Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Pengkhianatan Sahabat

Status
Please reply by conversation.
Wis gampang.. Mila jujur saja sama om Burhan, apa yg dilakukan Jarot td.. Lebih asik lg kalo Mila memainkan perannya yg dianggap polos dan lugu namun cerdik dan berhati", untuk membuka kebusukan jarot, mengingat mila yg sedang bangkit dari keterpurukan usaha ayahnya..
Nothing special yet nothing too lose

:p
 
Terakhir diubah:
Cerita ini memang sengaja saya buat dengan alur yang sedikit lambat, agar pembaca bisa memahami perasaan para tokoh (terutama tokoh perempuan) di cerita ini, dan alasan mengapa mereka mengambil keputusan2 yang mereka ambil.

Tapi agar pembaca bisa tetap menikmati, saya usahakan untuk terus update dalam waktu yang cepat :)
 
Cerita ini memang sengaja saya buat dengan alur yang sedikit lambat, agar pembaca bisa memahami perasaan para tokoh (terutama tokoh perempuan) di cerita ini, dan alasan mengapa mereka mengambil keputusan2 yang mereka ambil.

Tapi agar pembaca bisa tetap menikmati, saya usahakan untuk terus update dalam waktu yang cepat :)
Siaapp.. Yg jinak2 merpati tp binal yg nggemesin emg
 
Jalan ceritanya bagus banget. Perlahan dan rapi. Kita yang baca juga santai. Saya suka.
 
Cerita ini memang sengaja saya buat dengan alur yang sedikit lambat, agar pembaca bisa memahami perasaan para tokoh (terutama tokoh perempuan) di cerita ini, dan alasan mengapa mereka mengambil keputusan2 yang mereka ambil.

Tapi agar pembaca bisa tetap menikmati, saya usahakan untuk terus update dalam waktu yang cepat :)

Setuju ukhti..
Lebih masuk dalam perasaan, hingga seperti real life..
 
Part 37 - Gairah Lama Bersemi Kembali

Mila-4.jpg

Begitu nyamannya ranjang di apartemen yang kini ia tempati, membuat Mila tidak ingin cepat-cepat beranjak dari situ. Apalagi ketika ia sadar bahwa hari ini adalah hari Senin, yang merupakan hari yang paling tidak sibuk bagi seorang pebisnis seperti dia. Ia pun kembali memeluk bantal guling yang ada di sebelahnya.

Perempuan cantik tersebut meraba-raba sisi ranjang yang lain, mencoba menyentuh tubuh suaminya. Namun tidak ada siapa-siapa di situ. “Hmm, ke mana ya Om Burhan pagi-pagi begini?” Ujar Mila dalam hati.

Ia pun memaksakan diri untuk bangun dan mencari suaminya. Saat itu, ia masih dalam keadaan telanjang tanpa busana, setelah habis “bertempur” hebat dengan Om Burhan tadi malam. Payudaranya yang indah bisa terlihat jelas bergelantungan dengan segar. Agar tidak kedinginan, Mila pun kembali mengenakan celana dalam dan bra miliknya yang tergeletak di lantai, lalu mengambil kaos longgar milik Om Burhan dari lemari dan mengenakannya.

Saat keluar dari kamar, Mila bisa melihat suaminya telah kembali berpakaian dan sedang duduk di sofa sambil menonton televisi. Mila langsung duduk di sebelahnya, dan memeluk tubuh sang suami yang sudah berusia hampir 50 tahun tersebut dari samping.

“Om hebat banget sih tadi malam,” goda Mila sambil mengelus-elus dada Om Burhan.

Melihat istrinya yang manja, Om Burhan pun tersenyum. “Kamu juga binal banget tadi malam. Om suka,” bisik Om Burhan di telinga Mila. Ia seperti tidak ingin kata-katanya terdengar oleh orang lain, meski di apartemen tersebut hanya ada mereka berdua.

“Si adik kecil ini gede banget sih, benar-benar bisa bikin Mila puas,” gumam Mila sambil mengelus kemaluan Om Burhan dari balik celana.

“Ininya kamu juga indah banget, Om suka ngenyotnya,” jawab Om Burhan sambil meremas payudara Mila.

Mila pun langsung menarik kepala suaminya tersebut, lalu mencium bibirnya mesra. Sedangkan Om Burhan, langsung memeluk tubuh istrinya yang seksi itu dan menikmati cumbuan bibir perempuan muda tersebut.

Tiba-tiba, Mila teringat akan apa yang terjadi tadi malam, antara dirinya dan Pak Jarot. Ia sadar bahwa hal itu adalah sesuatu yang salah, dan ia akan makin merasa bersalah apabila ia tidak memberitahukan hal tersebut kepada sang suami. Ia tidak tahu apakah Om Burhan akan membela dirinya, atau justru tidak percaya karena telah bersahabat lama dengan Pak Jarot.

“Bagaimana kalau nanti Om Burhan justru malah membela Pak Jarot, dan menganggap aku wanita murahan,” pikir Mila dalam hati. Namun sebagai seorang istri, ia sadar bahwa ia harus mengatakan segalanya kepada sang suami. Ia tidak boleh menutupi aibnya sekecil apapun. Ia pun membulatkan tekad untuk menceritakan apa yang terjadi semalam di ruang kerja Pak Jarot.

“Om …”

“Mil …”

Pasangan suami istri tersebut memanggil satu sama lain di waktu yang hampir bersamaan. Mereka pun tersenyum karena kejadian itu.

“Mau bicara apa, Mila sayang?” Tanya Om Burhan.

“Nggak, Om dulu aja,” ujar Mila.

“Oke. Jadi begini, rekan bisnis Om yang semalam bertemu dengan kita memberitahukan sebuah kabar buruk. Menurutnya, ada pihak-pihak yang sedang mengganggu bisnis Om di Australia,” ujar Om Burhan.

“Hmm, bukankah waktu itu Om pernah bilang kalau bisnis di Australia sudah berjalan secara otomatis, karena Om sudah punya partner yang mengurus di sana?” Tanya Mila.

“Iya, betul. Tapi ternyata partner Om ini tidak kuat juga menghadapi gangguan tersebut. Sepertinya yang melakukan ini adalah saingan bisnis Om di sana.”

“Terus bagaimana Om?”

“Mau tidak mau, Om harus pergi ke sana dan menyelesaikan semuanya sendiri. Kalau Om biarkan, bisa-bisa partner bisnis Om itu justru beralih mendukung saingan Om, dan semua bisnis kita bisa berantakan,” ujar Om Burhan.

“Hmm, jadi Om akan pergi ke sana? Selama berapa hari?”

“Mungkin sekitar satu sampai dua minggu.”

“Aku diajak juga?” Tanya Mila.

“Om sih mau saja ajak kamu, tapi sepertinya akan lebih baik kalau kamu tetap di sini. Bisnis kamu kan baru mulai, bahaya kalau langsung ditinggal,” ujar Om Burhan.

Mila pun mengangguk. Dalam hati ia merasa kecewa karena harus berpisah dengan suaminya walau hanya beberapa minggu. Namun ia bisa memahami bagaimana suaminya memang begitu serius mengurus persoalan bisnis. Sebagai perempuan, ia tidak mau menjadi penghalang bagi kesuksesan sang suami.

“Tapi jangan lupa buat sering-sering telepon ya, nanti aku kangen,” ujar Mila manja.

“Tenang saja istriku,” jawab Om Burhan. “Kalau kamu sendiri, mau ngomong apa tadi?”

Mila berpikir sejenak, dan memutuskan bahwa ini bukanlah saat yang tepat untuk bicara tentang Pak Jarot. Kalau ia menceritakan sekarang, bisa jadi Om Burhan akan khawatir dengan dirinya dan tidak jadi pergi ke Australia. Mila pun memutuskan untuk menceritakan hal tersebut ketika Om Burhan sudah pulang dari Australia saja.

“Nggak, Om. Gak mau ngomong apa-apa.”

“Tadi sepertinya kamu mau bicara sesuatu. Katakan saja.”

“Hmm … Mila mau bikin sarapan untuk kita, sudah lapar neh. Om mau apa?” Ujar Mila untuk mengalihkan topik.

“Telor ceplok setengah matang donk, hee,” jawab Om Burhan.

---

Dari kota S, tidak ada penerbangan langsung ke Australia. Oleh karena itu, Om Burhan harus transit terlebih dahulu ke Bali selama sekitar tiga jam, sebelum kemudian melanjutkan penerbangan ke Australia. Ia sampai di bandara tujuan di pagi hari, sekitar pukul 7. Ketika mendarat, ia langsung memberi kabar lewat WhatsApp kepada sang istri.

Om Burhan langsung berjalan menembus terminal kedatangan, untuk memesan taksi yang akan mengantarnya ke hotel. Alangkah terkejutnya Om Burhan ketika tiba-tiba ia melihat sesosok perempuan yang ia kenal. Perempuan tersebut pun tampak tengah berjalan ke arahnya.

Farida-1.jpg

“Mengapa kamu ada di sini, Farida?” Ya, perempuan tersebut adalah Bu Farida, istri dari Pak Jarot.

“Jemput kamu,” ujar Bu Farida sambil menggandeng tangan Om Burhan menuju ke luar bandara.

“Aku bingung, apa maksudnya ini? Bagaimana kamu bisa tahu kalau aku sampai di sini pagi ini?” Ujar Om Burhan memberondong Bu Farida dengan pertanyaan yang bertubi-tubi. Beberapa pertanyaan lain juga telah berkecamuk di dalam kepalanya.

“Kamu lupa ya kalau aku adalah istri seorang walikota?” Jawab Bu Farida.

Ingatan Burhan pun langsung melayang ke acara pesta di rumah Pak Jarot beberapa malam sebelumnya.

---

Seusai mengobrol dengan rekan bisnisnya, Om Burhan langsung mencari Mila. Namun ia tidak bisa menemukan istrinya tersebut. Dari kejauhan, ia justru melihat Bu Farida yang tengah berjalan menghampiri dirinya. Tanpa bicara apa-apa, Bu Farida langsung menarik tangannya. Om Burhan merasa bingung, namun ia tidak tahu harus berbuat apa karena kondisi pesta yang begitu ramai.

Tanpa terlihat oleh para pengunjung yang lain, Bu Farida menarik Om Burhan untuk masuk ke dalam sebuah kamar mandi yang berada di lantai satu rumah tesebut. Ruangan kamar mandi tersebut berukuran cukup besar, sesuai dengan ukuran rumah baru Pak Jarot yang megah. Ada sebuah bath tub di sana, lengkap dengan wastafel mewah dan sebuah toilet duduk. Bu Farida pun langsung mendorong Om Burhan hingga punggung pria tersebut menempel di dinding kamar mandi.

“Apa-apaan ini Farida?” Tanya Om Burhan.

“Tak perlu tanya, nikmatin saja,” ujar Bu Farida sambil mengecup leher Om Burhan dengan liar. Hal ini membuat Om Burhan khawatir kalau ciuman tersebut akan menimbulkan bekas cupangan di lehernya yang akan terlihat oleh orang lain, termasuk Mila istrinya.

Om Burhan pun berusaha melepaskan diri dari dekapan Bu Farida, lalu bergeser menjauh ke sisi lain kamar kecil tersebut. “Hentikan, Farida. Ini salah.”

“Apa yang salah Burhan? Kamu sadar kan kalau kita saling suka? Kita sudah sering melakukan ini sejak kuliah,” ujar Bu Farida.

Usia mereka berdua memang terpisah sekitar 5 tahun. Namun karena waktu kuliah Om Burhan yang cukup lama, ia pun sempat bertemu dengan Bu Farida yang saat itu merupakan mahasiswi baru. Karena kecantikan dan tubuhnya yang seksi, banyak mahasiswa lain yang menyukai Bu Farida, dan berusaha menjadikan Bu Farida sebagai pacar mereka. Namun tidak ada satupun yang diterima oleh Bu Farida.

Sedangkan Om Burhan, pada saat itu merupakan sosok senior yang dingin, dan tidak suka mengejar-ngejar perempuan. Hal tersebut justru membuat Bu Farida tertarik, dan akhirnya menyatakan cintanya pada Om Burhan. Sebagai seorang pria, Om Burhan pun kagum dengan kecantikan Bu Farida. Ia akhirnya menerima cinta Bu Farida, dan mereka pun berpacaran.

Hubungan mereka berdua benar-benar sangat tersembunyi, sehingga tidak banyak orang yang tahu. Sampai saat ini, Pak Jarot pun tidak tahu kalau istrinya pernah menjadi pacar Om Burhan. Meski begitu, hubungan mereka berdua telah sangat jauh, hingga Om Burhan pun sempat beberapa kali menyetubuhi Bu Farida di kamar kostnya.

Namun karena beberapa alasan, mereka akhirnya putus. Om Burhan pada saat itu telah lulus dan ingin fokus bekerja, sedangkan Bu Farida masih ingin fokus kuliah. Hubungan mereka semakin jauh, hingga Om Burhan kemudian memadu kasih dengan perempuan lain dan akhirnya menikah. Bu Farida pun menerima pinangan dari Pak Jarot.

Om Burhan sendiri menganggap bahwa hubungan antara mereka berdua telah selesai. Itulah mengapa ia tidak merasa canggung ketika bertemu dengan Pak Jarot yang merupakan suami dari Bu Farida. Ia bahkan membantu Pak Jarot di masa-masa awal walikota tersebut masuk ke panggung politik. Namun, tanpa diketahui oleh Om Burhan, Bu Farida tetap menyimpan rasa suka kepada mantannya tersebut.

Ketika mengetahui bahwa Om Burhan telah pindah untuk sementara ke Kota S, Bu Farida pun memutar otak agar ia bisa kembali bertemu dengan pria pujaannya tersebut. Ia pun merancang sebuah pesta, dan meminta suaminya untuk mengundang Om Burhan. Suaminya pun setuju, meski ia tidak tahu maksud sebenarnya dari sang istri.

“Hubungan kita hanyalah masa lalu, Farida. Semua sudah selesai,” tegas Om Burhan di kamar mandi tersebut.

“Mungkin untukmu begitu. Tapi bagiku, gairah ini masih menyala, Burhan.”

“Bagaimana kalau sampai suamimu tahu tentang hal ini?”

“Biar saja. Dia juga sudah tidak menyayangi aku,” ujar Bu Farida.

“Maksud kamu?”

Bu Farida terdiam sejenak. Ia tampak mulai emosional. Tanpa sadar, setetes air mata mengalir di pipinya. “Sudah sejak lama aku tidak nyaman berada di sampingnya. Aku merasa seperti pajangan, yang hanya bertugas menemani dia di acara-acara penting saja,” ujar Bu Farida.

Om Burhan terdiam. Ia semakin bingung dengan kondisi ini.

“Ia tidak bisa menerima kenyataan bahwa aku tidak bisa memberinya anak, dan mulai kehilangan bergairah apabila berada di dekatku. Padahal kau tahu kalau aku merupakan perempuan yang penuh dengan gairah. Aku butuh pelampiasan, Burhan,” ujar Bu Farida dengan air mata yang semakin bertambah.

“Farida …”

“Jujur saja, aku sempat senang ketika tahu kamu kembali menjadi single karena istrimu meninggal. Namun sekarang kamu justru menikah dengan perempuan muda tersebut.”

“Farida, hentikan …”

“Aku hanya ingin kehangatanmu yang dulu, Burhan,” ujar Bu Farida sambil berjalan mendekati Om Burhan, lalu memeluknya erat.

Om Burhan pun membiarkan perempuan yang masih mengenakan baju pesta tersebut. memeluk dirinya selama beberapa menit. Ia harus mengakui bahwa tubuh Bu Farida masih terlihat begitu seksi di usianya yang sudah tidak muda tersebut. Sebagai laki-laki, ia sempat tergoda untuk memenuhi permintaan perempuan tersebut. Namun ia teringat akan istrinya, Mila, yang juga ada di pesta itu.

Saat menikahi Mila, ia sudah berjanji kepada dirinya sendiri untuk tidak lagi bermain dengan perempuan lain. Dan ia bertekad untuk mempertahankan komitmen tersebut.

“Aku tidak bisa, Farida. Istriku ada di sini, dan dia tidak boleh melihat kita seperti ini. Mohon maaf,” ujar Om Burhan sambil melepaskan pelukan Bu Farida. Tanpa bicara apa-apa, Burhan pun langsung keluar dari kamar kecil tersebut dan meninggalkan Bu Farida sendirian.

---

“Jadi apa yang kamu lakukan di sini?” Ujar Om Burhan kepada Bu Farida ketika mereka berdua telah berada di taksi yang mengantar mereka menuju hotel. Om Burhan memutuskan untuk mengikuti permainan Bu Farida untuk sementara. Ia khawatir kalau Bu Farida akan melakukan hal yang nekat, dan memicu keributan di negara lain tersebut.

“Menemani kamu,” jawab perempuan tersebut.

“Maksudnya?”

“Waktu di rumah, kamu bilang kalau kamu tidak bisa memberikan kehangatan padaku karena ada istri kamu kan. Sekarang, istri kamu gak ada. Jadi kita bebas,” ujar Bu Farida sambil tersenyum.

Burhan pun menghela nafas, sambil memutar otak bagaimana dia bisa keluar dari jebakan ini. “Benar-benar perempuan yang aneh,” ujar Om Burhan dalam hati.

Ketika sampai di hotel, Om Burhan pun membiarkan Bu Farida yang ingin menemaninya sampai ke kamar. Ia masih belum bisa menemukan cara untuk lepas dari perempuan tersebut.

Sesampainya mereka berdua di kamar, Om Burhan langsung membongkar kopernya untuk memasukkan pakaian ke dalam lemari. “Burhan, lihat sini,” tiba-tiba Om Burhan mendengar suara Bu Farida memanggil dirinya.

Alangkah terkejutnya ia ketika menoleh ke arah sumber suara tersebut. Saat itu, Bu Farida memang terlihat sangat cantik dengan rambut yang memanjang hingga punggung. Ia memakai atasan berbahan katun yang cukup ketat, sehingga menonjolkan bentuk payudaranya yang membusung.

Ketika Om Burhan melihat ke arahnya, Bu Farida perlahan menaikkan pakaiannya ke atas, hingga terlepas. Ia melakukannya dengan sangat perlahan, seperti seorang penari striptease yang sedang memuaskan pelanggannya. Tak lama kemudian, ia pun menurunkan celana panjangnya.

Kini, Bu Farida hanya mengenakan bra dan celana dalam berwarna biru tua, yang begitu kontras dengan kulitnya yang putih. Bra yang ia kenakan pun tidak bisa menutup sempurna payudaranya yang besar. Perempuan tersebut tampak begitu seksi, hingga Om Burhan sampai harus menelan ludahnya sendiri ketika melihat pemandangan tersebut.
 
Bimabet
Wow...balas nih.***panya old flame...hehe
2 minggu..peluang besar jarot menikmati mila
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd