Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Pengkhianatan Sahabat

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Pinter ni Burhan, menaklukan dengan halus
 
Jangan-jangan pengkhianatan yang dimaksud ini, bukan cuma antara Burhan dan Syamsul, tapi juga antara Wulan dan Milla.

Bisa jadi, Wulan ada niat rebut Egi dari Milla, biar Milla putus asa, terus jatoh ke tangan Burhan.
Mungkin gini hu mungkin yah wulan dan mila prewi di ambil ama bandot ato irfan misal di ambil sama bandot sejalannya waktu ternyata irfan lebih perkasa.
Nah mila menyukai irfan dan wulan yang mengetahui keperkasaan irfan ingin merebut dari mila Mungkin :pandaketawa:
 
Kalau bisa diceritain juga ukh gimana caranya si Burhan ngerebut Shinta dari Syamsul
 
Jam terbang burhan memang menentukan keberhasilan niat ny, dan mila selangkah lebih dekat menuju kemauan burhan..
 
Susah di tebak ini cerita nya ...
Masih berputar putar ....
Ternyata Irfan juga bukan tokoh utama ...
 
Part 18: Membela Harga Diri

Pada hari sabtu pagi, Mila kembali tidak menemukan Om Burhan di ranjangnya. Namun ia mendengar suara shower di kamar mandi, tanda bahwa pria tersebut tengah berada di sana. Benar saja, tak lama kemudian terlihat Om Burhan keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan secarik handuk di pinggangnya. Mila pun bisa melihat tubuh kekar Om Burhan dengan jelas.

"Kamu sudah bangun, Mil?" Ujar Om Burhan sambil memilih-milih baju di lemari.

"Sudah, Om," jawab Mila dari balik selimut. "Terima kasih ya untuk hadiahnya."

Om Burhan pun hanya tersenyum. "Harusnya Om yang berterima kasih kamu sudah mau menemani Om selama seminggu ini."

"Tapi dari mana Om tahu ukuran baju dan sepatu Mila?" Tanya Mila penasaran.

"Om ingat waktu itu Wulan pernah bercerita setelah kalian berdua berbelanja. Ukuran pakaian kalian itu sama, tapi ukuran sepatu kamu satu nomor lebih besar dari Wulan. Om sudah berkali-kali membelikan Wulan baju, jadi Om bisa tahu berapa ukuran kamu. Tapi misalnya kurang pas, semuanya masih bisa ditukar kok," jawab Om Burhan.

Mila pun tersenyum akan kecerdasan Om Burhan. "Tapi ada satu masalah Om. Kita kan mau pergi ke restoran resmi, tapi Mila nggak bawa alat make up," ujar Mila.

"Tenang saja, untuk itu Om sudah atur," jawab Om Burhan sambil tersenyum. Mila pun bingung apa sebenarnya maksud Om Burhan dengan kata-kata itu.

Ketika hari telah menjelang sore, Om Burhan pun mengajak Mila keluar. Tak lupa ia menyuruh Mila membawa seluruh pakaian yang akan ia kenakan untuk makan malam. Mila pun menurut. Di tengah perjalanan, mobil Om Burhan tiba-tiba berhenti di sebuah bangunan.

"Kenapa kita berhenti di sini, Om?" tanya Mila.

"Ini salon langganan Om. Kamu bisa minta tolong mereka untuk mendandani kamu untuk datang ke makan malam nanti. Om sudah atur semuanya," ujar Om Burhan.

Mila pun langsung sumringah. Ternyata ini yang dimaksud Om Burhan tadi pagi. Mila pun langsung masuk ke dalam dan dikenalkan dengan seorang pegawai di salon tersebut. Om Burhan pun menunggu di ruang tunggu salon tersebut. Beberapa saat kemudian, Om Burhan pun menggunakan ruangan kosong di salon tersebut untuk mengenakan kemeja yang akan ia gunakan ke acara makan malam.

Sekitar satu jam kemudian, Mila keluar dari dalam. Ia tampak sangat cantik dengan balutan kebaya dan jilbab berwarna merah muda, dan secarik kain dengan warna senada di bawahnya. Sepatu ber-hak yang ia kenakan pun menambah kesan anggun di diri perempuan cantik tersebut. Sebuah kalung indah tampak tergantung di sekitar dadanya yang besar. Om Burhan sampai dibuat terpana karenanya.

"Kenapa bengong Om Burhan?" Tanya Mila sambil tersenyum.

"Kamu cantik sekali," ujar Om Burhan.

"Ini kan semua Om Burhan yang belikan. Terima kasih ya," ujar Mila.

"Pakai apa saja kamu sudah terlihat cantik. Dengan ini, kamu sempurna, Mila," puji Om Burhan.

Mereka berdua pun kembali ke mobil dan melanjutkan perjalanan ke restoran yang dimaksud Pak Joni, rekan bisnis Om Burhan. Mereka sampai di tempat yang dimaksud sekitar tiga puluh menit kemudian. Mereka kemudian langsung masuk dan berkumpul dengan para pengunjung lain restoran tersebut yang semuanya berasal dari kalangan atas.

Dengan mudah, mereka pun menemukan meja di mana Pak Joni telah menunggu mereka.

"Selamat malam, Burhan. Ayo silakan duduk," ujar Pak Joni.

"Malam, Joni. Kenalkan, ini Mila, teman anakku yang kebetulan sedang ada di Bali. Karena itu aku berinisiatif untuk mengajak dia makan malam," ujar Om Burhan. Pak Joni pun langsung bersalaman dengan Mila.

Mereka bertiga menghabiskan malam dengan menyantap makan malam yang lezat, dan berbincang tentang berbagai macam hal lain. Om Burhan dan Pak Joni mejelaskan kepada Mila bagaimana mereka berkenalan hingga akhirnya membangun bisnis di Bali. Mila pun menceritakan bagaimana pekerjaannya dulu di sebuah perusahaan konsultan, dan pandangannya tentang potensi bisnis di Bali. Mereka melewati malam tersebut dengan hati yang senang.

Dua jam terlewati, makan malam mereka pun selesai. Mereka bertiga kemudian beranjak menuju pintu keluar restoran bersama. Begitu sampai di luar, Om Burhan merasakan kantung kemihnya sudah penuh. Ia pun minta izin untuk pergi ke toilet, meninggalkan Mila bersama Pak Joni.

"Berapa tarif kamu untuk semalam?" Tanya Pak Joni tiba-tiba, ketika Om Burhan sudah hilang dari pandangan.

Mila pun kaget dengan pertanyaan tersebut. "Apa maksud Bapak?"

"Saya tanya berapa Burhan bayar kamu untuk semalam? Berapa harga tubuhmu ini, cantik?"

"Bapak jangan sembarangan yah! Saya ini bukan pelacur," ujar Mila.

"Sudah jangan munafik. Kalian semua pelacur sama saja, suka jual mahal dulu di awal biar harga kalian naik. Saya akui kamu punya otak yang pintar, terbukti dari komentar yang cerdas terkait bisnis. Namun sekali pelacur, kamu tetap saja pelacur, manis," ujar Pak Joni sambil tersenyum.

Mila hanya terdiam mendengar perkataan tersebut.

"Jadi berapa tarif kamu? Saya akui kamu punya wajah yang cantik, sedikit lebih manis dibanding pelacur kebanyakan. Kamu pun punya toket yang besar dan bokong yang montok. Memek kamu pasti legit banget. Dengan usia yang masih muda dan jilbab yang kamu kenakan, saya tebak tarif kamu sekitar delapan juta semalam, benar gak?" Ujar Pak Joni.

"Hentikan, Pak," ujar Mila geram.

"Sudah jangan munafik. Kalau kamu mau, saya bisa bayar dengan harga yang lebih dari yang dibayar Burhan. Kontolku juga tak kalah besar dengan punya Burhan, kamu pasti lebih puas tidur seranjang denganku," ujar Pak Joni. Perlahan ia pun mengangkat tangannya untuk membelai pipi Mila.

Ketika tangan tersebut hampir sampai di pipi Mila, tiba-tiba ada tangan lain yang menahannya. "Jangan kurang ajar, Joni," ujar Pak Burhan yang ternyata telah kembali dari toilet. Ia pun menarik tangan Pak Joni agar tidak bisa menyentuh Mila.

"Apa-apaan kamu, Burhan. Saya hanya menggoda sedikit pelacur yang kamu bawa ini," ujar Pak Joni terkekeh.

"Diam kamu bangsat," tanpa disangka oleh Mila, Om Burhan langsung menyerang Pak Joni.

Berkali-kali ayah Wulan tersebut melayangkan pukulan ke wajah Pak Joni, yang merupakan rekan bisnisnya. Pak Joni tampak tidak terima, dan balik membalas Om Burhan dengan pukulan dan tendangan. Mila bisa melihat dengan jelas bagaimana Om Burhan tidak terima dengan perlakuan Pak Joni kepada dirinya. Namun perempuan cantik itu sendiri bingung harus berbuat apa menyaksikan perkelahian tersebut.

Para petugas keamanan restoran langsung berkumpul melerai perkelahian tersebut. Namun karena tenaga Om Burhan dan Pak Joni yang kuat, membuat mereka kesulitan. Ketika kedua pria tersebut berhasil dilerai, wajah mereka telah penuh dengan lebam dan luka di sana sini. Pakaian mereka pun telah berantakan dan sobek di beberapa bagian.

"Bangsat kau Burhan. Hubungan bisnis kita aku anggap batal," teriak Pak Joni dari kejauhan.

"Aku juga tidak sudi berbisnis dengan lelaki bajingan seperti kamu, Joni," teriak Om Burhan.

Om Burhan langsung menarik tangan Mila untuk kembali ke mobil. Sepanjang perjalanan mereka hanya diam. Om Burhan tampak masih dilanda kemarahan dan sesekali meringis karena rasa sakit akan luka di wajahnya.

Sesampainya mereka di kamar hotel, Om Burhan pun langsung terduduk di tempat tidurnya. Mila berinisiatif untuk mengambil kantong P3K yang ia bawa di kopernya, dan mengambil handuk kecil di kamar mandi yang kemudian ia basahi dengan air. Mila pun menarik kursi dan memposisikannya di depan Om Burhan.

Secara perlahan, Mila mulai membersihkan luka di wajah Om Burhan dengan handuk. Ia mengusap seluruh wajah Om Burhan, mulai dari kening, pipi, hingga dagu. Setelah itu, Mila pun memberikan obat anti infeksi ke luka-luka tersebut, dan mengompres luka lebam di wajah Om Burhan.

"Maafkan perbuatan teman Om yah," ujar Om Burhan memecahkan kesunyian. "Om tidak tahu kalau Pak Joni itu orang yang brengsek."

"Tidak apa-apa, Om. Tapi sebenarnya Om tidak perlu sampai berkelahi seperti itu," ujar Mila.

"Om tidak suka kalau ada laki-laki yang menyakiti kamu, Mil," jawab Om Burhan. Mila pun tersanjung dengan kata-kata itu.

"Lalu bagaimana dengan urusan bisnis, Om? Bisa rusak kan sekarang dengan Om berkelahi seperti itu," ujar Mila.

"Uang bisa dicari, Mila. Tapi kalau yang namanya harga diri, itu harus dipertahankan sampai kapan pun," ujar Om Burhan. Mila pun tambah kagum dengan ayah sahabatnya tersebut.

"Ahh ..." Om Burhan tiba-tiba meringis menahan rasa sakit. Ia pun memegangi bagian dadanya.

"Badan Om juga luka yah?" Tanya Mila.

"Sudah, Mil. Om tidak apa-apa."

"Nggak boleh gitu. Sekarang lepas baju Om," perintah Mila.

Om Burhan pun menurut. Ia melepaskan kancing kemejanya satu per satu, dan melemparkannya ke belakang. Setelah itu, ia pun melepaskan kaos dalamnya dengan cara mengangkatnya ke atas. Mila pun bisa melihat dengan jelas beberapa luka lebam di perut dan dada Om Burhan.

Mila kemudian mengompres luka-luka tersebut secara bergantian. Namun dengan kondisi seperti itu, mau tidak mau Mila harus melihat tubuh perkasa Om Burhan yang terbuka. Jantungnya pun mulai berdegup kencang. Nafasnya semakin memburu begitu ia melihat kemaluan Om Burhan seperti bertambah besar dari balik celananya.

Tangan Om Burhan pelahan naik dan membelai lengan Mila yang masih tertutup pakaian berwarna merah muda. Usapan Om Burhan tersebut kemudian naik ke bahu Mila, dan berakhir di kepala Mila yang berbalut jilbab. Om Burhan kemudian menarik kepala perempuan cantik tersebut hingga jarak antara wajah mereka berdua semakin mendekat. Mila memejamkan mata dan merasakan bibirnya bersentuhan dengan bibir Om Burhan yang kasar.

Handuk yang disulap menjadi kompres oleh Mila telah terjatuh ke lantai. Kini perempuan muda tersebut telah menyentuh dada Om Burhan yang terbuka dengan tangannya yang halus. Ia pun mengusap-usap daerah sekitar puting dada Om Burhan, dan memainkan puting tersebut dengan jari telunjuknya.

Om Burhan menekan bibirnya semakin dalam ke bibir Mila, lalu mengeluarkan lidahnya untuk menjilat bibir perempuan cantik yang telah memejamkan mata tersebut. Sang perempuan pun membalas dengan membuka bibirnya dan mengizinkan lidah Om Burhan untuk masuk ke rongga mulutnya, dan beradu dengan bibirnya yang hangat. Perempuan tersebut lalu mengalungkan tangannya ke leher Om Burhan, dan menikmati kecupan pria tua tersebut di ruangan hotel tempat mereka menginap.

Tangan Om Burhan kemudian mengusap-usap jilbab yang dikenakan Mila, dan berusaha melepaskannya. Mila pun membantunya tanpa melepas bibirnya yang telah melekat dengan bibir Om Burhan. Tak lama kemudian, jilbab Mila telah tergeletak di atas lantai, dan rambut Mila yang panjang tergerai indah. Om Burhan pun langsung membelai-belai rambut perempuan tersebut dengan penuh kasih.

Puas mengulum bibir manis Mila, Om Burhan kemudian berdiri dan merangkulkan tangannya ke tubuh perempuan tersebut. Ia kemudian mengangkat tubuh seksi Mila dan menggendongnya menuju ranjang yang biasa ditiduri Mila. Tubuh perempuan cantik itu kemudian ia rebahkan di atas ranjang dan langsung ia tindih dengan tubuhnya yang kekar. Mila bisa mencium bau keringat Om Burhan yang entah mengapa justru membuat birahinya naik.

Tangan Om Burhan mulai bergerilya menggerayangi payudara Mila dari balik pakaian pestanya. Kedua bibir mereka pun kembali bertemu. Om Burhan kemudian menarik pakaian Mila ke atas hingga terlepas, menampilkan payudara indah Mila yang masih berbalut bra. Kain yang dikenakan Mila pun ia lepaskan dan ia lempar ke lantai. Perempuan muda yang usianya terpaut lebih dari 25 tahun dengan dirinya tersebut kini telah terbaring di hadapannya dengan hanya mengenakan bra dan celana dalam.

Tak ingin kalah, Mila pun berusaha melepaskan ikat pinggang Om Burhan, lalu menurunkan celana panjangnya. Ia kini bisa merasakan kemaluan Om Burhan yang besar dari balik celana boxer yang merupakan pakaian terakhir yang dikenakan oleh pria tua tersebut. Hampir seluruh tubuhnya kini telah terbuka.

Om Burhan kemudian mengecup leher Mila dengan penuh nafsu. Sedangkan tangannya terus saja meremas-remas payudara Mila dan berusaha mencari puting indah perempuan tersebut. Mila pun membalasnya dengan menciumi telinga Om Burhan sambil mengelus-elus punggung Om Burhan yang terbuka.

Luka yang diterima oleh Om Burhan karena perkelahiannya di restoran tadi seperti tidak terasa lagi. Rasa sakit tersebut telah berganti dengan rasa nikmat dari bersentuhnya kedua kulit pasangan pria tua dan perempuan muda tersebut. Tangan Om Burhan pun menggerayangi seluruh tubuh Mila mulai dari betis, paha, perut, hingga Mila menggelinjang dan mendesah.

Om Burhan kemudian menjilati daerah sekitar ketiak Mila, yang kemudian dibalas dengan jilatan oleh Mila di dada Om Burhan yang sebenarnya penuh luka. Keduanya saling menaikkan birahi pasangannya dengan tempo perlahan.

Saat Mila kemudian berniat untuk membuka celana dalamnya, tiba-tiba Om Burhan menahan dengan tangannya. Ayah Wulan tersebut pun menghentikan kuluman bibirnya di bibir Mila.

"Sudah, Mila. Hentikan. Kamu melakukan ini bukan karena kamu sayang sama Om, tapi karena situasi yang mendorong kita. Bahkan kamu pun tidak akan mau menemani Om ke sini kalau tidak Om paksa. Jangan sampai kamu menyesal melakukan terlalu banyak hal bersama Om," ujar Om Burhan.

Mila pun terdiam.

Om Burhan tersenyum. Ia kemudian bangkit dan beranjak meninggalkan ranjang Mila. Perempuan cantik tersebut pun langsung masuk ke dalam selimut, menutupi tubuhnya yang terbuka.

"Tunggu, Om," ujar Mila tiba-tiba.

Om Burhan membalikkan badannya, hingga Mila kembali bisa melihat tubuh kekar tersebut dengan jelas. Apalagi tubuh pria tersebut kini hanya tertutupi dengan celana boxer saja.

"Maukah Om tidur di ranjang Mila untuk malam ini saja?"

Om Burhan pun tersenyum. Ia menuju saklar lampu untuk mematikan semua penerangan di kamar tersebut. Ia kemudian mendekati ranjang Mila dan masuk ke balik selimut. Ia mendekap tubuh seksi perempuan muda tersebut dari belakang. Mila pun bisa merasakan hangatnya tubuh Om Burhan di seluruh tubuhnya.

Dengan hanya mengenakan pakaian dalam, kedua insan tersebut pun terlelap di ranjang yang sama hingga pagi menjelang. Siang harinya, mereka telah dalam perjalanan pulang untuk kembali ke ibu kota.
 
Glodaaakk....
Makasih up'y sist@fathimah...


Moga tetap sehat & lancar jaya rejeki'y sist
 
Ini yg namanya pgn dapet emas skalian gunung2nya hahahaha
Bagaimana dengan samsul
Kayaknya bakal keren nich klo mereka nikah denga anak masing2
Tp kayaknya bakal samsul nich yg nyuri star duluan pa lagi si wulan biarpun blm pernah pacaran tp suka penasara. Itu yh bikin selangkangan makin lebar kwwkwkwk
 
Panas adem :pandabelo: ta wess!
kita yang baca ini terlalu mendahulukan prasangka. Padahal kenyataan bisa terjadi sebaliknya.
keren!:jempol:
ini yang dinamakan menyentuh wanita tepat di hati. Dengan rasa sayangnya terjadi begitu saja tanpa rencana. senantiasa menjaga hati, tak rela sampai tersakiti. Juga tak ingin menjadi rusak.

Tak mengherankan jika dulu emaknya Wulan jadi terpesona dan memantapkan pilihan.
wah.. wah..:papi: pada terkecoh semua yaa..
nahan konak:pandaketawa: hingga panas dingin.​
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd