Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG PENGIKUT ALUR (A SLICE OF LIFE & SEX)

Bidadari pendamping Yas favorit suhu di sini?

  • Inne

  • Dita

  • Ojay


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
14

“Yang, mampir dulu ih ke mini market, mau beli minum, haus,” rengek Inne seraya merangkul tanganku yang sedang menyetir.

“Nih…,” ucapku menjulurkan lidah.

“Ih, udah kenyang itu mah, buat nanti, haha,” jawabnya.

Kami pun berhenti sejenak di rest area, menyebat dan meluruskan persendian kaki setelah 4 jam menempuh perjalanan. Inne langsung bergerak menuju mini market mencari minuman segar agar ia bisa menemaniku berbincang di perjalanan. Padahal, seringkali kupersilahkan padanya untuk tidur. Semenjak memasuki pintu tol Kartasura, ia langsung bercerita tentang Mas Novian dan juga Hasna. Aku mendengarkan dan menyimaknya dengan tenang.

*Inne PoV*

(Gaya bahasa disesuaikan dengan katakter Inne)

Hari itu awalnya kukira akan menjadi hari yang terburuk semenjak pertemuanku dengan Yassar. Seolah-olah semuanya runtuh begitu saja langit kepercayaan yang telah kubuatkan untuknya saat kulihat video Yassar bercumbu dengan perempuan lain.

Memang kutahu, perempuan itu adalah asisten Yassar di kantor. Di satu sisi, jelas aku merasa bangga dengan Yassar. Mas-mas yang berhasil menarik perhatianku ketika hilangnya ponselku di kereta. Entah apa yang membuatku tertarik, yang jelas ia sangat karismatik dan berkarakter. Yang kurasakan, hanya dengan melihat sosoknya dan merasakan kehadirannya di dekatku saja mampu memberikan rasa aman. Mungkin perempuan akan setuju jika mendapatkan rasa keamanan, apalagi dari orang yang membuat kita nyaman. Apakah setuju? Hehe.

Mungkin di cerita ini Yassar yang seringkali mendeskripsikan diriku, bagaimana dan seperti apa. Adil rasanya jika pada kesempatan ini akupun ingin mendeskripsikan Yassar juga.

Yassar berkulit sawo matang, matanya sedikit sipit, alisnya bagus, hidungnya bangir, bibirnya agak tebal. Bila ia tersenyum terlihat lekukan seperti lesung pipit di kedua belah pipinya, dan itu yang membuatku terngiang-ngiang. Ia memiliki jawline yang terlihat tegas. Ia manis, wajahnya tak membosankan untuk dipandang. Kadang sangar, kadang manis. Jika dibandingkan dengan mantanku, wajah Yassar biasa saja. Namun, jika berbicara tentang karismatik dan aura, jelas Yassar menang telak, dan itu yang membuatku luluhlantak. Sikapnya yang dingin dan seringkali cuek berhasil membuatku meleleh.

Ia selalu berpenampilan edgy. Streetwear jadi favoritnya. Walaupun outfit ngantor, ia selalu menyelipkan kesan edgy, entah itu jaket kulit yang dipakainya, kemeja slimfit lengan panjang yang digulung ¾, pokoknya ia selalu memiliki ciri khas yang mengidentitaskan bahwa itu adalah Yassar. Semoga paham ya wkwk. Bingung soalnya, selebihnya Yassar tak mampu kudefinisikan, biarlah aku saja yang menikmatinya, kalian jangan. Begitulah gambaran Mas Yassar dalam pandanganku. Yang jelas ia tak lebih tinggi dariku yang 170 cm hahaha, tingginya sebatas kupingku, tinggiku dan Yassar terpaut kurang lebih 5 cm. Dan ia adalah lelaki pertama yang mendobrak ideal tipe-ku, yang dimana pasanganku harus lebih tinggi. Hahaha menjilat ludah sendiri enak juga ya kalau doinya adalah Mas Yassar wkwkwk.

--ooo--​

Siang itu suasana kelas ramai, murid-murid tertawa terbahak-bahak karena menertawakan Doni, muridku yang mencontek dari secarik kertas. Ia tak menyadariku yang sudah mengawasinya dari belakang. Sesekali ia melihat ke kursi guru di depan, untuk memastikan aku duduk di sana. Namun, rupanya ia melihat lagi ke kursiku, matanya menyapu seisi ruangan mencari keberadaanku. Sebagian siswa ada yang mulai cekikikan karena tingkahnya. Kepalanya berputar 180° dan berhenti saat mendapati diriku yang telah berada di belakang kursinya.

“Hehe, lagi ngapain, Bu?” tanyanya dengan kikuk dan muka merah.

“Lagi liatin kamu nyontek, hehe,” jawabku tersenyum.

Gerrr… Seisi ruangan kelas tertawa menyaksikan itu. Aku langsung mengambil lembar contekannya dan berlalu menuju kursiku.

“Sudah, sudah ketawanya. Kerjakan lagi soalnya. Kerjakan masing-masing ya, jangan ada yang nyontek lagi,” ucapku.

“Baik, Bu…,” jawab siswa serempak.

Sengaja tak kumarahi Doni. Aku sadar, jika aku memarahi Doni sekarang, malah akan semakin mempermalukan dia. Etika menegur seringkali salah kaprah. Jika menegur di hadapan orang banyak, menurutku itu sama saja dengan mempermalukannya, terlebih lagi sengaja menyebarkan keburukan dan aibnya dengan tameng nasihat atau menegur agar yang lain tidak mencontohnya. Miris. Aku selalu menerapkan teguran dan nasihat kepada siswaku dengan berbincang empat mata, tak jarang mereka mengakui kesalahannya, memberikan efek jera tak harus dengan mempermalukannya. Tidak, aku tak setuju dengan itu.

Waktu itu bahagia sekali rasanya, aku berbagi materi dan energi dengan siswaku di kelas, seperti tak terasa lelah dalam mengemban tugas. Ditambah sore ini Yassar akan menjemputku. Hehe. Hal yang selalu kurindukan darinya, membicarakan hal random saat di perjalanan.

“Duh Bu Inne sumringah sekali keliatannya,” ucap Bu Sari ketika aku sampai di ruang Guru.

“Hahaha iya, Bu. Itu anak-anak di kelas ada-ada aja kelakuannya, hehe,” balasku.

“Ooohhh… yo syukur, Bu. Sing penting bahagia yo, Bu,” balasnya.

“Pripun, Bu, calone lancar?” sambungnya.

“Ahamdulillah, Bu, apik. Hehe.”
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd