Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Pengkhianatan Sahabat

Status
Please reply by conversation.
Anjir ngeri si burhan memetik bunga dengan cara halus :pandaketawa:
Emang umur itu tidak bohong :pandaketawa:
tapi berhasil ngak yah metik bunganya :huh:
 
Yaa Hu engga jd di eksekusi...
Apa mau di eksekusi barengan ama Wulan...
 
Wow terimakasih sekali update, suka bgt sama cerita ini sampe update hampir 20 blm ada adegan sex nya
 
Part 19: Mencari Korban

Saat Mila dan Om Burhan tengah berada di Bali, Wulan justru sibuk menggoda dua orang pria yang dekat dengannya di Jakarta, yaitu Irfan dan Pak Syamsul. Saat ini ia memang hanya berani menggoda mereka lewat pesan singkat di WhatsApp. Namun ia juga tertarik untuk melakukan sesuatu yang lebih jauh dari itu di dunia nyata.

Keinginan untuk menggoda pria sebenarnya baru dimulai sejak setahun yang lalu. Saat masih di bangku sekolah menengah, wajah cantik Wulan sebenarnya sudah memancing banyak pria untuk mendekati dirinya. Namun pada saat itu, ia masih skeptis dengan hubungan pacaran. Terlebih ketika ibunya meninggal, ia pun seperti larut dalam kesedihan, dan tak ada waktu untuk memikirkan hubungan dengan lawan jenis. Perempuan berkaca mata tersebut memilih untuk fokus pada pendidikan.

Hal itu berlanjut saat ia menempuh jenjang perkuliahan. Wulan terus berusaha belajar untuk mendapatkan hasil terbaik, demi membuktikan kalau ia bisa berprestasi meski tanpa ibu yang mendampingi. Benar saja, ketika ia akhirnya berhasil lulus dengan nilai hampir sempurna, ia pun bisa merasa puas. Hal tersebut juga mendapat sambutan yang luar biasa menyenangkan dari sang ayah.

Saat bekerja, ia pun hampir selalu mendapatkan apa yang ia inginkan. Wulan sebenarnya bisa saja melamar ke perusahaan besar dan mendapatkan posisi tinggi. Namun ia akhirnya lebih memilih untuk mengajar di sebuah tempat bimbingan belajar, membina anak-anak SMA yang ingin masuk ke perguruan tinggi favorit. Ia melakukan itu karena memang suka dengan dunia pendidikan, dan senang berinteraksi dengan anak-anak remaja.

Namun menjadi pengajar merupakan sesuatu yang jauh dari kompetisi. Padahal, Wulan sangat menyukai kompetisi dan ketegangan. Itulah mengapa ia kemudian tertarik untuk menggoda para pria tersebut, baik yang muda dan tidak tampan seperti Irfan, hingga yang sudah berumur seperti Pak Syamsul. Ia seperti mendapat kepuasan dari ketegangan saat melakukan aktivitas tersebut. Hari ini, ia akan mulai dengan Irfan terlebih dahulu.

"Irfan, hari ini mau temani aku minum kopi gak?" Tanya Wulan pada suatu hari lewat WhatsApp.

Tak lama kemudian, Irfan pun membalas, "Bisa Wulan. Kapan? Di mana?"

Wulan pun tersenyum membaca balasan Irfan yang seperti sudah sangat tidak sabar. "Kamu temui aku di kedai kopi dekat tempat bimbel aku ya besok, pukul tujuh malam," ketik Wulan sambil menuliskan nama kedai kopi favoritnya.

"Baik Wulan. Sampai ketemu."

Keesokan harinya, Wulan sengaja menggunakan pakaian yang lebih ketat dari biasanya. Selain itu, ia juga mengenakan lipstik dengan warna yang menggoda. Tak hanya itu, ia pun melakukan sesuatu yang pernah ia lakukan sebelumnya ketika sedang beradu tantangan dengan Mila, yaitu tidak mengenakan bra untuk menopang payudaranya yang indah.

Benar saja, ketika mengajar di bimbel, beberapa rekan guru dan murid yang dia ajar seperti melihat sesuatu yang berbeda dari diri Wulan. Beberapa dari mereka hanya berani mencuri-curi pandang pada tubuh Wulan. Sedangkan beberapa yang lain ada yang berani bertanya mengapa Wulan seperti tampil berbeda hari itu, yang kemudian hanya dibalas Wulan dengan sebuah senyuman.

Ketika hari telah menjelang senja, Wulan pun langsung menuju kedai kopi favoritnya dan duduk di pojok kedai. Ia langsung memesan latte kesukaannya. Pada pukul tujuh kurang sepuluh menit, ia melihat Irfan masuk ke dalam kedai kopi tersebut dan duduk di hadapannya. Seperti pria-pria lain di bimbel, Irfan pun tampak terpana melihat perubahan tampilan Wulan. Ia memang baru dua kali bertemu langsung dengan Wulan, namun ia langsung bisa membedakan penampilan Wulan hari ini dengan penampilannya di hari-hari sebelumnya.

"Ha ... Halo Wulan, apa kabar?" Tanya Irfan.

Wulan pun hanya tertawa. "Kamu masih kaku saja, hee." Irfan kemudian ikut tertawa sambil menggaruk-garuk kepalanya.

Di kedai kopi tersebut mereka pun menghabiskan waktu dengan mengobrol banyak hal, seperti barang-barang yang disukai Wulan, hingga hobi Irfan ketika tidak sedang bekerja di leasing. Irfan pun merasa beruntung bisa berkencan dengan dua sahabat yang sama-sama cantik secara berturut-turut. Awalnya dengan Mila, dan kini dengan Wulan. Ia merasa ada yang aneh dengan hal-hal yang serba kebetulan tersebut, namun ia berusaha meyakinkan dirinya bahwa hal itu terjadi karena peruntungan cintanya yang kini telah berubah.

Satu jam kemudian, mereka pun seperti kehabisan bahan obrolan dan bersiap untuk pulang.

"Sudah malam, pulang yuk Irfan," ujar Wulan.

"Ayo, Wulan."

"Kamu mau nggak anterin aku ke rumah?" Tanya Wulan tiba-tiba.

"Mau Wulan, mau," jawab Irfan bersemangat.

Sesampainya mereka di tempat parkir di depan kedai kopi, Wulan langsung naik membonceng di kursi belakang sepeda motor matic Irfan. Sepeda motor itu sebelumnya menjadi saksi bagaimana Mila menggoda pemiliknya. Dan kini sepeda motor tersebut menyaksikan hal serupa, meski dengan tokoh yang berbeda.

Perlahan, Wulan mulai merangkulkan tangannya di perut Irfan yang buncit. Perempuan tersebut pun seperti tak ragu untuk kemudian menempelkan tubuhnya ke tubuh Irfan. Irfan pun bisa merasakan bentuk payudara Wulan di punggungnya. Berbeda dengan Mila, payudara Wulan memang lebih kecil. Namun payudara Wulan terasa sangat berbeda, seperti tidak ada penghalang lagi di antara kulit mereka.

"Apa jangan-jangan Wulan saat ini tidak mengenakan bra?" Pikir Irfan dalam hati. Memikirkan hal tersebut, birahi Irfan pun naik. Tak terasa, kemaluannya pun mulai berdiri tegak. "Mimpi apa aku tadi malam," gumam Irfan pelan.

"Eh, kenapa Irfan? Nggak apa-apa kan kalau aku peluk begini? Aku takut jatuh," ujar Wulan.

"Ii...Iya nggak apa-apa koq Wulan," ujar Irfan dengan sedikit gemetar. Dalam hati Wulan pun tertawa mendengar kata-kata Irfan tersebut.

Tanpa terasa, kebersamaan mereka harus berakhir sekitar tiga puluh menit kemudian, ketika keduanya telah sampai di rumah Wulan. Sepasang pria dan perempuan tersebut pun langsung turun dari motor.

"Terima kasih ya Irfan, sudah menemaniku hari ini," ujar Wulan sambil mengedipkan mata dari balik kacamatanya.

"Sama-sama, Wulan," ujar Irfan yang kemudian memberanikan diri untuk menyentuhkan tangannya ke kepala Wulan yang dibalut jilbab dan membelainya.

Merasa tidak dilarang, Irfan pun berinisiatif untuk melakukan sesuatu yang lebih jauh. Setelah melihat sekeliling dan suasana sepi, ia pun mendekatkan wajahnya ke wajah Wulan sambil memejamkan mata. Tinggal sedikit lagi, bibirnya akan bertemu dengan bibir Wulan. Ia tidak ingin mengulangi kesalahan sebelumnya di mana ia tidak berani mencium bibir Mila dan hanya puas dengan keningnya saja.

Namun tak lama kemudian, bibir Irfan seperti menyentuh sesuatu, namun bukan bibir Wulan. Ketika membuka mata, ternyata Wulan sedang memandang tajam matanya dan menahan bibir Irfan dengan tiga jarinya.

"Hentikan, Irfan. Kita itu teman, bukan pacar. Jadi kamu jangan berbuat yang tidak-tidak," ujar Wulan ketus dan kemudian langsung berbalik dan masuk ke dalam rumah. Ia kembali meninggalkan seorang pria terbengong-bengong setelah ia goda. Wulan pun kembali tertawa dalam hati merayakan kemenangannya.

Keesokan harinya, ia berniat melakukan sesuatu yang serupa kepada Pak Syamsul, ayah dari Mila. Ia pun mengirim WhatsApp kepada pria tua tersebut. "Om Syamsul besok di kios?" Ia pun langsung tidur setelah mengirim pesan tersebut.

Di pagi hari, Wulan memeriksa smartphone miliknya. Terlihat balasan dari Pak Syamsul. "Iya, Om besok di kios kok. Ada apa Wulan?"

Wulan pun membalas. "Sepertinya nanti Wulan mau main ke pusat perbelanjaan di sekitar kios. Nanti Wulan mampir sebentar ya ke kios."

Seperti hari sebelumnya, Wulan kembali tampil spesial. Ia kembali mengenakan kaos yang cukup ketat, dan memakai sedikit make up. Ia sempat mengambil bra-nya ketika berpakaian, namun memutuskan untuk kembali tidak mengenakan bra di balik pakaian dan jilbabnya. Ketika hari menjelang siang, ia pun beranjak menuju kawasan sekitar kios Pak Syamsul.

Tak lama kemudian, Wulan pun sampai di tempat yang ia tuju. Terlihat Pak Syamsul telah berdiri di depan kios. Beberapa orang menganggap pria tua tersebut sedang menjaga kios, namun Wulan tahu bahwa ayah Mila tersebut sengaja berdiri di situ untuk menunggu dirinya. Wulan kemudian melemparkan senyum kepada Pak Syamsul, yang kemudian dibalas oleh pria tersebut.

Pak Syamsul sedikit terpana dengan kecantikan Wulan yang berbeda hari itu. Tak biasanya Wulan mengenakan kaos yang cukup ketat, sehingga bentuk tubuhnya yang indah jelas terlihat. Wajah perempuan muda tersebut pun tampak berkilau, lengkap dengan warna lipstik yang menggairahkan siapa pun yang melihat. Kacamata yang tergantung di atas hidung mancungnya pun membuat perempuan tersebut terlihat lebih anggun.

Wulan pun berjalan mendekati Pak Syamsul dengan perlahan. Namun ketika jarak mereka sudah dekat, Wulan pura-pura terjatuh hingga Pak Syamsul menangkapnya. Tubuh mereka pun seperti sedang berpelukan. Pak Syamsul kembali merasakan hal yang sama dengan apa yang ia rasakan saat mereka berdua saling bertabrakan di rumah Mila. Pak Syamsul yakin Wulan kembali tidak mengenakan bra hari itu.

"Kamu lagi gak pake beha ya, Wulan?" Tanya Pak Syamsul setengah berbisik.

"Iya, Om," ujar Wulan di telinga Pak Syamsul. Perempuan tersebut pun kembali berdiri tegak. Tangannya menyenggol kemaluan Pak Syamsul yang sudah sedikit berdiri dengan sengaja.

"Sampai ketemu ya Om, aku mau keliling dulu," ujar Wulan dengan nada suara yang normal. Ia kembali meninggalkan Pak Syamsul dengan rasa kentang yang teramat pahit. Pak Syamsul pun hanya bisa menikmati keindahan tubuh Wulan dari belakang, terutama pantatnya yang sintal.

Tanpa disadari oleh Pak Syamsul, ada seorang lelaki yang mendekatinya dari belakang. "Siapa cewek bahenol tadi, Bang?" Ujar lelaki tersebut tiba-tiba.

Pak Syamsul pun kaget dan membalikkan badan. Ternyata laki-laki itu adalah Rojak, anak buahnya. "Ternyata kamu Rojak, kirain siapa."

"Cewek manis tadi siapa Bang?" Tanya Rojak lagi.

"Wulan, temannya Mila."

"Owh, kirain pecun yang baru abang sewa dan belum abang bayar, hee," ujar Rojak sambil tertawa.

"Heh, jangan sembarangan. Itu benar temannya Mila, jangan kurang ajar," ujar Pak Syamsul sedikit kesal.

"Ya maaf Bang, habis dari tampilannya, kayaknya bisa dipake, hee. Saya sih yakin disenggol dikit juga klepek-klepek itu cewek," ujar Rojak.

"Hushh, diam kamu," ujar Pak Syamsul sambil berjalan melewatinya menuju bagian belakang kios. Namun dalam hati, ia memikirkan kata-kata Rojak. Benarkah Wulan merupakan tipe perempuan yang bisa dengan mudah ditaklukkan?
 
bikin :groa: gemes saja kau ini, Wulan!
main-main dengan lelaki dewasa...
awas saja kamu!!!:pandajahat: sekali ketangkep, aku iket lalu bugilin dan
tiup-tiup :cup: dech mpe kembung



:pandaketawa:
 
Part 17: Hadiah Terindah

Mila-1.jpg

Hari pertama di Bali, Om Burhan langsung datang ke kantor salah satu rekan bisnisnya yang ada di kota tersebut. Mereka membahas perkembangan bisnis mereka berdua, serta bagaimana mereka bisa mendapat keuntungan yang besar di kemudian hari. Begitu bersemangatnya Om Burhan ketika berbicara bisnis, hingga ia tidak sadar sudah waktunya untuk makan siang. Ia pun memutuskan untuk makan siang di sebuah restoran dengan rekan bisnisnya tersebut.

Saat memesan makanan, Om Burhan pun teringat Mila. "Sudah makan siang belum ya dia?" Gumam Om Burhan. Ia pun kemudian mengirimkan sebuah pesan lewat WhatsApp, mengingatkan sahabat karib anaknya tersebut agar tidak lupa makan siang.

Sejak istrinya meninggal, Om Burhan memang seperti kehilangan arah dalam hidup. Ia mencoba menyibukkan diri dalam bisnis, agar tidak terlalu memikirkan kehidupan pribadinya. Namun pria berusia 50an tahun tersebut tidak bisa membohongi diri sendiri bahwa ia tak puas hanya dengan keberhasilan dalam bisnis, namun ia juga menginginkan kesuksesan dalam hal cinta dan pemuasan birahi.

Ia awalnya coba mengatasi masalah tersebut dengan cara melakukan hubungan badan dengan perempuan mana pun yang ia suka. Mulai dari Lisa yang sebenarnya merupakan salah satu rekan bisnisnya, beberapa rekan bisnis yang lain, hingga beberapa pelacur kelas atas yang sering ia sewa. Namun dari semua perempuan tersebut, tak peduli seberapa cantik mereka, pria tua tersebut tak kunjung meraih kepuasan secara batin. Ia pun sempat merasa pasrah, dan merasa bahwa ia tidak akan bisa menemukannya sampai meninggal nanti.

Semuanya berubah ketika ia kembali bertemu dengan Mila. Perempuan cantik yang merupakan sahabat baik anaknya tersebut jelas membuatnya bernafsu secara birahi karena tubuhnya yang indah dan payudaranya yang besar. Namun lebih dari itu Om Burhan juga merasakan sesuatu yang berbeda, seperti getaran aneh dalam hatinya. Perasaan seperti itu terakhir kali ia rasakan saat bertemu dengan Shinta, ibu dari Wulan. Itulah mengapa saat itu ia tega merebutnya dari Syamsul, sahabatnya sendiri.

Om Burhan pun berusaha mencari cara untuk mendekati Mila, namun tak kunjung mendapatkannya. Saat Wulan menceritakan tentang masalah yang tengah dihadapi oleh Mila, Om Burhan pun mendapat semacam titik terang. Ia berniat untuk menggunakan masalah tersebut sebagai cara untuk mendekati Mila. Ia merasa kesempatan ini merupakan momentum untuk memperbaiki kehidupannya. Ia ingin Mila menjadi perempuan terakhir yang ia jadikan pelabuhan hatinya.

Om Burhan pun langsung mengajak Lisa untuk bertemu di sebuah hotel. Pimpinan bank tersebut datang dengan pakaian yang lebih seksi dari biasanya. Ia berharap bisa mendapatkan kepuasan birahi yang luar biasa saat bertemu dengan Om Burhan. Namun akhirnya ia harus merasa kecewa.

"Lisa, aku ingin menghentikan hubungan kita," ujar Om Burhan tegas.

"Kenapa, Om? Pelayanan Lisa sudah tidak memuaskan?" Tanya perempuan cantik tersebut.

"Tidak, Lisa. Aku hanya ingin berubah. Aku tidak ingin bermain perempuan lagi," jawab Om Burhan.

Lisa pun hanya diam mendengar jawaban Om Burhan tersebut.

"Namun aku punya satu permintaan terakhir. Aku harap kamu bisa membantu aku," ujar Om Burhan.

Om Burhan kemudian menceritakan tentang masalah yang dihadapi oleh Pak Syamsul, dan meminta Lisa untuk mencari tahu di mana kira-kira Pak Syamsul meminjam uang. Alangkah terkejutnya Om Burhan ketika Lisa mengatakan bahwa kemungkinan besar Pak Syamsul adalah salah satu nasabahnya. Lisa pun coba memeriksa dengan cara menelepon ke salah satu anak buahnya di kantor. Ia pun mendapat kepastian bahwa Pak Syamsul memang meminjam uang di kantor tempatnya bekerja.

Mendengar hal tersebut, Om Burhan pun sumringah. Ia pun menjelaskan bagaimana Lisa bisa membantu dirinya. Lisa pun menyanggupi.

"Tapi ada syaratnya, Om," ujar Lisa.

"Apa syaratnya?"

"Om harus memuaskan aku hari ini. Anggap saja ini sebagai hadiah perpisahan," jawab Lisa dengan wajah binal.

Om Burhan pun menyanggupi, dan langsung mengecup bibir Lisa dalam-dalam. Pegawai bank tersebut pun langsung melucuti pakaian Om Burhan dan pakaiannya sendiri. Mereka pun menghabiskan hari dengan cara saling memompa birahi pasangan mereka masing-masing, untuk terakhir kalinya.

Perjalanan ke Bali bersama Mila sebenarnya adalah cara Om Burhan agar ia bisa mengetahui kepribadian Mila lebih lanjut, serta menunjukkan kepada perempuan muda tersebut bahwa ia mempunyai perhatian lebih kepadanya. Berbeda dengan apa yang dipikirkan Mila, Om Burhan sama sekali tidak berniat untuk melakukan hubungan seks dengan Mila. Ia bahkan sempat akan memesan dua kamar terpisah untuk mereka, namun karena hotel yang ia pesan sudah penuh, maka Om Burhan dan Mila pun harus tidur sekamar.

Tanpa terasa, makanan yang dipesan Om Burhan dan rekan bisnisnya di Bali telah sampai dan disajikan di meja. Mereka pun langsung menyantap makanan tersebut.

"Kamu pulang kapan, Burhan?" Ujar pria yang tengah duduk di hadapan Om Burhan.

"Hari minggu. Memang kenapa Jon?" Tanya Om Burhan kepada temannya yang bernama Joni tersebut.

"Bagaimana kalau kita makan malam di hari sabtu, nanti aku yang traktir?" Ujar Pak Joni sembari menyebutkan nama salah satu restoran mewah yang terkanal di Bali. Restoran tersebut merupakan restoran kelas atas yang biasanya didatangi oleh para pebisnis kaya dan pejabat.

"Oke, tapi boleh gak kalau aku aja seseorang bersamaku?" Tanya Om Burhan yang langsung berpikir untuk mengajak Mila.

"Boleh donk," ujar Pak Joni.

Urusan bisnis Om Burhan akhirnya selesai ketika hari telah menjelang sore. Ia pun segera kembali ke hotel tempatnya menginap. Begitu masuk, ia mendengar suara keran air yang mengucur di kamar mandi. Sepertinya Mila sedang mandi sore di ruangan tersebut. Tanpa bersuara, Om Burhan langsung merebahkan tubuh di atas tempat tidur, menunggu Mila keluar.

Beberapa menit kemudian, tampak pintu kamar mandi terbuka dan Mila pun keluar dari dalamnya. Alangkah terkejutnya ia ketika mengetahui bahwa Om Burhan telah kembali ke kamar dan tengah berbaring di atas ranjang. Pasalnya, ia keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan handuk saja. Handuk tersebut pun hanya bisa menutupi sebagian payudaranya saja. Ia pun sempat terdiam menatap Om Burhan, yang juga tengah menatap ke arah tubuhnya.

"Eh, Om sudah pulang," ujar Mila.

"Iya," jawab Om Burhan. Pria tua tersebut terpana melihat keindahan tubuh Mila yang hanya tertutup dengan selembar handuk. Ingin rasanya ia segera mendekap tubuh seksi tersebut dan merasakan ranumnya tubuh Mila. Namun ia cepat-cepat memalingkan tatapannya dan menyingkirkan imajinasi seksual tersebut. Ia tidak ingin membuat Mila takut kepadanya. "Siap-siap yuk, kita pergi makan malam."

"Baik, Om," ujar Mila. Ia pun segera menuju lemari untuk mengambil pakaiannya, lalu masuk kembali ke kamar mandi. Tadi pagi Mila memang telah memindahkan pakaian-pakaian yang ia bawa dari koper ke lemari.

Mereka berdua kemudian pergi ke sebuah restoran yang bernuansa romantis. Tempat tersebut terlihat sangat menyenangkan, terlebih dengan adanya musisi yang memang khusus disewa untuk menghibur para pengunjung restoran tersebut. Mila merasa senang, karena seumur hidup belum pernah ada pacarnya yang mengajak dirinya makan malam ke tempat seperti itu.

"Jadi, kamu pergi ke mana saja hari ini?" Tanya Om Burhan.

Mila-2.jpg

Mila pun menceritakan perjalanannya hari ini menyusuri Pantai Kuta, dari ujung yang satu ke ujung yang lain. Sudah lama ia tidak berwisata ke pantai, karena itu kesempata ini tidak ia sia-siakan untuk menikmati udara khas tepi laut selama mungkin. Saat lapar, ia pun mampir ke salah satu pusat perbelanjaan yang ada di sekitar Pantai Kuta untuk mengisi perut.

Terlihat ketegangan yang dirasakan Mila ketika berangkat kini telah mencair. Perempuan muda tersebut mulai merasakan bahwa Om Burhan tidak berniat jahat, apalagi menggagahi dirinya dan merenggut keperawanannya. Apa yang dilakukan Om Burhan selama ini justru menunjukkan bahwa ia memang pria sejati yang menghargai kehormatan perempuan.

"Uang yang om berikan kurang nggak?"

"Nggak koq Om. Ini justru lebih dari cukup," jawab Mila.

Mereka berdua pun terus berbincang tentang berbagai hal, mulai dari keindahan Bali hingga kepribadian mereka masing-masing. Sesekali mereka membahas tentang Wulan, namun tidak begitu lama karena Om Burhan seperti enggan membicarakan anaknya tersebut. Ia ingin obrolan mereka hanya seputar mereka berdua saja. Pembicaraan tersebut kemudian mulai masuk ke hubungan asmara mereka berdua.

"Kamu sudah punya pacar ya?" Tanya Om Burhan.

"Sudah, Om. Namanya Egi," jawab Wulan singkat. Om Burhan pun menangkap ada sesuatu yang salah dari kata-kata Mila.

"Kamu sedang ada masalah ya dengan dia?" Tanya Om Burhan lagi.

Mila menghela nafas. "Kalau dibilang ada atau nggak, ya memang ada sih. Aku merasa dia sebagai pacar sudah tidak perhatian lagi sama aku," jawab Wulan.

"Tidak perhatian bagaimana?"

"Setiap aku ajak ketemu, dia sering sibuk. Ketika aku telepon, dia seringkali hanya bicara sebentar dan kemudian memutuskan telepon dan beralasan ada urusan lain yang lebih penting. Pokoknya aku sama dia sudah tidak seperti pacaran lagi, Om," jelas Mila.

"Saran Om, coba kamu sebagai perempuan lebih bersabar. Mungkin saja dia memang benar-benar sibuk. Setelah kondisi tenang dan dia bisa bertemu kamu lagi, ajak bicara dari hati ke hati tentang apa yang kamu rasakan. Apabila dia memang masih sayang sama kamu, pasti dia akan berubah," ujar Om Burhan memberi nasihat.

Dalam hati, Om Burhan mengutuk dirinya sendiri. Bukankah ia menginginkan Mila untuk jadi kekasihnya? Namun mengapa ia justru memberi nasihat kepada perempuan tersebut agar hubungannya dengan sang pacar jadi membaik?

"Terima kasih atas nasihatnya ya, Om," ujar Mila. "Kalau Om sendiri, kenapa nggak cari pengganti Ibu Wulan?"

"Om ingin kamu yang menjadi pengganti beliau, Mila," ujar Om Burhan dalam hati. Ia tentu tidak bisa mengatakan hal tersebut saat ini kepada perempuan muda tersebut. Masih terlalu cepat. Karena itu, ia hanya menjawab pertanyaan Mila dengan senyuman.

Setelah makan, mereka berdua pun kembali ke hotel. Sesampainya mereka di kamar, Mila langsung berganti pakaian dan tidur. Sedangkan Om Burhan, seperti biasa, hanya tidur dengan celana boxer saja. Lelaki tua tersebut tampak memandangi tubuh Mila yang sedang tidur di ranjang yang berbeda. Ia tampak tersenyum, sebelum kemudian memejamkan mata.

Di hari-hari berikutnya, Om Burhan tidak lagi mempunyai agenda untuk mengurus bisnis. Ia kemudian mengajak Mila untuk menghabiskan waktu dengan berkeliling Pulau Bali berdua. Mereka mendatangi berbagai lokasi wisata, bermain air dan bercanda di pantai, serta menghabiskan waktu untuk menyantap berbagai jenis kuliner khas bali.

Dari raut wajah mereka, keduanya tampak sama-sama menikmati kebersamaan tersebut. Hal ini terlihat jelas dari wajah Mila, yang sudah bisa tersenyum lepas. Ia mulai bisa menghilangkan kekhawatiran bahwa keperawanannya akan direbut oleh Om Burhan. Berbagai rencana yang sudah ia siapkan, mulai dari berpura-pura mendapat haidh, hingga membuat Om Burhan cepat mengeluarkan sperma dengan blow job pun seperti tidak berguna.

Sebaliknya, Mila mulai merasakan sesuatu yang berbeda dengan Om Burhan. Pria tua tersebut lebih tampak seperti ayahnya, yang suka memberi perhatian, kasih sayang, dan kehangatan. Lebih dari itu, Mila pun memandang Om Burhan sebagai sosok lelaki yang jantan, perkasa, dan menyenangkan. Cocok sekali untuk menjadi pasangan dalam berkencan dan bercinta di ranjang.

Mila-3.jpg

Pada hari kamis sore, mereka berdua akhirnya kelelahan berkeliling Bali, dan memilih untuk menghabiskan waktu dengan bersantai di pinggir pantai yang masih berada di kawasan hotel tempat mereka menginap. Om Burhan terlihat bersandar di sebuah bangku pantai sambil mengenakan kacamata hitam, dan memandang ke arah matahari yang mulai terbenam. Sedangkan Mila justru sibuk mengambil gambar matahari senja dengan smartphone miliknya.

"Bagaimana gambarnya? Bagus?" Tanya Om Burhan ketika Mila telah kembali dan duduk di kursi pantai yang ada di sebelahnya.

"Lumayan Om. Cukup baik untuk fotografer amatir seperti aku, hee" ujar Mila.

"Sering-sering latihan saja. Nanti juga bisa lebih baik," ujar Om Burhan sambil tersenyum. Mereka berdua pun memandangi matahari yang tengah menuju terbenam.

"Om, Mila mau tanya," ujar Mila tiba-tiba. Matanya kini menatap tajam Om Burhan.

"Tanya apa Mil?" Jawab Om Burhan sambil balas memandang perempuan cantik tersebut.

"Wanita seperti apa yang Om suka?"

"Hmm, wanita yang cantik tentunya. Selain itu dia juga mandiri, menyenangkan, enak diajak ngobrol, dan yang pasti harus sayang dengan anak Om," tutur Om Burhan.

Keduanya pun terdiam sambil terus memandang mata pasangannya. Keduanya kini telah terduduk di kursi pantai mereka masing-masing, dan saling berhadapan. Kaki mereka telah sama-sama menjejak di pasir.

Om Burhan kemudian mengambil inisiatif untuk mendekati Mila, dan berlutut di hadapannya. Mila hanya diam, dan merasakan degupan jantungnya yang makin lama makin kencang. Om Burhan kemudian mengangkat tangan kanannya, dan membelai kepala Mila yang masih tertutup jilbab. Ia mengusap-usap sisi kiri kepala Mila, hingga ke telinganya. Belaian tersebut kemudian berpindah ke pipi Mila. Om Burhan pun bisa merasakan betapa halus kulit wajah perempuan muda tersebut.

Diperlakukan seperti itu, Mila hanya bisa memejamkan mata. Ia tidak sabar menunggu apa lagi yang akan dilakukan Om Burhan kepadanya. Suasana pantai yang indah dan matahari terbenam benar-benar membuatnya lupa akan status mereka berdua. Mila kemudian merasakan tangannya digenggam oleh Om Burhan, lalu disentuhkan ke bibir pria tua tersebut. Om Burhan mengecup punggung telapak tangannya.

Mila kemudian membuka mata, dan melihat Om Burhan tengah tersenyum di hadapannya. "Sudah malam, kita pergi makan malam, yuk," ajak Om Burhan.

Pria tua tersebut tidak melepaskan genggaman tangannya dari tangan Mila. Perempuan cantik tersebut pun seperti tidak marah diperlakukan seperti itu. Mereka berdua pun kembali ke kamar untuk bersiap-siap makan malam sambil bergandengan tangan, seperti sepasang sejoli yang tengah dimabuk cinta.

Malam itu, mereka berdua tidur seperti biasa, di tempat tidur mereka masing-masing. Namun keesokan harinya, Mila kembali tidak melihat Om Burhan di ranjangnya. Sepertinya pria tersebut kembali harus menghadiri pertemuan bisnis hari ini.

"Hari ini aku harus ke mana ya?" Pikir Mila dalam hati. Ia kemudian memutuskan untuk menghabiskan hari dengan pergi ke spa dan tempat pijat. Semalam ia kembali diberikan uang oleh Om Burhan. Karena itu, tidak ada salahnya kalau dia menggunakan uang tersebut untuk membuat tubuhnya menjadi lebih cantik di hadapan Om Burhan. Mila pun mencoba mencari tempat pijat terbaik di Bali lewat internet, kemudian pergi ke sana.

Mila baru kembali ke hotel pada malam hari. Ketika masuk ke kamar, ia kembali tidak menemukan Om Burhan di sana. Namun ia melihat sesuatu yang berbeda di tempat tidurnya, yang kini dipenuhi dengan berbagai barang.

Saat mendekat, Mila akhirnya melihat sebuah atasan kebaya berwarna merah muda yang begitu cantik, lengkap dengan kain tradisional berwarna senada yang cocok untuk dijadikan bawahan. Tak hanya itu, ia juga melihat sepasang sepatu yang entah bagaimana memang pas di kakinya, serta sebuah kalung cantik yang harganya pasti cukup mahal. Ia pun merasa senang melihat barang-barang tersebut. Di sebelahnya, ada sebuah amplop yang berisi secarik kertas. Mila pun membaca isinya.

"Mila, besok kita berdua akan makan malam dengan rekan bisnis Om di sebuah restoran mewah. Om ingin kamu terlihat cantik dengan pakaian dan kalung ini. Sampai ketemu besok."

Mila pun tidak bisa menutupi rasa senangnya. Ia pun langsung memeluk pakaian cantik tersebut dan menghirup baunya yang harum. Dalam hati, Mila tidak sabar untuk segera menyambut hari esok.

Kayak kenal ni gan dapet mulustrasi dari manaa
 
Bimabet
Sukaaaa, alur nya, drama nya, intriknya, luaaar biasaaa
Tapi kyak nya udh bsa ada yg di eksekusi neee, hwhehehe
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd