Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Pengkhianatan Sahabat

Status
Please reply by conversation.
Part 32: Awal yang Baru

Mila-4.jpg

Sinar matahari yang mulai masuk menembus tirai kamar membuat Mila akhirnya terbangun. Secara perlahan, ia membuka kelopak matanya yang indah, dan memandang ruangan tempatnya berada saat ini. Ruangan tersebut bercat putih, dengan perabot yang lengkap dan bagus. Ia masih bisa merasakan hawa dingin dari AC yang mengisi seluruh sudut ruangan.

Ketika menoleh ke samping, ia melihat seorang pria berusia hampir 50 tahun yang masih terlelap tidur. Tubuhnya tampak terbuka di bagian dada. Selimut menutupi tubuh pria tersebut dari pusar ke bawah, namun Mila tahu betul bahwa di balik selimut tersebut, pria itu tidak mengenakan sehelai pakaian pun. Ia sendiri yang melepas seluruh pakaian sang pria tadi malam.

Mila tersenyum, dan mulai mengelus dada pria tersebut dengan tangannya yang halus. Ia belai dada tersebut di bagian puting dengan pelan. Karena pria tersebut tidak kunjung bangun, Mila kemudian mendekatkan tubuhnya hingga bibirnya dapat menyentuh leher pria tersebut.

"Ngghhh ..." Akhirnya pria tersebut pun terbangun.

Menyadari bahwa tubuhnya tengah dielus-elus oleh Mila, bahkan lehernya pun tengah dicium oleh perempuan cantik tersebut, sang pria pun tersenyum. Ia genggam tangan halus Mila yang sedang bersandar di atas dadanya yang terbuka, lalu ia remas kuat.

Tubuh Mila juga tampak masih tertutup selimut, meski tidak bisa menyembunyikan payudara indahnya yang sedikit menyembul keluar. Mila tampak tidak mengenakan apa-apa lagi di balik selimut tersebut. Itulah mengapa ia berusaha menarik selimut itu lebih ke atas, agar ia tidak merasa terlalu kedinginan.

"Selamat pagi, istriku," ujar pria tersebut.

"Selamat pagi, suamiku," jawab Mila.

Pria yang tidur satu ranjang dengan Mila tersebut adalah Om Burhan, ayah Wulan yang kini telah menjadi suami sahnya. Mereka melangsungkan pernikahan beberapa bulan setelah kejadian yang membuat keduanya saling jatuh cinta. Om Burhan telah mengambil keperawanan Mila, sehingga tidak ada alasan bagi keduanya untuk tidak bersatu dalam sebuah ikatan suci.

Namun, mereka sadar bahwa cinta mereka berdua mungkin akan disalah artikan oleh orang lain. Karena itu, mereka hanya melangsungkan akad nikah secara sederhana. Pestanya pun hanya mengundang beberapa keluarga dekat saja, meski tetap mengundang komentar miring dari sebagian orang. Sejak awal, Mila dan Om Burhan sudah sepakat untuk tidak terlalu memikirkan hal tersebut, sehingga keduanya menganggap ocehan-ocehan negatif dari orang lain sebagai angin lalu.

"Cantik sekali kamu pagi ini, Sayang," ujar Om Burhan sambil menarik kepala Mila agar mendekat ke arahnya. Ia lalu mencium bibir istrinya yang ranum. Ia belai rambut Mila yang panjang dan halus dengan penuh kasih sayang.

"Om sudah bilang itu lebih dari seratus kali," ujar Mila sambil mengeluarkan lidahnya demi membalas kecupan Om Burhan.

"Dan Om gak akan berhenti ucapin itu, karena kamu memang cantik banget, Sayang."

Mila hanya tersenyum mendengar gombalan dari suaminya tersebut yang sebenarnya sudah tidak muda lagi.

"Kalau dipikir-pikir, jarang sekali ya pasangan yang terpaut umur cukup jauh dan menjalin cinta seperti kita?" Ujar Mila tiba-tiba.

"Iya sih, tapi bukan artinya tidak boleh terjadi, kan?" Jawab Om Burhan. "Yang penting, walau Om sudah tua, tapi kontol Om tetep gak kalah sama yang lebih muda."

"Bukan gak kalah lagi Om, tapi kontol Om itu juaranya," bisik Mila nakal.

Terangsang dengan kata-kata tersebut, tangan Om Burhan mulai berani meraba-raba payudara Mila yang indah. Ia elus-elus puting payudara perempuan tersebut, membuat pemiliknya kegelian.

"Om, geli tahuuuu," ujar Mila.

"Dan sampai sekarang, kamu masih panggil aku Om, hahaa," ujar Om Burhan gemas. Ia pun meluapkannya dengan cara meremas lembut payudara Mila.

"Hahaa, tapi Om terangsang kan kalau Mila panggil begitu?"

"Iya sih, hee." Benar saja, penis Om Burhan pun langsung terlihat berdiri di balik selimut.

"Dan anehnya, gak cuma kita yang merasakan hal tersebut. Tetapi ayah Mila dan anak Om juga," ujar Mila lagi.

"Iya, tapi Om masih heran sama Syamsul. Mengapa dia tidak menikahi Wulan seperti aku menikahi kamu, yah?" Ujar Om Burhan.

"Om kan sudah tahu alasannya."

"Iya sih, tapi masih heran saja."

Berbeda dengan Om Burhan yang langsung menikahi Mila, Pak Syamsul yang merupakan ayah Mila justru memutuskan untuk tidak langsung menikahi Wulan, meski ia sangat mencintainya. Hal itu ia lakukan demi menghindari komentar negatif yang mungkin akan muncul apabila ia melakukan hal tersebut di waktu yang hampir bersamaan dengan pernikahan Om Burhan dan Mila.

Mereka berempat sebenarnya sudah berkonsultasi dengan pemuka agama, dan ternyata hubungan silang seperti itu diperbolehkan. Namun Pak Syamsul tetap bersikeras pada keputusannya, demi menjaga nama baik mereka berempat. Ia hanya mengatakan bahwa ia mungkin akan menikahi Wulan sekitar satu atau dua tahun lagi.

Meski begitu, Pak Syamsul tetap ingin dekat dengan Wulan, dan mengajak perempuan muda tersebut untuk tinggal di rumahnya. Wulan pun setuju, namun dengan satu syarat. Karena mereka berdua belum menikah, Wulan ingin Pak Syamsul tidak menghamili dirinya terlebih dahulu, karena khawatir dengan masa depan anaknya apabila lahir di luar pernikahan. Pak Syamsul pun mengamini syarat tersebut.

Karena itu, kini Wulan pun tinggal di rumah Mila bersama Pak Syamsul, sedangkan Mila tinggal berdua dengan Om Burhan di rumah milik Wulan. Di luar rumah, kedua perempuan muda tersebut tetap menjalankan aktivitas mereka masing-masing. Wulan masih mengajar di tempat bimbingan belajar tempat ia bekerja selama ini. Sedangkan Mila masih sering membantu ayahnya berjualan di kios. Namun akhir-akhir ini, Om Burhan mulai sering mengajak Mila bepergian ke luar kota untuk membantu menjalankan bisnisnya.

"Kalau dipikir-pikir, ada banyak pengkhianatan yang terjadi di sekitar kita yah, Om," ujar Mila.

"Maksud kamu?" Tanya Om Burhan bingung.

"Ya, aku sebenarnya sedikit merasa berkhianat kepada Wulan ketika mempunyai perasaan cinta kepada Om. Dan ternyata ayah Mila juga berkhianat kepada Om, dengan menculik Wulan, meski kemudian dia sadar atas kesalahannya. Belum lagi kalau aku mengingat bagaimana mantan aku dulu berkhianat kepada aku dengan menyetubuhi perempuan lain, yang sepertinya juga sudah memiliki suami. Dan mungkin saja ada pengkhianatan-pengkhianatan lain yang terjadi tanpa aku ketahui," jelas Mila.

"Untunglah apa yang terjadi terhadap kita berdua merupakan contoh baik, karena berakhir dengan cerita manis. Tapi kita harus tetap waspada, karena hal seperti itu akan terus terjadi dalam hidup. Iya kan?"

Mila mengangguk. Ia pun kembali memeluk tubuh Om Burhan yang masih tampak segar di usianya yang sudah beranjak tua. Ia pun bisa merasakan penis pria tersebut masih berdiri tegak saat ini.

"Masih pagi sudah berdiri saja, Om," ujar Mila genit.

"Bagaimana gak berdiri, kalau satu ranjang sama kamu," jawab Om Burhan.

"Jadi Om mau kita pisah ranjang?"

"Nggak donk, justru Om maunya kita main kuda-kudaan di atas ranjang, hee."

Mila yang gemas pun langsung menyingkap selimut yang menutupi bagian bawah tubuh Om Burhan. Setelah itu, ia pun memposisikan kepalanya agar berada tepat di atas kemaluan Om Burhan. Ia melirik ke arah mata Om Burhan, yang hanya tersenyum melihat kelakuan istri cantiknya tersebut.

"Sluuurrrppph ..." Mila mulai memasukkan penis Om Burhan ke dalam mulut, lalu menghisapnya secara perlahan. Ia melakukan blow job dengan posisi menungging, membuat Om Burhan semakin terangsang melihat tubuh sang istri yang terlihat sangat seksi di posisi tersebut.

Mila terus memperkuat hisapannya sambil menunjukkan raut wajah yang binal. Perempuan yang masih berusia dua puluhan tahun tersebut nampak tidak malu-malu melakukannya, dan tidak pernah merasa bosan meski sudah melakukannya berkali-kali. Ia justru sangat senang melihat wajah Om Burhan yang tampak begitu puas ketika orgasme karena kuluman Mila di penisnya.

"Om, pagi-pagi udah gede banget sih kontolnya. Mulut Mila jadi gak muat neh," goda perempuan manis tersebut.

"Biarin. Yang penting bisa entotin kamu sampe puas kan?" Ujar Om Burhan tertawa sambil mengelus-elus rambut panjang Mila.

Sekitar dua puluh menit kemudian, Om Burhan pun tidak bisa menahan gairahnya lagi. Sperma dalam jumlah yang banyak pun menyembur dari penisnya, hingga mengenai wajah, rambut, dan payudara Mila. Perempuan tersebut tampak tidak marah, dan justru menjilati sisa sperma tersebut dengan mulutnya sampai bersih tak bersisa.

Mereka berdua pun terus menikmati pagi yang indah di kamar hotel yang tengah mereka tempati dengan cara memeluk tubuh satu sama lain.

---

Setelah bangun dan selesai melakukan aktivitas seks rutin di dalam kamar hotel tempat mereka berdua menginap, Mila dan Om Burhan pun memutuskan untuk pergi keluar. Saat ini, mereka tengah berada di kota S untuk sebuah keperluan bisnis.

"Sebenarnya untuk apa sih Om ajak Mila ke sini?" Tanya Mila begitu mereka telah berada di dalam mobil Innova yang mereka sewa selama mereka berada di kota tersebut.

Mereka baru saja sampai di kota S pada malam sebelumnya. Setelah turun dari pesawat, Mila dan Om Burhan langsung menuju hotel. Seperti biasa, mereka pun langsung menumpahkan birahi masing-masing. Karena itu, belum ada waktu bagi Mila untuk menanyakan hal tersebut.

"Om mau buka bisnis di sini, dan Om mau kamu yang mengurus semuanya," ujar Om Burhan.

"Hmm, maksudnya bagaimana?" Mila masih bingung dengan jawaban tersebut.

"Om mau kamu pimpin semua urusan bisnis Om di Kota S ini, Mila sayang. Karena itu Om mau kita tinggal di sini untuk sementara, kamu mau kan?"

Dalam hati, Mila merasa senang dengan kepercayaan yang diberikan oleh suaminya tersebut. Sejak lama ia memang ingin menjadi seorang pebisnis yang sukses. Itulah mengapa ia meninggalkan pekerjaan lamanya sebagai pegawai kantoran dan memilih fokus untuk membantu membesarkan bisnis ayahnya. Dan kini, peluang untuk menjadi entrepreneur justru datang dari suaminya. Dengan membantu Om Burhan membesarkan bisnis di kota S, Mila pasti akan semakin dekat dengan mimpinya.

Namun ia tetap merasa kaget karena semuanya terjadi secara mendadak. Ia masih tidak tahu apa yang harus ia lakukan setelah ini, apalagi bila ia harus langsung pindah ke kota tersebut, yang sama sekali tidak ia kenal. Mila pun tidak bisa langsung menjawab pertanyaan sang suami.

Melihat reaksi istrinya, Om Burhan hanya tersenyum. Ia paham betul kalau sang istri sangat kaget dengan tawaran yang ia berikan. "Kamu jangan khawatir, Mila. Om akan ajari kamu semuanya. Tapi Om juga akan beri kamu kebebasan untuk mengembangkan bisnis ini sesuai dengan keinginan kamu," ujar Om Burhan.

"Baiklah, Om. Mila mau. Jadi kita berdua akan tinggal di sini? Selama berapa lama?" Ujar Mila.

"Iya, untuk sementara kita akan tinggal di sini sampai bisnis kita bisa berjalan lancar. Tapi Om mungkin harus pergi ke Australia dulu sebentar, karena ada beberapa urusan bisnis yang masih belum selesai di sana. Kamu gak apa-apa kan Om tinggal sendiri?"

"Iya Om, gak apa-apa," jawab Mila. Ia memang telah terbiasa hidup mandiri, apalagi sejak ibunya meninggal. Karena itu, ia tidak khawatir ditinggal sendiri oleh sang suami.

"Kalau kamu kangen ayah kamu atau Wulan, kamu boleh pergi ke Jakarta kapan pun kamu mau, koq. Jangan khawatir ya," ujar Om Burhan menenangkan.

"Terima kasih, Om. Untuk awal, apa yang harus Mila urus?" Ujar perempuan cantik tersebut dengan antusias. Ia tampak sudah tidak sabar ingin memulai aktivitas sebagai pengusaha di Kota S.

"Untuk awal, Om mau kasih kamu sebuah butik muslimah di pusat perbelanjaan terkenal di sini. Kamu bangun dari nol ya. Om yakin kamu bisa mengembangkannya menjadi sebuah bisnis yang besar," ujar Om Burhan sambil tersenyum.

Mila pun merasa senang, karena bisnis pakaian terutama pakaian muslim memang merupakan kegemarannya. Ia pun meluapkan kebahagiaannya dengan langsung memeluk sang suami yang tengah duduk di kursi pengemudi. "Terima kasih suamikuuuu," ujar Mila sambil mengecup bibir Om Burhan.

"Iya iya, tapi pelan-pelan donk. Ini Om lagi nyetir, hee," ujar Om Burhan. "Oh iya, nanti malam kita akan bertemu salah satu teman Om yang merupakan orang penting di sini. Kamu cari pakaian yang bagus ya untuk kamu kenakan."

"Siap suamiku," ujar Mila sambil menempelkan tangannya ke dahi, seperti tentara yang sedang memberi hormat kepada atasan.

Om Burhan kembali tersenyum.

---

Malam itu, Mila tampak begitu cantik dengan gamis terusan berwarna biru muda. Gamis tersebut tampak tidak begitu lebar, sehingga bisa sedikit menunjukkan lekuk tubuh Mila yang indah, terutama di bagian payudara dan bokongnya. Perempuan muda tersebut memadankan pakaiannya dengan hijab panjang yang berwarna senada. Di jarinya, terdapat sebuah cincin emas cantik yang diberikan sang suami pada saat mereka menikah.

"Sebenarnya kita mau ketemu siapa sih, Om?" Tanya Mila ketika mereka berdua baru turun dari mobil. Sang suami baru saja menyerahkan kunci mobil kepada petugas valet.

"Sudah, kamu lihat saja nanti," ujar Om Burhan.

Mereka berdua pun sampai di depan meja resepsionis restoran yang tampak mewah tersebut, lalu menyebutkan reservasi atas nama Burhan. Mereka kemudian diantar ke sebuah ruangan privat yang terpisah dengan bagian lain restoran tersebut. Di hadapan mereka, sudah tersaji beberapa hidangan yang tampak nikmat.

"Mila bingung Om. Kita mau ketemu siapa sih sebenernya?" Ujar Mila.

Om Burhan hanya tersenyum. "Tunggu saja, sebentar lagi juga datang. Makanannya jangan dimakan dulu, kita harus tunggu," ujar Om Burhan.

Pertanyaan Mila akhirnya terjawab sekitar lima menit kemudian. Terlihat gerombolan orang menuju ke ruangan tempat dirinya berada dengan Om Burhan. Anehnya, mereka semua berhenti di depan ruangan, membiarkan seorang pria berpakaian kemeja putih khas pegawai pemerintah masuk sendirian ke dalam.

Om Burhan kemudian berdiri menyambut pria tersebut, dan menjabat tangannya. Melihat hal tersebut, Mila pun ikut berdiri.

"Apa kabar Pak Pejabat," ujar Om Burhan ketika menjabat tangan pria tersebut.

Pria yang dijabat tangannya tersebut tampak tertawa. Ia kemudian menarik tubuh Om Burhan dan langsung memeluknya. Mereka berdua tampak seperti dua kawan lama yang baru bertemu kembali. Menyaksikan hal tersebut, Mila semakin bingung.

"Ini istri kamu, Burhan?" Tanya pria tersebut ketika melihat ada seorang perempuan yang juga berada di ruangan tersebut.

"Perkenalkan, saya Mila," ujar Mila berinisiatif memajukan tangannya untuk berjabatan.

Pria tersebut kemudian menjabat tangan Mila dan menatap mata perempuan muda tersebut. Mila merasa ada yang berbeda dengan remasan tangan pria tersebut pada tangannya, serta tatapan matanya. Tapi Om Burhan nampak tidak melihat perbedaan tersebut, sehingga Mila hanya diam saja. Ia tidak ingin membuat hal kecil menjadi masalah yang besar.

"Saya Jarot," ujar pria tersebut memperkenalkan diri sambil tersenyum.

Mereka bertiga kemudian duduk menghadap meja makan berbentuk bundar di tengah ruangan, dan mulai menyantap hidangan. Saat itu Mila baru sadar, bahwa pria di hadapannya adalah walikota di kota S, Bapak Jarot Kartono.
 
Terakhir diubah:
Mantaaabh ukhti..
Terima kasih sudah update..

Nampaknya akan muncul riak riak godaan dari Pak Pejabat..
Apalagi om Burhan akan memulai bisnis baru di kota S dan yang mengelola adalah Mila, istri om Burhan.

Feeling ana, walau badai menghadang, mereka bisa melaluinya, karena om Burhan dan Mila saling mencintai..

Tetap semangat ukhti @fathimah ..

:semangat:
 
Wah di threesome aja Mila nya ama Jarot & Om Burhan...
Diperawanin analnya ama Om Burhan sambil dirangsang Jarot...
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd