Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Pengkhianatan Sahabat

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Ternyata mila yg lebih nakal dari pada wulan, di tunggu next ny gan..
 
Salam kenal dan ikut nongkrong di rumah ini,.trimakasih udah update dan ceritanya mantaaaap betul(mantul),..klw bisa wulan maupun mila kepasanganya jangan manggil om atau bapak ya manggil mas,akang,ayah,namanya saja atau apalah,jdi kesanya biar lebih romantis serta hubungan asmaranya menjadi hidup toh mereka juga skrng jdi psangan suami istri,...sebliknya burhan m samsul kepasanganya manggil istri,sayang,mamah atau ibu,...
Lanjutkan hu ceritanya klw bisa updatenya lebih panjang
 
Part 34 - Imajinasi Liar

Anita-1.jpg

Bu Anita sedang sibuk mengurus beberapa berkas di meja kerjanya, saat smartphone miliknya berbunyi. Ia melihat nama orang yang menelepon, dan memutuskan untuk mendiamkannya hingga dering telepon tersebut berhenti 30 detik kemudian.

Namun tak lama kemudian, smartphone tersebut berbunyi lagi, dengan nama penelepon yang sama. Ini sudah kesekian kalinya smartphone tersebut berbunyi selama beberapa jam terakhir. Bila di waktu-waktu biasa, Bu Anita mungkin sudah akan mengangkat telepon tersebut secepat mungkin. Namun saat ini, ia tengah dikejar deadline yang mengharuskan dia bekerja hingga larut malam. Panggilan telepon tersebut hanya menjadi gangguan baginya.

Perempuan cantik tersebut sebenarnya telah menjelaskan hal tersebut kepada sang penelepon. Namun karena usianya yang masih sangat muda, penjelasan Bu Anita tersebut mungkin justru menambah semangat usaha dari sang penelepon untuk mendengar secara langsung suara Bu Anita. Hal ini membuat Bu Anita menjadi tidak nyaman.

Bu Anita akhirnya menyerah, dan memutuskan untuk menjawab telepon tersebut.

“Halo, Irfan. Ada apa?” Ujar Bu Anita begitu mengangkat telepon.

“Koq suaranya lesu banget sih, Tante. Yang semangat donk,” ujar Irfan dari ujung sambungan telepon.

“Tante sedang sibuk, ada pekerjaan yang harus Tante selesaikan malam ini.”

“Owh, gitu. Gak mau sibuk-sibukan sama aku aja?” Ujar Irfan menggoda.

“Tidak malam ini ya, Irfan. Nanti ada waktunya.”

“Tapi aku pengen sekarang, Tante,” Irfan mendesak.

Bu Anita berusaha menahan emosinya. “Sudah ya, Tante mau kerja dulu,” ujar Bu Anita sambil menutup telepon. Ia pun memutuskan untuk mematikan teleponnya secara total untuk sementara waktu. Ia sedang tidak ingin diganggu sama sekali sebelum menyelesaikan tugasnya.

Akhir-akhir ini, Bu Anita mulai merasakan sesuatu yang berbeda dari diri Irfan. Pria muda yang selama ini selalu memuaskan dirinya secara seksual tersebut terkesan menjadi semakin manja dan selalu meminta perhatian dari dirinya. Di satu sisi, Bu Anita merasa senang karena mempunyai seseorang yang benar-benar menaruh perhatian kepada dirinya, dan selalu ada ketika dirinya membutuhkan. Namun di sisi lain, Bu Anita juga merasa gerah dengan semua perhatian tersebut, dan seperti membutuhkan sesuatu yang lebih menantang.

“Atau mungkin sejak awal memang dia seperti itu, namun aku saja yang tidak sadar,” pikir Bu Anita. Perempuan tersebut memutuskan untuk berhenti memikirkan hal tersebut, dan kembali fokus kepada pekerjaannya yang harus segera selesai.

Sekitar pukul 1 pagi, Bu Anita akhirnya berhasil menyelesaikan pekerjaannya. Dengan mata yang sudah didera rasa kantuk, ia pun menghela nafas lega. Setelah mematikan komputer dan membereskan meja, Bu Anita langsung menuju mobilnya yang berada di area parkir kantor. Hari sudah begitu gelap saat Bu Anita mulai menjalankan mobil ke arah rumah.

Di perjalanan, Bu Anita berusaha sekuat tenaga untuk menahan rasa kantuknya. Di pikirannya, sudah terbayang nikmatnya berbaring di atas kasur yang empuk dan bantal yang lembut. Demi keselamatan, ia pun mengendarai mobilnya dengan kecepatan yang tidak terlalu kencang.

Namun tiba-tiba … “Braaakk”

Hanya sedetik Bu Anita hilang konsentrasi, namun mobilnya sudah langsung menabrak mobil lain yang ada di depannya. Mobil tersebut sepertinya tengah berhenti di sebuah lampu merah, dan Bu Anita tidak melihatnya. Karena itu, mobil Bu Anita pun membentur bagian belakang mobil tersebut. Dengan rasa kesal, Bu Anita mengutuk nasib buruknya.

Pengemudi mobil yang baru saja ditabrak oleh Bu Anita langsung turun dari kendaraannya dan memeriksa bagian belakang mobilnya. Bodi mobil tersebut sepertinya penyok, karena bemper mobil Bu Anita memang cukup kuat. Pengemudi yang merupakan seorang pria berusia hampir 50 tahun tersebut kemudian menghampiri pintu mobil Bu Anita dan mengetuk kacanya.

“Bu, koq bisa nabrak sih?” Ujarnya dengan nada kesal. “Mobil saya jadi penyok tuh.”

“Hmmm, iya pak. Maaf. Saya sedikit mengantuk, gak lihat ada lampu merah dan mobil Bapak,” ujar Bu Anita yang sedikit merasa takut. Selain karena rasa bersalah sudah menabrak mobil di depannya, ia juga merasa khawatir kalau pria di hadapannya akan bersikap jahat kepadanya.

“Kalau mengantuk mending gak usah nyetir. Pakai Grab atau Gojek gitu kan bisa,” ujar pria tersebut.

“Iya, Pak. Sekali lagi saya minta maaf.”

“Ya sudah, jadi bagaimana ini?” Ujar pria tersebut dengan kesal. Mereka berdua tampak tak masalah melakukan perbincangan tersebut karena kondisi jalan yang sepi dan posisi mobil mereka yang berada di lajur paling kiri.

“Saya ganti saja ya, Pak,” ujar Bu Anita sambil merogoh dompet di dalam tasnya. Namun ia baru sadar, kalau ia sama sekali tidak mempunyai uang tunai karena sudah terbiasa melakukan transaksi dengan kartu debit atau e-money. “Duh, tapi saya tidak bawa uang tunai, bagaimana ya?”

Pria di hadapannya tampak ikut bingung memikirkan solusinya. “Ya sudah, saya pegang saja dulu KTP Ibu. Nanti Ibu ambil ke saya kalau sudah ada uang gantinya,” ujar pria tersebut. Sesaat Bu Anita sedikit mengagumi tubuh pria tua tersebut yang masih tampak tegap di usianya yang senja. Namun ia cepat-cepat mengubur pikiran tersebut dan kembali fokus pada masalah yang tengah ia hadapi.

“Saya cari ATM dulu saja kali ya? Bapak tunggu di sini sebentar.”

“Gak usah, saya juga buru-buru ini mau pulang, ditunggu istri di rumah,” ujar pria tersebut sambil mengambil kertas dan pulpen dari kantong celananya. Ia tampak menuliskan sebaris nomor di kertas tersebut. “Ini nomor telepon saya, hubungi saja kalau Ibu mau ambil KTP Ibu nanti. Sekarang mana sini KTP Ibu.”

Bu Anita juga tampak tidak ingin ambil pusing. Ia langsung menyerahkan KTP miliknya dan mengambil kertas yang diberikan pria tersebut. Tak menunggu lama, pria itu langsung kembali ke mobilnya dan menjalankan kembali mobilnya. Bu Anita juga kembali mengendarai mobilnya menuju rumah.

Di dalam rumah, Bu Anita langsung melepaskan kemeja lengan pendek dan roknya yang hanya sepanjang lutut. Ia juga menanggalkan bra dan celana dalamnya, lalu berganti mengenakan pakaian tidur berwarna ungu. Pakaian tersebut berbentuk kimono dengan tali yang harus diikat di bagian pinggang, yang terbuat dari bahan polyester yang halus.

Dengan pakaian tersebut, Bu Anita merebahkan tubuh indahnya di atas ranjang. Ia kemudian mengambil smartphone miliknya, dan kertas berisi nomor telepon yang tadi ia terima dari pria yang mobilnya ia tabrak. Bu Anita pun menyimpan nomor telepon tersebut dan mengirim pesan WhatsApp.

“Selamat malam, Pak. Ini nomor saya, Anita, yang tadi menabrak mobil Bapak. Sekali lagi saya mohon maaf atas kejadian tadi. Besok saya langsung ganti untuk biaya perbaikan mobil Bapak. Bisa ketemu di mana ya?”

Setelah mengirim pesan tersebut, Bu Anita pun memikirkan pria yang ia tabrak tadi. Pria tersebut memang sudah tua, mungkin berbeda usia 10 tahun dengan dirinya. Namun hal itu justru membuat pria tersebut lebih terlihat menarik dengan kedewasaannya. Selama ini, Bu Anita memang tidak pernah berhubungan dengan pria yang jauh lebih tua dari dirinya. Karena itu, berkenalan dengan pria tua seperti itu membuat sensasi tersendiri di dalam dirinya.

Bu Anita pun memikirkan kembali tentang Irfan yang selama ini menemani hari-harinya. Ia harus mengakui bahwa ia menikmati kebersamaan dengan Irfan yang penurut. Irfan memang beberapa kali meminta Bu Anita untuk melakukan sesuatu yang rendah, seperti menjilati kaki dan lehernya, dan Bu Anita suka diperlakukan layaknya budah seperti itu. Namun lama kelamaan, Irfan seperti seorang perengek yang terus meminta ini itu, tanpa memikirkan kondisi Bu Anita yang terkadang lelah dan sibuk karena pekerjaan, atau ingin pergi bersosialisasi dengan teman-temannya. Beberapa kali Bu Anita coba mengingatkan Irfan, namun pria muda tersebut tak juga kunjung berubah.

“Teeeettt …” tiba-tiba smartphone Bu Anita memberikan notifikasi, tanda ada pesan yang masuk. Ternyata itu adalah pesan dari pria tua yang barusan ia tabrak, yang ternyata juga belum tidur.

“Besok langsung datang saja ke kios saya. Alamatnya saya kirimkan setelah ini. Lain kali, jangan menyetir kalau sedang mengantuk,” begitu bunyi pesan tersebut. “Oh iya, nama saya Syamsul.”

Bu Anita pun langsung menyimpan nomor tersebut.

---

Di malam yang sama, Irfan tampak termenung sendiri di kamarnya. Ia tak mengerti apa yang salah dengan dirinya, hingga Bu Anita seperti menjauhi dirinya secara perlahan. Padahal, ia hanya berusaha untuk memberikan perhatian semaksimal mungkin kepada perempuan tersebut.

Irfan, yang memang jarang sekali terlibat hubungan spesial dengan lawan jenis, merasa bahwa hubungannya dengan Bu Anita adalah satu-satunya kesempatan baginya untuk bisa dekat dengan perempuan. Selain itu, ini juga merupakan kesempatan untuk mengalahkan Egi, teman baiknya yang terkenal mudah menemukan pasangan. Ia tidak tahu lagi harus bagaimana apabila hubungan dirinya dengan Bu Anita harus kandas.

Di tengah kegalauannya, Irfan menghabiskan waktu dengan melihat-lihat akun Instagramnya. Ia melihat ke bagian atas layar, tempat Instagram Story terbaru dari teman-temannya berada. Di ujung paling kiri, ia melihat akun milik Mila, mantan pacar sahabatnya.

Selama di Kota S, Mila memang aktif membagikan foto-fotonya lewat Instagram Story, yang kini tengah dinikmati oleh Irfan. Pria tersebut pun bisa melihat kecantikan Mila dengan jilbab berwarna krem dan kemeja berwarna putih, yang sedang tersenyum ke arah kamera dengan berbagai pose. Hal tersebut membuat ketertarikannya kepada Mila yang sempat terpendam selama ia bersama dengan Bu Anita, kembali muncul ke permukaan.

Ia pun mengingat bagaimana ia bisa orgasme ketika menyetubuhi Bu Anita, tapi sambil membayangkan sedang menyetubuhi Mila. Ia tak bisa melupakan bentuk tubuh Mila yang jauh lebih seksi dibanding Bu Anita, dan kecantikannya yang tampak menonjol meski selalu berbalut jilbab.

Irfan telah mendengar kabar bahwa Mila telah menikah dengan Om Burhan, ayah dari Wulan yang juga ia kenal. Ia sedikit merasa kecewa, namun di sisi lain juga merasa sangat terangsang. Ia membayangkan bisa menyetubuhi tubuh Mila yang saat ini telah menjadi istri orang lain, pasti rasanya akan sangat menggairahkan.

Ia memutuskan untuk mengirim pesan kepada Mila. Ia melakukannya hanya karena iseng, dan tidak mengharap Mila akan membalasnya. “Hai, Mila. Apa kabar?”

Irfan kemudian menyalakan televisi untuk menonton acara apa pun yang sedang ditayangkan. Tak lama kemudian, Mila ternyata mengirim pesan balasan.

Mila-4.jpg

“Malam, Irfan. Kabar baik neh, kamu gmana?”

“Baik juga. Kamu lagi di Kota S ya?”

“Iya, koq kamu tahu?”

“Lihat di Instagram Story kamu. Cakep banget kamu di situ, hee.”

“Ahh, bisa aja kamu. “

“Bagaimana neh, kehidupan setelah menikah? Makin asyik ya?”

“Ya begitu deh, Irfan. Lebih menyenangkan karena kemana-mana ada temannya, ada yang bisa diajak diskusi, ada yang menguatkan kalau sedang down.”

“Wah seru banget ya.”

“Iya, makanya kamu juga nikah donk, hee.”

“Termasuk ehem2nya juga seru yah? Hee.”

“Ihh, kamu mau tahu aja deh. Rahasia dapur itu,”

“Ya, salah satu nikmatnya menikah kan wik-wik nya, hee. Sudah isi belum sekarang?”

“Bahasa apa itu wik-wik, hahaa. Saat ini belum isi Irfan, doakan saja.”

“Lho, kenapa belum isi? Gak dicoba bikin?”

“Dicoba terus sih, cuma memang belum dikasih aja.”

“Berapa kali cobanya, hee? Sekarang koq gak nyoba bikin?”

“Berapa yah, seminggu empat kali ada lah. Kan sekarang lagi chat sama kamu, masa disambi bikin dedek, hee.”

Tanpa terasa, pembicaraan itu membuat Irfan sedikit terangsang. Ia pun melepaskan celana dan celana dalamnya, hingga penisnya berdiri tegak. Ia pun mulai mengelus-elus penisnya, sambil membayangkan tangan Mila yang melakukannya.

“Ya siapa tahu aja, bikin dedek kan cukup pakai pinggul aja. Tangannya bisa bebas,” ujar Irfan.

“Kata siapa? Kalau bikin dedek tangannya juga harus ikut main donk, hee,” jawaban Mila membuat Irfan semakin naik birahinya.

“Tangannya memang ikut main ke mana, Mila?”

“Ya kemana saja, bisa ke atas bisa ke bawah, tergantung mana yang bebas saja,” Irfan semakin cepat mengocok penisnya, membayangkan Mila tengah menindih tubuhnya sambil mengelus-elus tubuh Irfan baik yang atas maupun yang bawah dengan tangannya yang halus.

“Om Burhan juga suka mainin tangannya yah, Mila?”

“Iya donk. Aku paling suka kalau tangannya main-main di tubuh aku,” Irfan kini membayangkan dirinya mengelus-elus dan meremas-remas payudara Mila dari balik hijabnya. Dalam hati, ia membayangkan bahwa dirinya bisa mengendus bau tubuh Mila yang harum dan menggiurkan. Menyetubuhi perempuan cantik tersebut pasti akan terasa sangat menggairahkan.

“Kalau aku ke sana, kamu mau gak nemenin aku?”

“Iya boleh, kabari saja kalau ke sini,” Irfan pun berimajinasi bahwa dirinya bisa bersama di dalam satu kamar dengan istri dari Om Burhan yang masih muda dan begitu seksi tersebut, dan menyetubuhinya dengan liar, hingga Mila ketagihan bersetubuh dengan dirinya.

Tanpa terasa, penisnya pun mulai mengeluarkan cairan sperma yang cukup banyak, yang berceceran ke perut, pinggang dan ranjangnya. “Ahhh, Mila. Nikmat sekali tubuhmu,” desah Irfan sambil mengambil tissue untuk membersihkan bekas spermanya.

“Irfan, sudah dulu ya. Om Burhan sudah pulang. Bye.”

“Bye, Mila.”

---

Keesokan harinya, Irfan sedang berjalan-jalan di mal sepulang kerja. Ia tidak ingin mencari apa-apa untuk dibeli dan hanya ingin berkeliling saja untuk cuci mata. Ia sebenarnya ingin menghabiskan waktu dengan bersenang-senang bersama Bu Anita, namun ajakannya tersebut kembali ditolak meski ia telah berkali-kali menghubungi wanita pujaannya itu.

Ketika ia melewati area food court, Irfan melihat sepasang pria dan wanita yang sedang duduk berhadapan di sebuah meja. Ia mengenali pria tersebut, meski tidak pernah melihat sosok wanita yang ada di hadapannya. Irfan pun memutuskan untuk mendekati mereka.

“Halo, Egi. Apa kabar?” Ujar Irfan.

“Eh, kamu Irfan. Kabar baik,” ujar pria yang ternyata merupakan Egi, mantan pacar Mila dan mantan selingkuhan Bu Anita. Raut wajah Egi tampak khawatir. Namun ia tetap berdiri dan menyambut jabatan tangan Irfan.

“Lagi makan neh?”

“Iya neh, lagi makan aja. Kamu lagi cari apa, Irfan?”

"Nggak koq, lagi jalan-jalan saja."

Ratna-1.jpg

Irfan kemudian melirik ke arah perempuan cantik yang ada di hadapan Egi. Sedari tadi, perempuan tersebut hanya tersenyum manis melihat obrolan kedua pria tersebut. Egi pun menyadari maksud dari Irfan.

Meski enggan, ia akhirnya mengenalkan perempuan tersebut. “Oh iya, Irfan kenalkan ini Ratna. Ratna, kenalkan ini teman aku namanya Irfan,” ujar Egi mengenalkan mereka berdua, hingga keduanya saling berjabat tangan.

“Pacar baru?” Tanya Irfan.

“Hmm, iyah,” ujar Egi dengan terbata-bata. Situasi tersebut sungguh terasa aneh, karena Egi tentu tidak mau Ratna menjauhi dirinya karena tahu Egi telah mempunyai beberapa pacar sebelumnya. Egi pun khawatir kalau Irfan akan menceritakan aib-aibnya kepada Ratna.

“Owh gitu. Oke deh, aku pergi dulu ya. Sampai ketemu Egi, Ratna,” ujar Irfan sambil beranjak pergi. Egi pun bisa bernapas lega karenanya. Ia kembali melanjutkan menyantap makanan dan mengobrol dengan pacar barunya tersebut.

Namun tanpa diketahui oleh Egi, Irfan sebenarnya memperhatikan betul pacar barunya yang cantik itu. Ratna memang tidak secantik Mila, namun perempuan yang sama-sama berjilbab tersebut seperti mempunyai ketertarikan tersendiri karena wajahnya yang keibuan. Irfan pun langsung bisa menyusun sebuah rencana yang nantinya bisa menguntungkan dirinya.

Beberapa saat setelah meninggalkan Egi, Irfan pun mengirim sebuah pesan WhatsApp kepada sahabatnya tersebut. sambil tersenyum sendiri “Ratna cantik juga, Gi. Ketemu di mana?”
 
Terakhir diubah:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Bakaaal aseeek ne, bnyak intrik baru, bnyak orang2 baru, dan psti mkin bnyak maen belakangnya, hehehehehe

Keep update suhu, kami nggu slalu, hahaahha
 
Alhamdulillah...
Makasih updatenya ukhti @fathimah

Irfan mencari mangsa baru setelah dilepas oleh Bu Anita. Mulai dari menggoda Mila dan mencoba menggoda Ratna, pacar baru Egi.

Bu Anita penasaran dengan Pak Syamsul, apakah ini menjadi pemicu bagi Bu Anita untuk lebih dekat dengan Pak Syamsul..?

Lanjuuut ukhti.. :semangat:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd