Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Pengkhianatan Sahabat

Status
Please reply by conversation.
Ini cerita yg paling ane tunggu di forum cerbung suhu.. genre & alurnya favorit bgt soalnya mantapp
 
Anjay. Ane pikir bakal dihajar.

Jalan tol padahal

Eh. Masih di lepas ama om burhan

Cakep suhu

Sekarang waktunya irfan ama bu anita..
 
Beneran cerita yg wajib di tunggu.. tdk buru2x.. mengalir2x terus2x lebih dalam,.. saat menyerahkan dengan sepenuh hati lebih enak dan top nya dapet... Kalau buru2x kaya kena trantib, enaknya cuman sesaat tdk membekas... Mantabs suhu satu ini
 
Lanjut Hu Mila nya diperawanin lubang vegi ama analnya, trs Mila nya minta digangbang...
 
Part 23: Kenikmatan yang Dicari

Anita-1.jpg

Karena sibuk beradu argumen, Mila dan Egi tidak menyadari ketika Irfan dan Bu Anita diam-diam pergi meninggalkan kostan Egi. Mereka berdua pun segera meluncur keluar dari kostan tersebut dengan motor yang dikendarai Irfan. Karena hanya mengenakan rok pendek, Bu Anita terpaksa harus duduk dengan posisi menyamping.

"Kita mau ke mana, Tante?" Tanya Irfan.

"Aku lapar, kita mampir ke restoran fastfood saja dahulu," jawab Bu Anita.

Beberapa menit kemudian, mereka pun sampai di sebuah restoran cepat saji yang memang buka selama 24 jam. Restoran tersebut terlihat sudah sepi, namun masih ada beberapa pengunjung yang tengah menyantap makanan di sana. Bu Anita pun langsung turun dari motor matic milik Irfan.

"Kalau kamu mau langsung pulang, silakan ya," ujar Bu Anita.

"Nggak Tan, saya temenin Tante saja," jawab Irfan. Ia tentu khawatir melihat perempuan cantik seperti Bu Anita sendirian malam-malam di restoran siap saji tersebut. Nalurinya sebagai lelaki sejati muncul saat itu.

"Oke kalau begitu."

Mereka berdua pun memilih tempat duduk di smoking area, agar Bu Anita bisa merokok di sana. Makanan yang mereka pesan pun bisa tersaji dengan cepat, karena memang tidak banyak pelanggan yang datang. Kedua insan tersebut langsung menyantap makanan mereka dengan lahap. Kebetulan, mereka memang belum sempat makan malam, dan baru saja mengalami kejadian yang melelahkan.

"Kamu sudah lama temenan sama Egi?" Tanya Bu Anita.

"Sudah, Tan. Sejak SMA. Kalau Tante sendiri?"

"Saya atasan Egi di kantor. Oh iya, perkenalkan nama saya Anita," ujar Bu Anita yang baru sadar bahwa ia dan Irfan belum berkenalan. Ia pun menyodorkan tangan kepada Irfan yang langsung disambut oleh pria tersebut. "Kalau tidak salah nama kamu Irfan ya?"

"Betul Tante, saya Irfan."

"Yang tadi itu pacarnya Egi?" Tanya Bu Anita.

"Iya, Bu. Namanya Mila," jawab Irfan.

"Kamu sepertinya orang yang bisa dipercaya. Tante boleh cerita sama kamu gak?" Tanya Bu Anita.

"Boleh Tan," jawab Irfan.

Entah mengapa Bu Anita langsung merasa percaya kepada Irfan. Mungkin karena memang selama ini ia butuh seseorang yang bisa menjadi 'tempat sampah' semua keluhan yang ia rasakan, tentang keluarga, pekerjaan, dan cinta. Irfan mungkin hanya seseorang yang kebetulan ada di hadapannya saja. Namun fakta tersebut tidak membuat Bu Anita menahan diri untuk mencurahkan kegundahan hatinya kepada Irfan.

Bu Anita kemudian menceritakan bagaimana ia sebenarnya sangat mencintai suaminya di awal-awal pernikahan. Namun seiring berjalannya waktu, entah mengapa suaminya tersebut menjadi pemalas hingga tidak terlalu semangat untuk bekerja dan mencari penghasilan. Sejak saat itu, ia hanya bersantai di rumah, dan Bu Anita praktis menjadi satu-satunya tulang punggung di keluarganya. Situasi makin rumit ketika mereka kemudian dikaruniai seorang anak.

Puncaknya, Bu Anita terkadang meluapkan kekesalannya kepada sang suami, yang kemudian justru dibalas dengan kekerasan fisik. "Bagaimana menurut kamu, Irfan?"

"Kalau menurut saya, seorang lelaki seharusnya menjadi pelindung bagi perempuan, bukannya justru menyakiti. Menjadi pelindung pun bukan dalam hal batin saja, namun juga secara lahir," ujar Irfan. Bu Anita pun kaget dengan jawaban Irfan yang begitu bijak.

"Terima kasih, Irfan. Tante juga sudah berniat untuk cerai dari dia," ujar Bu Anita. Irfan hanya tersenyum mendengarnya.

"Tante, Irfan boleh nanya sesuatu?"

"Tanya apa?"

"Boleh gak ceritain awalnya Tante bisa berhubungan dengan Egi?"

"Tante nyalain ini dulu yah," ujar Bu Anita sambil menunjukkan sebatang rokok kepada Irfan.

Bu Anita kemudian menceritakan bagaimana ia dipindah tugas ke kantor di mana Egi bekerja saat ini. Masalah yang terjadi di rumah membuat Bu Anita berusaha tampil dominan di mata anak buahnya. Karena itu, ia senang sekali menyuruh mereka melakukan banyak pekerjaan, dan seperti mendapat kepuasan dari hal tersebut. Tak hanya dominasi secara fisik, Bu Anita juga menyukai dominasi secara seksual.

Itulah yang mengawali hubungan dia dengan Egi. Awalnya Bu Anita hanya memberi tugas secara profesional kepada Egi. Namun pria muda tersebut ternyata memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menggoda Bu Anita. Atasannya tersebut pun tak menolak, karena ia juga memang ingin dipuaskan secara birahi oleh bawahannya yang tampan tersebut.

"Jadi Tante cinta sama Egi?" Tanya Irfan.

"Nggak."

"Nafsu?"

"Tante gak bisa bohong bahwa Tante menikmati hubungan badan dengan Egi. Namun kalau boleh jujur, Tante tidak merasa puas. Penis Egi kecil dan dia cepet sekali keluar. Satu-satunya momen Tante merasa puas hanyalah saat Egi merangsang vagina Tante dengan mulutnya. Jadi jawabannya tidak, Tante tidak melakukannya karena nafsu," ujar Bu Anita.

Irfan tampak kaget dengan kata-kata Bu Anita yang vulgar. Tanpa ia sadari, ia pun terangsang mendengar kata-kata Bu Anita. Ia pun melirik tubuh seksi perempuan di hadapannya yang kini masih mengenakan kemeja berwarna putih dan rok pendek yang hanya menutupi setengah paha.

"Lalu apa yang membuat Tante masih ingin berhubungan dengan Egi?"

"Hmm ... Mungkin perasaan senang karena bisa mendominasi laki-laki seperti Egi. Perasaan senang bisa mengontrol sesuatu. Tante menyukainya karena Tante tidak bisa melakukan itu di rumah," jawab Bu Anita.

Irfan pun terdiam, meresapi kata-kata Bu Anita tersebut.

"Ahh, tapi tahu apa kamu masalah cinta," ujar Bu Anita kepada Irfan.

"Hahaha, kalau soal sakitnya perasaan cinta sih saya tahu banget Tante. Cuma memang senangnya saja yang belum saya tahu," jawab Irfan.

"Kenapa begitu?"

"Tante lihat saja tubuh saya ini, gendut dan hitam. Wajah saya pun tidak tampan. Saya banyak mendekati wanita, tapi semuanya menolak saya. Jadi untuk urusan patah hati, saya sudah sangat berpengalaman, hee," ujar Irfan lepas.

Bu Anita mau tidak mau jadi ikut tertawa. Dalam hati ia mengapresiasi kata-kata Irfan yang begitu lepas menertawai kemalangannya. Mungkin ia harus banyak belajar dari pria di hadapannya ini.

"Tante habis ini mau ke mana? Biar saya antar," ujar Irfan.

"Tante lagi males pulang ke rumah, yang ada nanti berantem lagi sama suami. Jadi paling mau nginep di hotel saja," jawab Bu Anita.

Bu Anita kemudian menunjukkan lokasi sebuah hotel kepada Irfan agar pria tersebut mudah menemukannya. Mereka berdua pun kembali mengendarai motor ke hotel tersebut, dan sampai dalam waktu lima belas menit. Irfan baru akan menjalankan kembali motornya untuk pulang ke rumah ketika Bu Anita kemudian memanggilnya kembali.

"Irfan, kamu mau menemani Tante ke atas?" Tanya Bu Anita.

Irfan pun mengangguk dan langsung tersenyum. Ia langsung memarkir motornya dan mengikuti Bu Anita untuk check-in dan naik menuju kamar. Irfan tidak naif. Ia merasa Bu Anita masih merasakan ada yang kurang setelah harus berpisah dengan Egi, dan membutuhkan pelampiasan.

Sesampainya mereka di kamar, Bu Anita langsung meletakkan tas tangannya dan masuk ke kamar mandi. Irfan yang bingung harus berbuat apa memutuskan untuk merebahkan tubuh di satu-satunya ranjang yang ada di kamar tersebut, dan membuka aplikasi media sosial di smartphone miliknya. Ia pun membayangkan betapa indahnya tubuh Bu Anita yang sedang telanjang di kamar mandi. Karena itu, penisnya pun mulai berdiri.

Beberapa menit kemudian, Bu Anita keluar dari kamar mandi dengan jubah mandi berwarna putih yang memang disediakan oleh pengelola hotel tersebut. Bau harum dari sabun yang digunakan Bu Anita menyebar ke seluruh ruangan. Irfan menjadi semakin terangsang dibuatnya.

"Kamu gak mau mandi, Irfan?" Tanya Bu Anita.

"Nggak Tante. Saya maunya ini," perlahan Irfan bangkit dari ranjang dan mendekati Bu Anita. Tangan kirinya langsung merangkul pinggang Bu Anita dan mendekatkan tubuh seksi atasan Egi tersebut ke arah tubuhnya. Sedangkan tangan kanan Irfan kini telah berlabuh di payudara Bu Anita yang masih tertutup jubah putih. Nafas mereka berdua pun saling bertemu, hingga keduanya sama-sama menyadari bahwa pasangan mereka juga tengah dilanda birahi.

"Irfan kamu nakal," gumam Bu Anita yang kemudian langsung memejamkan mata. Ia kembali menikmati remasan tangan lelaki muda itu di payudaranya yang indah. Bu Anita pun melenguh binal ketika tangan Irfan meremas bokongnya dengan kencang.

Irfan kemudian menarik ikatan jubah Bu Anita, hingga jubah putih tersebut jatuh ke lantai. Bu Anita tampak tidak menolak. Tubuh indah Bu Anita pun terpampang jelas di hadapan Irfan, karena perempuan cantik tersebut kini sudah tidak mengenakan sehelai benang pun di tubuhnya. Irfan kini bisa melihat dengan jelas keindahan payudara Bu Anita, serta kemaluannya yang bersih tanpa bulu. Lelaki tersebut pun langsung memeluk tubuh Bu Anita dan melumat bibirnya.

"Ahh, kamu nafsu banget sih Irfan. Belum pernah begini sama perempuan ya?"

"Sudah pernah, Tante. Jadi selingkuhan pacar orang. Tapi yang badannya seksi baru tante doank sih," ujar Irfan yang kemudian kembali mengulum bibir indah Bi Anita.

"Sama atasan kamu juga belum pernah kan?" Ujar Bu Anita menggoda, membuat Irfan makin bersemangat merangsang tubuhnya.

Tangan Bu Anita dengan lihai mulai melepas celana panjang Irfan. Setelah itu, ia pun menarik turun celana dalam pria tersebut hingga jatuh ke lantai. Ia pun langsung berhadapan dengan kontol Irfan yang berukuran besar. Dalam hati, ia merasa takjub dengan ukuran kontol Irfan yang jauh lebih besar dibanding Egi. Malam ini sepertinya merupakan malam keberuntungannya.

"Kenapa ngeliatin kontol saya begitu, Tante? Gede yah ukurannya, hee," ujar Irfan sambil tertawa. Bu Anita hanya tersenyum malu mendengarnya.

Tanpa diduga oleh Bu Anita, Irfan tiba-tiba memegang pinggulnya dan mengangkat tubuhnya ke atas. Bu Anita secara spontan langsung mengalungkan tangannya ke leher Irfan. Kakinya pun langsung mengait ke pinggul Irfan. Mereka pun seperti berpelukan dengan posisi Bu Anita seperti bergelantungan pada tubuh Irfan. Karena posisi itu, kemaluan Bu Anita pun langsung berhadapan dengan kontol Irfan.

Irfan kemudian maju ke depan dan mendorong Bu Anita hingga punggung perempuan tersebut menyentuh dinding. Tubuh mulus perempuan cantik itu kini telah terjepit antara dinding dan tubuh Irfan. Ia bisa merasakan bagaimana kontol Irfan mulai menggeliat berusaha memasuki tubuhnya. Vaginanya pun menghangat diperlakukan seperti itu.

"Ahh, apa yang akan kamu lakukan pada Tante, Irfan?"

"Nikmati saja ya Tante," ujar Irfan sambil mengecup leher Bu Anita. Ia pun tak lupa menjilat-jilat bagian belakang leher Bu Anita.

Dengan sekali percobaan, kontol Irfan pun bisa langsung menyelusup masuk ke liang senggama Bu Anita. Pemiliknya langsung mendongak menahan kenikmatan. Irfan kembali menyodoknya kembali dengan posisi yang sama, membuat Bu Anita kian tak sanggup menahan birahi. Apalagi setelah itu Irfan bukannya berhenti, melainkan mempercepat kocokan kontolnya dengan masih menggendong tubuh Bu Anita yang sudah tersender ke dinding.

Seumur hidup, Bu Anita memang tak pernah bersetubuh dengan lelaki dalam posisi seperti itu. Suaminya hanya mau bersetubuh dengan posisi misionaris. Sedangkan Egi, meski mempunyai ide-ide gila untuk mencoba gaya baru, biasanya hanya bisa bertahan beberapa menit sebelum kemudian melepaskan spermanya di rahim Bu Anita. Irfan ternyata bisa memberikan warna baru di kehidupan seksual Bu Anita.

"Sudah mau keluar, Irfan?" Tanya Bu Anita yang tidak percaya pria muda berperut buncit tersebut bisa mengimbangi nafsunya. Tangannya kini telah mengusap-usap rambut Irfan sambil menikmati sodokan kontol besar Irfan di memeknya.

"Ahhh ... Masih lama, Tante," jawab Irfan. Bu Anita pun tersenyum mendengarnya. Itu artinya ia bisa lebih lama merasakan kenikmatan seperti ini.

Lima belas menit berselang, Irfan tidak kunjung menuntaskan birahinya. Namun tangannya justru telah merasa pegal menahan tubuh Bu Anita. Ia kemudian menyuruh Bu Anita untuk berbalik dan berpegangan pada meja yang ada di kamar hotel tersebut. Setelah itu ia menarik pinggul Bu Anita, hingga pemiliknya kini telah berpose seperti anjing yang sedang menungging.

Irfan kembali menggesek-gesekkan kontolnya ke vagina Bu Anita dari belakang dan meremas-remas payudara perempuan cantik tersebut. Ia kemudian melepas kaos yang ia kenakan hingga kini ia telah telanjang bulat, tanpa mengenakan sehelai benang pun, sama dengan Bu Anita. Perempuan cantik di hadapannya tampak sudah tidak kuat menahan birahinya.

"Cepet masukin lagi, Irfan. Tante udah gak kuat," desah Bu Anita.

Irfan pun menurut. Ia kembali memasukkan kontolnya ke vagina Bu Anita dan mengocoknya perlahan. Selain itu, Irfan juga mengelus-elus pantat montok Bu Anita yang terpampang di hadapannya. Bu Anita kembali mendapatkan kepuasan yang sempat terhenti tadi. Ia pun hanya bisa meringis menahan desakan birahi yang terus menerpa. Irfan kemudian menyingkap rambutnya yang tergerai hingga lehernya terbuka. Leher tersebut diciumi dan disedot-sedot dengan gaya yang romantis oleh Irfan.

Bu Anita sudah tidak peduli kecupan tersebut akan meninggalkan bekas atau tidak, karena ia lebih sibuk dengan syahwatnya sendiri. Toh sebentar lagi ia akan berpisah dengan sang suami untuk selamanya. Tidak akan ada lagi yang protes bisa ada bekas ciuman lelaki di tubuhnya yang sintal.

Irfan mempercepat kocokannya di memek Bu Anita, sambil meremas payudara perempuan tersebut dari belakang dengan lebih keras. Bu Anita semakin tidak kuat menahan birahinya.

"Ahhh, terus Irfan. Entotin tante terus, enak banget kontol kamu ... gede bangeeet, ahhh," erang Bu Anita yang merasakan vaginanya benar-benar penuh dengan kontol Irfan.

Irfan pun makin bersemangat menyetubuhi Bu Anita hingga akhirnya perempuan cantik tersebut mengeluarkan teriakan yang cukup kencang, "Aaaaahhhhhhh .... aku keluar faaaaaannnnnnn!!"

Tubuh Bu Anita mendadak lunglai, meski ia masih bisa menahan dirinya agar tetap berdiri di meja. Ia pun membiarkan kontol Irfan bersemayam di dalam memeknya, sembari ia menikmati gelombang orgasme yang nikmat. Namun ia merasakan sesuatu yang aneh. Kontol Irfan seperti tetap tegang, dan belum juga mengeluarkan sperma.

"Wow, kamu belum keluar juga Fan?" Ujar Bu Anita yang telah melepaskan kemaluannya dari kontol Irfan.

"Belum Tante, hee," ujar Irfan terkekeh.

Melihat ukuran kontol Irfan yang jumbo, Bu Anita pun menjadi kembali bergairah. Ia pun memerintahkan Irfan untuk duduk di sebuah kursi hingga kontol besarnya tergantung bebas. Bu Anita tanpa malu-malu langsung berlutut di hadapannya, dan memasukkan kontol besar tersebut ke dalam mulutnya yang indah. Irfan pun tampak kegelian diperlakukan seperti itu.

Pemandangan tersebut benar-benar menggairahkan. Seorang pria gendut berkulit gelap sedang diemut kontolnya oleh seorang perempuan cantik berkulit putih dengan bentuk tubuh yang sintal. Apabila tidak mengenal keduanya, mungkin kita akan mengira Irfan sedang menyewa pelacur kelas atas.

"Ahhh, nikmat sekali Tante. Pintar banget sih mulut kamu muasin kontol aku. Kamu jadi lonte aku aja yah Tante Anita," ujar Irfan dengan berani.

Mendengar kata-kata itu, Bu Anita tidak marah. Ia justru makin bernafsu mengulum kontol Irfan dari pangkal sampai ujungnya. Ia merasakan vaginanya kembali basah mendengar kata-kata yang menghinakan dirinya tersebut. Kini kepalanya telah maju mundur di depan kemaluan Irfan, berusaha menguras birahi dari pria muda tersebut, persis dengan kelakuan seorang pelacur.

Setelah lima belas menit mengulum kontol Irfan, tidak juga ada tanda-tanda bahwa Irfan akan orgasme dan memuntahkan sperma jantannya. Irfan pun menarik Bu Anita untuk naik ke atas ranjang. Ia sendiri langsung merebahkan diri di atas tempat tidur yang nyaman tersebut, hingga kontolnya berdiri ke atas.

"Sini lonteku, tunggangi tubuh tuanmu yang perkasa ini," ujar Irfan sambil mengelus-elus pipi Bu Anita.

Perempuan berusia 35 tahun yang telah bersuami tersebut seperti telah menjadi kerbau yang dicocok hidungnya. Ia menuruti kata-kata Irfan dan mulai naik ke atas tubuh Irfan. Ia bahkan terlebih dahulu menunjukkan gerakan-gerakan binal di depan mata Irfan. Bu Anita kemudian memposisikan vaginanya di atas kontol Irfan, dan "Aaaaahhhhhhhhhhh, nikmaaaaatttt," begitu desahnya ketika ia merasakan kontol Irfan kembali menembus kemaluannya.

Irfan pun tersenyum puas akan kelakuan Bu Anita yang begitu binal. Tidak ia sangka atasan Egi tersebut bisa dengan mudah ia taklukkan. Perempuan cantik tersebut ternyata hanya butuh kontol besar yang bisa mengeluarkan seluruh naluri syahwatnya. Irfan kemudian mulai mengelus-elus payudara indah Bu Anita yang berada di hadapannya. Ia mainkan puting payudara tersebut agar pemiliknya semakin bergairah.

Bu Anita terus naik turun di atas kontol Irfan dengan gerakan intens. Tangannya terjuntai ke bawah, sedangkan dadanya yang terus diremas-remas oleh Irfan tampak membusung ke depan. "Ahhh, nikmatin memek lontemu ini, tuuuaaaannn," desah Bu Anita.

Bu Anita kini mulai menggoyang-goyang pinggulnya secara memutar demi membuat kontol Irfan puas. Diperlakukan dengan aktivitas seksual yang luar biasa seperti itu membuat Irfan tidak kuat menahan desakan hormon di dalam tubuhnya. Dua puluh menit menikmati genjotan Bu Anita dalam posisi Woman on Top, kontol Irfan pun akhirnya memuntahkan sperma.

"Aaaaahhh, nikmat sekali lontekuuuuuuu," teriak Irfan sambil memeluk tubuh Bu Anita kuat-kuat.

"Nggghhhh, nikmat Irfaaaaaaannnn," perempuan tersebut pun mengeluarkan orgasme keduanya dan merasakan kenikmatan yang tiada tara dari Irfan. Mereka berdua pun ambruk di atas ranjang, dan terus berpelukan hingga pagi menjelang. Tidak ada yang tahu kapan kemaluan mereka akhirnya terlepas dan berpisah.

Pagi harinya, sebelum berpisah, Bu Anita dan Irfan masih melakukan beberapa kali hubungan badan. Irfan menaikkan tubuh Bu Anita ke atas meja, kemudian menusuknya dari depan. Bu Anita kemudian memaksa Irfan duduk di atas kursi, dan naik ke pangkuannya untuk kembali menggenjot kontol besar Irfan dari atas. Mereka bahkan saling bersetubuh di dalam kamar mandi, di bawah pancuran yang mengucurkan air hangat. Ketika berpisah, keduanya pun merasakan rasa kecewa yang teramat sangat.
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd