Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Pengkhianatan Sahabat

Status
Please reply by conversation.
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Kayaknya seru nih... Lepas kancut dulu....
 
Part 2: Dua Sahabat
Mila-1.jpg

Selama beberapa tahun setelah lulus, Mila sempat merasakan betapa beratnya menjadi 'budak korporat' dengan beban kerja yang berat dan jam kerja yang tidak menentu. Tak jarang ia masuk di pagi hari dan harus pulang menjelang pagi hari keesokan harinya. Setelah itu ia pun harus kembali masuk kantor di siang hari. Hal tersebut bukanlah hal yang aneh di perusahaan konsultan tempatnya bekerja waktu itu.

Lelah dengan kondisi tersebut, ia pun memutuskan untuk keluar dan kembali membantu usaha keluarganya. Terlebih lagi, ia melihat papanya yang sudah tidak muda lagi. Semangat sang papa pun sudah sangat menurun setelah ibu Mila meninggal dunia sekitar dua tahun lalu. Sangat disayangkan apabila bisnis keluarga mereka harus berhenti karena tidak ada yang melanjutkan.

Selain itu, Mila pun memilih untuk keluar karena ia ingin kembali bebas mengatur hari-harinya. Kini ia bisa bebas menentukan sendiri jadwal bertemu dengan sang pacar, Egi. Selain itu, ia pun juga bebas untuk berjalan-jalan ke mall di siang hari, sesuatu yang sangat sulit ia lakukan ketika masih bekerja di perusahaan konsultan dulu.

Bisnis fashion keluarganya memang tidak perlu dikelola secara mendetail. Mila hanya perlu memastikan semua transaksi dan pengiriman penting berjalan lancar. Untuk urusan produksi dan suplai pakaian, sang ayah masih bisa menanganinya. Apabila pekerjaannya sudah beres, Mila pun bebas untuk pergi ke mana saja.

Seperti hari ini, Mila memilih untuk pergi ke sebuah mall besar di Jakarta Selatan. Ia tidak ada rencana untuk membeli apa pun, hanya sekadar ingin berkeliling dan melepas penat saja. Mila sendiri merupakan sosok perempuan yang tidak suka pergi sendirian. Karena itu, ia sebenarnya telah coba mengajak pacarnya, Egi.

"Aku hari ini mau ke mall, kamu bisa temenin aku gak?" Begitu bunyi WhatsApp Mila kepada Egi pagi tadi.

Lima menit kemudian Egi baru membalas. "Kalau hari ini gak bisa, Sayang. Aku harus kerja. Weekend saja yah?"

"Yaudah, aku jalan sama Wulan saja," balas Mila kembali.

Itulah mengapa siang ini Mila tengah duduk di sebuah bangku foodcourt di mall yang ia kunjungi, sembari menunggu kedatangan temannya, Wulan. Sekitar setengah jam menunggu, akhirnya Wulan pun sampai. Ia datang bersama ayahnya, Pak Burhan.

Wulan-1.jpg

"Halo Mila, apa kabar?" Sapa Wulan sambil menempelkan pipinya yang halus ke pipi Mila.

"Pake nanya kabar segala, kayak orang jauh aja," ujar Mila. "Halo Om Burhan."

"Apa kabar Mila? Kalau Om yang nanya kabar boleh? Om kan sudah lama gak ketemu kamu, hee," ujar ayah Wulan.

"Baik, Om. Iya, kita terakhir ketemu waktu aku sama Wulan lulus SMA kan? Setelah itu Om sibuk mondar mandir mengurus bisnis ke Australia," jawab Mila.

"Iya, Mila ingat aja. Sekarang Om sudah fokus sama bisnis di Indonesia, jadi akan lebih sering di sini."

"Bagus donk, Om. Biar Wulan ada temennya, gak main sama Bi Inah terus, hee," ledek Mila.

Wulan memang mempunyai nasib yang sama malangnya dengan Mila. Ibunya juga telah tiada, sejak Wulan dan Mila masih duduk di bangku SMA. Karena itu Wulan pun terus setia menemani Mila ketika ibunda Mila pun meninggal, karena ia mengerti betul beratnya ditinggal oleh seorang ibu.

Wulan sendiri merupakan anak tunggal. Ia juga belum mempunyai pacar. Karena itu, ketika ayahnya sibuk mengurus bisnis di luar negeri, praktis Wulan hanya berdua di rumah dengan pembantunya yang bernama Bi Inah. Hanya Mila sahabat yang setia menemaninya apabila ia butuh teman untuk mengobrol.

"Ya sudah, Om tinggal dulu yah. Harus balik kerja lagi neh," ujar Pak Burhan.

"Oke, Om. Hati-hati di jalan."

"Dah, Ayah."

Setelah Pak Burhan pergi, Wulan dan Mila pun langsung berkeliling mall. Mereka melihat-lihat pakaian, hijab, sepatu, hingga buku. Setelah puas dan lelah berputar-putar di mall, mereka pun kembali ke foodcourt untuk mengobati rasa lapar.

"BTW, gmana kamu sama Egi, Mil," tanya Wulan. Hari ini ia tampak anggun sekali dengan jilbab berwarna hitam dan baju terusan berwarna oranye. Kacamata yang bergantung di atas hidungnya menambahkan kesan berkelas pada diri Wulan.

"Ya masih gitu gitu aja. Kadang dia bisa romantis banget, tapi kadang juga susah banget diajak jalan. Seperti pagi tadi, aku ajak nemenin ke mall dia malah gak bisa," jawab Mila.

"Hmm, mungkin dia ada cewek lain," ujar Wulan sambil menengguk capuccino panas yang ia pesan.

"Husshh, sembarangan," tanggap Mila.

"Atau jangan-jangan ... kamu yang punya cowok lain. Hayo ngaku," ujar Wulan.

Mila sebenarnya tahu kalau kata-kata Wulan hanya sekadar bercanda. Teman baiknya itu hanya ingin meledek dirinya. Namun perkataan itu membuatnya teringat kembali dengan kejadian kemarin sore.

Saat Irfan tengah berada di kamar mandi, Mila pun bergerak ke arah jendela untuk melihat ke arah luar rumah, apakah hujan telah berhenti atau belum. Ia pun sedikit kaget ketika Irfan tiba-tiba memanggilnya dari belakang. Namun ia lebih kaget lagi karena melihat tonjolan yang besar di selangkangan Irfan.

Meski merupakan seorang muslimah yang selalu mengenakan jilbab apabila keluar rumah, namun Mila merupakan perempuan yang sudah terpapar akan kenikmatan seks. Meski masih bisa menjaga keperawanannya, Mila telah beberapa kali melihat dan menyentuh kemaluan pria, terutama milik Egi, pacarnya. Jemarinya yang lentik pernah mengocok-ngocok kemaluan Egi, hingga memberikan blowjob dengan cara memasukkan kemaluan Egi ke dalam mulutnya. Berbekal apa yang ia pelajari dari film porno yang pernah ia tonton, Mila pun berusaha memaju-mundurkan kepalanya hingga kemaluan Egi memuntahkan sperma.

Namun ketika bermain-main dengan kemaluan Egi, Mila sempat menganggap bahwa ukuran kemaluan Egi memang normal untuk orang Indonesia. Karena itu ia sangat terkejut ketika melihat tonjolan kemaluan Irfan, yang begitu besar. Di situ ia mulai menyadari kalau ukuran kemaluan pacarnya terhitung kecil.

"Bila dari luar saja sebesar itu, bagaimana kalau melihat dan aku sentuh langsung," pikir Mila dalam hati.

Mila pun semakin merasa tersanjung karena mengetahui tonjolan kemaluan Irfan yang besar itu terbentuk karena tengah berdua bersama Mila di rumah. Pasti itu, tidak ada alasan lain.

Itulah mengapa ketika Irfan memutuskan untuk langsung pulang, ia sebenarnya merasa kecewa. Ia ingin mengetahui apakah tonjolan kemaluan Irfan itu bisa bertambah besar lagi atau tidak bila ia terus menggoda teman baik Egi tersebut. Wajah Irfan memang tidak terlalu tampan, dan postur tubuhnya pun cenderung gempal, jauh dari kata sempurna, apalagi bila dibandingkan dengan Egi. Namun kejadian mendadak yang terjadi kemarin membuat Mila sejenak lupa dengan hal itu, bahkan ia sempat tidak peduli bahwa ia telah berpacaran dengan Egi. Tonjolan kemaluan Irfan membuatnya lupa segalanya.

Ketika sepeda motor Irfan telah hilang dari pandangannya, Mila pun sadar akan kenyataan yang ada. Namun kesadaran itu tidak menghentikannya untuk pergi ke kamar, lalu menanggalkan jilbab, kaos, dan celana jeansnya. Mila pun mematut dirinya di depan cermin dengan hanya mengenakan bra dan celana dalam. Ia mengagumi tubuhnya yang memang begitu indah.

Perlahan ia meremasi payudaranya sendiri, sambil memejamkan mata. Ia membayangkan Irfan yang melakukan hal tersebut, memeluknya dari belakang, sambil menempelkan kemaluannya yang besar di bokong Mila yang juga montok.

Ia pun sampai mendesahkan nama lelaki yang bukan muhrimnya tersebut, "ahh, Irfan ... terus sentuh tubuhku." Mila terus melakukan hal tersebut sampai dirinya terpuaskan. Ia pun mengakhiri hari dengan merebahkan tubuhnya yang hanya berbalut bra dan celana dalam di atas ranjang.

Karena itu ketika Wulan tiba-tiba menanyakan tentang apakah ada lelaki lain, tentu jawabannya tidak ada lelaki lain selain Egi. Namun kejadian kemarin cukup untuk membuatnya tersenyum.

"Lho, koq malah senyum-senyum. Berarti beneran ada yah?" Ledek Wulan.

"Hushh, sembarangan. Gak ada siapa-siapa koq," ujar Mila cepat. "Kamu sendiri gmana kerjaan di bimbel?"

"Lancar koq, emang pas sih aku kerja di situ. Aku suka banget komunikasi dengan anak-anak," ujar Wulan.

Mereka berdua pun terus berbincang santai sampai akhirnya mereka berpisah dan kembali ke rumah masing-masing.
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd