas kedua tanganku.

“Nama kecilku Betty. Jadi panggil Betty aja. Boleh aku tahu berapa tahun usiamu ? “ tanyanya.

“Duapuluhdua tahun, “ sahutku.

“Haaa ?! Kamu seusia benar denganku. Usiaku juga duapuluhdua. Tapi aku menikah lima tahun yang lalu, dengan pengusaha dari Indonesia. Suamiku jauh lebih tua dariku. Dia sangat mencintai dan memanjakanku. Tapi sayangnya, sperma suamiku sudah lemah. Sehingga tidak bisa membuahi sel telurku, “ kata Beatrix yang minta dipanggil Betty itu.

“Jadi kedatangan Betty ke sini atas ijin dari suami ?”

“Iya. Dia lebih setuju aku dihamili oleh orang lain daripada ikut program bayi tabung atau pun inseminasi. Yang penting aku harus mendapatkan pejantan yang sehat. Supaya bayinya juga sehat nantinya. Kebetulan suamiku kenal Brenda juga. Dan Brenda terus terang bahwa bayi yang dilahirkannya itu berasal darimu Yos. “

“Ya. Akulah yang menghamili Brenda, “ sahutku. Tadinya aku mau menyebut nama Aleta. Tapi kubatalkan, mengingat Aleta kuhamili secara dirahasiakan, tanpa setahu suaminya. Jadi aku pun harus merahasiakannya.

“Mudah – mudahan Yosef bisa menghamiliku juga ya, “ ucapnya.

“Kita enjoy saja dulu. Jangan terlalu fokus ingin hamil, “ sahutku, “Supaya jiwa kita relax. Tanpa beban. “

“Iya ... aku akan ikuti saranmu, “ kata Beatrix sambil menanggalkan segala yang melekat di tubuhnya, sampai benar – benar telanjang. Lalu ia naik ke atas bed, sambil menungguku bertelanjang pula.

Kulihat indahnya tubuh Beatrix yang sudah telanjang itu. Sepasang toketnya berukuran sedang. Tapi bokongnya benar – benar semok. Sementara memeknya tampak berjembut, namun tergunting rapi, tidak berantakan.

Dan Beatrix mengusap – usap memeknya sambil berkata, “Tadi waktu aku video call, begitu melihat Yosef, aku langsung horny ... karena membayangkan bakal segera jumpa dan melakukan sesuatu yang indah ... “

Dalam keadaan sudah sama – sama telanjang, aku tersenyum sambil naik ke atas bed dan merayap ke atas perut Beatrix.















Beatrix menyambutku dengan pelukan erat dan agak bergetar. “Dari sebelum Yosef datang, aku sudah horny berat. Langsung penetrasi aja Yos. “

“Langsung penetrasi ?” tanyaku sasmbil meraba – raba celah memek berjembut Beatrix. Ternyata memeknya memang sudah basah. Sehingga aku pun meletakkan “puncak jamur”ku di celah memek yang sudah basah dan licin serta hangat ini. Llau dengan sekuat mungkin kudorong kontol ngacengku ... dan membenam dengan lancarnya ke dalam liang memek yang sudah basah dan licin ini.

Mungkin sebelum aku datang, Beatrix bermasturbasi. Karena tak sabar lagi menunggu kedatanganku. Sehingga liang memeknya agak becek begini.

Tapi aku tak mau mempersoalkannya. Aku langsung mengayun kontolku dalam kecepatan normal.

“Wow ... penismu panjang sekali Yos ... terasa menabrak – nabrak dasar liang vaginaku Hmmm ... pantesan Brenda bilang, penismu bisa langsung menyemprotkan sperma ke mulut rahimnya, karena ukurannya di atas rata – rata penis orang Indonesia. “

Ketika kontolku sedang gencart mengentot liang memek Beatrix, mulutku pun mulai asyik menjilati leher Beatrix disertai gigitan – gigitan kecil, sementara tanganku asyik meremas – remas toketnya yang berukuran sedang. Kecil tidak, gede pun tidak.

Liang memek Beatrix awalnya agak becek. Tapi lama kelamaan jadi normal. Bahkan terasa liang memeknya ini masih sempit. Maklum karena dia belum pernah melahirkan. Belum pernah turun mesin.

Desahan – desahannya mulai terdengar. “Hahhhhhhh .... hehhhhhhhhhhh ... hahhhhhh ... hehhhhhhhhhhhhhhh ... hahhhhhhhhhhhh ... hehhhhhhhhhhhhhhh ... hahhhhhhh ... “

Memang hanya desahan nafas yang terlontar dari mulut dan hidung mancung Beatrix. Tidak merintih dan menceracau seperti wanita lain.

Nafasku pun berdengus – dengus ketika kontolku semakin gencar mengentot liang memek wanita bule itu.

Sementara leher jenjang Beatrix terus – terusan kujilati, karena dia suka dengan permainan mulutku. Sementara telunjuk dan jempolku memainkan pentil toket kanannya yang terasa menegang ini.

Tubuh putih mulus Beatrix mulai bersimbah keringat. Namun entah parfum apa yang dikenakannya, yang membuat sekujur tubuhnya harum mewangi begini. Sehingga aku yang sedang melampiaskan nafsuku sendiri juga ini, sudah tidak segan – segan lagi menjilati ketiak kanannya dan ketiak kirinya. Meski banyak keringatnya yang tertelan, aku tidak merasa jijik lagi.

Hal ini membuat Beatrix semakin klepek – klepek. Sehingga setelah aku mengentotnya lebih dari 20 menit, Beatrix mulai berkelojotan dengan nafas tertahan – tahan dan tak beraturan. Lalu ia memekik lirih ... terkejang – kejang dengan mata terpejam dan mulut ternganga, dengan nafas tertahan. Lalu liang memeknya mengedut – ngedut kencang. Pada saat itu kontolku sudah kutancapkan sedalam mungkin, sampai terasa mendesak dasar liang memeknya.

“Ooooooohhhh ... ini indah sekali Yossssss .... “ ucapnya sambil membuka mata birunya dengan sorot puasnya seorang wanita yang baru menikmati orgasme.

Lalu Beatrix mencium bibirku dengan lahapnya, sambil meremas – remas sepasang bahuku.

Aku memang belum ejakulasi. Tapi aku tahu bahwa kalau ada tujuan untuk menghamili seorang pasangan seksual, aku tidak boleh terlalu habis – habisan. Jangan pula terlalu banyak posisi yang aneh – aneh, supaya kalau di dalam rahimnya sedang ada sel telur, spermaku akan berhasil membuahinya.

Maka ketika Beatrix menawarkan posisi lain, aku menolaknya secara halus. “Kalau mau hamil, jangan terlalu atraktif. Nanti telurmu bisa terlempar ke tempat yang merugikan. “

“Ya udah ... kalau begitu lepaskanlah spermamu Yos, “ sahutnya.

Aku mengangguk. Lalu mengayun kontolku lagi, di dalam liang memek Beatrix yang sudah becek ini. Tetap dalam posisi missionary.

Beatrix pun mendesah – desah lagi. Sementara liang memeknya makin lama makin berkurang beceknya. Dan akhirnya tidak becek lagi.

Cukup lama aku bertahan, karena ingin agar orgasme keduanya berbarengan dengan ejakulasiku.

Dan akhirnya aku berhasil. Ketika Beatrix mengejang sambil menikmati orgasme keduanya, kontolku pun sedang mengejut – ngejut sambil melepaskan lendir surgawiku.

Crettttt ... croooooooooooooooooootttttt ... crooooooooooooooooooooottttt ... crettttcrettt ... crooooooooooooooooooottttttcroooooooooooooooooooootttttttt ... !

Aku terkapar di atas tubuh lunglai Beatrix.

Sesaat kemudian terdengar suara wanita bule itu, “ Ini lebih indah lagi dari yang tadi ... “

Aku cuma tersenyum. Lalu mencium bibir sensualnya dengan segenap kehangatan birahiku. Sementara kontolku terasa melemas, tapi kubiarkan tetap berada di dalam jepitan liang memek Beatrix.

“Kalau aku hamil, aku bersedia dijadikan pendamping hidupmu Yos, “ kata Bearix sambil mendekap pinggangku.

“Aku sudah punya istri Bet. “

Beatrix menjawab, “Nggak apa – apa. Kita kan bisa samen leven.” (samen leven = hidup bersama/kumpul kebo)

“Terus suamimu mau ditinggalkan begitu saja ? Jangan Bet. Aku tak mau menari di atas penderitaan orang lain, “

“Terus ... kalau aku ingin menikmati keindahan seperti ini lagi gimana ?” tanyanya.

“Kapan pun kamu ingin menikmatinya, tinggal call by phone aja. Lalu aku akan datang ke villa ini ... mmm ... villa ini punyamu kan ?”

“Iya, “ sahut Beatrix.

“Nanti kalau bosan rendezvous di villa ini, kamu bisa datang ke villaku juga. Bahkan di villaku, kita bisa main outdoor. Di samping sungai berair bening. “

“Kasih alamat villamu nanti ya. “

“Oke. Gak jauh dari kota kok. “

“Besok pagi aku harus pulang ke Jakarta dulu Yos. Karena ada urusan bisnis yang harus kuselesasikan. “

“Oke. “

Malam itu aku tidur di villa Beatrix. Tentu saja aku menyetubuhinya lagi. Tapi tetap dalam posisi missionary, karena ingin berhasil menghamili wanita bule yang cantik dan seksi itu.

Keesokan paginya aku pulang ke hotelku. Untuk beristirahat total. Karena besoknya lagi aku harus mendatangi rumah istri keempat Ayah.

Namun ketika aku sedang istirahat total ini, datang call dari Ayah.

Aku memang anak yang sangat sayang dan patuh kepada ayahku. Karena itu, meski sedang ingin istirahat, kuangkat juga call Ayah itu :

Ayah : “Lagi di mana kamu Sep ?”

Aku : “Di hotel, lagi istirahat Yah. Ada yang aneh lagi ?”

Ayah : “Ayah cuma ingin mengingatkan janjimu mau menemui Mamah Nasha besok kan ?”

Aku : “Ooo, soal janji itu sih pasti kutepati. Aku pasti datang besok. “

Ayah : “Kalau soal janji sih, ayah sudah hafal. Kamu selalu tepat janji. “

Aku : “Sekarang istri Ayah sudah empat orang ya. Berarti sudah maksimal kan ?”

Ayah : “Iya, yang nikahnya resmi di KUA sudah maksimal. Tapi yang nikah siri masih ada Sep. “

Aku : “Haaaa ?! Ayah masih punya istri lewat nikah siri ?”

Ayah : “Yang lewat nikah siri ada tiga orang Sep. “

Aku : “Wow ... Ayah ... Ayah. Apa gak bikin keuangan Ayah amburadul nanti ?”

Ayah : “Nggak Sep. Kan sejak menikahi Bunda, ayah selalu menikahi wanita kaya. Seperti Mamie, Habiba dan Mamah Nasha ... mereka semua wanita tajir melintir Sep. Mereka bisa menghidupi dirinya masing – masing. Tidak perlu minta – minta lagi sama ayah. Bahkan ayah yang sering meminta kepada mereka. “

Aku : “Yang lewat nikah siri juga tajir semua ?”

Ayah : “Iya. Nanti kamu buktikan sendiri, setelah janjimu pada Mamah Nasha dilaksanakan. “

Aku : “Emangnya yang lewat nikah siri juga mau Ayah sharing juga sama aku ?”

Ayah : “Iya. Ayah kan sayang kamu. Jadi, apa pun yang ayah miliki, boleh kamu miliki juga. Mmm ... kamu seneng yang montok apa yang langsing ?”

Aku : “Belakangan ini aku senang yang montok Yah. Soalnya seneng empuk – empuk kenyalnya. Hahahahaaa ... “

Ayah : “Ya udah. Kalau dengan Mamah Sanah sudah terlaksana, ayah bakal kasih yang montok. Biar kamu senang. Syukur – syukur kalau bisa menghamilinya. Tapi rumahnya di luar kota, di daerah pegunungan. Karena dia punya peternakan sapi perah. “

Aku : “Gak apa – apa Ayah. Hitung – hitung rekreasi juga. Kalau peternakan sapi biasanya di daerah yang berhawa dingin kan ?”

Ayah mengiyakan, sambil menyebut nama daerah di luar kota itu. Daerah yang terkenal berhawa sejuk dan banyak peternakan sapinya.

Baru saja komunikasiku dengan Ayah selesai, handphoneku benting lagi ... tiiiing ... !

Setelah kuterima call itu, terdengar suara perempuan, “Maaf ... apakah benar Big Boss memanggil saya ?”

“Kamu siapa ?” tanyaku di dekat hape.

“Artini Big Boss. Manager personalia yang baru, “ sahutnya.

“Oh, iya ... masuk aja ke ruang kerjaku, “ kataku sambil menutup lagi hubungan seluler dengan wakil manager personalia yang sudah kujadikan manager setelah Renata kupindahkan ke hotel baruku.

Aku pun melangkah ke ruang kerjaku. Artini sudah duduk di kursi yang menghadap ke meja kerjaku.

“Selamat siang Big Boss, “Artini berdiri sambil membungkuk sopan padaku.

“Siang, “ sahutku sambil duduk di kursi kerjaku, “Seharusnya GM yang memanggilmu. Tapi karena aku yang memindahkan Renata ke hotel lain, aku juga yang mengangkatmu sebagai manager personalia, maka aku yang harus memberikan pengarahan padamu. “

“SIap Big Boss. “

Lalu aku memberikan semacam briefing padanya tetang banyak hal yang menyangkut kepegawaian. Aku ingin agar Artini senantiasa bersikap bijak, bersikap mengayomi karyawan dan karyawati hotel.

Artini tampak menyimak pengarahan dariku yang hanya setengah jam itu.

“Nanti kalau ada masalah yang kamu gak bisa menyelesaikannya, jangan segan – segan untuk bertanya padaku, “ kataku di akhir pengarahanku.

“Siap Big Boss, “ sahutnya.

“Ohya, suamimu bekerja di mana ?” tanyaku.

“Saya sudah setahun tidak punya suami. “

“Divorce ?” tanyaku.

“Betul Big Boss. “

“Punya anak berapa ?”

“Kebetulan belum punya anak Big Boss. “

“Oooo ... aku baru tau sekarang kalau kamu gak punya suami. Waktu melamar kerja ke sini, masih punya suami kan ?”

“Siap masih punya suami saat itu. “

“Terus kenapa bisa bercerai ?”

“Sudah gak tahan pada kekasarannya Big Boss. “

“Suamimu suka KDRT ?”

“Betul Big Boss. “

“Terus ... kalau weekend suka ke mana ?”

“DI rumah aja Big Boss. “

“Sekali – sekali temani aku outing, mau ?”

“Siap Big Boss. “

“Kamu sekarang tinggal sama siapa ?”

“Sama Ibu. “

“Kalau outing pake nginap bisa ?”

“Diusahakan bisa. Diusahakan agar ibu saya mengijinkan. “

“Sekarang aku masih sibuk. Nanti kalau sudah agak nyantai, kita outing ya. Untuk refreshing, biar otak kita jangan jenuh. “

“Siap, betul Big Boss. “

Setelah Artini berlalu, aku tersenyum sendiri di ruang kerjaku. Karena Artini itu berkulit putih bersih, berbadan tinggi langsing namun tidak kurus. Dan ... wajahnya cantik di mataku.

Seandainya tidak sedang memulihkan stamina, mungkin aku akan melakukan sesuatu di kamar pribadinya. Tapi aku sedang memulihkan stamina, agar acara besok jangan memalukan. Acara dengan Mamah Nasha itu.

Lalu aku melangkah ke kamar pribadiku dan tidur sekenyang mungkin.
Makasih apdetnya bro @Otta
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd