Prolog
Rinai hujan turun menyeka gersang malam.
Rintik itu memecah sepi, genangan air beriak kala kaki lentik berjalan gontai, badan yang terhuyung oleh pengaruh alkohol kaki jenjang itu memecah riak genangan. Bibir merona lentik nan basah sementara tangan halus mulai menyeka sisa gincu yang melekat di bibir indah itu. Batin nya menjerit penuh siksa tapi apa daya dia hanya wanita keturunan turki blasteran tasikmalaya. Rinda begitulah nama itu melekat primadona peliharaan germo kelas teri yang kejam bernama Burhan. Paras yang begitu anggung dengan wajah oval khas perempuan turki yang berencana mengadu nasib di kota besar. Namun dirinya terjerat ke lembah nista, hidup berkubang di dunia pelacuran terjebak iming-iming pekerjaan, berjalan menelusuri pelataran toko dimana banyak tunawisma berteduh di bawah atap nya.
Dress coklat tua tanpa lengan sedikit menampakan punggung putih tanpa cacat dengan belahan dada rendah ukuran payudara yang tak terlalu besar namun enak di nikmati mata, lelaki yang meringkuk menahan dingin tak berkedip kala sang juwita lewat, tatapan layak nya harimau lapar sedang mengamati mangsa, Rinda nampak risih di pandangi seolah menelanjangi walau dirinya di lembah nista tak semata iya bisa di jamah siapa saja. Ia begitu demi keluarga nya di desa.
Udara yang dingin mengusik pori pori kulit hingga terasa menusuk tulang mulai mempercepat langkah nya.
"Sialan itu bandot tua, habis enak gw di telantarin gitu ajah di pinggir jalan " Umpat Rinda dari bibir lentik nya.
Sementara di antara gelap seorang preman kampung mengamati, mencari celah untuk memburu sang wanita, begitu ada kesempatan lelaki paruh baya bermana Ranto Ompong melayang memikirkan rencana menikmati sang buruan.
Tanpa pikir panjang ia siap menyergap Rinda.
Rinai hujan turun menyeka gersang malam.
Rintik itu memecah sepi, genangan air beriak kala kaki lentik berjalan gontai, badan yang terhuyung oleh pengaruh alkohol kaki jenjang itu memecah riak genangan. Bibir merona lentik nan basah sementara tangan halus mulai menyeka sisa gincu yang melekat di bibir indah itu. Batin nya menjerit penuh siksa tapi apa daya dia hanya wanita keturunan turki blasteran tasikmalaya. Rinda begitulah nama itu melekat primadona peliharaan germo kelas teri yang kejam bernama Burhan. Paras yang begitu anggung dengan wajah oval khas perempuan turki yang berencana mengadu nasib di kota besar. Namun dirinya terjerat ke lembah nista, hidup berkubang di dunia pelacuran terjebak iming-iming pekerjaan, berjalan menelusuri pelataran toko dimana banyak tunawisma berteduh di bawah atap nya.
Dress coklat tua tanpa lengan sedikit menampakan punggung putih tanpa cacat dengan belahan dada rendah ukuran payudara yang tak terlalu besar namun enak di nikmati mata, lelaki yang meringkuk menahan dingin tak berkedip kala sang juwita lewat, tatapan layak nya harimau lapar sedang mengamati mangsa, Rinda nampak risih di pandangi seolah menelanjangi walau dirinya di lembah nista tak semata iya bisa di jamah siapa saja. Ia begitu demi keluarga nya di desa.
Udara yang dingin mengusik pori pori kulit hingga terasa menusuk tulang mulai mempercepat langkah nya.
"Sialan itu bandot tua, habis enak gw di telantarin gitu ajah di pinggir jalan " Umpat Rinda dari bibir lentik nya.
Sementara di antara gelap seorang preman kampung mengamati, mencari celah untuk memburu sang wanita, begitu ada kesempatan lelaki paruh baya bermana Ranto Ompong melayang memikirkan rencana menikmati sang buruan.
Tanpa pikir panjang ia siap menyergap Rinda.