Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Pengkhianatan Sahabat

Status
Please reply by conversation.
Makasih updatenya ukhti @fathimah
Semakin kompleks, ternyata Bu Farida adalah bagian masa lalu dari Om Burhan dan masih menyimpang kepingan cerita masa laku.

Dan mengikuti om Burhan ke Ausie, seakan menjadi "istri dinas" om Burhan.

Lanjutkan ukhti.. :semangat:
 
Mila merasa mengenal betul suara itu, dan merasa heran bagaimana pria tersebut bisa turut berada di apartemennya


Kalau Mila mengenal betul suara itu pasti orang yang sangat dekat dan akrab dengan Mila.
Mungkinkah Pak Syamsul, ayah Mila.. ?
Atau malah Egi, mantan pacar Mila..?
Aah biar ukhti @fathimah yang menyelesaikan rasa penasaran ini.

Lanjuuut... :semangat:
 
Hmm, di tengah jalan begini malah kepikiran bikin cerita lain

Mending selesaikan ini dulu atau mulai berbarengan aja yah?

Lebih baik selesaikan dulu gan karena udah mulai masuk ke permasalahannya nih jadi makin seru dan penasaran 😀
 
Hmm, di tengah jalan begini malah kepikiran bikin cerita lain

Mending selesaikan ini dulu atau mulai berbarengan aja yah?

Dialanjut saja ukhti sampai selesai.
Jika ide cerita yang baru itu menarik dan connecting dengan cerita ini dimasukkan.

Jika berbeda lebih baik di buat draft kerangka cerita hingga selesai pengkhianatan sahabat, lanjut ke cerita baru.

Tetap semangat ukhti.. :semangat:
 
Part 39 - Kenikmatan yang Salah

Mila-4.jpg

“Hentikan, bangsaaaaattt …” Terdengar suara teriakan dari dalam ruang apartemen tersebut. Anehnya, Mila merasa mengenal betul suara itu meski belum melihat langsung sang pemilik suara.

Mendengar teriakan tersebut, Pak Joni pun terdiam dan menghentikan aktivitasnya. Ia langsung berdiri dan bersiap menghadapi orang yang tiba-tiba datang tersebut. Ia berdiri dengan tubuh telanjang dan penis yang masih tegak mengacung.

Ketika berhadapan dengan orang yang berteriak tadi Pak Joni tampak terkejut. Ia tahu benar siapa sosok yang ada di hadapannya. Ia adalah Pak Jarot, walikota di kota S. Ia mengenal betul wajah pria itu dari media massa yang rutin ia baca setiap hari. “Bagaimana ia bisa berada di sini?” Gumam Pak Joni dalam hati.

Ia pun baru sadar bahwa tadi ia lupa untuk mengunci pintu apartemen dari dalam. Ia mengutuk dirinya sendiri karena keputusan bodoh tersebut.

“Jangan ikut campur, lebih baik kamu pergi,” ujar Pak Joni menggertak. Ia kemudian mengambil pisau lipatnya yang sempat terlepas, lalu mengacungkannya ke arah Pak Jarot.

“Kamu yang lebih baik pergi, atau aku panggil polisi untuk menangkapmu,” ujar Pak Jarot. Ia tampak tak gentar menghadapi gertakan Pak Joni.

Mereka berdua kini telah saling berhadapan, tidak ada meja atau barang lain yang menghalangi mereka. Mereka saling menatap mata lawannya masing-masing, tidak ingin kehilangan momen penting yang bisa dimanfaatkan sang lawan untuk mengambil keuntungan.

“Jangan kira karena kau orang besar di sini, maka kau bisa seenaknya. Bila pisau ini menancap di tubuhmu, tidak ada yang akan tahu juga bahwa kau sedang sekarat di sini,” ujar Pak Joni.

“Aku tak peduli apa yang akan kamu lakukan. Sudah tugasku untuk menjaga setiap warga di kota ini,” ujar Pak Jarot.

“Ngghhh …” tiba-tiba terdengar suara Mila yang sedang berusaha melepaskan ikatan di tangannya.

Secara reflek, Pak Joni menoleh ke arah korbannya tersebut. Hal ini kemudian dimanfaatkan oleh Pak Jarot untuk menendang tangan Pak Joni yang tengah menggenggam pisau, hingga pisau tersebut terlepas. Pak Joni pun kehilangan senjatanya.

Pak Joni membalas dengan langsung menyerang Pak Jarot dan melancarkan pukulan keras dengan tangan kanannya yang mengepal. Pukulan tersebut berhasil mendarat di pipi Pak Jarot, sehingga membuat tubuhnya sedikit terpelanting. Ia mencoba membalas dengan melesatkan tendangan, namun Pak Joni yang masih telanjang tanpa busana berhasil menghindar. Mantan rekan bisnis dari Om Burhan tersebut bahkan bisa kembali mengirimkan tinju dengan tangan kirinya, yang kembali bersarang di pipi Pak Jarot.

Tapi Pak Jarot tampak tidak mau menyerah. Ia langsung menerjang Pak Joni hingga keduanya membentur tembok apartemen. Pak Jarot berusaha meninju Pak Joni, namun tangannya berhasil ditahan. Berkali-kali ia mencoba untuk melancarkan serangan, namun Pak Joni ternyata bukan lawan yang mudah untuk ditaklukkan.

Pak Jarot tiba-tiba mendapatkan ide untuk mengalahkan lawannya tersebut. Ia mengarahkan tangannya ke penis Pak Joni yang tergantung bebas, lalu meremasnya kuat. Benar saja, pemilik penis tersebut langsung kehilangan konsentrasi dan langsung mendorong Pak Jarot agar segera menjauh.

“Sialan kau Jarot …” ujar Pak Joni geram.

Ketika Pak Joni kehilangan konsentrasi, Pak Jarot kembali melancarkan tendangan yang kini tepat mengenai dada Pak Joni. Tendangan tersebut diikuti oleh tendangan-tendangan berikutnya yang tidak kalah kuat. Beberapa tendangan ada yang kembali mengenai tubuh Pak Joni, sedangkan beberapa yang lain berhasil ditahan. Namun serangan bertubi-tubi dari sang Walikota telah cukup untuk membuat Pak Joni terdesak.

Ia pun memutuskan untuk menarik diri dari pertarungan tersebut. Tidak ada gunanya bagi dirinya berurusan dengan seorang Walikota, apalagi di saat dirinya tidak lagi mempunyai senjata. Ia mendorong tubuh Pak Jarot sekuat-kuatnya hingga terjatuh, lalu mengambil celananya yang tergeletak di lantai. Dengan cepat, ia langsung berlari menuju pintu apartemen dan melesat keluar dengan tubuh yang masih telanjang. Entah di mana ia akan mengenakan celana yang ia bawa tersebut.

Pak Jarot dan Mila pun menghela nafas lega. “Tak sia-sia juga aku belajar bela diri beberapa tahun lalu,” ujar Pak Jarot.

Pria tua tersebut kemudian menoleh ke arah Mila yang tangannya masih terikat tali ke teralis jendela. Tubuh perempuan muda tersebut telah terbuka, dan di sana-sini terlihat bekas cupangan Pak Joni. Tubuh Mila pun telah basah di beberapa tempat. Tak jelas apakah cairan tersebut merupakan keringat atau liur Pak Joni yang masih menempel di tubuh indah tersebut.

Tanpa berlama-lama, Pak Jarot pun langsung menghampiri Mila dan melepaskan tali yang mengikat tangan perempuan tersebut. Ia tak bisa memungkiri bahwa ia sangat terangsang melihat kondisi Mila seperti itu. Perempuan tersebut tampak begitu seksi dengan payudara dan kemaluan yang terbuka. Apabila ia tidak bisa menahan diri, ia pasti sudah langsung menggumuli istri sahabatnya tersebut. Namun Pak Jarot masih berusaha untuk bertahan, dan bertindak layaknya pria baik-baik.

“Terima kasih, Pak,” ujar Mila begitu tubuhnya telah terbebas dari ikatan yang membelenggu dirinya tadi.

Mila pun langsung menutupi tubuhnya yang telanjang dari pandangan Pak Jarot. Ia pun langsung lari ke dalam kamar yang ada di apartemen tersebut. Pak Jarot yang menunggu di ruang tamu bisa mendengar bahwa Mila langsung mandi untuk membersihkan tubuhnya dari sisa-sisa kebejatan Pak Joni.

Sekitar 20 menit kemudian, Mila akhirnya keluar dari kamar tidur. Ia telah mengenakan pakaian terusan yang memanjang hingga menutupi mata kakinya, serta sebuah jilbab sederhana. Ia melihat bekas-bekas pakaiannya yang dirobek oleh Pak Joni telah dikumpulkan Pak Jarot di atas sofa. Perempuan tersebut pun langsung mengambil pakaian tersebut dan membuangnya ke tempat sampah.

Mila kemudian duduk di sofa, di hadapan Pak Jarot. Ia memang sengaja tidak mau duduk berdekatan dengan pria tersebut.

“Pria tadi itu siapa?” Tanya Pak Jarot.

“Dia pernah menjadi rekan bisnis Om Burhan. Tapi ada suatu masalah dengan suamiku yang membuat mereka tidak lagi menjalankan bisnis bersama. Sepertinya ia masih menyimpan dendam, dan memutuskan untuk menyakiti aku untuk membalaskan dendamnya,” jawab Mila, tanpa menyebutkan secara spesifik bahwa masalah yang terjadi antara mereka berdua disebabkan karena kehadiran Mila di hidup Om Burhan.

Pak Jarot hanya mengangguk mendengar jawaban tersebut. Ia seperti tak heran bahwa ada mantan rekan bisnis Om Burhan yang bisa menyimpan dendam seperti itu.

“Bapak sendiri bagaimana bisa tahu kalau Pak Joni datang ke sini dan akan menyakiti aku?” Tanya Mila. Pertanyaan tersebut langsung muncul di kepala Mila begitu ia mendengar suara Pak Jarot saat tengah didekap oleh Pak Joni.

“Aku sempat bertanya kepada Burhan di mana kalian tinggal, dan dia menyebutkan nama apartemen ini. Akhirnya aku memutuskan untuk meminta akses ke CCTV yang ada di depan pintu apartemen ini,” jawab Pak Jarot. “Secara berkala aku memeriksanya, dan kebetulan aku sedang berada di ruang kerjaku saat melihat seseorang yang menggunakan masker sedang berada di depan apartemen. Aku pun melihat ketika ia memaksa masuk ke dalam. Aku pun menyimpulkan bahwa kamu tengah dalam bahaya dan langsung pergi ke sini.”

“Itu kan sesuatu yang ilegal,” ujar Mila.

“Aku tahu. Karena itu hanya aku dan petugas keamanan apartemen ini yang tahu. Dia pun sudah aku beri uang tutup mulut agar tidak mengatakannya kepada siapa pun,” lanjut Pak Jarot.

Mila memandang tajam Pak Jarot. Ia tampak begitu kesal terhadap sang Walikota yang menyalahgunakan jabatannya tersebut.

“Tapi berkat itu aku jadi bisa menyelamatkan kamu, bukan?” ujar Pak Jarot berusaha membela diri.

“Jadi Bapak juga tidak benar-benar memanggil polisi ke sini?”

“Iya, memang tidak. Kalau mereka ke sini, tentu aku harus menjelaskan mengapa aku meminta akses ke CCTV apartemen ini.”

“Jadi … Bapak juga melihat apa yang saya dan Om Burhan lakukan ketika akan masuk ke apartemen?”

“Hmm … iya,” ujar Pak Jarot. Ia pun mengingat kembali ciuman-ciuman hangat yang dilakukan Mila dan Om Burhan hampir setiap kali mereka akan masuk ke dalam apartemen.

Mila kembali terdiam.

Pak Jarot pun mendekati Mila dan duduk di sebelahnya. “Maafkan aku, Mila,” ujar Pak Jarot dengan nada suara yang tulus. “Aku hanya ingin membantu, tidak ada maksud lain.”

Ia kemudian berusaha membelai pipi Mila, namun tangannya langsung ditahan oleh perempuan tersebut. “Hentikan, Pak. Kalau tidak, saya tidak akan mau memaafkan Bapak dan akan menceritakan semuanya kepada suami saya,” ujar Mila tegas.

Pak Jarot pun terdiam. Ia kemudian berdiri dan bersiap untuk meninggalkan apartemen tersebut. “Aku pergi dahulu, kamu bisa saya tinggal kan? Kunci saja pintu apartemen ini, dan jangan biarkan siapa pun masuk,” ujar Pak Jarot.

Pria tersebut langsung berjalan menuju pintu keluar.

“Pak Jarot …” panggil Mila tiba-tiba.

Pak Jarot pun langsung menoleh. “Ada apa?”

“Terima kasih,” ujar Mila.

Pak Jarot tersenyum dan tidak memberikan jawaban apa pun. langsung pergi meninggalkan apartemen tersebut.

Setelah Pak Jarot pergi, Mila langsung mengunci pintu dan menuju kamar tidur untuk berbaring di atas ranjang. Ia tidak bisa memungkiri bahwa kejadian tadi benar-benar mengaduk-aduk birahinya. Mila memang tidak ingin diperkosa seperti itu oleh Pak Joni, namun secara otomatis rangsangan dari pria tua tersebut telah membuat libidonya berangsur naik.

Ia melihat ke arah jam dinding, dan ternyata jarum pendek sudah menunjukkan pukul 11 malam. Perempuan cantik tersebut memutuskan untuk menjalankan rencana yang ia susun sebelumnya. Ia berdiri dan langsung berjalan menuju kamar mandi. Ia nyalakan lilin aromatherapy yang ia beli beberapa hari sebelumnya, lalu melepaskan seluruh pakaian yang ia kenakan, termasuk bra dan celana dalam.

Mila kemudian menutup pipa pembuangan bath tub, lalu mengisinya dengan air hangat. Begitu air tersebut penuh, Mila pun masuk dan merendam tubuh indahnya yang telah telanjang tanpa busana di dalam bath tub. Ia memejamkan mata menikmati kehangatan air di bath tub tersebut, dan nuansa aromatherapy yang menenangkan.

Ia bisa merasakan bagaimana vaginanya terasa begitu geli, dan memutuskan untuk mengelus-elusnya dengan tangan. Mila coba memasukkan jari telunjuknya ke dalam vagina, lalu mengelus-elus klitorisnya sendiri. Birahi perempuan muda tersebut pun kembali naik. Ia membayangkan tangannya diikat ke teralis jendela bukan oleh Pak Joni, melainkan oleh Om Burhan, suaminya sendiri. Ia berimajinasi bahwa dirinya tengah diperkosa oleh Om Burhan yang penisnya telah sering membuatnya mencapai kenikmatan surgawi.

Beberapa menit membayangkan hal tersebut sambil meremas payudaranya dan mengelus vaginanya sendiri, Mila tak kunjung merasakan orgasme. Ia sudah ingin dipuaskan, namun tidak bisa menjemputnya. Perempuan cantik tersebut kemudian memutuskan untuk melakukan hal gila dengan membayangkan bahwa dirinya tengah disetubuhi dengan kasar bukan oleh suaminya, melainkan oleh Pak Jarot. Hal tersebut ternyata membuat dirinya merasa lebih terangsang.

Ia kembali mengingat bagaimana Pak Jarot menyentuh tubuh indahnya, dan meremas-remas payudaranya di rumahnya sendiri. Ia pun membayangkan kembali bagaimana sang Walikota meremas-remas bokongnya yang sintal. Bila tidak diganggu oleh kehadiran istrinya, mungkin saja Pak Jarot akan semakin berani dan perlahan membuka resleting baju pesta Mila yang ada di bagian punggung.

Tak mustahil juga Pak Jarot akan menekan tubuh Mila ke jendela ruang kerja tersebut dan menyuruhnya untuk menungging. Pasti tak perlu waktu lama bagi pria tua tersebut untuk mengangkat baju pesta tersebut, dan melepaskan celana dalam Mila. Pasti akan mudah bagi pak Jarot untuk meloloskan celananya sendiri dan menempelkan penisnya ke vagina Mila dari belakang. Dan pasti tak perlu waktu lama bagi Pak Jarot untuk langsung memasukkan penisnya ke dalam kemaluan Mila yang indah, lalu menggenjotnya di ruangan yang sunyi tersebut.

Mereka bisa melakukan itu sambil bersama-sama menyaksikan bulan purnama di hadapan mereka. Ruangan tersebut pasti akan langsung dipenuhi dengan gelombang suara desahan dua insan yang sama-sama telah mempunyai pasangan tersebut.

“Ahhhhhhhhh ….” Mila pun mencapai orgasmenya dengan imajinasi seperti itu. Ia tahu hal tersebut merupakan sesuatu yang salah, namun ia tidak bisa memungkiri bahwa ia benar-benar membutuhkan orgasme tersebut malam itu. Ia pun menghembuskan nafas lega dan berusaha menenangkan dirinya dengan menghirup harum aromatherapy dalam-dalam.

Mila pun mengakhiri malam dengan membersihkan diri dan langsung membaringkan tubuhnya yang seksi di atas ranjang, tanpa pakaian sehelai pun. Ia kemudian terlelap sendirian di apartemennya yang besar.

---

Mila-1.jpg

Keesokan harinya, Mila terbangun sekitar pukul 10 pagi. Ia tidur begitu nyenyak hingga tidak mendengar suara alarm yang membangunkan dirinya. Begitu kesadarannya kembali, Mila langsung memeriksa smartphone miliknya dan melihat pesan dari sang suami.

“Aku sudah sampai di Australia, sayang,” begitu bunyi pesan tersebut.

Mila pun tersenyum. Ia kembali mengingat apa yang terjadi semalam, dan berusaha untuk melupakannya. “Aku telah mempunyai suami yang sangat mencintai aku, dan aku akan berusaha mempertahankannya,” pikir Mila dalam hati.

Ia pun langsung bangun untuk membersihkan diri dan mengganti pakaian. Dalam hati, Mila merasa khawatir kalau Pak Joni akan kembali mengganggu dirinya. Ia pun memutuskan untuk meninggalkan apartemen ini untuk sementara waktu, paling tidak sampai sang suami kembali dari Australia.

Sekitar pukul 1 siang, ia menelepon suaminya yang sedang berada di luar negeri tersebut. Butuh 3 kali dering telepon sebelum Om Burhan mengangkat telepon.

“Halo, Om,” sapa Mila.

“Hhhh, hhhh … iya Mila. Ada apa?” Jawab Om Burhan dengan nafas yang tersengal-sengal. Dari suaranya, Mila bisa merasakan hembusan nafas suaminya yang tidak teratur.

“Nggak apa-apa, kangen aja. Om lagi apa?”

“Lagi …. Nggghh, ada urusan sebentar. Lagi lumayan buru-buru, sayang.”

“Owh gitu,” Mila sedikit kecewa karena ia sebenarnya ingin menceritakan tentang apa yang terjadi kepada dirinya tadi malam. Namun ia mengurungkan niatnya karena tidak ingin membebani pikiran sang suami yang tengah sibuk bekerja.

“Ahhh, ahhhh … Ada apa lagi Mila, yang bisa Om bantu? Kamu baik-baik saja kan di sana?”

“Iya, Om. Mila baik-baik saja. Tapi …”

“Ngghh … Tapi apa sayang?”

“Tapi, Mila kangen sama Ayah. Boleh gak Mila pulang dulu ke Jakarta?”

“Owh itu … Hhhhh Hhhhh … Iya boleh Mila. Mau pulang kapan?”

“Hari ini. Boleh kan?”

“Nggghh … Iya boleh, Sayang.”

“Ya sudah. Selamat bekerja ya suamiku tercinta. Love you.”

“Love you too.”

Begitu menutup telepon tersebut, Mila pun langsung menyiapkan koper untuk segera pulang ke Jakarta.
 
Terakhir diubah:
Mungkin ada yang kangen dengan tokoh lain selain Mila, saya coba jelaskan dikit ya

Awalnya saya pengen bikin urutan episodenya campur-campur, jadi abis episode Mila ada episode Wulan, setelah itu episode Anita
Tapi setelah dipikir-pikir, takut kalian bingung dan kelamaan nunggu kalau ada ending yang kentang

Jadi akhirnya saya putuskan untuk selesaikan konflik Mila dulu (walau belum selesai-selesai banget sih)
Setelah itu baru beranjak ke yang lainnya ... Semoga bisa lebih mudah dipahami dan diikuti cerita sederhana ini
 
Mungkin ada yang kangen dengan tokoh lain selain Mila, saya coba jelaskan dikit ya

Awalnya saya pengen bikin urutan episodenya campur-campur, jadi abis episode Mila ada episode Wulan, setelah itu episode Anita
Tapi setelah dipikir-pikir, takut kalian bingung dan kelamaan nunggu kalau ada ending yang kentang

Jadi akhirnya saya putuskan untuk selesaikan konflik Mila dulu (walau belum selesai-selesai banget sih)
Setelah itu baru beranjak ke yang lainnya ... Semoga bisa lebih mudah dipahami dan diikuti cerita sederhana ini

Siap suhuku..
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd