Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Siapakah Fatimah Az-zahra...?

  • Sosok wanita baru dalam cerita ini

    Votes: 62 23,7%
  • Sosok wanita yang menyamar dalam cerita ini

    Votes: 200 76,3%

  • Total voters
    262
Bimabet
Chapter 16. Ini siapa tan? Supir tante ya?


Cuplikan chapter sebelumnya...


"Temanin papa makan siang ya Dit! Sekalian kita ajak Prima dan Jelita, kamu nggak sedang sibuk kan".

"Bisa diatur itu pa, tadi Adit sudah titip semua kerjaan sama sekretaris Adit. Boleh pa sekalian biar Adit bisa kenalan sama mbak Jelita".

"Siip, bentar papa telepon Prima dulu".

"Ok pa".
.
.
.
Pov 3rd


Jam 12.30, Adit dan Pramudya telah sampai di sebuah restoran RAD, meja no.76 telah di booking Pramudya pagi tadi, sementara Prima dan Jelita telah terlebih dulu sampai di restoran tersebut.

Melihat Pramudya dan Adit sudah datang kakak beradik itu segera berdiri menyambut nya.

Cipika-cipiki pun mereka lakukan termasuk Jelita dan Adit yang baru pertama kali bertemu dan berkenalan.

"Dit! Yang cantik ini Jelita anak kedua papa kakaknya Cinta istrimu", kata Pramudya memperkenalkan Jelita pada Adit.

"Iya pa, saya Adit mbak. Cinta pernah bilang ia punya kakak selain mas Prima itu mbak Jelita. Dan Adit beruntung bisa berkenalan langsung dengan mbak Jelita". ucap Adit sedikit formil.

"Kita ngobrolnya santai saja ya, jangan kayak sedang bicarain bisnis", celetuk Prima menimpali.

"Iya mas, Adit masih kagok gitu sama kita hehehe", ucap Jelita menimpali sambil tertawa geli.

"Wajarlah nak, ia kan baru jadi bagian keluarga kita, sambil ngobrol kalian berdua tadi sudah pesan belum?", sahut Pramudya menengahi.

"Belum pa, nunggu papa dan Adit biar sekalian pesannya bareng", jawab Prima cepat. "Bentar Prima panggil dulu pelayannya".

Acara temu keluarga yang singkat itu sedikit banyak memberi kesan buat Adit bahwa keluarga papa mertuanya ini sangat harmonis dan kompak, mungkin karena aturan ketat dan merasa di anak emaskan membuat Cinta merasa terkekang sangat berbeda sekali dengan Prima dan Jelita yang begitu cair berinteraksi dengan papanya.

Hingga akhirnya acara makan siang itu mesti berakhir dan Adit sebelum meninggalkan tempat sempat meminta ijin pada mereka, dan nasehat Pramudya pada Adit untuk mendidik Cinta supaya menjadi wanita mandiri yang kuat dan tegar.

"Papa, mas Prima dan mbak Jelita. Adit minta ijin nanti sore Adit bawa Cinta ke rumah kontrakan yang sudah Adit sewa untuk selama satu tahun ke depan, Adit bukannya tidak mau membawa Cinta ke rumah Adit, biarlah saat ini Cinta menganggap Adit hanya seorang supir mobil limosin, tetapi nanti jika waktunya tepat Adit akan jujur padanya siapa Adit sebenarnya".

"Papa setuju Dit! Tolong ajarkan Cinta untuk hidup sederhana, mandiri supaya kuat dan tegar menjalani kerasnya kehidupan Dit", nasehat Pramudya pada Adit.

"Dit! Tolong kamu jaga Cinta ya, mbak percaya kamu lelaki yang bertanggung jawab dan dewasa, di bawah bimbinganmu mbak yakin Cinta akan menjadi pribadi yang lebih baik lagi", ucap Jelita menambahi.

"Kalo mas, menyerahkan semuanya pada kamu Dit! Mas yakin kamu pasti bisa membahagiakan Cinta, dan nanti kamu WA alamat kontrakan kalian", kata Prima menimpali.

"Makasih kalo begitu, pa, mas dan mbak. Pasti Adit akan selalu memberi kabar kepada kalian keadaan kami di sana", jawab Adit senang.

Pukul 14.00 wib, Adit beserta papa mertua dan kedua kakak iparnya keluar dari restoran, mereka berpisah karena masing-masing ada urusan sendiri-sendiri.

Adit segera masuk ke dalam mobil Merci yang beberapa hari ini ia bawa dan kendarai. Sebelum ia menyalakan mobilnya, tiba-tiba ponselnya berbunyi, dan setelah mengetahui Imelda yang menghubungi ia lalu menerimanya.

"Ya hallo, Mel. Sore juga", sahut Adit menerima panggilan telepon Imelda.

"Mau kasih kabar saja mas! Motor yang mas minta sudah dikirimkan ke rumah mas Adit",suara Imelda dari seberang telepon sana.

"Ok, Mel! Makasih ya. Selamat sore",sahut Adit senang.

Sambungan telepon segera ia akhiri dan sekarang tujuannya pulang terlebih dahulu ke rumahnya di sebuah kompleks perumahan elite di Pondok Indah.
.
.
.
Images_10.jpg
Cinta Rahayu Pramudya aka Cinta

Pov Cinta


Pagi tadi aku melayani mas Adit suamiku dari menyiapkan sarapan pagi sampai malah memberikan pelayanan seks berupa blowjob, lalu setelah mas Adit berangkat kerja aku sempat ketiduran karena kelelahan.

Jam 11.00 wib aku terbangun, dan segera keluar kamar bermaksud membantu mbak Dewi membuatkan makan siang.

Aku melihat mbak Dewi sedang menerima telepon di ruang keluarga. Aku sempat dipanggil mbak Dewi dengan lambaian tangannya membuat aku mendekatinya.

Setelah ia selesai menerima telepon, lalu mbak Dewi kasih tau siapa yang barusan yang meneleponnya.

"Tadi yang telepon mas Prima, Cin. Dia ngabarin mau makan siang bareng papa dan Jelita, Cin", kata mbak Dewi.

"Oh, gimana kabar papa mbak, Cinta malu mau ketemu papa", kata ku menanggapi omongan mbak Dewi.

"Alhamdulillah mereka berdua sehat, Cin. Yaudah kamu nggak usah khawatir keadaan papa dan mama, dan mbak hanya meminta kamu supaya nanti menemui mereka Cin, biar bagaimanapun mereka orang tua kamu, mereka pasti khawatirin kamu kok, walaupun mereka tidaklah ngomong secara langsung tetapi orangtua pasti ingin melihat anak-anaknya berbahagia", tutur mbak Dewi panjang lebar.

"Iya mbak. Tapi untuk sementara Cinta malu dengan diri Cinta yang telah membuat malu mereka. Cinta nggak kuat melihat papa dan mama sedih gara-gara kelakuan Cinta kemaren", jawab ku jujur.

"Mbak ngerti kok, apa yang kamu rasakan sekarang, Cin", kata mbak Dewi bijaksana.

"Yang terpenting kamu mesti buktikan kepada mereka bahwa kamu akan bahagia bersama Adit. Mbak yakin papa dan mama bakalan senang jika mendengar kalian berdua bahagia".

"Makasih mbak, Cinta bersyukur mempunyai kakak ipar seperti mbak Dewi yang bisa ngertiin perasaan Cinta".

"Sudah dulu kita ngobrolnya Cin. Mbak mau masak rendang buat makan siang kita. Apa kau mau bantu mbak?".

"Ayo mbak! Cinta mau belajar masak supaya nanti bisa memasakkan masakan yang enak buat Adit".

Kami berdua menuju dapur, memasak untuk makan siang dan juga sekaligus untuk makan malam nanti.

Sesampainya di dapur aku diberi tugas oleh mbak Dewi bagian memotong-motong daging sapi yang telah ia beli kemaren dan sempat di simpan di kulkas, kemudian aku mulai mengiris tipis-tipis dan memanjang. Sehingga daging sapi yang ku potong-potong tadi menyerupai kotak memanjang seperti kartu domino.

Setelah membersihkannya lalu aku menaruh baskom berisi potongan daging sapi tadi di sebelah kanan mbak Dewi. Sementara mbak Dewi mempersiapkan semua bumbu-bumbu untuk membuat rendang.

Rendang merupakan masakan yang berasal dari Sumatera Barat atau Padang yang terkenal sampai ke penjuru dunia karena rasa nya yang enak, dan mendapatkan pengakuan dari lembaga dunia UNESCO sebagai warisan dunia sebagai makanan terenak di dunia.

Aku memperhatikan dengan seksama cara-cara memasak dan bumbu-bumbu apa saja untuk membuat rendang tersebut. Lalu setelah semua siap mbak Dewi menyuruhku menggodok air untuk merebus daging sapi itu terlebih dahulu supaya lebih empuk dan enak untuk dimakan.

Selama hampir satu jam berkutat di dapur dengan segala kesibukan memasak, menggoreng, dan sebagainya akhirnya semua masakan kami sudah selesai dan siap untuk di sajikan nanti di meja makan.

"Ah, lega rasanya setelah selesai membantu mbak Dewi memasak",gumamku dalam hati.

Rasa capek, lelah dan letih yang kurasakan tiba-tiba sirna karena ada kepuasan batin bisa memasakkan masakan buat orang yang kita sayangi.

Aku baru menyadari ternyata menjadi seorang ibu rumah tangga seperti mbak Dewi ternyata menguras tenaga, tetapi mbak Dewi melakukannya dengan penuh keikhlasan sebagai seorang istri demi cinta dan kasihnya pada suami dan anaknya. Walaupun terlihat sekali ia lelah dan capek mengurusi kebutuhan keluarganya tiap hari, tetapi ia tetap menjalaninya dengan penuh tanggung jawab tanpa seorang pembantu.

Salut aku sama mbak Dewi.

Sedikit banyak dari hal itulah aku bisa memetik pelajaran dari mbak Dewi.

"Bagaimana menyenangkan hati mas Prima? Bagaimana mengurus diri sendiri supaya tetap disayang dan dicintai mas Prima? Bagaimana menjadi ibu yang baik untuk Akbar putra mereka?

Jam 12.15 wib, kami makan siang bersama. Mbak Dewi dengan telaten menyaupi Akbar yang terlihat manja pada mamanya. Aku membayangkan diriku nantinya seperti itu juga kah aku dengan anakku kelak.

"Aku jadi nggak sabar pengen segera ketemu mas Adit, lagi apa sekarang kamu mas? Apakah sedang menjalankan tugas sebagai supir? Duh kenapa aku jadi begitu kangen ya sama mas Adit?
.
.
.
Images_11.jpg

Aditya Febriansyah aka Adit

Pov Adit


Setelah mendapatkan kabar dari Imelda bahwa motor bekas yang tadi ku minta sudah dikirimkan ke rumahku, aku jadi semakin semangat untuk segera cepat pulang ke rumahku dan segera menjemput Cinta menempati rumah kontrakan kami.

Jujur dengan mengontrak rumah dan memposisikan diriku menjadi supir aku merasa tertantang untuk membahagiakan Cinta bukan dengan kemewahan dan kekayaan yang ku miliki tetapi dengan hati dan kasih sayangku.

Aku yakin jika kami bisa melewati semua masalah dalam rumah tangga kami, maka semakin besar dan kuatnya rasa sayang dan cinta kami berdua kelak.

Dengan senyum lebar aku menjalankan mobilku dengan kecepatan normal, hingga jam 15.00 wib aku telah sampai di rumah, di sambut oleh beberapa asisten rumah tanggaku.

Bi Minah dan Mang Ujang adalah pasangan suami istri yang telah bekerja bersamaku selama lebih kurang lima tahun lalu sejak aku membeli rumah ini. Mang Ujang berusia 50 tahun sementara bi Minah berusia 48 tahun. Anak mereka sudah pada berkeluarga dan dari ke-empat orang anak mereka, mereka berdua dikaruania delapan orang cucu.

"Sore den Adit", sapa pak Ujang ramah.

"Sore mang", balas ku menyapa beliau.

"Tadi barusan non Tasya pulang dari sini, Den. Dia nunggu aden dari jam 13.00 wib dan baru saja pulang tadi. Sepertinya non Tasya sedang ada masalah den", kata mang Ujang melaporkan kejadian baru-baru ini.

"Maaf mang. Adit sekarang sudah punya istri dan bukan urusan Adit lagi mengurusi Tasya yang hanya sebatas teman, jika nanti Tasya ke sini lagi, bilang saja kalau Adit sudah menikah dan tinggal bersama istrinya", kataku menjelaskan keadaanku sebenarnya pada mang Ujang.

"Wah yang benar, den Adit?", kata mang Ujang sedikit kaget bercampur senang. "Kenapa tidak tinggal di sini saja istrinya, den Adit? jadi rumah ini tidaklah sepi".

"Nanti akan ada waktunya mang, istriku akan tinggal di sini! Tapi untuk saat ini rumah ini Adit titipkan sama mamang dan bibi. Adit pasti main ke sini mang tetapi tidak bisa menginap", kata ku menjelaskan ke mang Ujang.

"Kalo itu mah beres Den, mamang dan bibi pasti akan urus rumah aden ini dengan sebaik-baiknya", kata mang Ujang tegas.

"Ok makasih kalo begitu mang. Eh, iya mang. Tadi ada yang nganterin motor ke sini kah?", tanya ku pada mang Ujang.

"Iya. benar den, tadi ada yang nganterin motor bebek, sekarang sudah ada di garasi mobil. Apa perlu mamang keluarkan den?", ujar mang Ujang.

"Boleh mang, sekalian nanti masukin mobil merci itu ya mang. Nanti Adit pulang pake motor itu mang", sahut ku mengiyakan.

Lalu mang Ujang kemudian melangkah ke pintu yang menghubungkan ruang keluarga dengan garasi mobil.

Aku segera menuju kamarku. bermaksud untuk mandi karena tadi merasa gerah dan sekalian mempersiapkan beberapa pakaian yang nantinya akan aku bawa buat di taruh di rumah kontrakan kami nanti.

Setelah mandi, melaksanakan ibadah sholat ashar. Kemudian aku menyiapkan tas ransel dan memasukkan beberapa pakaian yang terdiri dari baju kaos, kaos dalam dan celana dalam, beberapa kemeja dan celana bahan.

Aku lalu keluar kamar sambil menenteng tas ransel yang sudah berisi pakaianku, hi Minah yang tadi sibuk di dapur datang menghampiri dan menawarkanku untuk makan.

"Den Adit mau makan? Bibik siapin dulu ya", tawarnya pada ku dengan ramah.

"Eh nggak usah bik", cegahku cepat. "Tadi barusan saja Adit sudah makan, kalau boleh bikinin Adit kopi hitam saja supaya Adit tidak ngantuk karena sebentar lagi Adit mau pergi lagi".

"Kalo begitu bibik bikinin dulu ya den kopi hitamnya. Tunggu bentar ya, Den!", ucap bi Minah.

"Iya bik", sahutku singkat.

Sambil menunggu bi Minah bikinin kopi hitam buat ku, aku segera mengecek ponselku yang tadi sempat ku silent, ternyata ada tujuh misscall yang berasal dari Tasya pada jam 13.00, 13.10,13.15, 13.30, 13.35, 13.40, 13.50 dan ada satu SMS dari Tasya, untuk pesan SMS darinya sengaja tidak aku buka.

Mungkin aku bisa disebut kejam, jahat atau lelaki playboy oleh sebagian orang, karena membuat seorang wanita menjadi terobsesi denganku, tetapi kenyataannya justru aku berada di posisi sebagai korbannya.

"Gila nih cewek makin possesif saja", gerutu ku di hati.

Sejak kejadian beberapa hari lalu, kaburnya Cinta. Nomor ponselku yang lama semakin banyak yang menghubungi, salah satunya Tasya.

Karena merasa terganggu dengan begitu banyaknya nomor yang menghubungi ponselku yang menanyakan keberadaanku, maka aku membeli satu ponsel baru dengan nomor ponsel yang baru pula, dan hanya diketahui oleh orang-orang tertentu.

Papa mertuaku, mas Prima, mbak Dewi, istriku Cinta dan mbak Jelita yang tadi ketemuan pada saat makan siang serta Imelda sekrerarisku, orang kepercayaanku yang selalu berkomunikasi denganku melaporkan perihal kantor dan perusahaaan ku, hanya mereka saja yang mengetahui nomor ponselku yang aktif saat ini.

Aku jadi teringat kembali pertemuanku dengan Tasya lima tahun lalu, hingga membuatku seperti layaknya seorang tawanan baginya.

Flasback 5 tahun lalu....

Aku saat itu berusia 23 tahun, baru lulus kuliah S1 di salah satu universitas negeri terbaik di Indonesia yang berlokasi di kota gudeg, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Pagi itu aku berniat untuk menjemput papa dan mama, di bandara Soekarno-Hatta, Tangerang.

Mereka sengaja ke Jakarta selain karena kangen denganku, mereka juga ingin melihat rumah yang baru kubeli dari hasil usaha bisnis warnet waktu itu.

Aku bersama sahabat-sahabatku di kampus membuka usaha warnet yang kala itu sempat booming dan memberikan hasil yang luar biasa. Selama lima tahun menjalankan bisnis warnet, kami bisa meraup keuntungan yang sangat banyak dan bahkan sahabat-sahabatku bisa membeli mobil dari hasil keuntungan bisnis kami.

Tetapi pesatnya pertumbuhan dan penjualan ponsel murah yang berbasis web dan diluncurkannya Android oleh salah satu brand ponsel, berimbas pada menurunnya omzet dan pengguna jasa internet di warnet-warnet.

Orang-orang lebih mudah, gampang dan cepat berselancar di dunia maya darimana saja melalui ponsel, tablet atau gadget tanpa perlu capek-capek pergi ke warnet.

Akibatnya banyak pengusaha bisnis internet atau warnet yang gulung tikar karena merugi dan tidak balance antara pendapatan dengan pengeluaran.

Aku bersama sahabat-sahabatku yang memulai bisnis itu memutuskan untuk banting stir beralih ke bisnis lain yang lebih menjanjikan.

Salah satu sahabatku Rio Heryanto, sekarang membuka perusahaan, radio rad76 fm (daripada nyaplok nama radio asli nanti malah kena somasi) adalah anak perusahaan yang ia dirikan.

Papa yang sejak awal aku kuliah selalu memintaku untuk meneruskan usahanya dibidang transportasi selalu ku tolak. Aku tidak ingin manja dengan usaha bisnis papa yang sudah mapan tinggal enak meneruskan apa yang sudah jadi.

Akhirnya aku mengalah dan menerima penawaran papa untuk mengurusi bisnisnya yang bergerak di bidang transportasi.

Papa dan mama hari ini berkunjung ke Jakarta karena papa akan melakukan serah terima jabatan Direktur PT. RWG Trans (Persero) dari beliau kepadaku, untuk mengelola dan menjalankan kebijaksanaan perusahaan dan mempercayakan sepenuhnya kepadaku dalam memimpin dan mengambil keputusan perusahaan, tetapi selama 6 bulan pertama aku akan mendapatkan arahan dan bimbingan langsung dari papa.

Dengan menggunakan mobil Toyota Fortuner aku berangkat dari perumahan Pondok Indah, mengendarai sendiri mobil yang juga kubeli saat aku berkuliah di Yogyakarta.

Hampir 3 jam aku mesti memacu kendaraan untuk sampai ke bandara internasional soeta, Cengkareng, Tangerang.

Sesampainya disana aku segera memarkirkan kendaraan terlebih dahulu, dan kemudian menunggu di lobbi ruang tunggu kedatangan.

Pesawat Garuda nomor penerbangan GA-315 asal Surabaya tujuan Jakarta, akan tiba 30 menit lagi sesuai dengan informasi dari fihak pengelola bandara melalui pengeras suara bandara.

Sambil menunggu kedatangan papa dan mama, aku membuka BBM, salah satu aplikasi yang sedang trend saat itu sebelum kalah bersaing dengan aplikasi dari android yang sekarang banyak di gandrungin oleh masyarakat.

Iseng-iseng aku buka BBM, ternyata Yessi sahabat Ayu sedang online.

PING....aku menekan tombol ping memberi kode pada Yessi kalau saat ini aku ingin chat dengannya.

Tidak berapa lama ada respon darinnya.

"Adit....! Pa kabar lo?".

"Baek2, gw. Lo sendiri baek, Yess?".

"Yoi...! Habis jalan sama doi hehehe".

"Kasihan Farhan wkwkwkw ditempel mulu kayak prangko". ejek ku ke Yessi versi bercanda kami.

"Hahaha.... Makanya buruan cari cewek jomblo mulu sih".

"Belum ada yang sreg mbak. Yang disana sudah keduluan Farhan hahahaha", sindir ku menggoda Yessi.

"Aseemmm.. Malah godaan gw. Gw lapor nih ke Farhan tau rasa lo. Hahaha".

"Ampun mbak. Jangan dong jadi nggak bisa meluk lo lagi gw hehehe".

"Eh, iya Dit! Ampe lupa. Gw mau undang lo. Awas jangan sampe nggak datang gw mau nikah ama farhan 6 bulan lagi, ntar undangan gw kirim ke alamat lo di Jkt".

"Serius mbak. Wah udah ngebet nih kayaknya si mbak. Iya gw datang asal lo yg kasih ongkos ya".

"Beh... Pengusaha sukses minta di ongkosin nggak salah nih...hihihi. Awas ya kalo ampe nggak dateng lo gw end, creessshhh".

"Waduuw... Sadis amat lo Yess. Pasti dong gw dateng sekalian mau nyekar gw temenin yak".

"Dit..! Lo ampe sekarang masih belum move on ya. Dit hikksss...hikksss...hikksss... Jadi sedih nih kalo inget Ayu".

"Loh kok lo yang mewek mbak. Janganlah gw juga ikutan sedih ntar...please mbak".

"Iya Dit...! Maaf gw teringet aja. BTW lo dimana skrg?".

"gw lagi, di bandara soeta. Jemput bonyok gw kangen katanya sama gw yg ganteng hehehe".

"Ganteng sih.... Tapi kurangnya msh jomblo gantengnya nggak maksi loh, hahaha".

"Hahahaha...".

"Udah dulu Yess! tuh kayaknya sudah ada info kedatangan. ntar lanjut lagi miss u best friend".

"Yo. keep smile Dit. gw akan support lo. bye my best friend, miss u too".

Segera ku kantongi hp BB dan segera melangkah ke pintu kedatangan, tak lama berselang mama melambaikan tangannya dan ku balas dengan lambaian.

Hahaha kayak orang udik ya kalo melihat kejadian aku lambai-lambaian dengan mama.

Tapi aku orangnya masa bodoh dengan anggapan orang lain, papa dan mama pun akhirnya bertemu kembali denganku.

Cipika-cipiki sejenak dengan mama dan papa.

Tapi saat aku ingin mengajak kedua ortuku mama menarik tanganku dan mendekatkan bibirnya ke telinga ku.

"Kamu tuh nggak peka atau gimana Dit? Loh disamping papa dan mama ada gadis cantik, tidak kamu tegur sama sekali?".

Ha....

Aku lalu melihat ke arah papa ternyata di sana ada gadis cantik berambut coklat pake kacamata hitam dandanan modis anak gaul metropolis.

"Siapa dia? Kok aku nggak kenal sama sekali",gumamku.

Aku mencoba mengingat-ingat siapa tau aku ingat, tapi memang nggak ingat sama sekali.

"Om, tante. Ini siapa tan? Supir tante ya?", tebak nya cuek dan dingin.

"Hahaha", mama dan papa tertawa lebar.

Wajahku merah padam dikatain supir oleh gadis angkuh dan manja anak mami itu. Lalu dengan sedikit kesal aku bilang ke gadis itu.

"Ganteng gini dibilang supir, emang tampang gw kayak supir ya sadis amat tuh mulut".

"Loh kok sewot, emang pantas situ kayak supir", sahut nya tak kalah panas.

Melihat kami yang bertengkar papa dan mama malah melerai dan mengajak kami ke cafetaria karena malu dilihat banyak orang saat itu.

Setelah duduk santai di caferia dan memesan minuman untuk meredakan emosi kami papa mulai berbicara.

"Sudah puas bertengkarnya tadi",

Aku mengangguk sementara gadis itu hanya membuang muka.

"Daripada bertengkar mending kalian kenalan. Ayo nak kamu cowok mesti gentle minta maaf sama dia!", perintah papa tegas.

Aku bukan takut dengan papa, tetapi hanya ingin masalah ini tidak berlarut akhirnya meminta maaf pada gadis sombong sok anak kaya itu.

"Maaf...ya".

Dia diam saja tak menggubris atau menoleh sekalipun. Aku dan perkataan ku seolah tak dianggapnya sama sekali, sedikit kesal aku saat itu.

"Dah pa, ma, kita pulang saja. Kalo nggak Adit pulang duluan", dengus ku kesal.

"Makanya jadi orang tuh jangan sok kegantengan, kalo mau pulang, pulang aja sono, minta maafnya nggak ikhlas banget", sahutnya sinis.

Papa langsung menarikku keluar cafetaria meninggalkan mama dan gadis super ngeselin tersebut.

Saat sudah agak jauh papa mencoba menenangkanku.

"Dit....! Ada apa sama kamu nak? Kok kamu sampai emosi begitu!".

"Nggak ada masalah apa-apa kok pa, Adit nggak tau tiba-tiba emosi Adit nggak terkontrol habisnya tuh anak ngeselin banget pa", ucapku menjawab jujur.

"Iya papa tau, kamu tadi tersinggung dengan perkataannya, maklumi saja Dit, dia anak tunggal dan sejak kecil sudah tinggal di luar negeri, sikap dan budaya yang membentuk pribadinya seperti itu", kata papa mencoba menjelaskan.

Aku hanya diam sambil menghela nafas panjang, mencoba menurunkan amarah yang menggumpal didadaku.

"Kamu lebih tua harusnya bisa mengontrol keadaan, api jangan kamu lawan dengan api, jadilah air yang bisa memadamkan api, Dit", nasehat papa bijak.

Aku mengangguk.

"Nah kalo kamu sudah paham, kita temuin mereka, papa capek pengen istirahat di rumah", sambung papa.

"Iya pa, Adit akan bersikap baik, maafin Adit tadi ya pa", ucapku malu.

"Ayo kita temui mama dan Tasya!", kata papa senang.
.
.
"Nah biar nggak ada salah faham kalian berdua kenalan dulu", kata mama menengahi.

Aku menjulurkan tangan sambil memberi senyum, "Gw Adit.....! Maafin ya perkataan Adit tadi".

Mendengar perkataanku yang lembut sambil tersenyum membuat gadis itu, sedikit merespon baik walau perkataannya masih bernada ketus dan sinis.

"Gw Tasya, iya gw maafin lo...puas lo".

Lamunanku buyar saat bi Minah menegur ku pelan.

"Maaf den Adit, kopi nya sudah siap".




Bersambung.......
 
Terakhir diubah:
wkwkwk kirain ngebahas cerita CIDAHA... Hito tokoh utama di cerita apa om..? maaf blm semua ane sempat Mmpir soalnya.

Hehehe... selamat membaca.
critanya suhu deqwo hu...yg judulnya ada blas dendamnya...
 
Pengumuman...

Update Chapter 16 sudah meluncur...

Kepada para pembaca silahkan ambil tempat masing-masing, tapi awas jangan mojok ya ntar ada fihak ketiga wkwkwk...

Maaf ya diakhir cerita chapter 16.

Adit kaget gegara si bibik wkwkwkwkw...

Ditunggu respon pembaca, semoga semakin rame hehehe..

Selamat :baca:.....:hore:
 
Thanks up nya om rad, jangan rad76 fm de ntar ada yg marah tag line nya di ambil, yang uda lama ga siaran gelombang Baper:galak::galak::galak:,
Ehhh ada yang janggal nihh, Ortu nya Adit ga muncul ke permukaan ya?( terfikir ketika baca flashback nya)
rad76fm itu radio temannya Adit kepunyaan Rio Heryanto, nanti ada kaitan nya kok di cerita ini...

Nah pertanyaan terakhir hrsnya sudah bisa terjawab ya....

Adit ganti nomor ponsel buat menghindari dulu masalah mereka dg papa, mama terutama tasya.

Kalo konflik sebenarnya Adit dan Tasya paling seru om... bak tom n jerry...

Nanti bakalan byk konflik nya om... Adit sdg kumpulin konflik2 tsb jadi bisa meledak sewaktu-waktu.
 
Terakhir diubah:
Nice stort om hehee.
Over all bagus ada sudut pandang masing-masing tokoh..
Ane masih baca lagi baru part 9 euy hehehe :semangat::semangat:
ok siap suhu...terpaksa marathon nih bacanya :semangat:
 
Kangen tread yg satu y hu..........
Gegara yg ini lancar upddate y
Yg SADA lagi di ulik om... terpaksa bikin baru plot dan setting ceritanya ... file2 ane hilang semua di laptop dan hp... kalo yg ini ready 99% ... tinggal tulis ulang dah jadi...
 
Bimabet
akhirnya kelar juga bacanya hehehew..
Ane masih nunggu kelanjutan nya antara cinta dan adit...
Apakah yang tasya lakukan setelah mengetahui adit udah nikah? Secara ane baca si tasya gak mau kehilangan adit..
Trz satu lagi mantan nya cinta duh sapa ya lupa ane tapi kayanya nanti ada konspirasi antara tasya dan mantannya cinta.
:beer::beer::beer:
Lihat aja nanti om kelanjutannya apa ada konspirasi tasya dan Robi...

Robi nama pacar Cinta yg juga menghamili Cinta... lelaki pecundang yg mau enak sendiri heheheh... (kebawa emosi ane... untung ane nggak suka laki... sukanya perempuan wjwkwk)

Lapor si hito siap bantu adit maslah tasya hehee
Nah boleh tuh hito turun tangan bantuin atasi tasya...hehehe...

belum tentu macet om hahahaha lagi gak ada ide doang buat yang itu hehehee.
Masih lanjutin yang rio dulu
Bercanda kok om... ane tau nulis itu perlu mood yg bagus supaya ide2 kita mengalir dg lancar... ttap semangat om...hehehe
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd