Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Siapakah Fatimah Az-zahra...?

  • Sosok wanita baru dalam cerita ini

    Votes: 62 23,7%
  • Sosok wanita yang menyamar dalam cerita ini

    Votes: 200 76,3%

  • Total voters
    262
Mohon maaf karena keterlambatan ane dalam update kali ini. Jujur di chapter 44 ini adalah upadate yang terpanjang di PC. Selamat membaca semoga terhibur.
Maaf komentarnya belum sempat ane balas satu per satu.
 
Sebelum ane melanjutkan kisah di chapter 44 ini, ane saranin untuk baca kembali, tentang siapa Kuciah, Eva Safitri aka Eva serta Ipda RAYxy di chapter- chapter sebelumnya. Mereka adalah tokoh-tokoh sebelumnya yang sempat hadir.

Dan ada muncul tokoh baru bernama VirGhost yang merupakan sahabat dari Pramudya.

Selamat membaca !!!!

Semoga terhibur dengan update kali ini.


Chapter 44. Liciknya Kuciah



Cuplikan chpater sebelumnya....



Pov Dewi


Jakarta, 15 Februari 2017...


Pagi ini, aku hendak berangkat ke Bandung setelah mendapatkan kabar Cinta telah melahirkan bayi perempuan walau mesti melahirkan dengan cara Cesar. Semalam sebenarnya, aku ingin ikut bersama Papa Pram dan Mama Sekar. Tetapi karena Akbar sudah tidur, akhirnya aku terpaksa menundanya dan berniat berangkat ke Bandung bersama Mamaku dan Akbar. Papa tidak bisa ikut menemani kami ke Bandung karena ada urusan kerjaan yang tidak bisa ditunda dan diwakilkan.

Menggunakan mobil Toyota Alphard yang dikendarai oleh Tedjo, supir keluarga besar kami. Kami pun mulai berangkat ke Bandung jam 7.30 wib.

“Ma, Tante Cinta punya dedek bayi ya. Aciiikkk... Akbal jadi punya dedek...” kata Akbar kegirangan saat di dalam mobil Toyota Alphard yang melaju menuju ke Bandung.

“Iya, Nak.” Jawab Dewi. “Dedek bayinya katanya perempuan. Awas ya, Akbar tidak boleh bikin nangis dedek bayinya!”

“Iya, Ma!” jawab Akbar.

Saat itu mobil yang ditumpangi kami sudah memasuki tol cipularang, Dengan rasa nyaman Tedjo membawa kendaraan ini membuat kami sempat tertidur sejenak. Hingga akhirnya, mobil yang kami tumpangi seketika berhenti.

Aku sempat bertanya pada Tedjo apa yang sebenarnya terjadi. Dan dijawab Tedjo kalau ban belakang bocor. Dan kebetulan mobil masuk di rest area SPBU XXX KM.32 Tol Cipularang.

“Ma, Akbal mau pipis!” rengek manja putraku memberitahu. Mamaku memberi isyarat supaya aku mengantarkan Akbar ke WC Umum di SPBU itu.

Aku lantas membuka pintu mobil dan segera mengajak Akbar ke WC Umum di SPBU itu.

“Mama tunggu di luar ya, Nak!” kataku memberitahu putraku. “Kalo sudah cuci yang bersih dan siram ya. Kan Akbar anak Mama yang paling pinter.”

“Iya, Ma!” jawab Akbar cepat lalu ia segera masuk ke dalam WC itu.

Pada saat aku menunggu Akbar yang sedang membuang hajatnya ke WC Umum itu, tiba-tiba ada yang menegurku dari belakang.

“Mbak Dewi....!”

@@@@@


Sambungan Pov Dewi



Mendengar ada yang memanggil namaku dan suara itu terdengar jelas berasal dari arah belakangku, maka aku segera menoleh ke belakang melihat siapa gerangan orang yang memanggilku barusan.

“Kamu...?” seruku sedikit kaget karena bertemu kembali dengannya. “Kamu, ‘Zaki’, ya?”

“Iya. Hehehe...”Kekehnya sejenak lalu bertanya keadaanku. “Ketemu lagi, Mbak. Setelah terakhir kita bertemu saat menghadiri acara resepsi pernikahan di Balai Sarbini. Oiya, Apa kabarnya Mbak Dewi dan keluarga?”

Alhamdulillah, kami sekeluarga sehat wal afiat.” jawabku lalu menundukkan kepala tak berani beradu pandang dengan lelaki yang bukan muhrimku.

“Syukurlah kalo begitu.” Sahutnya. “Zaki senang mendengarnya.” Lalu setelah itu ia diam tak berkata apa-apa lagi.

Melihat dia hanya diam lalu aku memberanikan diri mengangkat kepalaku melihat ke arahnya. Dan pandangan mata kami pun beradu. Aku bak disihir oleh pesonanya. Jantungku berdetak kencang. Aku diam, hanya tertegun dan terpana melihat ketampanan pemuda di hadapanku ini. Dan dia pun seolah tidak mau melepaskan pandangan matanya ke arahku. Jujur, aku terpesona dengan matanya yang bening dan berkilau itu. Matanya yang membuatku teduh dan nyaman untuk memandangnya. Mata itu seakan mengingatkan akan sosok almarhum Mas Prima.

“Duh, kenapa hatiku dag dig dug gini, ya? Tatapan matanya itu seperti mengingatkanku pada Mas Prima. Dan Mas Prima lah lelaki pertama yang bikin jantungku berdetak kencang dan kini kembali seperti saat itu.” Aku membatin dalam hati.

Entah berapa detik kami berdua hanya diam, mematung saling memandang? Aku merasakan getar-getar kekagumannya padaku, begitu pun yang kurasakan. Aku seakan kembali ke masa-masa aku merasakan jatuh hati pada seorang pria. Ya, perasaan yang sama kurasakan saat aku jatuh cinta pada Alm. Mas Prima suamiku. Nampak kegugupannya saat ia dekat denganku, begitu pun denganku. Kami berdua seakan susah untuk berkata-kata dan hanya saling memandang penuh kagum satu sama lain.

Namun dari matanya juga aku melihat ada kegelisahan di hatinya, ditambah lagi dari gestur tubuhnya yang memperlihatkan bahwa dia sedang dalam masalah yang rumit. Walaupun ia berusaha menutupi kegelisahan hatinya dengan senyuman tipis padaku. Hal yang sama pernah kurasakan saat aku memergoki Cinta yang saat itu sedang gelisah memikirkan Adit suaminya. Kenapa aku bisa merasakan hal itu? Bukan karena aku seorang Indigo atau mempunyai kemampuan Indera Keenam tetapi karena dulu sewaktu aku kuliah, aku sangat suka membaca buku-buku tentang psikologi dan juga tentang prilaku seseorang. Ternyata dengan membaca buku-buku itu bermanfaat bagiku saat aku memberikan tausiyah waktu KKN dulu. Aku bisa memilah dan memilih; Point-point apa saja yang mau aku sampaikan? Siapa saja orang yang mendengarkan tausiahku? Dan tingkat pendidikan dan profesi yang mendengarkan tausiyahku?

“Mas...” seruku.

“Mbak...” seru Zaki.

“Hahaha....” Tawa kami berbarengan.

Aku menyebutkan kata, ‘Mas’. Dan Zaki menyebutkan kata, ‘Mbak’ dalam waktu bersamaan. Hingga kejadian itu membuat kami berdua tertawa dan tersenyum geli.

“Mbak aja, dulu bicara!” katanya mempersilahkanku berbicara.

“Nggak ah. Mas aja, dulu ngomong!” sahutku tersipu malu.

“Ok, deh. Tadi aku mau nanya, sih?” Zaki memulai perkataannya. “Emangnya Mbak mau ke mana? Hehehe...” Dia tertawa kecil sambil tersenyum padaku.

“Hehehe... Kok, sama ya. Tadi aku pun mau nanya gitu sama Mas.” Kekehku tersenyum geli saat mengetahui pertanyaannya sama dengan yang ingin kutanyakan. “Aku, Akbar dan Mama mau ke Bandung, Mas! Mau jengukin adik iparku melahirkan.”

“Lah, Zaki juga mau ke Bandung! Hahaha....” sahutnya sambil tertawa lebar. “Zaki kuliahnya di Bandung, Mbak. Ini mau balik ke kampus karena mau daftar ulang.”

“Hahaha...” Aku pun ikut tertawa lebar.

Jujur saja momen ini yang menurutku suatu kebetulan. Tapi entahlah, apa namanya? Kami dipertemukan lagi oleh Sang Pencipta dengan cara seperti ini. Sebuah pertemuan yang tidak direncanakan setelah kemaren hanya saling berkenalan.

Saat sedang asyik tertawa geli karena kejadian yang membuat geli kami berdua.

Tiba-tiba...

“Ma, Mama...” seru Akbar menggoyang-goyangkan lenganku. Entah sejak kapan Akbar keluar dari WC Umum itu. Dengan manja Akbar, putraku bergelayut di tanganku. Terpaksa aku memperhatikan Akbar yang nampak kesal setelah keluar dari WC Umum di SPBU ini.

“Siapa nama putranya, Mbak?” tanya Zaki setelah menyadari keberadaan Akbar di dekatku. “Wah ganteng sekali, KAMU!”

“Oiya, sampe lupa ngenalin putra Mbak.” sahutku tersenyum lalu mulai memperkenalkan Akbar putraku pada Zaki. “Ini, ‘Akbar Maulana Putra’! Panggil aja, ‘Akbar’. Dia anak Mbak satu-satunya. Nak, salim dulu sama Om Zaki!”

Akbar sedikit malu-malu menyalami dan mencium buku tangan Zaki lalu setelah itu ia bersembunyi di balik tubuhku.

“Anak yang baik, dan pintar.” kata Zaki memuji Akbar, putraku. “Oiya, Mbak. Mari Zaki antar ke mobil. Sekalian Zaki mau ketemu Mamanya Mbak.”

Aku mengangguk menyetujui usulannya.

Lalu kami bertiga berjalan kembali ke arah mobil Papa yang terparkir di pinggir tidak jauh dari tempat kami berdiri. Dan ternyata, ban mobil yang bocor sudah diganti oleh Tedjo.

“Ma...!” seruku pada Mamaku saat aku membuka pintu belakang mobil Toyota Alphard.

“Nenek...!” Akbar langsung masuk ke dalam mobil. Dengan manjanya ia memeluk tubuh Mamaku.

“Tante.” Zaki memanggil Mamaku dengan sapaan umum.

“Hmmm...! Siapa, ya? Kayaknya Tante pernah lihat kamu!” Mamaku bergumam sejenak lalu berpikir siapa laki-laki bersamaku saat ini.

“Saya ‘Zaki Husein Alatas’, Tan.” Zaki menjawab dengan sopan dan memperkenalkan dirinya pada Mama. “Putranya, Pak Sayyid dan Ibu Nita.”

“Iya-iya. Tante baru ingat. Maaf, tadi Tante sempat lupa namamu, Nak Zaki. Apa kabar dengan Jeng Nita, Nak? Semoga selalu sehat walafiat ya.”

Alhamdulillah, Papa dan Mama dan keluarga kami sehat walafiat Tan.” jawab Zaki memberitahu keadaan keluarganya.

Namun , tiba-tiba...

Kring... Kring...

Suara HP Zaki berdering.

“Maaf Tante, Mbak!” ujar Zaki meminta ijin. “Zaki angkat dulu teleponnya.” Zaki pun bergerak menjauhi mobil kami.

Aku segera masuk ke dalam mobil Toyota Alphard sambil menunggu Zaki menyelesaikan teleponnya.

Namun tak berapa lama, Zaki kembali ke mobil kami yang pintunya sengaja tidak kututup. Dengan tersenyum pada kami semua, Zaki menyerahkan HP-nya pada Mamaku. “Tante, maaf! Mama pengen bicara sama Tante.”

Lalu Mama menerima HP Zaki dan mulai berbicara dengan Mamanya Zaki. Aku melihat Mama tertawa lebar saat menerima telepon dari Mamanya Zaki dan setelah itu kembali menyerahkan HP itu pada Zaki sambil berkata. “Nak Zaki, Mamamu tadi bilang, ‘nitip kamu ke Tante. Kita barengan aja ke Bandung-nya’.

Zaki dengan sedikit malu-malu hanya bisa menganggukkan kepala di hadapan kami.

“Tapi bentar ya, Tan!” ujar Zaki memberitahu. “Aku bilang dulu sama Pak Yahya, bahwa aku ikutan Tante ke Bandung dan nyuruh Beliau pulang ke Jakarta sekarang.”

Mama hanya mengangguk.

Lalu Zaki meninggalkan mobil kami sejenak menemui supirnya dan tidak berapa lama ia sudah kembali dan duduk di depan mendampingi Tedjo yang mengendarai mobil. Tedjo segera menjalankan mobil Toyota Alphard yang kami tumpangi setelah Mamaku memintanya untuk menjalankan mobil. Perlahan mobil kami bergerak meninggalkan rest area SPBU XXX itu menuju ke Bandung.

@@@@@




Pov Kuciah



Jakarta, 15 Februari 2018...


Lokasi : PT. XXX, Perusahaan Ekspor Impor Komoditas Hasil Bumi



Aku duduk di singgasana di ruang kerjaku dengan penuh kebanggaan. Di atas meja kerjaku terpampang jelas namaku.

KUCIAH RAHARDJO, SE.Ak

Direktur Keuangan​

Aku tersenyum puas karena rencanaku berjalan sukses dan lancar dengan melibatkan dan menjebak sahabat Pak Pramudya yaitu Pak VirGhost. Rencana yang telah kususun matang beberapa bulan yang lalu, akhirnya membuahkan hasil.


Flashback 6 bulan lalu...



Lokasi : Mako Brimob Polda Jabar


Pagi itu, aku mengunjungi LP khusus di Mako Brimob RI. Menjenguk dan mengunjungi Ipda Rayxy, Kakakku yang ditahan. Ipda Rayxy Rahardjo nama lengkapnya. Dia ditahan di sini sebagai otak dari kecelakaan maut yang dialami oleh ‘Prima Sukmawan Pramudya’. Putra sulung dari ‘Pramudya Adi Pratama’. Dan Pak Pramudya atau Pak Pram adalah Presiden Direktur PT. XXX tempatku bekerja.

Kematian Prima sendiri meninggalkan luka yang cukup mendalam bagi keluarga besar Pak Pram dan Pak Anggoro Bapak Mertua Almarhum. Saat aku menghadiri prosesi pemakaman Prima, seluruh pelayat yang ikut mengantarkan Almarhum ke tempat peristirahatannya terakhir, ‘semua menangis’. Karena sosok Almarhum; orang baik, ramah dan rendah hati.

Sejak kejadian kematian itu, Pak Pram semakin jarang mengurusi bisnisnya. Beliau mempercayakan perusahaannya pada sahabatnya yang bernama ‘VirGhost’. Dan itu sedikit banyak menguntungkanku untuk menjalankan rencanaku mengambil alih perusahaan Beliau.

Jujur saja, secara hati nurani aku tidak tega untuk mencelakai keluarga Pak Pram dan Ibu Sekar yang sangat baik dan percaya penuh padaku. Mereka lah yang mengangkat derajatku hingga menjadi seperti ini. Aku bahkan orang pertama yang menentang keras rencana Papa untuk mencelakai Prima atas permintaan Tn. Hermawan yang kalah bersaing dalam tender yang dimenangkan oleh perusahaan yang dipimpin oleh Prima. Namun Papa bersikukuh untuk membalas hutang budinya pada Tn. Hermawan hingga akhirnya Mas Ray lah yang bersedia melakukan rencana jahat mereka.

Rencana sabotase yang terencana dengan rapi ternyata diketahui oleh salah seorang warga di sana yang melihat pelaku sabotase yang merupakan orang suruhan Kakakku setelah ia mengaku saat dia ditangkap. Dengan video berdurasi lima menit itu memperlihatkan bukti bahwa kecelakaan lalu lintas yang dialami oleh Prima Sukmawan Pramudya adalah bukan kecelakaan lalu lintas biasa melainkan sabotase dari orang lain. Dengan bukti tersebut Mas Ray tidak bisa mengelak dari tuduhan setelah digelarnya sidang beberapa minggu setelah kejadian itu.

Imbasnya pangkat, jabatan, dan korps yang dikenakan Mas Ray dicopot atau dipecat secara tidak terhormat dan mendapat hukuman vonis penjara dari hakim pengadilan militer selama 5 tahun masih lebih ringan dari tuntutan jaksa yang meminta Mas Ray divonis selama 8 tahun.

“Mas, gimana keadaanmu sekarang?” tanyaku saat aku sudah bertermu dengannya di ruangan khusus.

“Baik, Dek.” jawab Mas Ray dengan wajah sedih. “Mas malu Dek, sudah bikin malu keluarga. Semua gara-gara Papa yang selalu menuruti keinginan keluarga Pak Hermawan.”

“Sudahlah, Mas.” kataku mencoba menenangkannya. “Mas jangan merasa seperti itu! Adek tetap bangga sama kamu Mas. Akan Adek balas keluarga Pramudya Mas. Adek ingin bikin keluarga mereka melarat biar nasibnya lebih menderita dibandingkan Mas saat ini. Percaya pada Adek! Adek sudah punya rencana buat menghancurkan mereka.”

“Terus rencanamu apa? Jangan sampai kamu melanggar hukum, Dek!” Mas Ray menasehatiku. “Karena Pasti kamu akan tertangkap jika sampai mencelakai Mereka.”

“Hahaha....” Aku tertawa lebar. Membuat Mas Ray sedikit bingung.

“Adek pakai ini, Mas! sahutku sambil menunjuk keningku. “Pakai otak, bukan senjata Mas. Pokoknya Mas tenang saja, mereka akan Adek hancurkan dan perusahaan mereka akan Adek kuasai.”

“Syukurlah kalo dengan cara seperti itu.” sahut Mas Ray nampak senang. “Tapi ingat kerjakan dengan rapi dan jangan sampai ada bukti mengarah kepadamu. Bikin semua itu karena kesalahan orang lain.”

“Iya, Mas. Mas Tenang saja. Percayakan pada Adek.” sahutku. Aku lalu menaruh Amplop berwarna coklat di atas meja.

“Buat Mas Ray.” sambungku lagi. “10 juta cukup ‘kan?”

“Makasih Dek.” Mata Mas Ray nampak berbinar setelah membuka amplop coklat itu.“Ini lebih dari cukup buat Mas.”

“Yaudah Mas. Adek pulang dulu ya. Nanti Adek ke sini lagi!” kataku lalu memeluk tubuhnya sebelum pergi meninggalkannya.

Segera aku meninggalkan Mas Ray dari ruang berkunjung. Berjalan keluar dari Mako Brimob Jabar. Dan pada saat aku sedang berada di dalam mobil, aku teringat dengan Devi lalu meneleponya mengabari dirinya bahwa aku akan ke rumahnya.

Siapakah Devi? Dia bernama lengkap Devi Permata Sari. Sekretaris Agency modelling yang dimiliki oleh Eva Safitri istriku sekaligus orang kepercayaannya untuk mengurusi kegiatan model dan pengambilan iklan selama istriku melahirkan kemaren karena operasi cesar. Dan atas pertimbangan itulah, dia menyerahkan tanggung jawab agency yang dimilikinya pada Devi.

Eva Safitri aka Eva sekarang telah menjadi istri dan ibu dari putra kami. Dia kunikahi karena hamil oleh kesalahan kami sendiri. Berhubungan badan saat belum menikah tanpa menggunakan kondom dan karena saking nikmatnya bercinta, sampai-sampai aku lupa dengan siklus masa suburnya. Dan saat ini kami telah dikarunia seorang anak laki-laki berusia 2 bulan setelah Eva melahirkan secara cesar saat kandungannya berusia 7 bulan. Pada waktu itu, istriku mengalami kontraksi hebat dan menurut saran dokter sebaiknya segera dilakukan operasi cesar dengan pertimbangan keselamatan anak dan istriku saat itu.


Depok, jam 18.00 wib...


Aku telah sampai di rumah Devi yang beralamat di salah satu perumahan di kota Depok.

“Mas Kuciah, kangen...!” seru Devi saat menyambut kedatanganku di rumahnya. Dia bergelayut manja dengan menyenderkan kepalanya di lenganku.

“Mas juga kangen sama kamu, say.” sahutku sambil tersenyum dan sedikit menggodanya dengan mengucek-ucek rambutnya yang hitam dan panjang.

“Yuk masuk, Mas!” Ajaknya dengan berbisik di telingaku. “Devi barusan selesai masakin masakan kesukaan Mas Kuciah.”

Aku hanya mengangguk dan ikut masuk ke dalam rumah.

Rumah yang ditempati oleh Devi bertipe 45/100. Rumah yang kubeli atas namanya ini mempunyai dua kamar tidur yang masing-masing memiliki kamar mandi di dalamnya. Kamar mandi luar, dapur dan ruang keluarga. Tiba-tiba aku kembali terkenang dengan perjumpaan kami saat itu.

Perselingkuhanku dengannya terjadi sekitar beberapa bulan yang lalu saat aku masih berpacaran dengan Eva. Pada saat itu aku dilanda GEGANA (gelisah, galau, merana) memikirkan dua keputusan dalam hidupku; menikahi Eva atau pergi meninggalkannya karena saat itu aku belum siap secara mental untuk menjadi suami dan ayah buat Eva dan putraku. Namun aku disadarkan oleh nasehat dari Mas Ray saat ia masih bertugas di Polsekta Depok. Dan nasehatnya itulah sampai sekarang selalu terngiang-ngiang di telingaku.

“Dek, ingat pesan Mas ini! Setiap perbuatan itu punya sebab dan akibatnya atau orang bilang KARMA. Jika kita berbuat baik, tentunya akan berakibat baik pula dalam hidup kita (karma baik). Dan sebaliknya jika kita berbuat jahat dan keji, tentunya konsekuensi adalah karma buruk atau balasan yang buruk nantinya. Dan jangan menjadi laki-laki pengecut yang lari dari tanggung jawab setelah apa yang kita lakukan! Hadapi dengan jantan, layaknya seorang ksatriadari keluarga Rahardjo! Itu yang selalu dipesankan oleh almarhum Kakek kita!”

Setelah menemui Mas Ray, aku tidak langsung pulang ke rumah melainkan sengaja menghibur diriku sekaligus untuk menenangkan diri.

“Apa aku sewa villa aja ya di puncak?” gumamku berpikir sejenak saat aku sedang berada di dalam mobil. “Ah, mending aku jalan-jalan di kota Depok ini siapa tau aku bisa menghilangkan sejenak beban pikiran di kepalaku!”

Segera aku menjalankan kendaraanku. Namun tidak ada arah dan tujuan yang pasti hanya keliling-keliling mengitari kota Depok ini. Hingga akhirnya, aku berhenti tepat di depan sebuah karaoke.bertuliskan nama D**A. Lalu aku memarkirkan mobilku dan segera keluar dari mobil menuju ke tempat karaoke itu.

“Selamat datang, Om!” seru wanita cantik berkulit kuning langsat dengan senyum manisnya saat aku sudah berada di hadapannya. “Silahkan Om! Mau pilih paket apa?”

Hmmm...!” gumamku sejenak. “Kalo paket 2 jam plus ditemani PL berapa ya sewa-nya?” Aku lalu menyebutkan pilihan paketku padanya.

PL adalah pemandu lagu untuk menemani orang memilihkan lagu atau menyanyikan sebuah lagu untuk menghibur pengunjung karaoke.

“Kalo ini harganya sebesar xxxx rupiah, Om. Itu sudah termasuk dengan PL-nya.” sahut wanita itu kembali tersenyum.

“Ok, Mbak! Saya ambil yang paket itu. Asalkan syaratnya, Mbak yang jadi PL-nya? Gimana bisa kan?” sahutku sambil mengedipkan mata padanya berusaha menggodanya.

“Tidak salah nih, Om. Hehehe...” Kekehnya seketika. “Padahal PL yang nanti menemani Om cantik loh orangnya.”

“Ya kalo situ mau sih?” jawabku sedikit acuh dan berbalik badan mau meninggalkan tempat ini.

Namun, tiba-tiba...

“Om...!” serunya memanggilku. “Jangan pergi! Ok, aku akan menemani Om. Tapi Om tunggu saja di ruangan itu, saya mau bilang dulu sama teman untuk menggantikanku di sini!” Gadis itu mengarahkanku ke sebuah ruangan VVIP di tempat ini, membuka pintunya dan sejurus kemudian ia pamit permisi untuk bilang ke temannya untuk menemaniku di ruangan ini.

10 menit kemudian...

“Nama kamu siapa, Mbak?” tanyaku saat dia sudah duduk di sampingku sambil menuangkan bir ke dalam gelas. “Saya, Kuciah. Jangan panggil Om deh. Kayak tua banget dengernya.”

“Ohhh...! Maaf kalo sapaan saya tadi, membuat kurang nyaman! Kalo gitu, saya panggil Mas aja ya! Kalo saya Devi, Mas!” sahutnya tetap memberikan senyumnya sambil menyebutkan pula namanya.

Dan selama dua jam itulah, akhirnya kami berdua menjadi akrab. Tadinya ingin nyanyi malah curhat dan bercerita sambil tentunya memasang jerat SSI atau speak-speak iblis dan ternyata umpanku dimakannya.

Ternyata Devi anaknya asyik dan menyenangkan. Dia bisa membuatku tersenyum dan tertawa. Seketika beban pikiranku sedikit berkurang dan sejenak bisa melupakan permasalahanku soal kehamilan Eva, pacarku.

Dan sepulang dari tempat karaoke itu aku mengajak paksa dia ke villa di kawasan puncak Bogor dan tentunya dengan iming-iming sejumlah uang yang kutawarkan. Amplop coklat berisi uang lima juta rupiah sempat membuatnya merenung dan berpikir sejenak lalu ia mengangguk dan menerima ajakanku. Sejak kejadian di villa itu, kami terus menjalin komunikasi dan berakhir dengan hubungan badan di atas ranjang. Kami berdua sudah seperti pasangan suami istri.

Dua bulan kemudian, aku menyarankan Devi berhenti bekerja di tempat karaoke itu dan merekomendasikan pada Eva istriku untuk merekrutnya. Kukatakan saja kalau Devi adalah saudara jauhku supaya tidak menimbulkan kecurigaan Eva pada hubungan kami berdua. Terlebih saat usia kandungan Eva memasuki usia kandungan 5 bulan. Aku memintanya untuk lebih banyak diam di rumah dan menyuruhnya beristirahat total dalam kerjaannya. Dan Eva mengikuti permintaanku. Dia menyerahkan tanggung jawab Agency pada Devi setelah melihat kinerjanya yang bagus dalam mengurusi dunia model itu. Dengan vakum-nya Eva dari pekerjaannya membuat hubunganku dengan Devi menjadi semakin intim. Di sela-sela kesibukanku aku menyempatkan diri menemaninya mengawasi proses pemotretan iklan ataupun casting iklan untuk mencari model baru.

“Mas, kenapa kamu senyum-senyum gitu? Mikir jorok, ya!” ujar Devi tiba-tiba membuyarkan lamunanku tentang pertemuan dengannya beberapa bulan silam. “Tapi maaf Mas! Adek lagi dapet. Hehehe...”

“Hahaha...” Tawaku meledak. “Nggak say, tadi cuma terkenang dengan perjumpaan kita hingga sekarang kamu jadi kekasihku.”

Ekspresi wajah Devi tiba-tiba berubah menjadi murung dan sedih. Nampak matanya mulai berkaca-kaca. Lalu aku mendekati dan mengelus pipinya.

“Kenapa say?” tanyaku setelah melihatnya tiba-tiba murung dan sedih. “Apa tadi perkataan Mas menyinggung perasaan kamu?”

“Mas...! Aku mau nanya serius sama kamu!” Devi mulai berbicara dengan ekspresi serius. “Kamu cinta nggak sama aku. Kalo kamu benar-benar cinta dan sayang padaku. Aku minta kejelasan statusku Mas. Nggak apa-apa jadi istri kedua juga asalkan statusku jelas dan tidak seperti sekarang!”

“Jadi itu masalahnya membuatmu murung barusan.” sahutku lalu melabuhkan ciumanku ke pipinya. “Mas bukan tidak mau menikahi kamu. Namun dalam ajaran kita tidak diperkenankan menikah lebih dari satu. Karena janji suci sudah diucapkan Mas di hadapan pendeta saat Mas menikahi Eva.” (NO SARA hanya dialog atau diksi yang direkayasa oleh penulis)

“Hiks...Hiks... Hiks...” Air mata Devi seketika turun dari sudut matanya ketika mendengar jawabanku barusan.

“Mas jahat...! Hanya mau enak-enakan saja, namun dimintai tanggung jawab selalu saja berkelit dan berkilah. Mending Mas putuskan sekarang, pilihanya ada dua; Pilih kita lanjut bersama tapi dalam ikatan pernikahan atau Mas pergi jauh-jauh dari hidupku. Adek capek Mas seperti ini!” Suara Devi sedikit meninggi disertai suara isak tangisnya.

“Ok! Mas pilih menikahimu. Tapi dengan satu syarat kamu harus bantuin Mas. Sayang, mau ‘kan bantuin Mas?” kataku lembut meminta bantuannya disertai kecupan di keningnya. “Ini demi masa depan kita sekaligus membalaskan rasa sakit hati Mas pada mereka.”

“Apa yang bisa Adek lakukan untuk rencana, Mas?” sahut Devi sambil membelai dadaku. “Apapun akan Adek lakukan demi kamu, Mas? Demi pernikahan dan kebahagian kita.”

Hmmm...! Begini, say.....?” ujarku mulai memberitahu apa tujuan dan rencanaku.”

Devi mendengarkan semua rencanaku tanpa menyela perkataanku. Dia sengaja memberiku waktu untuk menjelaskan semua rencana gilaku untuk menguasai kekayaan Pak Pram.

“......... Jadi gimana Dek?” tanyaku kemudian setelah selesai memaparkan rencanaku pada Devi, selingkuhanku. “Kamu bisa bantu, ‘kan?

“Jadi tugas Adek cuma itu aja, ya Mas!” sahut Devi sedikit bergumam dan berpikir. “Kalo soal itu, gampang deh! Nanti Mas kabari saja, kapan akan dijalankan rencananya? Sekarang ini, banyak banget bermunculan model baru dan artis baru Mas. Nanti Adek carikan yang cocok dengan selera orang itu.”

“Serius...! Kamu mau melakukan rencana Mas?” kataku senang karena Devi mau membantuku mewujudkan rencanaku. “Iya, nanti kita cari moment yang pas untuk itu. Pasti Mas segera hubungi kamu Dek, jika rencana itu akan di mulai!”

Devi mengangguk dan tersenyum. Lalu membisikiku. “Awas jika Mas Kuciah ingkar janji! Kupotong kontolmu ini, Mas!” Devi dengan gemas meremas penisku membuatku sedikit meringis kesakitan.

“Hehehe...” Kekehku lalu segera kulumat bibirnya. Setelah kami puas berciuman. Aku lalu balik membisikinya. “Percaya sama Mas, Dek. Mas akan tepati janji setelah rencana kita berhasil!”

Aku lantas memegangi selangkangannya. Devi menggelengkan kepala pertanda bahwa tamunya masih ada.Tangannya menahanku untuk membuka celananya. Dan kurasakan di celananya ada pembalut yang masih menempel di sana. Seketika aku kecewa dengan keadaan ini. Melihat ekspresiku kecewa, Devi tersenyum dan berbisik di telingaku. “Mas pengen, ya. Maaf ya, Mas! Tamunya masih ada. Hehehe... Tapi Adek akan bantu Mas sampe keluar.”

Aku hanya mengangguk lesu.

Devi segera berjongkok di depan selangkanganku, kemudian menarik lepas celanaku dan mengeluarkan penisku dari sana.

Dia sejenak tersenyum lalu kepalanya mulai turun mendekati penisku dan berkata pada penisku. “Kacian sekali kamu, Kuciah junior. Hehehe... Kamu belum beruntung, ya. Sawahnya masih kotor.”

Dan tangan Devi pelan-pelan mulai mengurut penisku. Ia mulai mengocok penisku dari atas ke bawah dengan ritme pelan. Sambil mengedipkan mata genit ia melihatku yang mulai mendesah terbawa rasa nikmat di kemaluanku. Penisku semakin tegang berdiri maksimal di genggaman tangan istriku.

“Ssshhh... Dek, aaahhh...” Aku mendesah nikmat merasakan sentuhan tangannya yang mulai menaikkan ritme kocokannya.

“Diemut dong, kontol Mas! Ssshhh....” ujarku lirih penuh nikmat. Lalu kutahan kepala Devi untuk segera mengoral penisku.

“Sluuurrpphh... Sluuurrpphh... Smooch... Muach...” Devi mulai memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Penisku dibuatnya seperti sedang mengulum permen lolipop.

“Gila...! Ini nikmat banget.” ucapku dalam hati penuh kenikmatan sambil menahan kepala Devi untuk terus menghisap penisku sedalam mungkin. Rasanya sulit sekali untuk diungkapkan dengan kata-kata pada saat itu.

“Sluurrpphh... Sluurrpphh... Sluurrpphh...”

“Hooks... Hoeks...” Devi melakukan deepthroath. Penisku masuk hingga menyentuh kerongkongannya. Namun belum beberapa detik kemudian ia meronta-ronta terpaksa aku membantu dengan menarik kepalanya.

“Uhuk... Uhuk...” Devi terbatuk-batuk setelah ia mengeluarkan penisku dari dalam mulutnya.

“Fiuh.... Hosh... Haaa....!” Nafasnya tersengal-sengal, wajahnya memerah lalu kemudian dengan gemas ia mencubit perutku.

“Ih...! Mas jahat, deh! Adek bisa mati kehabisan nafas.” Omelnya kesal.

“Iya-iya, maafin Mas! Ayo dong, lanjut lagi! Dikit lagi padahal Mas mau sampe!”

Devi kembali mengoral penisku. Kini aku membiarkan saja apa yang ia lakukan. Aku hanya menikmati dengan memejamkan mata supaya segera dapat menuntaskan gairahku yang sudah berada di ujung penisku.

“Dek...! Mas sampeeeee...... Aaarrgghhh...!” Kutahan kepala istriku pada saat ia mau menarik kepalanya dari penisku hingga akhinya, spermaku muncrat di dalam mulutnya.

Crooottt... Crooottt... Crooottt... Crooottt...

“Terima kasih, sayang!” bisikku lalu melabuhkan kecupanku di keningnya. Devi lalu memelukku dan membenamkan wajahnya di dadaku. Satu jam kemudian aku berpamitan ke Devi untuk pulang ke rumahku di Jakarta supaya Eva, istriku tidak mencurigai hubungan di antara kami.


Jakarta, 3 Oktober 2017....



Lokasi : PT. XXX Jakarta Pusat



Pagi itu, Reni sekretaris perusahaan kami masuk menemuiku di ruangan kerjaku.

“Pagi, Pak Kuciah!” sapanya sambil memberikan senyum indahnya kepadaku.

“Pagi juga, cantik. Hehehe...” sahutku menjawab sapaannya dengan sedikit menggodanya. “Tumben ke ruangan saya! Ada perlu apa Ren?” Aku sedikit berbasa-basi dan bertanya pada Reni.

Hmmm...! Pak Kuciah diminta datang menemui Pak Pram. Menurut keterangan Beliau, ‘ada hal penting yang ingin disampaikan Beliau untuk Pak Kuciah dan Pak VirGhost. Pak Kuciah dan Pak VirGhost ditunggu Beliau di ruang kerjanya.”

Ternyata Reni menyampaikan pesan dari Bigboss agar aku menemui Beliau di ruangan kerjanya bersama Pak VirGhost.

“Yaudah, kalo gitu!” ujarku memberitahu. “Nanti saya segera menemui Pak Pram, makasih ya!”

Dan Reni pun berlalu meninggalkan ruangan kerjaku setelah sempat sedikit memberi hormat sebelum keluar ruangan kerjaku.


15 menit kemudian...


Aku dan Pak VirGhost sudah berada di ruangan kerja Pak Pramudya. Beliau dengan senyum khasnya mempersilahkan kami berdua untuk duduk lalu sesaat kemudian Pak Pram mulai berkata apa maksud dan tujuan Beliau memanggil kami untuk menemuinya.

“Pak Kuciah, Pak VirGhost. Sengaja saya panggil kalian berdua untuk menemui saya karena ada hal penting yang ingin saya sampaikan untuk kalian. Hmmm...!” Pak Pram tampak bergumam sejenak, menghela nafas untuk mengatur kata-katanya. Lalu kembali Beliau melanjutkan perkataannya.

“Begini Pak Kuciah, Pak VirGhost! Untuk sementara waktu ini, saya mungkin jarang mengurusi atau mengelola perusahaan saya ini dikarenakan istri saya Sekar sedang menderita stroke ringan dan itu akan membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk mengikuti rangkaian teraphy penyembuhan penyakitnya. Jadi untuk urusan perusahaan ini, saya wakilkan ke Pak VirGhost sebagai pengambil keputusan nanti. Ini adalah surat tugas dan perlimpahan wewenang saya sebagai Presdir ke Pak VirGost selaku pelaksana tugas harian Presdir PT. XXX. Oiya, hampir lupa! Satu lagi nih dan ini penting banget buat perusahaan kita! Empat bulan lagi kontrak kerjasama perusahaan kita dengan Nagoya Food LTD akan habis setelah perjanjian kontrak kerja sama itu ditandatangani lima tahun yang lalu oleh saya dan Tn. Hashimoto Yamaghuci di Jakarta. Nah, untuk itu! Saya akan mengutus Pak Kuciah dan Pak VirGhost untuk menandatangani kontrak kerjasama dengan Nagoya Food LTD di Tokyo Jepang. Perlu diketahui Nagoya Food LTD inilah sumber pemasukan terbesar perusahaan kita dan perusahaan mereka adalah salah satu perusahaan pangan terbesar di Negara Sakura. Kalian berdua bersedia ‘kan menggantikan sementara tugas-tugas saya selama saya merawat Sekar yang sedang sakit?” Pak Pram menjelaskan panjang lebar maksud dan tujuannya memanggil kami berdua menemui Beliau.

Nampak di atas meja kerjanya sebuah surat bertanda tangan atas nama Beliau tentang penunjukan Pak VirGhost sebagai pelaksana tugas Presdir PT. XXX. Melihat itu aku melemparkan semyum kepalsuanku pada mereka berdua, padahal dalam hati kecilku aku tertawa senang.

“Ini adalah langkah awal yang baik untukku mengambil alih perusahaan ini. Terima kasih, Boss. Kamu sendiri yang telah membuka celah buatku mengambil alih perusahaan ini. Dan akan aku jalankam rencanaku selanjutnya. Hahaha...” ucapku dalam hati tertawa senang karena mempunyai moment yang pas untuk menjalankan rencana licikku.


Bogor, 1 Desember 2017....



Lokasi : Di Perkebunan Teh Di Kawasan Puncak Bogor


Aku mendampingi Devi untuk memantau proses pemotretan untuk iklan produk kecantikan dari perusahaan AAA yang menjalin kerja samanya dengan Agency milik Eva, istiku yang sedang dikelola oleh Devi.

Beberapa model baru yang masih fresh dalam dunia modeling ikut dalam pemotretan tersebut setelah sebelumnya lulus casting yang diseleksi langsung oleh Devi selaku Agency modelling dan juga sang fotografer itu sendiri.

Oiya, Agency Model ini dulunya adalah milik dari Anastasya Putri Widjaja, anak dari konglemerat ternama di Indonesia yang mempunyai bisnis hotel berbintang lima yang tersebar baik di dalam maupun di luar negeri.Namun, entah kenapa Agency model yang sudah cukup terkenal dikalangan artis dan model ini oleh pemiliknya ditawarkan ke istriku untuk dijual dan dipindah tangankan kepemilikannya. Ya saat itu, aku mengeluarkan dana tidak sedikit untuk mengakuisi kepemilikan Agency model ini untuk Eva istriku sebagai bukti aku sangat mencintainya. 2 Milyar rupiah terpaksa kugelontorkan untuk membeli Agency model ini.

“Hadap ke kamera! Ya, gitu cantik! Kita mulai ya, pemotretannya! 1,2, 3... Cheers...!” ujar Pandi69 saat memberikan arahannya pada seorang model cantik di hadapanku dan Devi.

Klik... Jepretan kamera Pandi69 sang fotografer flamboyan pada modelnya.

Blizzz kamera sang fotografer menyala, memfoto gambar seorang model cantik berusia 19 tahun yang ketahui bernama Nadya Saraswati seorang model cantik yang sedang menanjak popularitasnya saat ini setelah Devi membisikiku pada saat pemotretan itu sedang berlangsung.

Pandi69 sendiri adalah seorang fotografer yang cukup disegani di kalangan model dan artis. Karya-karya foto hasil jepretannya telah banyak memenuhi majalah-majalah maupun tabloid dan surat kabar di Indonesia. Dia sosok yang flamboyan berpenampilan macho dengan rambut selalu dikuncir. Parasnya yang rupawan telah banyak membuat kaum hawa terpikat dan menggilainya terutama di kalangan artis, model dan dunia entertainment.

“Mas, kalo yang barusan itu Nadya Saraswati!” bisiknya saat aku ikut menyaksikan pemotretan itu. “Dan cewek berbaju merah yang duduk di sana adalah Puspa Dwiyanti.” Devi menunjuk dua model iklan lainnya yang sedang duduk menunggu gilirannya.

Mataku mengikuti arah jari telunjuk Devi.

Dan wow, ternyata cewek itu tidak kalah cantiknya dengan Nadya yang saat ini sedang melakukan pemotretan iklan. Tanpa berkedip mataku memandang ke arah model cantik itu.

“Oh, Puspa toh namanya!” Gumamku dalam hati.

Puspa mengenakan pakaian yang sangat seksi. Kulitnya putih bak batu pualam yang sangat indah dan mempesona. Sembulan bukit kembarnya sangat besar dan menggunung. Dan pahanya itu menampakkan keindahan yang sulit kulukiskan dengan perkataan.

“Cewek itu, begitu cantik dan sempurna! Semok baget lagi. Gila, dapet dari mana Devi model kayak gitu!” ujarku mengagumi kecantikan Puspa dalam hati.

Mataku melotot tak berkedip memandangi sosok wanita berbaju merah itu seakan lupa di sampingku ada Devi yang tidak kalah cantik dan seksinya dengan model itu.

Tiba-tiba...

Awww...!” seruku mengaduh kesakitan dengan suara nyaring dan lantang. Hingga semua mata memandang kami berdua.

“Mau kontolmu tak potong, Mas? Awas aja kalo nakalin mereka dan cewek lain di belakangku dan Mbak Eva!” bisik Devi pelan sambil mencubit perutku.

Aku memasang muka cengengesan di hadapan istriku dan sekilas melihat ke arah dua model cantik itu yang sedang duduk di sana. Keduanya tertawa kecil sambil menutup mulut mereka dengan tangan mereka. Sepertinya mereka berdua sedang menertawakan diriku yang sedang diomelin oleh Devi.

Lalu setelah acara pemotretan sessi pertama selesai, kami semua kembali ke villa yang telah di booking oleh Devi.


Lokasi : Di dalam Villa Di Kawasan Puncak Bogor


Di villa ini terdapat empat buah kamar dengan ukuran dan bentuk kamarnya yang sama antara kamar yang satu dengan yang lainnya. Setiap kamarnya berukuran 4x4 meter persegi dan masing-masing kamar mempunyai kamar mandi di dalamnya.Bentuk kamarnya berjejer mulai dari kiri ke kanan. Jika diurutkan dari kiri ke kanan, dengan menggunakan nomor urut 1-4. Maka, aku menempati kamar no. 1. Kamar no. 2 ditempati oleh Puspa dan Nadya. Kamar no. 3 ditempati oleh Devi dan Tuti. Tuti adalah penata rias atis yang bekerja di Agency model-nya milik Eva. Dan terakhir kamar no. 4 ditempati oleh Pandi69 dan Rahmat. Rahmat adalah asisten pribadi Pandi69 yang membantunya mempersiapkan peralatan untuk pemotretan.

Aku mengirimi pesan SMS pada Devi untuk segera menemuiku karena ada sesuatu yang akan kukatakan perihal rencanaku nanti.

To : Devi

“Kamu ke kamar Mas, say! Ada hal penting yang mau Mas sampaikan berkaitan dengan rencana kita nanti!”

Di dalam kamar no. 1 itu, aku pun mulai menjelaskan rencanaku pada Devi bahwa tanggal 10 Desember 2017 nanti, aku dan Pak VirGhost akan ke Tokyo Jepang. Dan sesuai dengan rencana, aku akan mengajak mereka semua melakukan pemotretan di sana juga dan memang kebetulan ada sebuah kontrak iklan yang sedang digarap istriku untuk tanggal tersebut.

“Dek, tanggal 10 Desember 2017 Mas dan Pak VirGhost akan ke Tokyo! Untuk menandatangani kotrak kerja sama dengan Nagoya Food LTD. Nah, kebetulan sekali momennya pas banget! Kamu ajak sekalian model dan si Pandi69 untuk pemotretan iklan kamu biar biayanya perusahaan Mas yang biayai. Sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Sekali tepak, dua tiga nyamuk mati.” ujarku memberitahukan rencanaku pada Devi sambil memberikan pribahasa yang umum itu.

“Serius, Mas!” seru Devi senang. “Kalo begitu Devi akan sampaikan kabar ini pada mereka sore nanti pas sessi pemotretan kedua. Terus rencananya nanti gimana Mas?”

“Jadi begini, Dek! ...................” Aku pun mulai menjelaskan rencanaku pada Devi nanti selama berada di Tokyo dan apa perannya nanti selama kami berada di sana.

“Dan untuk pemesanan kamar untuk Pak VirGhost. Mas akan dahulukan satu hari sebelumnya. Nanti Mas yang minta Pandi69 untuk memasang kamera video di kamar yang akan ditempati oleh Pak VirGhost. Dan untuk ketiga model kamu itu Dek. Nanti kalian berangkat ke sananya pura-puranya sama kamu ya, Dek. Kaitannya dengan pemotretan iklan kamu kalo seandainya Pak VirGhost nanya supaya Beliau tidak curiga. Untuk akomodasi dan biayanya, semuanya serahin ke Mas. Biar Mas yang atur. Kamu dan yang lainnya tinggal ikut aja!” Sambungku lagi menjelaskan soal rencana tambahanku pada Devi.

Setelah Devi keluar kamarku, aku segera mengetikkan sebuah pesan pada seorang apoteker lewat ponselku untuk memesan obat-obatan tertentu untuk menjalankan rencanaku selama berada di Jepang nanti.

.

.

.

Seminggu sebelum keberangkatan kami ke Tokyo, aku memberitahukan pada Pak VirGhost bahwa Devi dan dua model serta seorang fotografer dan seorang make-up artis akan ikut juga ke Jepang pada hari yang sama. Kubilang pada Pak VirGhost bahwa mereka sedang melakukan pemotretan untuk sebuah produk iklan yang sedang digarap oleh Agency model-nya. Hal itu kulakukan supaya Pak VirGhost tidak menaruh curiga dengan rencanaku. Sementara itu sang fotografer Pandi69 akan berangkat lebih awal sehari dibandingkan kami dan segera kuminta ia untuk menempati kamar 505 yang telah kupesankan atas nama ‘VirGhost’ selama enam hari sewa. Dengan tugas memasang kamera video di kamar tersebut untuk merekam kejadian di sana.

Hari keberangkatan kami tanggal 8 Desember 2017. Dari Bandara Internasional Soetta Cengkareng Indonesia kami berangkat menggunakan pesawat Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA-401 rute Jakarta, Indonesia – Tokyo, Jepang. Dalam perjalanan ke sana aku duduk sebangku dengan Pak VirGhost di bisnis class sementara Devi, kedua modelnya dan make-up artisnya yang ikut berada di economic class.



Tokyo, Jepang, 9 Desember 2017...



Akhirnya kami sampai juga di Bandar Udara Internasional Tokyo. Dalam Bahasa Jepang bernama Tokyo Kokusai Kuko atau populer dikenal dengan nama Bandara Haneda. Salah satu dari dua bandar udara untuk Tokyo Raya, Jepang. Bandara ini terletak di Ota, Tokyo, 14 km sebelah selatan Stasiun Tokyo. Dan setelah keluar dari ruang kedatangan ternyata kami sudah ditunggu atau istilahnya dijemput oleh perwakilan hotel tempat kami akan menginap selama berada di Tokyo Jepang.

Sesampainya di hotel kami segera menempati kamar maing-masing sesuai yang telah kupesan seminggu yang lalu. Aku menempati kamar 506. Dan kamar 505 untuk Pak VirGhost. Jenis kamarku dan Pak VirGhost termasuk model kamar executive room dengan harga sewa kamar per malam sekitar 3 juta rupiah. Sedangkan untuk Tuti dan Devi di kamar 606, kedua model itu aku tempatkan di kamar 607 dan 608 untuk pandi69 bertipe kamar model bisnis room dengan harga sewa kamar per malam seharga 1 juta rupiah.

Oiya,rencananya kami akan berada di Tokyo Jepang selama lima hari. Terhitung dari tanggal 9 Desember hingga 13 Desember 2017.


Keesokan harinya...



Lokasi : Kantor Nagoya Food LTD


Jam 10.00 am waktu Tokyo Jepang...


Nagoya Food LTD terletak di pusat kota Tokyo Jepang. Kantornya berada di lantai 20 di sebuah gedung pencakar langit di kota Tokyo Jepang. Menurut informasi yang kuterima dari Pak Pram bahwa gedung yang ditempati Nagoya Food LTD mempunyai 60 lantai secara keseluruhan.

Pada saat kami (aku dan Pak VirGhost) telah sampai di lantai 20 gedung itu. seseorang berpakaian parlente mengenakan setelan jas berwarna hitam menyambut kami dengan ramah

“Percakapan ditranslate dari Bahasa Jepang ke Bahasa Indonesia.” said TS.

Nagoya shokuhin kabushikigaisha e yokoso VirGhost-san to Kuciah-san.” (Selamat datang di Nagoya Food LTD, Pak Virghost dan Pak Kuciah)” Sambut Tn. Hashimoto Yamaghuci ramah sambil menghormat ala orang Jepang menyambut tamunya.

Lalu Pak VirGhost menjawab dengan lancar. “Hashimoto-san shi no hatsugen o arigato!” (Terima kasih banyak atas sambutannya Pak Hashimoto!)

Kami berdua pun membalas dengan membungkukkan badan seperti yang Tn. Hasimoto Yamaghuci peragakan.

VirGhost-san to Kuciah-san o o mukae kudasai!” (Silahkan duduk Pak VirGhost dan Pak Kuciah!)

Arigato, Hashimoto-san!” (Terima kasih banyak Pak Hashimoto) jawab Pak VirGhost.

Kemudian dimulailah pembahasan mengenai pembaharuan kontrak kerja sama antara PT.XXX dengan Nagoya Food LTD yang berjalan sedikit alot karena masing-masing pihak saling mengajukan persyaratan perusahaan masing-masing.

Selama satu jam membicarakan masalah perjanjian kerja sama antar kedua perusahaan, akhirnya ada kata sefakat untuk kembali menjalin kerja sama di bidang hasil-hasil pertanian antar kedua perusahaan.

MoU atau Memorandum of Understanding istilah dalam bisnisnya, telah terjadi antara kedua belah fihak. Pak VirGhost mewakili PT.XXX dan Tn. Hashimoto Yamaguchi sebagai Presdir Nagoyo Food LTD saling membubuhkan tanda tangannya di atas kertas perjanjian kerja sama antara kedua perusahaan disaksikan oleh kami semua (aku dan para petinggi lainnya di Nagoya Food LTD).

Ekspresi bahagia terpancar dari wajah kami berdua setelah pertemuan itu berjalan sukses dan lancar, lalu melangkah aku dan Pak VirGhost pu menuju ke bassement gedung ini. Disana telah menunggu seorang supir dan sebuah mobil minibus yang disediakan oleh pihak hotel tempat kami menginap.

“Baru jam satu siang waktu Tokyo. Mau pulang ke hotel saja atau mau ke mana lagi kita nih?” tanya Pak VirGhost saat kita sudah berada di dalam mobil.

Aku melihat arlojiku yang ternyata sama dengan yang diucapkan oleh Pak VirGhost. Ya, saat ini arlojiku menunjukkan pukul 1.05 pm waktu Tokyo.

Hmmm...! Gimana kalo kita samperin mereka? Kita ke tempat lokasi pemotretan iklan aja, Pak? Denger-denger di sana daerahnya sejuk dan pemandangan alamnya indah karena kita bisa melihat gunung Fuji dari dekat?” sahutku memberikan usul pada Beliau.

“Ok. Saya ikut aja, deh! Hehehe...” jawab Pak VirGhost sambil tertawa kecil.

“Siip!” Aku mengacungkan ibu jariku pada Pak VirGhost dengan ekspresi senang lalu memberitahukan pada Pak VirGhost ke mana kita akan pergi.

Sensei, tanuki mizumi ni tsurete ike!” (Pak, tolong antarkan kami ke Danau Tanuki!) kata Pak VirGhost berbicara pada supir yang akan membawa kami meluncur menemui Devi dan yang lainnya untuk menyaksikan proses pemotretan iklan.

Yorosiku, Sensei!” (Ok, Tuan!) sahutnya dan segera menjalankan mobil seperti yang diminta oleh Pak VirGhost.



4 jam kemudian...



Lokasi : Danau Tanuki



Jam 5 pm waktu Tokyo, akhirnya kami sampai juga di danau Tanuki yang dijadikan sebagai lokasi tempat pemotretan iklan untuk produk perusahaan CCC oleh Devi beserta tim mereka. Lalu sesampainya di sana, kukenalkan Pak VirGhost kepada Pandi69 yang menjadi fotografer untuk pemotretan iklan tersebut.

“Ini sang fotografernya Pak!” ujarku memperkenalkan Pandi69 pada Pak VirGhost. “Fotografer handal asli Indonesia.”

“Hehehe... Bisa aja Pak Kuciah, nih!” Kekeh Pandi69. Lalu ia menjulurkan tangannya pada Pak Virghost sambil memperkenalkan dirinya. “Saya Pandi69, Pak.”

“Siip...! Saya, ‘VirGhost’.” sahut Pak VirGhost meyambut uluran tangan Pandi69. “Silahkan lanjutkan pekerjaannya, saya dan Pak Kuciah sengaja mampir melihat proses pemotretan ini!”

Lalu aku mengajak Pak VirGhost duduk bersantai sambil menyaksikan proses pemotretan.

“Kuciah, model-modelnya cantik-cantik dan masih muda semua, ya?” tanya Pak VirGhost berbisik pelan saat menyaksikan pengambilan foto yang dilakukan oleh Puspa.

“Adakah yang Bapak sukai di antara kedua model itu?” sahutku balik berbisik pelan padanya.

“Hehehe... Itu yang pake baju merah!” Cantik banget, anaknya!” puji Pak VirGhost memberitahu dengan suara pelan di telingaku.

“Ohh, gampang, deh! Bisa diatur kalo Bapak mau sama dia!” Aku tersenyum melihat ekspresi Pak VirGhost yang memperlihatkan kekagumannya pada sosok Nadya Saraswati.

Dan pada saat mereka break. Aku pun mengajak Pak VirGhost untuk berkenalan secara dekat dengan semua model itu. Devi ikut tersenyum padaku seakan memberi kode bahwa rencana kami mulai termakan oleh Pak VirGhost.

Sedikit informasi saja, buat yang sudah pernah ke sana atau pun yang belum. Danau Tanuki adalah sebuah danau buatan yang dibangun pada tahun 1935 untuk keperluan irigasi. Lokasinya sangat dekat dengan gunung Fuji, Jepang. Terletak di Fujinomiya, Prefektur Shizuoka dan merupakan bagian dari Taman NasionalFuji-Hakone-Izu.

“Sungguh indah pemandangan alamnya, ya Mas!” bisik Devi saat masih berlangsungnya proses pemotretan iklan untuk sessi terakhir.

“Yuppss. Indah sekali! Mas sampai sulit untuk mengatakan begitu indahnya panorama alamnya di sini!” sahutku balas berbisik ke Devi.

Ya, memang benar-benar indah panorama di tempat ini. Suasananya begitu alami, udaranya sejuk dengan view gunung Fuji yang terkenal itu. Saking senangnya kami di tempat ini seolah kami semua enggan untuk meninggalkan lokasi yang begitu membuatku terpukau.

Dan tiba-tiba...

“Kuciah...! Untuk merayakan kesuksesan kita. Gimana kalo kita adakan pesta kecil-kecilan saja di tempat ini?” kata Pak VirGhost dengan ekspresi sedang bahagia.

“Ok, Pak VirGhost! Beres kalau soal beginian! Biar saya yang atur untuk mempersiapkan pesta kecil-kecilan kita. Silahkan Bapak bersantai sejenak dan nikmati liburannya di sini!” Jawabku senang karena dengan begitu aku bisa mulai melaksanakan rencanaku lalu meminta ijin untuk mengurus segala sesuatunya.

Aku lalu mengirimkan pesan SMS pada Devi.

To: Devi

“Saatnya kamu beraksi, Dev. Nanti kamu campurkan obat perangsang ini ke dalam sake. Kamu kasih tanda di botolnya yang sudah dicampuri obat perangsang. Dan nanti kamu sendiri yang berikan pada Pak VirGhost dan Nadya, Dev. Apakah kamu faham maksud Mas, Dev?”

Tak berselang lama, HP-ku berbunyi dan itu ternyata balasan SMS dari Devi.

From : Devi

“Siap, Mas! Devi sudah ngerti. Segera saya kerjakan sesuai arahan Mas Kuciah!”

Aku tersenyum setelah membaca pesan Devi lalu segera memesan semua makanan dan minuman ke pihak cottage ini.


Jam 6 pm waktu Tokyo...


Saat ini kami semua telah berkumpul di sebuah cottage di danau Tanuki sambil menikmati tenggelamnya matahari di ufuk barat. Lampu-lampu mulai menyala menambah semarak dan kesan romantis di tempat ini. Beberapa menu masakan khas Jepang sudah tersaji rapi di atas meja, sebagaimana yang diminta oleh Pak VirGhost tadi. Ada Sushi dengan berbagai varian menu sebagai sajian utamanya. Dan Juga tak ketinggalan ada beberapa botol sake.dan beberapa cawan (gelas kecil) tertata rapi di atas meja. Sake adalah sejenis arak atau tuak, yang merupakan minuman beralkohol. Sake merupakan salah satu budaya dan tradisi warga Jepang selain juga teh dan kopi.

“Ayo, silahkan dinikmati!” kata Pak VirGhost mempersilahkan kepada kami semua lalu menjelaskan kenapa sampe ada acara makan-makan sekarang ini. “Ini sebagai ungkapan rasa bahagia kami karena acara MoU berjalan lancar dan sukses!”

Kami semua menyantap makan malam itu dengan ekspresi senang. Dan setelah acara makan-makan, dilanjutkan dengan acara minum sake. Menurut penjelasan Pak VirGhost, ‘kalau pergi ke Jepang kita tidak minum sake, berarti percuma saja ke Jepang. Sake identik dengan Jepang sama seperti Jepang identik dengan bunganya yang bernama sakura’.

Devi terlihat begitu cekatan menuangkan sake ke dalam cawan dan memberikannya kepada Pak VirGhost lalu ke Nadya. Begitu juga Devi menuangkan sake ke cawan lainnya dan memberikannya padaku dan yang lainnya. Mereka semua sama sekali tidak menaruh curiga apapun pada Devi karena Devi melakukannya sambil bercanda dan dengan sikap seperti biasa.

Udara dingin pergunungan Fuji membuat tubuh kami sedikit menjadi hangat setelah meminum sake. Entah sudah berapa cawan Pak VirGhost meminum sake yang diberikan oleh Devi. Terlihat wajah Beliau berubah menjadi merah seperti lobster yang habis digoreng. Di hadapanku nampak tubuh Nadya gelisah, dengan nafas yang memburu. Devi tersenyum ke arahku saat ia melihatku tersenyum ketika melihat perubahan yang terjadi pada Pak VirGhost dan juga Nadya.

Aku melihat arlojiku, dan waktu menunjukkan pukul 7.30 pm waktu Tokyo.

“Wah...! Ternyata sudah jam setengah delapan malam. Mesti cari alasan supaya kami segera balik ke hotel. Aku nggak mau sampai rencanaku gagal kali ini.” gumamku membatin.

Lalu aku membisiki Pak VirGhost. “Pak, udah jam setengah delapan malam. Lumayan jauh perjalanan kita balik ke hotel memakan waktu tiga sampai empat jam.”

“Hehehe...” Kekeh Pak VirGhost. “Kamu horny, ya. Enak banget kamu ke sini sama istrimu Kuciah. Lah, aku! Ke sini sendiri. Kamu tadi bilang, kamu bisa atur buat saya dengan gadis model baju merah itu!” Pak VirGhost sedikit sudah mulai mabuk. Dia tanpa malu mengatakan keinginannya untuk tidur dengan Nadya Saraswati.

“Ohh itu...! Gampang soal itu, Pak. Kita balik saja dulu ke hotel, nanti saya yang atur semuanya!” sahutku balas membisiki Beliau.

Akhirnya kami sefakat pulang ke hotel, dan sekitar jam 11.30 pm waktu setempat kami telah sampai di hotel tempat kami menginap.

Terlihat Pandi69 memapah tubuh Puspa yang sempoyongan ke dalam lift kamar mereka berada di lantai 6. Pak VirGhost membantu Nadya yang juga nampak mabuk ke dalam lift kamar Beliau selantai dan bersebelahan dengan kamarku.

Saat di dalam lift, Devi menyenderkan kepalanya ke pipiku lalu ia berbisik padaku. “Mas, malam ini aku pengen tidur sama kamu ya!”

Aku hanya menganggukkan kepala.

“Coba lihat ke samping Mas. Itu Om VirGhost dan Nadya sudah naik loh!” Devi berbisik memberitahukan. Aku lalu memalingkan wajahku ke arah Pak VirGhost dan Nadya.

“Wah....! Hahaha...” tawaku senang dalam hati.

Ternyata Pak VirGhost dan Nadya berpelukan dengan sangat mesra dan tanpa malu-malu lagi keduanya berciumana dengan liar di samping kami.

Sesampainya kami di lantai 5, aku berpamitan dengan Pandi69 yang masih berdiri di dalam lift karena kamar-nya berada di lantai 6. Aku dan Devi menuju kamarku no. 506. Dan kulihat Pak VirGhost membawa Nadya masuk ke dalam kamarnya no. 505.

Dan malam itu, aku dan Devi bergumul habis-habisan. Aku sampai keluar sampe tiga kali di dalam kemaluan Devi sementara Devi 5 kali orgasme. Kami melakukannya tanpa kondom karena Devi ternyata berniat ingin punya anak dariku.

@@@@@



Sebulan kemudian setelah pulang dari Tokyo Jepang...


Lokasi : Ruang Kerja Presiden Direktur PT. XXX


“Anj*** kau Kuciah!” umpat Pak VirGhost pada saat Beliau melihat rekaman video mesumnya dengan seorang model cantik bernama Nadya Saraswati. “Kau tidak ingat, bahwa aku yang telah merekomendasikan dirimu pada Pramudya sahabatku. Kau kunilai baik, jujur dan loyal tetapi ternyata kau tidak lebih baik dari binatang peliharaanku di runah. Air susu dibalas dengan air tuba.”

“Hahaha....” Aku tertawa lebar mendengar segala umpatannya. “Silahkan saja memakiku dengan sebutan apapun Bapak Virzha Ghosali Tarumanegara, SH yang terhormat! Namun yang jelas, sekarang ini Bapak tidak lebih dari seorang budak di hadapanku, Jika ingin karir politik dan keluarga Bapak tetap baik-baik saja, maka ikuti saja kemauan dan keingananku! Jika coba-coba main api, saya tidak segan-segan membocorkan video itu ke masyarakat. Apakah Bapak Virzha Ghosali Tarumanegara, SH yang terhormat sudah siap jadi gembel?”

Nampak ekspresi Pak VirGhost seketika berubah drastis. Wajahnya berubah menjadi pucat dengan bibir dan gigi bergemeretak. Dia hanya bisa menundukkan kepalanya di hadapanku sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Sebentar lagi, saya yang akan duduk di singgasana yang Bapak duduki itu! Dan ingat, saya bisa saja membuat ‘Nathalia Paulina’ putri Bapak yang cantik itu jadi budak saya. Hahaha...” Kembali aku tertawa dan terus mengintimidasi Beliau supaya takluk dan mengikuti kemauanku.

Namun beberapa saat kemudian...

Pak VirGhost mengangkat wajahnya lalu berkata. “Baiklah. Aku akan ikuti semua kemauanmu Kuciah! Tapi tolong hapus rekaman video itu! Dan jangan ganggu keluargaku! Kalau sampai terjadi saya pastikan kamu akan mendapatkan ganjaran yang setimpal.”

Nampak ekspresi wajahnya Pak VirGhost marah, dan balik mengancamku dengan gertakan yang biasa ia perlihatkan pada orang lain.

“Nah gitu dong, Pak!” Aku tersenyum sambil mengacungkan jempolku. “Tidak usah pake maki-maki kan bisa. Percuma juga pake acara maki-makian, toh sudah kejadian dan ada barang buktinya. Untuk videonya akan saya berikan setelah Bapak benar-benar melakukan apa yang saya inginkan. Perusahaan ini harus berpindah tangan kepemilikannya atas namaku. Aku tunggu bulan depan jika gagal, siap-siap aja karir dan keluarga Bapak akan hancur.”

“Jadi kamu mau mengancam saya, hah...!” Nada bicara Pak VirGhost meninggi. “Jika sampai karir dan keluarga saya hancur. Ingat kamu orang pertama yang akan saya habisi! Saya tidak main-main dengan ancaman saya ini.

“Gini aja deh, Pak!” ujarku sedikit menurunkan nada bicaraku. “Saya janji akan memberikan video itu pada Bapak jika kepemilikan perusahaan milik Pak Pram beralih atas nama saya. Dan saya pastikan saya tidak akan mengganggu hidup Bapak lagi!”

Nampak Pak VirGhost kembali merenung sejenak, lalu ia kembali berbicara. Namun kali ini suaranya sudah sedikit santai.

“Ok. Bulan depan seluruh asset perusahaan Pramudya akan beralih atas nama kamu, Kuciah Rahardjo, SE.Ak.Dan setelah itu jangan kamu ganggu aku dan keluargaku. Jika itu kau lakukan kita akan saling berhadapan. Ini sudah menyangkut harga diriku! Ingat itu!”

Deal.” sahutku singkat. Lalu meninggalkannya dengan senyum penuh kemenangan.


Jakarta, 15 Februari 2018...


Lokasi : Ruangan Kerja Kuciah Di PT. XXX


Hari ini, waktu yang dijanjikan oleh Pak VirGhost untuk memindahkan hak kepemilikan perusahaan dari tangan Pak Pramudya Adi Pratama ke atas namaku akhirnya terbukti.

Dengan senyum penuh kemenangan, aku menyalami Beliau sambil berkata. “Terimakasih, Pak VirGhost. Karena sudah mau bekerja sama untuk pengalihan hak kepemilikan perusahaan ini dari tangan Pramudya ke saya. Dan jangan sampai membocorkan masalah ini! Jika sampai bocor, saya tidak segan-segan meng-upload-nya ke yuotube !”

“Loh, kok!” jawab Pak VirGhost kaget seakan tidak percaya dengan perkataanku barusan. “Perjanjiannya tidak seperti ini, Kuciah! Kamu jangan macem-macem ,ya! Sudah dikasih hati minta jantung. Hapus semua video itu atau jika tidak. Saya tidak sungkan-sungkan melaporkanmu ke polisi. Ini bukti rekaman suara kamu kemaren. Hapus semua itu dan akan saya hapus rekaman suara ini.”

Pak VirGhost pun menyetel kaset itu di sebuah alat pemutar kaset. Kemudian terdengarlah semua percakapan kami sebulan lalu di ruangan ini.

“Jadi gimana, Kuciah? Mau kamu berikan atau tidak video itu beserta copy-annya dan kita tutup masalah ini! Atau kamu ingin berurusan dengan pihak kepolisian. Saya hancur kamu pun sama.” ujar Pak VirGhost mengajukan pilihan padaku.

Aku diam sejenak untuk berpikir dan kemudian berkata. “Ok. Pak! Kita sudahi aja. Saya akan serahkan video itu beserta copy-annya dan Bapak pun harus menyerahkan kaset rekaman percakapan kita beserta copy-annya.”

Pak VirGhost mengangguk.


@@@@@

Sambungannya ada di bawah....
 
Sambungannya...


Pov VirGhost



Aku kini berada di hadapan Kuciah. Nama lengkapku, ‘Virzha Ghosali Tarumanegara, SH’. Aku menggunakan nama panggilan, ‘VirGhost’ dari singkatan namaku biar terlihat keren dan kekinian. Aku ingin dengan memberi nama ‘VirGost’ ini teman-teman akan segan dan lawan-lawanku akan takut karena kelihaianku dalam mengurusi kasus-kasus hukum dan berpolitik dengan sangat piawai. Dan apabila orang yang mendengar namaku maka akan muncul ketakutan bagaikan melihat hantu bila ingin bermasalah denganku.

Aku adalah sahabat dekat Pramudya Adi Pratama pemilik PT. XXX perusahaan ekspor impor komoditas hasil bumi. Jabatanku di perusahaan PT. XXX sebagai Direktur SDM, Legal Departemen dan Hubungan Internasional. Selain itu, aku juga merangkap sebagai Kuasa Hukum PT. XXX milik Pramudya.

Selain bekerja di perusahaan Pramudya, aku juga memiliki kantor advokasi dan bantuan hukum sendiri. Dan di sela-sela pekerjaanku sebagai salah satu Direktur di PT.XXX milik Pramudya, aku juga ikut tergabung dan terdaftar di sebuah partai politik peserta pemilu 2019 sebagai calon legislatif (caleg). Jabatanku di partai yang di era Orde Baru merupakan partai terbesar sebagai Bendahara partai bergambar Pohon Beringin. Tentunya, sebagai seorang kader partai. Aku mesti menjaga privasi dan pencitraan diri supaya bisa terpilih nanti di Pemilu legislatif sebagai wakil rakyat di Senayan.

Dan kini, aku hanya bisa mengutuk diriku sendiri! Karena kecerobohan dan kebodohanku hingga masuk dalam jebakan Kuciah.

Laki-laki yang duduk dengan angkuhnya di kursinya itu, kini nampak tertawa puas penuh kemenangan. Dan yang lebih membuatku, ‘kaget dan shock’. Adalah ketika aku mendengarkan perkataan Kuciah. Pemuda itu sengaja membuat copy-an video itu dengan niat untuk memeras dan menjadikan diriku budaknya. Untung saja saat itu, aku pun sudah mempersiapkan senjata buat menyerangnya balik dengan merekam percakapan kami sebulan yang lalu karena kecurigaanku pada Kuciah saat itu di Jepang adalah rencana liciknya untuk menjebakku.

Padahal, aku telah menganggap Kuciah sebagai adikku sendiri. Bahkan aku sendiri yang memberikan rekomendasi tentang sosok Kuciah kepada Pramudya dan Sekar pada saat Kuciah baru saja menyelesaikan kuliahnya. Karena saat itu penilaianku tentang sosok Kuciah adalah pemuda baik, jujur dan loyal.

Dalam hati aku berkata dengan penuh penyesalan. “Pram, maafkan aku. Aku terpaksa melakukan ini karena kesalahanku. Aku tidak layak jadi sahabatmu. Aku malu dengan diriku sendiri yang dengan mudahnya terpedaya oleh jebakan Kuciah.”

Ingatanku menerawang jauh. Mengingat kembali kejadian yang membuatku mesti mengkhianati sahabatku sendiri. Pramudya adalah sahabatku saat kuliah dan sekaligus orang yang telah mengangkat derajatku, namun apa balasanku padanya. Malah aku menghancurkan perusahaan sahabatku dikarenakan kecerobohan dan kebodohanku sendiri. Aku menyesal karena Pramudya mendirikan perusahaan ini dengan penuh perjuangan. Dari awal kehancurannya sampai ia bisa kembali berjaya seperti sekarang ini.


Flashback 3 bulan yang lalu...


Sejak pertama kali aku melihatnya, saat kami bertemu di Bandara Internasional Soetta Cengkareng Tanggerang. Pada saat itu, dia bersama seorang rekan modelnya dan Devi dan Tuti yang mewakilidari pihak Agency itu. Ternyata mereka juga akan melakukan perjalanan ke Jepang dalam rangka pemotretan iklan seperti yang dijelaskan oleh Kuciah seminggu yang lalu sebelum keberangkatan kami ke Tokyo Jepang.

Nadya Saraswati. Panggil Nadya aja, Om!” katanya memperkenalkan dirinya saat kami berkenalan sebelum naik pesawat Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA-401 rute Jakarta, Indonesia – Tokyo, Jepang.

VirGhost. Panggil saja, Oom VirGhost!” sahutku menyambut tangannya yang lembut dan halus.

Aku sejenak diam, ada getaran yang sulit sekali kuungkapkan dengan kata-kata. Seperti ada sengatan listrik saat kedua tangan kami bersentuhan.

“Kok, jantungku jadi berdetak kencang begini ya? Cantik dan anggun sekali anak ini.Usianya sepantaran dengan Natalia Paulina, putri sulungku.” kataku membatin saat itu.

Dan akhirnya kami tiba juga di Tokyo Jepang dan langsung dijemput oleh pihak hotel tempat kami menginap.


Keesokan harinya...



Tokyo, 10 Desember 2017...


Aku dan Kuciah saat ini sedang berada di Tokyo Jepang. Kami berdua diutus langsung oleh Pramudia selaku Presiden Direktur untuk menandatangani kontrak kerjasama dengan Nagoya Food LTD. Perusahaan pangan terbesar di Jepang yang dipimpin oleh Tn. Hashimoto Yamaghuci. Setelah selesai penandatanganan nota kesepahaman atau MoU antara aku yang mewakili PT. XXX dengan Tn. Hashimoto Yamaghuci selaku Presdir Nagoya Food LTD. Dan acara itu pun berakhir dengan lancar dan sukses lalu Kuciah mengajakku melihat proses pemotretan iklan tersebut.

Dan pertemuan keduaku dengan Nadya adalah di danau Tanuki yang dijadikan sebagai lokasi tempat pemotretan iklan.

Sesampainya di lokasi pemotretan hari sudah menunjukkan pukul 5 sore waktu setempat. Dan aku diperkenalkan oleh Kuciah dengan seorang fotografer dengan rambut yang dikuncir. Wajah sang fotografer itu tampan dan berkulit putih.

“Ini sang fotografernya, Pak!” kata Kuciah memperkenalkan sang fotografer itu padaku. “Fotografer handal asli Indonesia.”

“Hehehe... Bisa aja Pak Kuciah, nih!” Kekeh fotografer itu. Lalu ia menjulurkan tangannya padaku sambil memperkenalkan dirinya. “Saya Pandi69, Pak.”

“Siip...! Saya, VirGhost.” sahutku meyambut uluran tangan Pandi69. “Silahkan lanjutkan pekerjaannya, saya dan Pak Kuciah sengaja mampir pengen melihat proses pemotretan ini!”

Lalu Kuciah mengajakku duduk bersantai sambil menyaksikan proses pemotretan itu.

“Kuciah. Model-modelnya, cantik-cantik dan masih muda semua, ya?” tanyaku berbisik pelan pada Kuciah pada saat menyaksikan pengambilan foto yang dilakukan oleh model cantik yang mengenakan baju biru.

“Adakah yang Bapak sukai dari ketiga model itu?” sahut Kuciah balik berbisik pelan padaku.

“Hehehe... Itu yang pake baju merah!” Cantik banget, anaknya!” kataku memberitahu dengan suara pelan.

“Ohh, gampang, deh! Bisa diatur kalo Bapak mau sama dia!” Nampak Kuciah tersenyum melihat ekspresiku yang memperlihatkan kekagumanku pada sosok Nadya Saraswati.

Dan pada saat mereka break. Kuciah pun mengajakku untuk berkenalan secara dekat dengan semua model itu. Devi yang kutahu ternyata orang kepercayaan Eva bahkan ikut mendampingi kami kala itu.

“Kuciah...! Untuk merayakan kesuksesan kita. Gimana kalo kita adakan pesta kecil-kecilan saja di tempat ini?” kataku dengan ekspresi sedang bahagia.

“Ok, Pak VirGhost! Beres kalau soal beginian! Biar saya yang atur untuk mempersiapkan pesta kecil-kecilan kita. Silahkan Bapak bersantai sejenak dan nikmati liburannya di sini!” Jawab Kuciah sambil tersenyum lalu pergi meninggalkanku untuk mengurus persiapan pesta makan-makan kami nanti.



Jam 6 pm waktu setempat...


Saat ini kami semua telah berkumpul di sebuah cottage di danau Tanuki sambil menikmati tenggelamnya matahari di ufuk barat. Lampu-lampu mulai menyala menambah semarak dan kesan romantis di tempat ini. Beberapa menu masakan khas Jepang sudah tersaji rapi di atas meja, sebagaimana yang diminta olehku tadi. Ada Sushi dengan berbagai varian menu sebagai sajian utamanya. Dan Juga tak ketinggalan ada beberapa botol sake.dan beberapa cawan (gelas kecil) tertata rapi di atas meja. Sake adalah sejenis arak atau tuak, yang merupakan minuman beralkohol. Sake merupakan salah satu budaya dan tradisi warga Jepang selain juga teh dan kopi.

“Ayo, silahkan dinikmati!” kataku mempersilahkan kepada mereka semua lalu menjelaskan kenapa sampe ada acara makan-makan sekarang ini. “Ini sebagai ungkapan rasa bahagia kami karena acara MoU berjalan lancar dan sukses!”

Aku melihat semua yang hadir ikut tersenyum senang. Kuciah, Devi dan yang lainnya. Dan setelah acara makan-makan, dilanjutkan dengan acara minum sake. Aku lalu menjelaskan pada semua, ‘kalau pergi ke Jepang kita tidak minum sake, berarti percuma saja ke Jepang. Sake identik dengan Jepang sama seperti Jepang identik dengan bunganya yang bernama sakura’.

Lalu seorang gadis cabtik memakai baju hijau begitu cekatan menuangkan sake ke dalam cawan dan memberikannya kepadaku lalu ke kemudian ke Nadya.

Udara dingin pergunungan Fuji membuat tubuh kami sedikit menjadi hangat setelah meminum sake. Entah sudah berapa cawan aku meminum sake yang diberikan oleh gadis itu. Entah kenapa tiba-tiba syahwatku naik dan sulit sekali kutahan. Aku menjadi horny dan terus menerus menelan ludah melihat Nadya yang makin terlihat cantik dengan keringat yang mengalir di keningnya.

“Kenapa aku jadi horny begini ya? Makin cantik aja tuh anak!” Aku hanya membatin dalam hati.

Di sampingku nampak tubuh Nadya gelisah, dengan nafas yang memburu dan keringat yang mengucur dari keningnya.

Tiba-tiba...

Kuciah membisikiku. “Pak, udah jam setengah delapan malam. Lumayan jauh perjalanan kita balik ke hotel memakan waktu tiga sampai empat jam.”

“Hehehe...” Kekehku. “Kamu horny, ya. Enak banget kamu ke sini sama istrimu Kuciah. Lah, aku! Ke sini sendiri. Kamu tadi bilang, kamu bisa atur buat saya dengan gadis model baju merah itu!” Aku sedikit sudah tidak terkontrol lagi dan tanpa malu mengatakan keinginanku untuk tidur dengan Nadya Saraswati.

“Ohh itu...! Gampang soal itu, Pak. Kita balik saja dulu ke hotel, nanti saya yang atur semuanya!” sahut Kuciah membisikiku.

Akhirnya kami pulang ke hotel, dan sekitar jam 11.30 pm waktu setempat kami telah sampai di hotel tempat kami menginap.



Lokasi : Hotel xxx Tokyo Jepang


Terlihat Pandi69 memapah tubuh Puspa yang sempoyongan ke dalam lift. Kamar mereka berada di lantai 6. Aku membantu Nadya yang nampak berjalan sempoyongan ke dalam lift. Kamarku berada di lantai 5 selantai dan bersebelahan dengan kamar Kuciah.

Saat di dalam lift aku makin bertambah gelisah, apalagi melihat gadis cantik itu menempel sangat dekat dengan Kuciah. Entah apa yang mereka bicarakan dengan bisik-bisik? Dan hanya terdengar suara kekehan dari Kuciah.

“Mereka aja cuek, aku kok pengen meluk dan nyium bibir itu!” kataku membatin.

Dengan sedikit agak memaksa kucoba beranikan diri memeluk Nadya. Entah kenapa dia pun menyambut pelukanku dengan begitu hangat membuatku semakin berani dan tanpa mikir segera melabuhkan ciumanku ke bibir tipisnya.

“Cupp...”

Dari ciuman singkat itu ternyata Nadya tidak marah. Membuatku semakin berani untuk berbuat lebih jauh. Kuserbu bibir itu dengan liar dan penuh nafsu. Suara helaan nafas kami berdua terdengar bersahutan dan memburu. Aroma sake di bibir kami tak membuat kami berhenti malah semakin kiar dan ganas berciuman di dalam lift itu tanpa mempedulikan sekitar kami.

Tiba-tiba pintu lift terbuka dan kami sampai di lantai 5. Tanpa berbicara segera kutarik paksa Nadya dan membawanya masuk ke dalam kamarku no. 505. Malam itu ia mengenakan tanktop dan celana hotpant.

Setelah berada di dalam kamar no. 505, aku tak mau membuang-buang waktu lagi. Langsung saja kusosor bibir Nadya dengan buas; Bak singa sedang kelaparan. Nadya terdengar melenguh dan nafasnya terengah-engah saat meladeni ciumanku yang sudah diluar kendaliku. Sekarang nafsuku lebih menang dibandingkan akal sehatku.

“Smoochh... Sluruphh... Plop... Ssshhh....” Suara pertarungan lidah dan bibir kami saat itu semakin meningkatkan syahwat libodoku.

“Kamu sangat cantik sekali, Nadya! Aku suka kamu!” Aku membisiki kata-kata itu ke telinganya sambil terus menciumi tengkuknya yang ternyata itu kelemahannya.

“Ssshhh.... Aaahhh.... Udddaaah Ooommm...! Geggeeellliiii....” desah Nadya dengan suara terbata-bata saat lehernya mulai kujelajahi. Lidahku mulai menari-nari di tengkuknya dan sesekali kusedot pelan membuat Nadya menggeliatkan badannya dan tangannya malah mengeramasi kepalaku.

Saat tanganku mulai menyentuh payudaranya dari luar baju yang dikenakannya nampak ada sedikit penolakan darinya.

“Ohhh...! Ooommm... Jangannnn...! Aaahhh....!”

Tangan Nadya berusaha menahan tanganku yang mulai mengelus-elus tubuh bagian atasnya. Dia berusaha menolak dan berusaha menyingkirkan tanganku dari tubuhnya. Namun, karena cumbuan-cuambuan yang kulancarkan semakin intens membuat dirinya ikut terbawa dalam permainanku.

Nafsu syahwatnya terbangkitkan. Suara Nadya yang tadinya bernada penolakan, kini berubah menjadi desahan. Matanya sayu dan nafasnya memburu.

“Ssshhh... Aaahhh...”

Tanganku perlahan-lahan mulai menaikkan baju tanktop ke atas. Sekarang gestur tubuh Nadya sudah tidak ada lagi penolakan malah tangannya ia rentangkan ke atas hingga memudahkanku melolosi baju seksi yang dipakainya. Tubuh bagian atas Nadya kini hanya menyisakan Bra tipis berenda berwarna hitam.

“Sluuurrpphh.... Smooocchh...”

Aku kembali mencium bibir Nadya dengan penuh nafsu dan disambut Nadya juga dengan panas.

“Smoocchhh... Smoocchhh.... Sluurpphh... Aahhh...!”

Ciuman kami berdua sudah dipenuhi oleh nafsu yang semakin memuncak. Kami saling berbalas, saling memilin lidah satu dengan lainnya. Dan saat aku menjulurkan lidahku dengan mengumpulkan air ludah dengan buasnya Nadya menyedot dan menghisap lidahku beserta air ludahnya. Jadilah kami berdua bermain lidah dengan saling bertukar saliva di mulut kami masing-masing.

Sambil terus berciuman, tanganku tidak tinggal diam. Dengan cekatan dan terampil kedua tanganku melepaskan kait pengikat Bra yang menutupi payudaranya yang indah tersebut.

Ceklek... BH yang dikenakan Nadya telah terbuka.

Aku diam sejenak, terpukau dan kagum pada tubuh bagian atas Nadya yang sudah bugil.

“Benar-benar indah sekali tubuhnya. Putih mulus tanpa ada cacat. Dan buah dadanya itu sungguh indah.” Kataku membatin.

Nampak di hadapanku berdiri sosok gadis muda yang cantik dengan tubuh polos bagian atasnya. Tubuhnya ramping dan memiliki pinggul yang besar. Nadya memiliki tinggi sekitar 172 cm sedikit lebih pencek beberapa centimeter dariku yang mempunyai tinggi badan 175 cm.

Dan asset yang paling menarik dari tubuhnya adalah sepasang gunung kembar yang dimilikinya. Bentuk payudaranya sangat indah. Cukup besar, padat, kenyal dan kencang. Entah berapa yang pastinya ukuran buah dadanya? Mungkin perkiraanku, buah dadanya memakai cup BH berukuran 34C. Dan yang membuatku kagum dengan bentuk putingnya yang memiliki areola yang cukup besar dengan putingnya berwarna kecoklatan.

Dengan refleks segera kugendong Nadya dan membawanya ke atas pembaringan. Setelah tubuhnya kuletakkan di atas ranjang. Dengan buas aku segera menyerang buah dada Nadya yang menggantung indah itu yang sedari tadi membuatku terpana. Lidahku sesekali mengitari area di sekitar putingnya yang makin lama makin mengeras dan besar pertanda nafsu Nadya sudah tinggi.

“Ooommm...! pppeeellllaaannn... pppeeelllaaannn...! SAKIT...!” Dengan suara terbata-bata Nadya memberitahu ketika aku menyedot putingnya cukup dalam dan kencang disertai remasan yang cukup kuat di payudara sebelah kirinya.

Aku sedikit memelankan remasan tanganku dan juga isapan di puting susunya yang kini terlihat keras, membesar. Silih berganti aku memainkan kedua payudara Nadya. Terkadang tangan kananku meremas payudara sebelah kirinya pada saat aku mengulum puting sebelah kanannya begitu seterusnya. Sementara tangan kiriku tidak tinggal diam. Kuarahkan tangan kiriku untuk mengelus daerah selangkangan Nadya.

“Sudah basah ternyata.” Gumamku dalam hati saat tanganku menyentuh celana hotpant-nya.

Aku jadi semakin bernafsu untuk segera menggaulinya. Dengan sigap tanganku mulai membuka celana hotpant-nya dan ternyata Nadya memberi respon dengan membuka lebar kakinya. Dengan posisi itu sedikit mempermudahku untuk melucuti celana hotpant beserta celana dalam-nya.

Dalam sekejap tubuh Nadya pun telah bugil tak ada lagi secarik kain yang menempel di tubuhnya. Melihatnya sudah bugil, dengan terburu-buru aku segera melucuti pakaianku. Hingga akhirnya, kami berdua sama-sama telah bertelanjang bulat tanpa sehelai benang yang menempel di tubuh kami.

Karena nafsuku sudah sangat tinggi, aku segera memposisikan tubuhku di atas Nadya yang hanya memandangku dengan tatapan sayu penuh birahi. Dia malah ikut memberi jalan buatku dengan melebarkan paha mulusnya.

“Aku masukin sekarang, ya?” bisikku pelan. “Sudah basah juga ini!” Sambil menggesekkan penisku ke atas dan ke bawah ke bibir vaginanya yang sudah basah dan licin.

Nadya hanya menganggukkan kepalanya dengan mata yang terpejam.

Pelan-pelan kuposisikan penisku ke bibir vaginanya dan dengan sedikit dorongan yang kuat kuhentakkan penisku hingga akhirnya, bleeessss....

Penisku sukses dengan sempurna menerobos masuk ke dalam vagina Nadya yang sudah tidak perawan.

“Aaaarrrggghhh....!” erang kami hampir bersamaan saat kedua kelamin kami bersatu pada saat terjadi penetrasi itu.

“Wow...! Sempit banget memeknya walaupun sudah tidak perawan tapi masih rapat dan menggigit.” Gumamku dalam hati ketika merasakan vagina Nadya untuk pertama kalinya.

“Ooomm.... Sssshhh.... Aaahhh....!” desah Nadya di bawah sambil kakinya mengapit pinggulku.

Perlahan-lahan mulai kumaju-mundurkan penisku di dalam vagina Nadya membuat kami berdua mendesah dan melenguh kenikmatan.

“Nad...! Memekmu masih sempit dan rapat.” Pujiku saat mulai menaikkan ritme genjotanku pada vaginanya.

“Aaaahhh... Terus ooommm... Ssshhh....! Enaaaakkk ooomm... Kontol ooommm besar dan panjang... Penuh dan mentok di dalam memekku... Aaaahhh...! ” lenguh Nadya. Dia terus meracau mendesah nikmat dengan tanpa malu-malu berkata vulgar.

Mendengar Nadya melenguh nikmat membuat nafsuku semakin menggebu-gebu. Sodokan-sodokan penisku makin cepat dan bertenaga.

Plook... Plook... Plook...

Plook... Plook... Plook...

Plook... Plook... Plook...

Desahan dan leguhan meluncur dari bibir kami berdua, menggema di seluruh ruangan ini. Dan keringat dari tubuh kami masing-masing semakin banyak keluar seiring semakin panasnya aku menyeubuhi Nadya.

“Ssshhh... Aaaahhh....! Nikmat banget... Aaarrrggghhh...!” rancauku tanpa mengurangi kecepatan kocokan di vaginanya.

“Ssshhh... Aaaahhh....! Ooommm sodok yang kencang... Nikmatnya...!” lenguh Nadya.

Entah sudah berapa menit kami berdua berpacu, bergumul untuk mengejar kenikmatan yang tertinggi di atas ranjang hotel itu? Hingga akhirnya aku merasakan di kemaluanku terasa berdenyut dan sesuatu yang sudah tak tertahankan lagi ingin keluar dari sana.

“Ooommm... Terus Ooommm... Nadya mau sampe....!”

“Iya, Nad. Om juga mau dapet... Aaaahhh...!”

Lalu aku mempercepat sodokan penisku pada vagina Nadya. Akibat hujaman dan sodokanku yang kuat membuat tubuh Nadya berguncang-guncang di bawah tubuhku. Dan beberapa detik kemudian, Nadya mengaitkan kakinya ke pinggulku lalu berteriak. “Ooohhh... Ooommm Nadya sampe...! Aaarrrgghhh...!”

Seeerrr... Seeerrr.... Seeerrr....

Mendengar Nadya sudah mendapatkan orgasmenya, membuatku makin bersemangat untuk menyambut ejakulasiku yang sudah berada di ujung penisku, dan dengan hentakan yang kuat aku pun menghujamkan penisku sedalam mungkin ke dalam rahim Nadya.

“Nad....! Om keluar...! Aaaarrrrggghhh...!” lenguhku saat menjemput ejakulasiku.

Crooottt... Crooottt... Crooottt... Crooottt... Crooottt....

Spermaku menyemprot keluar cukup banyak di dalam rahim Nadya tanpa mempedulikan lagi resiko akan kehamilannya. Nadya masih memejamkan matanya meresapi kenikmatan yang ia rasakan saat itu.

Dengan penis masih tertanam di dalam vaginanya aku terkulai lemas di atas tubuh Nadya seakan seluruh tenagaku habis terkuras saat itu. Aku masih menikmati sisa-sisa orgasmeku barusan dengan mata terpejam dan keringat yang membasahi tubuh kami, hingga beberapa menit kemudian penisku mulai menyusut dan segera ku tarik keluar dari sana dengan meggeserkan tubuhku ke samping kanan tubuhnya diikuti oleh keluarnya benihku yang kental dan banyak dari rahimnya.

Nadya lalu merapatkan tubuhnya ke arahku. Kepalanya ia benamkan ke dada bidangku yang ditumbuhi oleh bulu-bulu yang cukup lebat, sambil mengelus-elus dadaku ia berbisik pelan. “Om...! Kalo jadi gimana? Nadya tidak KB!” Nampak ada sedikit kekhawatiran darinya pada saat itu di balik sikapnya yang mulai manja padaku.

“Om akan tanggung jawab, Nad. Jika sampai kamu hamil.” Sahutku sambil mencium keningnya saat itu.

“Makasih ya, Om. Walaupun Nadya sudah tidak perawan tapi Om adalah orang kedua yang menikmati tubuh Nadya setelah mantan pacar Nadya yang bajingan itu!”

“Yaudah, mulai sekarang Om yang akan gantiin dia! Om serius dengan kamu Nad. Tapi jujur saja om sudah punya anak dan istri apakah kamu mau nerima status Om ini?”

Cuuupppp.... Nadya tiba-tiba mencium pelan bibirku dengan ciuman yang penuh kasih. Lalu kembali ia berkata. “Iya, Om. Om baik seperti papa Nadya.”

“Dan kamu juga mengingatkan Om pada Nathalia putri Om. Maafin Om ya Nad. Om khilaf sudah menggauli kamu yang seharusnya Om tidak melakukannya.” Aku sedikit menyesal karena telah terbawa nafsu birahiku hingga aku menyetubuhi gadis yang layaknya seperti putriku sendiri.

Dan akhirnya malam itu, kami tertidur dengan senyum kepuasan dalam selimut tebal hotel ini.



Keesokan harinya...


Perlahan-lahan mataku terbuka, sinar matahari ternyata menembus tirai jendela hotel yang tidak tertutup rapat. Kesadaranku mulai pulih dan nampak sedikit kaget ketika telingaku mendengar suara gemericik air di dalam kamar mandi.

“Apakah semalam aku benar-benar bercinta dengan Nadya? Atau semalam hanya mimpi? Tapi kenapa ada suara air gemericik di dalam kamar mandi seperti orang yang sedang mandi? Lebih baik aku lihat dan pastikan apa benar dia itu Nadya?” Beberapa pertanyaan muncul dalam hatiku.

Dan sedikit pertanyaan itu terjawab, saat aku menyadari di balik selimut aku tidak mengenakan pakaian. Dan saat aku melihat ke ranjang ada celana hotpant yang tergeletak bersama celana dalamnya. Dan di lantai juga terenggok pakaianku dan juga baju jenis tanktop.

Segera aku pun bangkit dan melangkah mendekati kamar mandi dengan bertelanjang bulat. Pelan-pelan handle pintu kamar mandi ku putar dan ternyata pintunya tidak terkunci dari dalam.

Nampak di sana ada seorang gadis cantik berambut hitam dan panjang sedang mandi di bawah guyuran air shower, posisinya sedang membelakangi pintu. Dia mandi sambil bersenandung menyanyikan sebuah lirik lagu.

Dan pada saat dia membalikkan badannya menghadap pintu.

“Ooommm...!” serunya saat melihatku hanya melongo dan terpaku di tempat.

“Jadi semalam kita...” Kataku terpotong karena sedikit shock karena semalam benar-benar kejadian nyata bukan mimpi.

“Lah, si Om kok lupa! Om semalam mainnya ganas banget. Mana keluarnya di dalam lagi. Lihat, nih!” Nadya menunjuk leher dan payudaranya yang membekas merah berbentuk cupangan bibir. “Leher dan payudara Nadya merah bekas cupangan Om.”

Aku hanya bisa cengengesan untuk menutupi rasa kagetku. Lalu mendekatinya sekalian mandi bareng. Benih-benih asmara mulai muncul di antara kami.

Setelah selesai mandi, aku mengajaknya sarapan pagi. Dan di saat sarapan pagi itulah, Nadya mulai terbuka denganku. Dia menceritakan awal mula ia bisa berkecimpung di dunia modelling ini. Awalnya ia hanya iseng-iseng mengikuti sebuah casting iklan di Agency Modelling milik Eva istrinya Kuciah. Dan akhirnya ia menjadi model iklan untuk beberapa produk. Karirnya di bidang model saat ini sedang menanjak naik karena banyaknya perusahaan yang memintanya menjadi model iklan. Nadya Saraswati berusia 19 tahun dan tercatat sebagai mahasiswi semester lima di fakultas kedokteran di Universitas Terbesar di Indonesia yang berlokasi di kota Depok. Ayahnya hanya PNS dengan golongan rendah di salah satu instansi pemerintah dan ibunya hanya seorang ibu rumah tangga.

Dia juga menceritakan tentang mantan pacarnya yang pengecut itu. Mantan pacarnya pergi begitu saja setelah berhasil merenggut kehormatannya. Padahal sebelum mereka melakukan hubungan badan sang mantannya bersikap romantis, perhatian dan baik. Namun setelah ia mendapatkan apa yang diinginkannya dari Nadya, Nadya pun dicampakkan. Bagai pepatah, HABIS MANIS SEPAH DIBUANG. Dan sejak hari itu pula, awal dimulainya hubungan affair-ku dengan Nadya.



Back to tanggal 15 Februari 2018...


Pov VirGhost



Kuciah yang selama ini kupercaya ternyata licik dan berbahaya. Bak pepatah; Dia (Kuciah) bagaikan srigala berbulu domba. Lugu, polos dan nampak baik hati dan jujur namun dibalik itu semua tersimpan sifat dan wataknya yang buruk. Culas, keji dan kejam menghalalkan semua cara demi mencapai tujuannya. Dia nampak seperti orang baik tetapi mempunyai sifat licik dan jahat ingin memanfaatkanku demi tujuannya.

Dia sudah menjebak dan memanfaatkanku selama kami berada di Tokyo Jepang dengan merekam kejadian mesumku dengan seorang model cantik bernama Nadya Saraswati.

Aku sedikit telah menduga semua ini adalah ulah liciknya, Kuciah. Ya, kecurigaanku dimulai saat melihat proses pemotretan iklan itu di danau Tanuki.

Saat minum sake, aku merasakan ada sesuatu yang dicampurkan di dalam sake tersebut hingga membuat nafsuku sulit untuk kubendung dan peristiwa itu ternyata telah direkayasa oleh Kuciah. Kamar hotel yang kutempati ternyata telah dipasangi oleh alat perekam video hingga adegan hubungan badanku dengan Nadya terlihat jelas dan nyata di dalam video itu.

“Bagaimana caranya aku mengatakan pada Pram, sahabatku kalo aku telah dijebak? Ya, mungkin dengan bukti rekaman kaset ini bisa membut Pramudya memaafkanku. Walaupun konsekuensinya sahabatku akan marah, benci bahkan bisa saja ia melaporkanku ke pihak berwajib karena telah menyalahgunakan kepercayaan dan wewenangnya.” kataku membatin.

Dengan tangan bergetar aku menelepon Pramudya untuk memberitahukan masalah ini walaupun nantinya aku akan mendapatkan ganjaran setimpal dengan perbuatanku.

Tuttt... Tuttt....

“Hallo.. Ghost! Assalamualaikum.” Suara Pramudya mengangkat teleponku dari ujung telepon sana.

“Iiiyyyaa, haalllooo, Praaam! Waalaikum salam.” Sahutku sedikit gugup saat berbicara dengan sahabatku itu.

“Loh, kok suaramu kayak gugup gitu, Ghost! Ada masalah apa?” tanyanya yang mulai curiga dengan suaraku yang tadi sempat gugup saat menjawab salamnya.

Hmmm...! Fiuuuhh...!” Aku sedikit bergumam dan menarik nafas sejenak untuk menenangkan diriku. Lalu mulai bersuara menjawab pertanyaannya di telepon. “Kamu masih di Bandung sekarang, Pram? Iya, Pram. Ada masalah urgent berkaitan dengan perusahaan. Dan semua ini adalah kesalahan dan kebodohanku sepenuhnya.”

“Iya, aku di RSB xxx Bandung. Maksud kamu apa, Ghost? Aku kurang faham nih, santai aja bicaranya! Jangan tegang gitu!” sahut Pramudya dari ujung telepon sana. Dia masih bingung dengan perkataanku barusan.

“Gini aja, Pram! Kasih alamatmu di sana dan aku segera menemuimu untuk menceritakan apa yang sebenarnya telah terjadi. Dan ini bentuk tanggung jawabku sebagai bawahanmu dan juga sahabatmu.” Aku menjawab dan meminta alamatnya di sana untuk bisa kutemui.

“Yaudah nanti aku akan kasih alamatnya lewat WA. Udah jangan panik gitu, Ghost! Aku percaya kok sama kamu dan Kuciah. Ok aku tutup ya teleponnya ntar segera ku WA alamat rumah sakit Cinta melahirkan. Assalamualaikum.” sahut Pramudya dari ujung telepon sana.

“Waalaikum salam, Pram.” Sahutku membalas salam dari Pramudya dan sambungan telepon pun terputus.

Klik.

Dan beberapa menit kemudian suara dering ada notifikasi WhatApp masuk. Lalu aku segera bergegas melangkah menuju mobilku meluncur ke alamat yang barusan dikirimkan Pramudya melalui WA.

@@@@@


Bandung, 15 Februari 2018...


Pov 3rd



Nampak di ruangan VVIP, tempat Cinta sedang dirawat pasca operasi cesar saat melahirkan putrinya. Nampak sepasang suami istri sedang tersenyum bahagia mendampingi putrinya. Ya, sepasang suami istri itu tak lain adalah Pramudya dan Sekar. Papa dan Mamanya, Cinta. Mereka bahagia melihat Cinta sekarang telah melahirkan seorang putri cantik yang diberi nama, Cintya Annisa Valentina. Setelah sempat mengazankan dan mengiqomatkan bayi itu oleh Pramudya sebagai kakeknya. Tiba-tiba dirasakannya HP-nya bergetar. Memang saat ini ia sengaja men-sillent-kan HP-nya karena sedang berada di rumah sakit yang tentunya perlu ketenangan dan kenyamanan buat pasiennya. Pramudya pun pamit pada Cinta dan Sekar untuk menerima telepon yang ternyata berasal dari VirGhost sahabatnya.

“Ma, Cinta. Papa ke luar bentar! VirGhost nelpon nih!” ujar Pramudya memberitahu sambil menunjukkan HP-nya ke Sekar dan Cinta.

Sekar dan Cinta menganggukkan kepala. Pramudya lalu ke luar ruangan itu menuju ke luar ruangan rumah sakit.

“Hallo.. Ghost! Assalamualaikum.” Suara Pramudya mengangkat teleponnya menyapa sahabatnya dari ujung telepon sana.

“Iiiyyyaa, haalllooo, Praaam! Waalaikum salam.” Sahut VirGhost dari ujung telepon sana. Nada suaranya sedikit gugup saat berbicara dengan Pramudya saat itu.

“Loh, kok suaramu kayak gugup gitu, Ghost! Ada masalah apa?” tanya Pramudya yang mulai curiga dengan suara VirGhost yang terdengar gugup saat menjawab salamnya.

Hmmm...! Fiuuuhh...!” Ada suara gumaman dan helaan nafas dari ujung telepon sana lalu sejurus kemudian orang itu mulai bersuara menjawab pertanyaannya di telepon. “Kamu masih di Bandung sekarang, Pram? Iya, Pram. Ada masalah urgent berkaitan dengan perusahaan. Dan semua ini adalah kesalahan dan kebodohanku sepenuhnya.”

“Iya, aku di RSB xxx Bandung. Maksud kamu apa, Ghost? Aku kurang faham nih, santai aja bicaranya! Jangan tegang gitu!” sahut Pramudya menjawab dari posnelnya. Dia masih bingung dengan perkataan VirGhost barusan.

“Gini aja, Pram! Kasih alamatmu di sana dan aku segera menemuimu untuk menceritakan apa yang sebenarnya telah terjadi. Dan ini bentuk tanggung jawabku sebagai bawahanmu dan juga sahabatmu.” Suara orang itu menjawab dan meminta Pramudya mengirimkan pesan lewat WA alamat rumah sakit Cinta saat ini .

“Yaudah nanti aku akan kasih alamatnya lewat WA. Udah jangan panik gitu, Ghost! Aku percaya kok sama kamu dan Kuciah. Ok aku tutup ya teleponnya ntar segera ku WA alamat rumah sakit Cinta melahirkan. Assalamualaikum.” sahut Pramudya melalui ponselnya dengan diakhiri salam.

“Waalaikum salam, Pram.” Sahut VirGhost membalas salam dari Pramudya dari ujung telepon sana dan sambungan telepon pun segera diputus oleh Pramudya.

Klik.


Setelah menerima telepon dari sahabatnya, Pramudya masih terpaku di tempat itu. Sambil memegangi ponselnya ia terlihat sedang berpikir dan merenung.

“Ada masalah apa ya? Kok, sampe-sampe VirGhost bersikeras mau menemuiku ke Bandung. Apa yang sudah terjadi sama perusahaanku, selama aku memberi mandat dan kepercayaan kepadanya? Sebaiknya segera kukirimkan alamat rumah sakit ini lewat WA supaya ViGhost segera sampai dan aku tau apa yang sudah terjadi sebenarnya. ” gumam Pramudya lalu ia mulai mengetikkan alamat rumah sakit tempat Cinta melahirkan saat ini.

Namun sebelum sempat ia beranjak dari tempat itu tiba-tiba Hp-nya kembali berbunyi. Dan yang meneleponnya adalah Reni, sekretaris perusahaannya. Segera saja diangkatnya telepon itu.

“Ya, Hallo Ren!” Pramudya menjawab panggilan telepon itu.

“Iya hallo, Pak Pram. Bapak sehat-sehat saja di sana?” ujar Reni sekretarisnya menanyakan kabarnya saat ini.

“Alhamdulillah, sehat-sehat dan baik-baik saja, Ren. Hmmm...! Ada masalah apa Ren sampai-sampai kamu menghubungi saya? Penting kayaknya ya?” jawab Pramudya dan bertanya balik pada sekretarisnya itu.

“Iya, Pak sangat penting. Ini berkaitan dengan perusahaan Bapak! Ada informasi dan kabar tidak baik mengenai perusahaan Bapak.” ujar Reni sekretarisnya memberitahukan dari ujung telepon sana.

Pramudya nampak mulai gusar, nampak raut wajahnya tidak tenang dan kaget setelah mendengar Reni berbicara barusan. Sambil menghela nafas panjang untuk mengatur nafas dan emosinya lalu Pramudya berbicara lagi lewatHP-nya.

“Katakan saja informasi dan kabar apa itu? Jangan ragu dan sungkan bicaranya!”

“Begini Pak! ................................. Lalu Reni mulai memberitahukan apa yang diketahuinya setelah sempat menguping pembicaraan antara Kuciah dan VirGhost dan menyampaikan apa saja yang didengarnya itu pada Pramudya. ................................gitu Pak yang saya dengar tadi!”

“Aaapppaaaa.....?” Pramudya sontak kaget setelah mendengarkan penjelasan Reni barusan. Ia seakan tidak percaya apa yang didengarnya barusan. Kuciah dan VirGhost adalah dua orang direktur perusahaan PT. xxx yang ia percaya, malah mereka berkhianat untuk menguasai perusahaannya.

Akibat mendapat berita buruk tentang perusahaannya membuat Pramudya shock dan penyakit darah tingginya naik. Kepalanya mendadak menjadi berat dan pusing serta penglihatanya menjadi tidak jelas. Sambil memegangi kepalanya yang sakit. Pramudya berusaha berjalan meninggalkan tempat itu dengan langkah goyah dan sempoyongan.

Dan, tiba-tiba...

Bruuukkk...







Bersambung....



Terima kasih ane ucapkan pada id @kuciah, @RAYxy @pandi69 dan @VirGhost yang telah bersedia mengijinkan id-nya untuk dijadikan sebagai pemeran di cerita ini.

Dan semua plot dan alur di cerita ini terutama chapter 44 ini sesuaidengan kerangka cerita yang sudah ane susun. Ide dan imajinasi ane sebagai penulis dan tidak ada niat untuk menjelekkan seseorang pun.

Dan jangan lupa like-nya, komentar baik itu; saran maupun kritikan untuk perbaikan cerita ini ke depannya.


Salam dari ane

@rad76
 
Terakhir diubah:
Hadeuw... update kali ini menggembirakan karena panjang, tp juga koq jadi begini kisahnya... semoga kelahiran CAV membawa nasib baik bagi ortu dan oma-opanya. Perusahaan bisa kembali dan opa Pram tidak kenapa-napa.

Alurnya keren om...

Akankan Zaki dan Dewi... ah sudahlah...

Great part!!!
Hatur nuhun om.
Next chapter ada perjumpaan antara Zaki, Dewi, Cinta, Imah dan Annisa Mang. Hehehe.... Sisi lain dari PC tentunya. Dan lebih banyak alurnya nanti di Bandung.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd