Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Pengkhianatan Sahabat

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
manteo nih. Bnyk tokoh baru. Bakalah lbh seger dan menarik critanya.
Malu2 mau... Kalem2 binal. Hehehe
 
Akan kita lihat siapa yg lebih banyak keberuntungan ny, Duo bandot tua atau irfan sang petualang baru, di tunggu next ny gan..
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Part 35 - Berkah Kecelakaan

Mila-4.jpg

Setelah berkeliling ke beberapa apartemen selama berhari-hari, Om Burhan dan Mila akhirnya menemukan sebuah apartemen yang cocok dengan selera mereka berdua. Apartemen tersebut terdiri atas ruang tamu dan satu kamar tidur, serta satu ruangan lagi yang merupakan gabungan dari ruang makan dan dapur. Ongkos sewa apartemen tersebut juga tidak terlalu mahal, bila dibandingkan dengan apartemen lain dengan ukuran dan bentuk yang serupa. Om Burhan dan Mila memutuskan untuk langsung menyewa apartemen tersebut selama satu tahun ke depan.

Kemarin, mereka baru saja memindahkan barang bawaan mereka dari hotel ke apartemen tersebut. Apartemen itu sebenarnya telah mempunyai perabotan yang lengkap. Namun Om Burhan dan Mila tetap harus mengisinya dengan barang-barang lain, seperti alat mandi, persediaan makanan, dan semacamnya.

“Om, kita beli barang-barang ke supermarket, yuk,” ajak Mila di pagi hari setelah mereka pindah ke apartemen tersebut. “Aku juga mau beli baju lagi, karena baju yang aku bawa dari Jakarta sudah mau habis.”

Saat itu, perempuan muda tersebut baru saja selesai mandi dan mengenakan pakaian. Ia memakai atasan yang terbuat dari katun dan celana jeans sebagai bawahan, namun belum mengenakan jilbab.

“Boleh, Om mandi dulu ya kalau begitu,” ujar Om Burhan yang masih berbaring di atas ranjang.

Pria tua yang hanya mengenakan celana dalam tersebut bangun, dan langsung beranjak menuju kamar mandi. Sebelum itu, ia menyempatkan diri untuk memeluk sang istri dan mengecup bibirnya yang ranum.

“Ihh, suamiku pagi-pagi sudah main cium-cium aja. Mana cuma pakai celana dalam doank lagi,” ledek Mila. Om Burhan hanya tersenyum.

“Kita nanti sekalian cek lokasi butik kamu yang ada di mal yah. Om pengen tahu perkembangan renovasinya sudah sampai mana, dan kira-kira akan selesai kapan,” ujar Om Burhan.

Mila pun mengangguk, dan membiarkan suaminya berjalan menuju kamar mandi.

45 menit kemudian, Om Burhan dan Mila tampak sudah selesai berpakaian, dan siap untuk pergi ke pusat perbelanjaan. Mereka turun ke lokasi parkir apartemen dan langsung melajukan mobil sewaan mereka menuju jalan raya. Mobil berwarna hitam tersebut pun langsung menembus jalanan kota S yang memang tidak terlalu padat pada hari itu.

Tanpa disadari oleh Om Burhan dan Mila, ketika mobil mereka tengah keluar dari apartemen, ada sebuah mobil berwarna silver yang sedang terparkir di seberang jalan. Di dalam mobil tersebut, tampak seorang pria yang sedang memakai teropong untuk bisa melihat kondisi di lokasi yang lebih jauh, dengan lebih jelas. Teropong tersebut tampak mengikuti gerakan mobil Om Burhan dan Mila yang baru saja meninggalkan gedung apartemen.

Pria tersebut tampak tersenyum melihat mobil tersebut, yang sepertinya telah menjadi target pengintaian dirinya selama beberapa hari terakhir.

“Akhirnya, apa yang aku rencanakan selama ini bisa segera terlaksana,” gumamnya.

---

Anita-1.jpg

Di jam makan siang, Bu Anita meminta izin ke rekan-rekan kerjanya untuk pergi keluar. Ia berusaha menyempatkan diri untuk pergi keluar kantor demi mengambil KTP miliknya yang kini ditahan oleh seorang pria tua bernama Syamsul, yang semalam baru ia tabrak. Mobil Bu Anita sendiri tidak terlalu mengalami kerusakan, namun bagian belakang mobil pria tersebut mengalami penyok yang cukup parah. Bu Anita pun tak lupa membawa sejumlah uang sebagai ongkos penggantian.

Hari itu, Bu Anita mengenakan kemeja lengan panjang berwarna putih, dan celana panjang yang longgar berwarna coklat muda. Perempuan tersebut tampak lebih anggun dengan sepatu ber-hak, yang membuatnya tampak lebih tinggi meski hanya beberapa sentimeter. Rambutnya yang hitam tergerai indah hingga ke punggung.

Ia telah mendapat alamat kios milik Pak Syamsul yang berada di sebuah pusat perbelanjaan. Tanpa kesulitan, Bu Anita pun berhasil menemukannya. Ia kini telah berada di lantai yang sama dengan kios tersebut, dan dari kejauhan ia sudah bisa melihat Pak Syamsul yang sedang sibuk memindah-mindahkan barang di dalam kiosnya.

Alangkah kagetnya Bu Anita, karena pada saat itu Pak Syamsul hanya mengenakan celana panjang saja. Tubuh bagian atas pria tua tersebut tampak terbuka, memperlihatkan bagian dada dan perut pria tua tersebut yang bersimbah keringat. Bu Anita pun menelan ludah melihat pemandangan itu.

Sempat tertegun beberapa saat, perempuan cantik tersebut langsung menghampiri kios Pak Syamsul dan memanggil pemiliknya.

“Permisi, Pak Syamsul,” ujar Bu Anita.

Pak Syamsul yang sedang memindahkan barang langsung memalingkan wajahnya ketika mendengar suara Bu Anita. Melihat perempuan yang memanggilnya, ia pun langsung menurunkan barang yang tengah ia angkat.

“Eh, kamu Anita. Maaf ya saya sedang berantakan begini,” ujar Pak Syamsul sambil mengelap keringat yang mengalir di wajah dan dadanya yang terbuka. Kelakuan Pak Syamsul membuat Bu Anita sedikit merinding melihatnya.

“Iya, Pak. Saya mau ambil KTP saya yang ada di Bapak,” ujar Bu Anita yang masih berada tepat di depan kios. Ia ragu untuk masuk ke dalam karena kondisi kios tersebut yang tengah sangat berantakan.

“Iya, iya. Tunggu sebentar yah,” ujar Pak Syamsul sambil segera berjalan ke arah belakang kios.

Tak berapa lama kemudian, Pak Syamsul kembali dan mendekati tempat Bu Anita berdiri. Pria tua tersebut masih belum mengenakan baju untuk menutupi tubuh bagian atasnya, namun keringatnya seperti baru saja dilap. Kondisi tersebut membuat jantung Bu Anita berdetak makin cepat. Ia bisa merasakan puting payudaranya pun kian mengeras, tanda birahinya telah teraduk-aduk. Ketika Pak Syamsul telah berada tepat di hadapannya, bau badan Pak Syamsul yang khas pun bisa tercium dengan jelas oleh Bu Anita.

“Ini ya, KTP kamu,” ujar Pak Syamsul sambil memberikan KTP tersebut. Bu Anita pun mengambilnya dan memasukkan ke dompet, sambil mengeluarkan beberapa lembar uang pecahan seratus ribu rupiah dan memberikannya kepada Pak Syamsul.

“Ini ya, Pak. Uang penggantiannya,” ujar Bu Anita.

Namun Pak Syamsul menggeleng, dan menolak untuk menerima uang tersebut. “Tidak usah, Anita. Saya sudah cek ke bengkel, dan ternyata penyoknya bisa langsung beres tanpa biaya mahal. Jadi, kamu gak usah ganti apa-apa,” jawab Pak Syamsul.

“Owh begitu. Benar Pak Syamsul? Saya jadi tidak enak,” ujar Bu Anita.

“Benar. Mohon maaf ya kamu sampai harus ke sini. Tadinya saya mau antar KTP ini ke kantor kamu, tapi gak bisa karena harus urus barang-barang ini dulu. Sekarang baru selesai,” ujar Pak Syamsul.

"Terima kasih banyak, Pak Syamsul," ucap Bu Anita sambil membalikkan badan untuk pergi. Namun ia kemudian mengurungkan niatnya dan kembali berbalik menghadap Pak Syamsul. Bu Anita tampak mulai terangsang berhadapan dengan Pak Syamsul yang telanjang dada seperti itu.

Ia pun kembali memanggil pria tua tersebut. “Pak Syamsul, kalau Bapak tidak mau diganti dengan uang, izinkan saya untuk memberikan ganti rugi dalam bentuk makan siang saja sekarang, mau gak?” Ujar Bu Anita. Ia sendiri tidak mengerti bisa mendapat ide seperti itu dari mana.

Pak Syamsul berpikir sejenak. Ia baru sadar bahwa dirinya belum sempat makan siang, karena terlalu sibuk bekerja di kios. Tawaran Bu Anita ini terdengar cukup menggiurkan. “Oke deh. Saya ganti baju dulu ya. Kamu mau tunggu di sini sebentar?”

Bu Anita pun mengangguk.

Sekitar sepuluh menit kemudian, Pak Syamsul kembali menghampiri Bu Anita di depan kios. Kali ini, ia telah mengenakan polo shirt untuk menutupi tubuh bagian atasnya. Meski begitu, Bu Anita masih bisa mencium bau badan Pak Syamsul. Namun, bukannya jijik, Bu Anita justru merasa birahinya tergelitik karena aroma khas tersebut.

“Mau makan di mana, Anita?” Tanya Pak Syamsul.

“Ehhh, eh … terserah Pak Syamsul saja. Saya kan tidak tahu daerah sini,” jawab Bu Anita tergagap, karena masih sibuk memikirkan bentuk tubuh dan aroma pria tua tersebut.

“Baiklah, ayo ikut saya. Saya tahu tempat makan yang enak di sini,” ujar Pak Syamsul.

Bu Anita dan Pak Syamsul pun berjalan beriringan melewati deretan kios-kios yang berjejer di pusat perbelanjaan tersebut. Mereka berdua benar-benar tampak kontras. Sang pria tampak begitu sederhana dengan kulit yang gelap dan keriput, serta bekas-bekas keringat karena baru saja bekerja di kios. Sedangkan sang perempuan tampil dengan pakaian yang modis dan tubuh yang begitu seksi.

Para pemilik kios lain yang mereka lewati tampak memandangi mereka berdua dengan tatapan heran. “Siapa perempuan cantik yang lagi sama si Syamsul itu, beruntung sekali tua bangka itu,” gumam mereka dalam hati.

Bu Anita dan Pak Syamsul kemudian masuk ke sebuah restoran makanan Jepang yang cukup terkenal. Restoran tersebut telah sepi, sudah tak banyak pengunjung yang makan di situ. Mungkin karena jam makan siang memang telah terlewat. Bu Anita pun menurut saja dengan pilihan Pak Syamsul tersebut.

Sambil menikmati makan siang mereka berdua, Bu Anita dan Pak Syamsul pun berbagi cerita. Bu Anita menjelaskan kalau dia baru saja cerai dengan suaminya, dan kini mempunyai seorang anak yang harus ia rawat. Itulah mengapa ia terus bekerja keras, bahkan hingga larut malam, demi meneruskan kehidupannya dan sang anak.

“Kalau boleh tahu, mengapa kamu dan suami bercerai?” Tanya Pak Syamsul penasaran.

“Biasa, Pak. Kekerasan dalam rumah tangga,” jawab Bu Anita.

Pak Syamsul mengangguk. Pria tersebut pun tak tahan untuk menceritakan kisah hidupnya, terutama bagaimana istri yang ia cintai meninggal lebih dahulu. Ia memberitahu Bu Anita bahwa ia mempunyai dua orang anak, laki-laki dan perempuan. Namun Pak Syamsul tidak sampai menceritakan bahwa kini Mila telah menikah dengan laki-laki yang jauh lebih tua dari dirinya. Pak Syamsul juga tidak menyinggung tentang keberadaan Wulan yang selama ini menemani hari-harinya di atas ranjang.

“Pak Syamsul gak ada keinginan untuk menikah lagi?” tanya Bu Anita tiba-tiba.

Pria tua tersebut sampai hampir tersedak karena kaget akan pertanyaan tersebut. Ia coba menenangkan diri dan menelan makanannya terlebih dahulu, sebelum memberikan jawaban. “Mengapa kamu bertanya seperti itu?"

"Pengen tahu saja."

"Saya sudah tua, Anita. Mungkin lebih cocok kalau fokus bekerja dan membahagiakan anak-anak saja,” jawab Pak Syamsul polos.

“Kata siapa Bapak sudah tua? Badannya masih gagah, koq,” ujar Bu Anita. Gairah yang muncul ketika ia melihat tubuh telanjang Pak Syamsul sepertinya telah menghilangkan logika berbicara dari perempuan cantik tersebut. Ia baru sadar bahwa pengaruh dari kata-katanya tersebut bisa berakibat tidak baik.

“Bisa saja kamu,” ujar Pak Syamsul yang mukanya seperti memerah menahan malu.

Mereka berdua pun menghabiskan waktu selama hampir satu jam untuk makan siang dan mengobrol. Setelah itu, Bu Anita langsung membayar tagihan makan siang tersebut seperti janjinya, lalu bersiap untuk kembali ke kantor.

“Saya pergi dulu ya, Pak,” ujar Bu Anita singkat sambil menjabat tangan Pak Syamsul.

Tanpa diduga oleh Pak Syamsul, Bu Anita tiba-tiba menarik tubuhnya agar mendekat, lalu menyentuhkan pipinya ke pipi Pak Syamsul, baik yang sebelah kiri maupun kanan. Setelah itu, perempuan cantik tersebut pun tersenyum manis ke arah Pak Syamsul, sebelum kemudian beranjak pergi.

Pak Syamsul sendiri hanya bisa tertegun dibuatnya. Pria tersebut masih berdiri mematung, tidak tahu harus berbuat apa, hingga Bu Anita akhirnya hilang dari pandangannya.

---

Wulan-2.jpg

Karena tahun ajaran baru telah tiba, Wulan pun harus kembali mengajar di Bimbel. Dia masih setia dengan pekerjaan tersebut karena sensasi membahagiakan yang muncul setiap kali dia mengajarkan sesuatu yang baru kepada anak didiknya. Terlebih lagi ketika para muridnya tersebut tampak antusias mendengarkan apa yang Wulan sampaikan, ia akan merasa sangat senang.

Ia sendiri tampak bersemangat ketika memasuki ruang tempat para pengajar di Bimbel tersebut berkumpul. Ketika ia telah berada di dalam dan tengah berjalan menuju mejanya, Wulan kaget karena di meja tersebut ada seorang lelaki yang sedang duduk sambil memainkan smartphone.

“Permisi, ini meja saya,” ujar Wulan ketika telah berada di hadapan pria berambut sedikit gondrong tersebut.

Pria itu kemudian menoleh, dan menatap mata Wulan dengan tajam. “Kalau saya duduk di sini, memang tidak boleh? Kan masih banyak kursi kosong,” ujar pria itu sambil menunjuk ke arah bangku-bangku lain. Ruang pengajar tersebut memang masih kosong karena jadwal mengajar baru akan dimulai sekitar 2 jam lagi.

“Tapi ini meja saya,” ujar Wulan geram. “Lagipula, kamu siapa memang? Saya belum pernah lihat kamu di sini sebelumnya.”

Pria tersebut bergeming. Ia tetap fokus pada smartphone yang tengah ia genggam. Hal tersebut membuat Wulan semakin kesal. Ia pun meluapkannya dengan memukul meja di hadapannya dengan keras. Brraaaakkkk …

“Heh, kalau ditanya itu jawab. Jangan diam saja,” ujar Wulan dengan nada suara setengah berteriak.

Pria yang ia ajak bicara kembali menoleh, dan tampaknya juga merasa kesal dibentak seperti itu oleh Wulan. “Suka-suka saya mau duduk di mana! Dan siapa saya, bukan urusan kamu. Sana pergi, jangan ganggu saya,” jawab pria tersebut.

Wulan merasa sangat kesal. Selain karena kelakuan pria tersebut, ia pun bisa mencium aroma rokok yang tidak sedap keluar dari mulutnya. Ia sangat tidak menyukai pria yang suka menghisap rokok. Dalam waktu singkat, Wulan sudah memutuskan untuk membenci pria di hadapannya tersebut. Ia baru akan membalas kembali ucapan pria itu ketika tiba-tiba pintu ruang pengajar dibuka dan seorang perempuan melangkah masuk.

“Ada apa sih ribut-ribut?” Ujar perempuan berjilbab tersebut.

“Nah, kebetulan ada kamu Syifa. Ini tolong bantu aku, ada orang asing yang tiba-tiba nyelonong ke ruang pengajar dan duduk di meja aku. Tolong usir dia dari sini,” ujar Wulan.

Syifa-1.jpg

Syifa pun melihat pria yang ditunjuk oleh Wulan, lalu tertawa. “Ya ampun, Wulan. Dia bukan orang asing. Itu Bobi, dia pengajar baru yang ditugaskan mengganti Jordi. Kamu baru masuk hari ini sih, jadi tidak tahu ketika Bobi masuk,” ujar perempuan yang bernama Syifa tersebut.

Wajah Wulan memerah. Ia bingung harus menyahut apa lagi untuk meredam kekesalannya. “Tapi kamu tetap tidak boleh duduk di meja aku donk,” ujar Wulan kepada Bobi.

Syifa tertawa melihat kelakuan sepasang pria dan perempuan tersebut. “Sudah Bobi, jangan sering-sering ganggu Wulan. Kalau ditampar baru tahu rasa kamu,” ujar Syifa sambil berjalan menuju mejanya.

Bobi pun ikut tertawa. Ia kemudian berdiri dan sengaja berjalan sangat dekat dengan posisi Wulan berdiri. “Jangan sering marah-marah, cantik. Nanti cepat tua,” bisiknya di telinga Wulan, sehingga hanya dia dan Wulan yang bisa mendengarnya.

Kekesalan Wulan pun bertambah kepada pria muda tersebut.

---

“Triiinng …” terdengar bunyi dering dari smartphone milik Pak Syamsul, tanda ada sebuah pesan WhatsApp yang masuk. Ayah dari Mila tersebut pun langsung membuka smartphonenya.

“Terima kasih ya sudah mengembalikan KTP saya tanpa perlu diganti,” ternyata pesan tersebut datang dari Anita. Pak Syamsul pun tersenyum.

“Sama-sama. Terima kasih juga telah mentraktir makan siang,” balas Pak Syamsul.

“Lain kali, mau coba makan siang lagi?”

“Boleh. Tapi gak usah pake nabrak mobil saya yah.”

“Iya, mending gantian Pak Syamsul saja yang nabrak tubuh saya.”

Pak Syamsul hanya tersenyum membaca pesan tersebut.
 
Terakhir diubah:
Mkin pusing... Semuanya scene menggairahkan.... Gmn bobi vs wulan di ranjang, syamsul vs anita. Ato scene2 tak terduga lainnya.
Mantaapp hu.
Lanjutkan.
 
Nah ini baru cerbung..
Tokoh2nya mulai dibangun, dan ditambah konflik2 yg mulai bermunculan,,

Kalo updatenya sih mau panjng/pendek terserah penulisnya haha..

Aku sbgai penikmat cerbung cm mendoakan semoga sampai TAmat :mantap:
 
Terima kasih ukhti @fathimah updatenya mantaaabh..

Muncul spekulasi siapa yang membuntuti Om Burhan dan Mila, apakah Pak Jarot atau suruhan nya, ato Irfan yang nekat menyusul Mila ke kota S..

Bobi..? Hmm...potensi penggoda iman Wulan nih..
Tinggal bargaining power antara Pak Syamsul dengan Wulan.
Pak Syamsul deal dengan Bu Anita, untuk tabrak tabrakan kelamin, Wulan pun mungkin akan deal dengan Bobi atau Jordi atau a new stranger..

Tetap smangaadh ukhti @fathimah .. :semangat:
 
Akhir nya tamat juga baca dari awal ampe update terakhir :D

mantaps cerita nya om kyaknya bakalan masih bnyak konflik2 niih, d tunvgu next update nya om :beer:
 
Bimabet
Akhir nya tamat juga baca dari awal ampe update terakhir :D

mantaps cerita nya om kyaknya bakalan masih bnyak konflik2 niih, d tunvgu next update nya om :beer:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd