Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Pengkhianatan Sahabat

Status
Please reply by conversation.
Part 48: Maukah Kau?

Sekitar satu jam kemudian, Bobi akhirnya sampai di Taman X yang disebutkan Wulan dalam pesan yang ia terima. Saat membaca pesan tersebut, ia baru saja selesai mandi setelah pulang dari bimbel dan mengantarkan Wulan. Tanpa berlama-lama menyiapkan diri, ia kembali mengambil kunci mobil dan meninggalkan rumah. Ia tidak mau membiarkan Wulan menunggu terlalu lama.

Bobi melihat sekeliling, berusaha menemukan Wulan. Tak begitu sulit baginya, karena perempuan muda tersebut masih mengenakan pakaian yang sama saat pulang dari bimbel tadi. Bobi tentu masih mengingatnya. Ia melihat sosok perempuan tersebut tengah duduk di sebuah kursi dan tengah menghadap ke danau kecil yang ada di tengah taman.

"Halo," ujar Bobi begitu sampai di dekat Wulan. "Boleh aku duduk?"

Wulan menoleh. Wajahnya tampak datar, tanpa ada ekspresi sama sekali. "Silakan," ujarnya sambil memalingkan wajah dan kembali menatap ke arah danau.

Bobi pun duduk di sebelahnya. Saat itu, hari telah beranjak senja, memunculkan semburat jingga di ufuk barat. Sebuah suasana yang romantis sebenarnya bagi para pasangan yang tengah dimabuk cinta.

"Terima kasih sudah datang," ujar Wulan.

"Tak masalah. Ada apa sih sebenarnya?" Tanya Bobi.

Wulan menghela napas, seperti tengah menyiapkan kata-kata yang ingin ia sampaikan. "Kamu serius dengan kata-kata kamu tadi siang?"

"Kata-kata yang mana?"

"Waktu kamu bilang kamu mau deketin aku."

"Emang masih kurang jelas ya? Hee," ujar Bobi sambil tersenyum.

"Aku hanya memastikan, karena ..."

"Karena apa?"

"Ada sesuatu yang harus aku ceritakan padamu."

Bobi pun merasakan sensasi yang aneh. Ia tidak tahu apa yang akan diceritakan Wulan, tetapi ia merasakan bahwa itu adalah sesuatu yang besar. "Apa itu?"

***

Di saat yang sama, Pak Syamsul pun baru saja sampai di apartemen Bu Anita. Ini sudah kesekian kalinya ia mampir ke apartemen itu. Ia bahkan sudah mendapat kartu akses untuk masuk ke pintu sentral dan pintu kamar.

Di dalam kamar, terlihat Bu Anita sedang tidur terlentang sambil menonton sebuah tayangan di televisi. Ia tersenyum ketika memihat kedatangan Pak Syamsul. Saat itu, Bu Anita hanya mengenakan pakaian tidur seperti kimono berbahan satin yang tipis. Pak Syamsul yakin Bu Anita pasti hanya mengenakan bra dan celana dalam, atau bahkan tidak mengenakan apa-apa lagi di baliknya.

Saat Pak Syamsul berjalan mendekat, Bu Anita pun menggerakkan tubuhnya hingga berbaring dengan posisi menyamping. Ia pun memasang senyum yang begitu mengundang, membuat Pak Syamsul tak tahan untuk segera naik ke atas ranjang. Pria tua tersebut pun langsung berbaring di sisi perempuan cantik tersebut dan mengecup bibirnya. Bu Anita pun membalasnya dengan liar.

"Aku kangen kamu, Mas," ujar Bu Anita mesra.

"Aku juga kangen kamu, Cantik," jawab Pak Syamsul sambil memeluk tubuh sinta Bu Anita.

Meski begitu, Bu Anita merasakan bahwa hari ini gerak gerik Pak Syamsul tampak berbeda, seperti ada sesuatu yang tengah ia tahan. Pelukan yang ia berikan pun terasa canggung. Perempuan tersebut pun melepas ciumannya, dan membelai wajah sang pria.

"Kamu harus tahu kalau aku bisa merasakan apabila ada sesuatu yang berbeda. Ada apa Mas?"Tanya Bu Anita.

Pak Syamsul menghela napas. Ia pun melepaskan pelukannya pada Bu Anita dan bangkit dari tempat tidur. Ia mengambil sebuah kursi dan meletakkannya di sisi tempat tidur, lalu duduk di atasnya. "Ada sesuatu yang harus aku ceritakan padamu."

Bu Anita pun bersiap akan apa yang akan disampaikan Pak Syamsul kepadanya.

***

Hari sudah berangsur malam saat Wulan selesai menceritakan kisahnya pada Bobi. Selama beberapa menit, mereka sama-sama terdiam. Tidak ada yang berani untuk memulai kembali pembicaraan tersebut.

"Intinya, aku sudah tidak perawan. Dan saat ini, ada seorang pria yang masih aku cintai," ujar Wulan.

Bobi tidak bisa menutupi perasaan kecewanya. Sebagai laki-laki, ia tentu mengharapkan pasangan yang belum ternodai. Fakta bahwa Wulan telah bersetubuh dengan pria lain, bahkan masih tinggal bersama dengan pria tersebut hingga saat ini, tentu membuat hati Bobi kacau.

"Dengan pria yang jauh lebih tua dari kamu?" Tanya Bobi sinis.

"Cinta tidak mengenal usia, Bobi."

"Lalu, kamu akan menikah dengan dia?"

"Nah, ini adalah hal yang belum aku ceritakan pada kamu," ujar Wulan. Perempuan tersebut seperti tengah berpikir untuk memilih kata-kata yang akan ia sampaikan. "Sebenarnya aku masih bingung dengan perasaanku sendiri, apakah aku benar-benar mencintai Pak Syamsul atau tidak, apalagi menikah dengannya. Karena itu aku tidak bisa menjawab pertanyaan itu."

"Kalau kamu belum yakin, mengapa pada awalnya kamu mau berse ..."

"Aku mencintai Pak Syamsul, Bobi," ujar Wulan memotong kata-kata lelaki tersebut. "Setidaknya, aku pernah mencintainya, dan masih mencintainya hingga saat ini."

"Lalu?"

"Seperti yang aku katakan tadi. Saat memutuskan untuk melakukan itu dengan Pak Syamsul, bahkan hingga saat ini, aku melakukannya atas dasar rasa cinta. Namun seperti yang kamu tahu, cinta bisa bertumbuh dan berkurang. Dan kini ..." air mata mulai mengalir di pipi Wulan. Kata-katanya mulai terputus-putus karena diselingi isakan. Menjelaskan hal ini merupakan sesuatu yang sangat berat bagi perempuan tersebut.

"Wulan jangan nangis. Aku ..."

"Seharusnya aku tidak menceritakan ini padamu."

"Bukan itu maksud aku. Tapi ..." Bobi seperti kehabisan kata-kata. Semua cerita ini seperti terlalu rumit untuk ia cerna.

"Saat ini aku sedang bimbang dengan perasaan dan hubungan yang aku jalani. Dalam waktu dekat, aku tentu harus memilih akan tetap dengan Pak Syamsul atau berpisah. Namun hingga saat ini, aku masih milik Pak Syamsul," ujar Wulan. "Aku menceritakan ini karena kamu bilang ingin mendekati aku. Dan karena itu, aku rasa sebaiknya kamu mengetahui kehidupanku yang sebenarnya."

"Terima kasih untuk itu."

"Sekarang, terserah kamu mau bagaimana. Mau tetap mendekat, silakan. Mau menjauh, juga silakan. Aku percaya, cinta akan menghubungkan dua orang yang memang saling membutuhkan dan menyayangi. Dan cinta ... tidak akan pernah salah."

Wulan langsung berdiri dan beranjak meninggalkan Bobi. "Aku pulang dulu, assalamualaykum."

"Waalaykumsalam," ujar Bobi. Pria tersebut sama sekali tidak menghentikan Wulan.

Ketika sampai di mobil, Wulan langsung menyandarkan kepalanya di setir dan meluapkan semua perasaannya. Ia menangis sejadi-jadinya. Air matanya mengalir deras membasahi setir mobil dan menetes jatuh ke pakaiannya.

"Hidup seperti apa sebenarnya yang tengah aku jalani? Aku sudah terlanjur hina dan tidak bisa memutar waktu untuk mengembalikannya. Orang yang aku cinta selama ini justru mengkhianati diriku. Sebaliknya, saat ada orang baru yang datang, ia pasti jijik pada diriku yang sudah begitu ternoda ini ..."

***

Di saat yang sama, Pak Syamsul pun baru saja menyelesaikan ceritanya di hadapan Bu Anita. Perempuan tersebut tampak tidak terlalu kaget, namun hanya terkejut mengapa sang pria baru menceritakannya sekarang.

"Lalu, Mas akan menikahi perempuan itu? Siapa namanya tadi?" Tanya Bu Anita.

"Wulan," jawab Pak Syamsul.

"Iya ... Apa Mas akan menikah dengan Wulan?" Perempuan tersebut tidak bisa menyembunyikan perasaan kecewanya. Ia khawatir apabila benar Pak Syamsul menikah dengan Wulan, maka pria tersebut akan meninggalkan dirinya.

"Rencana awalnya begitu. Kami hanya ingin menunggu waktu agar jaraknya tidak terlalu dekat setelah pernikahan anakku dan ayah Wulan. Namun ..."

"Namun apa?"

"Sekarang aku merasa rasa cintaku padanya sudah berkurang, atau bahkan hilang."

"Kenapa?"

"Kamu ..." Ujar Pak Syamsul lirih.

"Ada apa dengan aku?"

"Kamu telah membuatku jatuh cinta, Anita."

Mereka berdua pun terdiam.

"Ini serius?"

"Aku serius. Kamu berhasil membuatku berpikir ulang tentang hubunganku dengan Wulan. Kami bahkan sudah tidak berhubungan badan sejak aku bertemu dengan kamu," ujar Pak Syamsul.

Bu Anita tidak bisa berbohong bahwa ia merasa sedikit bangga bisa merebut Pak Syamsul dari Wulan, seorang perempuan muda yang pasti lebih cantik dan segar dibanding dirinya. Namun, di sisi lain ia juga khawatir kalau dirinya hanya sekadar pelarian dari Pak Syamsul yang tengah merasa bosan dengan hubungannya.

"Memangnya kenapa denganku? Apa bedanya aku dengan Wulan? Tentu dia lebih cantik dari aku kan? Mungkin di ranjang juga bisa lebih memuaskan?" Bu Anita pun langsung memberondong Pak Syamsul dengan pertanyaan.

"Cinta itu bukan hanya soal cantik kan? Dan menikah pun bukan cuma soal rasa suka secara fisik kan?"

"Maksudnya?" Tanya Bu Anita bingung karena Pak Syamsul menjawab pertanyaannya dengan pertanyaan lagi.

"Untuk aku, seks dan hubungan fisik itu memang salah satu hal yang berpengaruh dalam urusan cinta, namun bukan faktor yang utama. Ada hal-hal lain, seperti komunikasi, perhatian, kecocokan pikiran, ego, dan lain-lain yang juga turut berperan."

"Lalu apa hubungannya dengan aku?"

"Kamu hadir sebagai sosok yang lebih bisa memberikan perhatian secara dewasa, mitra tukar pikiran yang cocok, ego yang tidak terlalu besar, komunikasi yang satu frekuensi. Bagiku, kehadiran kamu justru lebih berpengaruh daripada Wulan."

"Jadi Mas mau mutusin Wulan?"

Pak Syamsul mengangguk, yang kemudian membuat Bu Anita tersipu malu.

"Mas yakin? Atau malah ada niatan buat menikahi aku dan Wulan sekaligus?" Tanya Bu Anita memastikan.

"Aku tidak suka dengan poligami, Anita. Aku telah berpikir selama ini, dan pilihanku lebih condong pada kamu."

"Kalau begitu, menurutku lebih cepat Mas memutuskan hubungan tersebut akan lebih baik. Mas tidak akan tahu seberapa kacau perasaan perempuan muda tersebut jika Mas mengulur-ulur waktu. Apalagi kalau dia tahu Mas melakukannya untuk perempuan lain seperti aku," ujar Bu Anita.

"Ya, menurutku juga begitu. Aku minta pengertian dari kamu untuk memberiku sedikit waktu."

Bu Anita tersenyum. "Kan Mas yang bilang kalau aku lebih bisa memberikan perhatian dan egoku pun tidak terlalu tinggi lagi. Gunakan waktu Mas sebaik mungkin, yang penting jangan lama-lama, hee," ujarnya.

"Tenang saja," jawab Pak Syamsul.

Bu Anita pun menghampiri Pak Syamsul yang masih duduk di atas sebuah bangku. Perempuan cantik tersebut pun naik ke pangkuan pria tua tersebut, hingga kemaluannya tepat berada di depan selangkangan Pak Syamsul. Ia pun langsung mengecup bibir sang pria dengan penuh nafsu.

"Ohhh ... kau selalu tahu cara membangkitkan gairahku, Sayang," ujar Pak Syamsul.

"Salah sendiri Mas punya tubuh yang membuatku terangsang," jawab Bu Anita.

Pak Syamsul kemudian melepaskan kaitan pada baju tidur Bu Anita, hingga baju tersebut lepas dan meluncur ke lantai. Tubuh indah Bu Anita yang ternyata sudah tidak mengenakan apa-apa lagi di balik baju tidur tersebut pun terbuka lebar.

"Indah sekali tubuh kamu, Sayang," Pak Syamsul langsung membenamkan wajahnya di belahan payudara Bu Anita.

Perempuan setengah baya tersebut pun langsung naik birahinya, hingga kepalanya terdongak ke atas. Jilatan lidah Pak Syamsul di puting payudaranya membuat Bu Anita semakin terangsang.

"Puaskan aku malam ini, Mas," ujar Bu Anita lirih.

Pak Syamsul pun mengangguk.

***

Sudah setengah jam berlalu sejak Wulan pergi dari Taman X, tetapi Bobi masih tetap duduk di tempatnya semula. Ia masih berusaha mencerna semua yang dikatakan Wulan barusan.

"Apakah aku masih mau mendekati perempuan yang sudah tidak perawan? Apakah ia benar-benar akan memutuskan hubungan dengan Pak Syamsul? Akankah perempuan cantik itu berpaling dan menerima cintaku? Apakah Wulan masih layak diperjuangkan?" Semua pertanyaan tersebut berkelebat di dalam pikirannya.

Jika ia tetap mendekati Wulan, Bobi sadar bahwa ia mempunyai tugas berat untuk menghilangkan jejak Pak Syamsul di hati perempuan tersebut. Itu adalah tugas berat, meski bukan mustahil dilakukan. Permasalahan kedua adalah mampukah dirinya ikhlas mengetahui pasangannya sudah sering berhubungan badan dengan pria lain. Lebih parahnya lagi, pria tersebut berusia jauh lebih tua dari mereka berdua.

Selain itu, jika mereka akhirnya menikah, apakah ia akan menceritakan masalah itu pada orang tuanya? Atau dia harus merahasiakan hal tersebut dari siapa pun selama-lamanya?

Namun, bila ia berhenti mendekati Wulan, perempuan tersebut pasti akan tetap menjadi seorang yang rapuh. Entah apa masih ada pria lain yang mau membantunya apabila ia benar-benar memutuskan hubungan dengan Pak Syamsul. Bobi sendiri merasa hatinya sudah terjebak akan kecantikan perempuan tersebut, tingkah lakunya yang menarik, dan kehangatan yang selama ini ia rasakan.

Ia memandang ke sekeliling taman, nampak ada sepasang kakek nenek yang sedang duduk di sebuah kursi yang ada di taman tersebut. Mereka berdua juga sedang sama-sama menghadap ke arah danau. Sang nenek tengah merebahkan kepalanya di bahu sang kakek. Mereka berdua tampak begitu bahagia.

"Apakah aku akan mempunyai pasangan yang seperti itu?" Gumam Bobi. "Apakah perempuan tersebut adalah Wulan? Lebih jauh dari itu, apakah perasaanku kepada Wulan itu memang perasaan cinta atau hanya ketertarikan sesaat? Atau lebih parah lagi, hanya rasa kasihan semata?"

Sekitar sepuluh menit, Bobi berusaha melepaskan keruwetan di dalam pikirannya. Di saat yang sama, ia pun coba menyelami sudut hatinya yang paling dalam, untuk mengetahui perasaan sebenarnya yang ia alami selama ini.

Akhirnya, ia pun membulatkan tekad untuk mengambil sebuah keputusan. Ia tahu ini adalah keputusan yang berat, tetapi ia berharap bisa menjalaninya sebaik mungkin, terlepas dari bagaimanapun akhirnya nanti. Pria tersebut pun mengambil smartphone miliknya, dan mengirimkan sebuah pesan kepada Wulan.

"I will break these chains that bind me, happiness will find me. Leave the past behind me, today my life begins."

Lagi-lagi lirik lagu Bruno Mars.
 
Bimabet
Dramatisnya makin kerennnn....

Semoga suka ya dengan yang aku hadirkan untuk kalian :)

Makasih update Part 48-nya @fathimah

Terimakasih sudah aktif kembali 🙏

Makasih updatenya , semangat selalu

Sama-sama, kembali kasih. Terima kasih apresiasinya ...

Setelah lama tenggelam..potensi kerennya meningkat

Semoga saya juga bisa terus berkembang sebagai penulis ya mas :o
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd