Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Pengkhianatan Sahabat

Status
Please reply by conversation.
Pernah baca sekilas,, tapi ga di lanjut lagi karena ngerasa kayanya bakal Gantung nih cerita... Eeh ga tau nya di lanjut lagi ama TS nya

Kalo gitu ane pasang patok dulu aah, ntar ane rapel lagi baca dari awal... Ane suka sih ama karakter Mila dan Wulan,, tapi kalo milih salah satu, ane ga tau dah... Wkwkwk
:semangat: :semangat:
 
Part 49: Pilihan yang Sulit

Saat Wulan dan Pak Syamsul harus sibuk dengan perasaan mereka masing-masing, anak Pak Syamsul yang bernama Mila pun tengah sibuk. Bedanya, perempuan muda tersebut bukan sibuk dengan perasaannya, tetapi sibuk memilih pakaian yang akan ia kenakan untuk bertemu dengan Pak Jarot.

Ya, dia sudah memutuskan untuk memenuhi undangan Pak Jarot di hotel.

"Aku hanya akan datang, mengikuti permainannya, lalu pulang seperti biasa. Di akhir, aku akan membuat harapannya pupus dan menegaskan bahwa aku adalah milik Om Burhan. Lalu pergi dan pulang kembali ke rumah ini," ujar Mila dalam hati.

Namun demi memuluskan rencananya, Mila tetap harus tampil cantik di hadapan walikota dari Kota S tersebut. Bila tidak, tentu pria tersebut tidak akan merasakan kecewa yang mendalam. Karena itu, ia pun terus memilah-milah mana pakaian yang layak ia kenakan.

Pilihannya akhirnya jatuh pada baju terusan berwarna merah muda yang bagian bawahnya memanjang sampai mata kaki. Pakaian dengan motif batik modern tersebut berukuran cukup longgar, sehingga tidak akan membentuk tubuh Mila secara jelas. Setelah itu, Mila tinggal mencari jilbab panjang yang berwarna senada sebagai pelengkap.

Setelah puas dengan pilihan pakaiannya, Mila pun beranjak ke kamar mandi untuk bersiap-siap. Sebelumnya, ia telah mengisi bathtub dengan air hangat, dan tinggal menceburkan diri di dalamnya.

Perempuan cantik tersebut pun mulai menanggalkan pakaiannya, mulai dari kaos lengan panjang longgar berwarna putih yang ia kenakan, sehingga menampilkan payudaranya yang masih tertutup bra berwarna hitam. Setelah itu, ia pun memelorotkan celana panjangnya yang berwarna hitam, menampakkan pahanya yang mulus dan putih.

Setelah itu, Mila pun melepaskan bra dan celana dalamnya, lalu melemparnya ke keranjang tempat pakaian kotor. Perempuan tersebut langsung merendam tubuhnya yang indah ke dalam air hangat di bathtub. Ia pun memejamkan mata meresapi kehangatan air yang menyelimuti tubuhnya, sambil membayangkan hal-hal yang akan terjadi dengan Pak Jarot nanti.

Sudah pasti pria tua tersebut akan berusaha menjamah tubuhnya, baik dari luar maupun dari dalam pakaian. "Aku akan berusaha bertahan, semoga aku bisa," gumam Mila.

Namun tanpa ia sengaja, pikiran nakal tentang apa yang akan terjadi di kamar Pak Jarot membuat birahinya naik. Perempuan cantik tersebut pun mulai mengelus-elus kemaluannya sendiri hingga syahwatnya bertambah. Ia pun mulai menggigit bibir bawahnya, menahan nafsu yang kian meminta untuk dilepaskan.

"Apa rasanya ya disetubuhi di dalam bathtub seperti ini? Ngghhh ..." ujar Mila kepada dirinya sendiri. Ia merasakan dorongan yang besar untuk segera menuntaskan hasratnya di bathtub tersebut. Berhari-hari tanpa seks setelah ditinggal Om Burhan membuatnya semakin ingin melepaskan birahinya.

Hingga beberapa menit kemudian, "Nggghhh, aaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh ..." Mila melepaskan lenguhan panjang tanda bahwa ia baru saja mencapai sebuah orgasme yang ia inginkan. Sejak pulang dari Kota S ke Jakarta, perempuan muda tersebut belum pernah sekali pun berhubungan seks atau melakukan masturbasi. Padahal, selama bersama dengan Om Burhan, mereka rajin sekali melakukan "olahraga" di atas ranjang.

Mila pun berusaha menikmati gelombang demi gelombang syahwat yang menyeruak keluar dari tubuhnya, di balik rasa hangat yang berasal dari air bathtub yang menyelimutinya. Sungguh suatu cara yang indah untuk memulai sebuah malam yang sepertinya akan terasa sangat panjang.

***

Sekitar pukul 7 malam, Mila sampai di hotel yang disebutkan oleh Pak Jarot lewat WhatsApp. Begitu masuk ke dalam lobby, ia langsung mengeluarkan smartphone miliknya untuk menanyakan keberadaan sang walikota. Namun, belum sampai ia membuka aplikasi pesan, seorang pria berpakaian kemeja safari tiba-tiba menghampirinya.

"Ibu Mila?" Pria tersebut menyapa.

"Iya, betul. Bapak siapa ya?" Ujar Mila spontan.

"Ibu sudah ditunggu oleh Bapak. Mari ikuti saya."

Mila pun mengerti. Pria tersebut pasti anak buah Pak Jarot yang ditugaskan untuk menjemput dirinya. Ia pun langsung mengikuti dari belakang. Mereka berdua sama-sama naik ke dalam lift menuju lantai atas. Ketika tengah berdua saja di dalam lift tersebut, Mila merasa anak buah Pak Jarot tersebut melirik ke arah dirinya.

Untung saja tak lama kemudian lift tersebut berhenti dan terbuka. Mereka pun sampai di sebuah lantai yang begitu sepi. Pria tadi pun memimpin Mila menuju sebuah kamar.

"Silakan masuk," ujar pria tersebut di depan sebuah pintu berwarna putih.

Mila pun menurut. Setelah ia masuk ke dalam kamar, pria tadi langsung menutup pintu dan pergi entah ke mana. Perempuan muda tersebut pun langsung memandang ke seantero kamar. Kamar tersebut berukuran sangat besar untuk ukuran hotel. Mungkin ini yang disebut kamar Presidential Suite, pikir Mila.

"Halo, Mila," tiba-tiba Mila mendengar sebuah suara yang sudah tidak asing lagi.

Pak Jarot sedang duduk di depan sebuah meja kerja sambil menatap laptop. Ia mengenakan pakaian kerja berwarna putih yang biasa dikenakan oleh pejabat-pejabat di tanah air. Begitu melihat Mila masuk, ia langsung berdiri dan menghampiri perempuan muda tersebut. Mila hanya terdiam begitu pria tua tersebut menyentuhkan pipinya dengan pipi Mila, yang kiri dan kanan.

"Halo, Pak," ujar Mila sambil menundukkan kepala.

Perempuan berjilbab tersebut bisa merasakan sentuhan tangan Pak Jarot di wajahnya, dan perlahan menekan dagunya agar naik ke atas. Mata mereka kemudian bertemu sembari pria tersebut melabuhkan tangannya di pipi Mila yang halus. Sekilas Mila bisa melihat pancaran gairah dari mata Pak Jarot, tanda bahwa lelaki tua tersebut telah sangat menginginkannya.

"Kamu duduk di sana ya, saya harus ikut siaran langsung dengan siaran berita televisi terlebih dahulu," ujar Pak Jarot sambil melirik ke arah sebuah sofa yang terlihat begitu nyaman untuk diduduki. Mila pun akhirnya mengerti mengapa Pak Jarot masih mengenakan pakaian kerjanya malam ini.

"Baik, Pak," ujar Mila sambil berjalan menuju sofa tersebut.

Selama sekitar 15 menit kemudian, Mila pun hanya duduk menunggu Pak Jarot selesai melakukan siaran langsung untuk siaran berita. Ia berbicara tentang banyak hal, mulai dari pertumbuhan ekonomi di Kota S, hingga angka pengangguran yang meningkat. Namun fokus Mila tidak pada apa yang diucapkan Pak Jarot, tapi pada gestur tubuhnya yang tampak jantan. Dalam hati, Mila masih terus menimbang-nimbang kapan ia harus pergi dari kamar hotel tersebut.

"Ahh, akhirnya selesai juga," ujar Pak Jarot sambil menghela nafas. "Maaf ya Mila, kamu jadi harus menunggu. Tiba-tiba saja ada permintaan wawancara dari media."

Mila pun hanya mengangguk. Dalam kondisi biasa, ia tentu akan menanggapi perbincangan itu dengan serius. Namun ia dan Pak Jarot tentu sama-sama tahu bahwa ini adalah kondisi tak biasa, sehingga ia tidak bisa menutupi kegalauan dalam hatinya. Berbeda dengan Mila, Pak Jarot justru bersikap lebih santai.

"Kamu belum makan, kan? Ayo kita makan dulu. Saya sudah pesan makanan, semoga kamu suka," ujar Pak Jarot sambil menarik sebuah troli makanan ke arah sofa yang tengah diduduki oleh Mila. Begitu penutupnya dibuka, di dalamnya ternyata terdapat banyak jenis makanan mulai dari sate, ikan bakar, daging asap, olahan mie, sayur, serta nasi, seperti meja prasmanan.

"Aku tidak tahu kamu suka makan apa, karena itu aku pesan saja semua, hahaa," ujar Pak Jarot sambil tertawa.

"Terima kasih, Pak," jawab Mila sambil menerima piring yang disodorkan Pak Jarot. Ia pun berdiri dan mengambil makanan secukupnya. Ia melirik ke arah Pak Jarot yang ternyata hanya memakan sate tanpa nasi, lalu duduk di samping Mila.

Mereka berdua menikmati makanan dengan diam, seperti sama-sama bingung bagaimana harus memulai percakapan. Untungnya, tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk menuntaskan makan malam. Pak Jarot pun langsung beranjak ke arah mini bar yang ada di pojok ruangan.

"Mila, kamu mau minum?" Tanya Pak Jarot. Mila jelas paham bahwa yang ditawarkan adalah minuman beralkohol, bukan minuman biasa.

"Tidak usah, Pak. Saya ini saja," jawab Mila sambil mengangkat segelas air putih dari troli makanan.

"Baiklah," ujar Pak Jarot sambil menuangkan wine ke dalam sebuah gelas untuk dirinya sendiri.

Dengan masih mengenakan pakaian kerjanya yang berwarna putih, lengkap dengan celana panjang yang berwarna sama, Pak Jarot pun mendekati Mila. "Ayo ikuti aku," ujar pria tua tersebut sambil menarik tangan Mila dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya masih memegang gelas wine.

Pak Jarot ternyata mengajak Mila menuju balkon yang ada di bagian luar kamar tersebut. Balkon tersebut begitu terbuka, sehingga mereka bisa melihat hamparan pepohonan yang indah di bawah. Pandangan mereka pun tidak terhalang bangunan apa pun, sehingga bangunan-bangunan tinggi khas ibukota pun bisa terlihat jelas di kejauhan. Sayup-sayup terdengar bunyi gemericik air yang berasal dari pancuran air di bawah.

"Kamu suka pemandangannya, Mila?" Tanya Pak Jarot.

"Suka, Pak," ujar Mila. Dalam hati ia pun terheran bagaimana bisa masih ada pemandangan seperti ini di ibukota yang sudah begitu padat. Namun ia sadar bahwa uang memang bisa membeli segalanya.

"Saya selalu menginap di hotel ini kalau ada tugas di ibukota. Selain karena nyaman, pemandangannya pun sesuai dengan apa yang aku suka," ujar Pak Jarot sambil meletakkan gelas wine miliknya di sebuah meja tinggi yang ada di balkon tersebut.

Mila berdiri menghadap ke luar sambil memegang pagar besi yang membatasi tubuhnya agar tidak jatuh ke bawah. Dalam diam, ia bisa merasakan tubuh Pak Jarot yang masih mengenakan seragam kerjanya tersebut mendekati dirinya dari belakang. Betul saja, tak lama kemudian, jemari tangan Pak Jarot pun mulai membelai lengannya yang masih tertutup pakaian berwarna merah. Mila pun bisa merasakan punggungnya kini telah menempel dengan dada Pak Jarot.

"Namun tidak ada yang menandingi pemandangan yang ada di hadapanku saat ini," bisik Pak Jarot di telinga Mila. Sambil terus membelai lengan Mila dengan kedua tangannya, Pak Jarot mulai mengecup leher perempuan tersebut yang masih tertutup jilbab. Awalnya hanya kecupan singkat, tetepi kemudian berganti dengan ciuman yang bertubi-tubi, ditambah dengan genggamannya yang makin erat di tangan Mila. Sang perempuan tidak bisa bergerak diperlakukan seperti itu.

"Hentikan, Pak. Ingat aku adalah istri dari sahabatmu sendiri," ujar Mila dengan suara yang begitu pelan. Ia masih berusaha menghentikan tingkah nakal walikota Kota S tersebut terhadap dirinya yang sudah mempunyai suami.

"Aku tidak peduli dengan Burhan. Aku hanya ingin memiliki tubuhmu, Mila. Walau hanya satu malam," ujar Pak Jarot. Terasa betul bahwa pria tua tersebut sudah tidak mampu menahan birahi terhadap tubuh sintal Mila.

Pak Jarot kini mulai berani meraba-raba paha Mila dari luar baju terusan berwarna merah muda yang dikenakan perempuan tersebut. Elusan tersebut perlahan naik ke arah pinggang, hingga Pak Jarot bisa memeluk tubuh seksi Mila dan menempelkan selangkangannya di bokong perempuan cantik itu.

Dari posisi belakang, Pak Jarot menarik lembut wajah Mila hingga menoleh, dan mata keduanya saling bertemu. Dengan gerakan yang cepat, ia menarik gelas wine miliknya dari meja, lalu menenggak isinya hingga habis sebelum meletakkannya kembali. Setelah itu, dengan bau wine menyeruak dari mulutnya, ia mendekatkan bibirnya ke bibir Mila.

Perempuan muda berjilbab tersebut hanya bisa diam membiarkan tubuhnya dipeluk dari belakang oleh pria tua itu. Ia pun tidak bisa berkutik saat wajah mereka tengah begitu dekat, hingga ia bisa merasakan dengusan nafas Pak Jarot yang begitu kental dengan aroma wine. Hidung keduanya telah saling menempel, dan Mila pun memejamkan mata. Dalam gelap, ia bisa merasakan bibirnya yang indah disentuh oleh bibir Pak Jarot.

"Hmmm, manis sekali bibir kamu, Mila," gumam Pak Jarot sambil kembali menekan bibirnya pada bibir perempuan tersebut. Kali ini ia melakukannya dengan lebih kuat, sehingga mau tidak mau Mila terpaksa membuka bibirnya. Ia pun bisa merasakan kehangatan sisa-sisa wine yang masih menempel di mulut Pak Jarot. Hal tersebut memberikan sensasi yang berbeda pada Mila.

"Pak, nanti kita bisa dilihat orang," gumam Mila tiba-tiba.

Pak Jarot pun tersenyum. "Tenang saja, tidak akan ada yang mengganggu kita di sini," ujar Pak Jarot. Entah apa yang telah dilakukan pria tua tersebut, tetapi ia terlihat begitu yakin dengan apa yang ia katakan.

Pak Jarot kemudian membalik tubuh Mila hingga perempuan tersebut kini membelakangi pagar balkon dan keduanya saling berhadapan. Mila berusaha menghindar, tetapi punggungnya kini telah menempel di pagar balkon, dan ia pun merasa terpojok. Pak Jarot merangkulkan tangannya di pinggang Mila, lalu kembali mengecup bibir perempuan tersebut.

Mila yang mulai bergairah pun mulai berani membalas kecupan Pak Jarot. Ia bahkan menyambut serbuan lidah Pak Jarot ke dalam mulutnya, dan turut memainkan lidahnya. Mila pun telah mengalungkan tangannya di leher Pak Jarot. Merasakan hal tersebut, sang pria pun mulai berani meraba-raba punggung dan bagian tubuh Mila yang lain.

"Ngghh, indah sekali tubuh kamu, Mila. Beruntung sekali Burhan bisa menikahi kamu dan menikmati tubuh seksi kamu setiap hari," gumam Pak Jarot. Mila bisa merasakan sebuah benda yang kian mengeras di selangkangan pria tersebut. Seiring dengan itu, tangan Pak Jarot pun mulai berani membelai dan meremas bokong Mila yang montok.

Diperlakukan seperti itu, Mila hanya bisa menggigit bibir untuk menahan diri dari rangsangan demi rangsangan yang terus diberikan Pak Jarot. Tak lama kemudian, Pak Jarot pun meningkatkan intensitas remasannya pada bokong Mila dari luar pakaian terusan yang ia kenakan.

"Aku telah tertarik dengan bokong kamu ini sejak pertama kali kita bertemu, Cantik," gumam Pak Jarot sambil kembali mengecup bibir Mila. "Dan kamu tahu apa lagi yang membuat aku tertarik?"

Mila hanya terdiam. Ia merasa tahu jawabannya, tapi lebih memilih untuk membiarkan Pak Jarot untuk mengatakannya sendiri.

"Ini dia ..." Pak Jarot tiba-tiba memindahkan tangannya ke payudara Mila, lalu mengelusnya dari balik pakaian yang dikenakan perempuan tersebut. Diperlakukan seperti itu, tubuh Mila pun sedikit melengkung ke belakang, yang justru membuat payudaranya yang besar kian membusung ke depan.

"Ahhh ... " terdengar sedikit desahan dari bibir Mila. "Tapi aku hanya perempuan biasa, Pak. Sedangkan Bapak adalah seorang pria terhormat."

"Persetan dengan itu, Mila. Aku hanya ingin menikmati tubuh kamu, paham?"

Pak Jarot mulai menarik baju terusan yang dikenakan Mila ke atas, hingga paha mulus perempuan cantik tersebut tersingkap. Dengan cepat, sang pria tua langsung menyelipkan tangannya ke dalam, dan mengelus-elus paha Mila yang terbuka. Ia pun mengarahkan tangannya ke belakang, lalu meremas kembali bokong Mila yang hanya tertutup celana dalam berwarna merah muda.

Terlihat pemandangan sensual seorang pejabat tua yang masih mengenakan pakaian dinasnya yang berwarna putih, yang sedang melumat bibir seorang perempuan muda berjilbab dengan tubuh yang seksi. Ditambah tangan sang pejabat kini telah menggerayangi tubuh seksi sang perempuan yang masih mengenakan pakaian terusan panjang.

Merasa tak puas, Pak Jarot pun mengangkat tubuh Mila, lalu menggendongnya. Meski telah berusia paruh baya, pria tersebut ternyata masih kuat mengangkat tubuh seksi Mila dengan kedua tangannya. Mila pun sedikit merasa tersanjung diperlakukan seperti itu oleh sosok seperti Pak Jarot yang merupakan walikota Kota S.

Tak lama kemudian, mereka telah berada di sebuah kamar tidur, dan Pak Jarot langsung merebahkan tubuh Mila ke atas ranjang. Ia pun langsung menindih tubuh Mila dengan tubuhnya yang kekar. Mila sempat memandang sekeliling, dan menyaksikan betapa mewahnya ruangan yang tengah ia tempati saat ini. Ranjang di mana ia berbaring saat ini pun terasa sangat empuk. Rasa nyaman tersebut pun kian bertambah dengan cumbuan Pak Jarot terhadap lehernya yang masih berbalut jilbab.

Pak Jarot sepertinya sudah begitu bernafsu terhadap tubuh perempuan cantik berkerudung yang tengah tergeletak di atas ranjang tersebut. Dengan gerakan cepat, walikota Kota S itu langsung melepaskan seragam berwarna putih yang ia kenakan, termasuk celananya. Ia kini hanya mengenakan kaos dalam dan celana dalam yang sama-sama berwarna putih. Raut mukanya menunjukkan bahwa ia telah begitu terangsang dengan tubuh Mila.

"Saya tidak sabar untuk menikmati tubuh kamu malam ini, Mila," gumam Pak Jarot.

Ia pun langsung mencari kaitan dari baju terusan yang tengah dikenakan Mila, lalu melepaskannya. Tak lama kemudian, ia pun berhasil melepas baju Mila, lalu melemparnya ke lantai. Perempuan cantik tersebut pun tinggal mengenakan bra, celana dalam dan jilbab panjang saja. Tubuhnya yang indah pun bisa terlihat jelas oleh Pak Jarot.

"Hentikan, Pak, ahhh ..." Mila berusaha memberontak, tapi kekuatannya tidak seberapa dengan Pak Jarot yang tengah menindih tubuhnya dan terus membelai paha mulusnya yang terbuka.

Dengan begitu bernafsu, Pak Jarot pun meletakkan tangannya di bokong Mila, lalu meremas-remasnya dengan kuat. Pemiliknya pun hanya bisa menggelinjang, melengkungkan tubuhnya ke arah atas, dan mengeluarkan desahan binal untuk melepas birahinya. Tubuh Mila tidak bisa berbohong bahwa ia juga menikmati rangsangan demi rangsangan yang diberikan Pak Jarot. Ia pun sadar bahwa posisinya kini telah berada di ujung tanduk. Rencananya untuk menghindar dari jebakan Pak Jarot ini bisa gagal. Sebagai istri dari lelaki lain, tentu tak pantas bila ia melayani nafsu Pak Jarot seperti yang tengah ia lakukan saat ini.

"Tunggu, Pak. Saya mau minum dulu," ujar Mila tiba-tiba.

"Minum apa?" Pak Jarot pun menghentikan kecupannya.

"Aku ingin wine, biar kita berdua bisa semakin 'hangat'," jawab Mila sambil mengedipkan matanya dengan binal. Pak Jarot pun lulu dengan ekspresi tersebut.

Tanpa menunggu Pak Jarot menjawab, Mila langsung melepaskan diri dari dekapan pria tua tersebut. Ia kemudian turun dari ranjang dan berjalan menuju mini bar yang terletak di luar kamar. Sebelum meinggalkan kamar, ia seperti sengaja meliukkan tubuhnya ke kiri dan kanan, sehingga Pak Jarot bisa melihat jelas gerakannya yang gemulai dari belakang. Tubuh Mila tampak begitu seksi dengan balutan bra, celana dalam, dan jilbab panjang yang masih ia kenakan.

"Tubuhnya pasti sangat nikmat," gumam Pak Jarot pelan.

Tak lama kemudian, Mila pun kembali dengan membawa dua buah gelas kaca berisi wine. Ia berikan satu gelas untuk Pak Jarot, dan tetap memegang satu gelas lagi. Sambil tetap berdiri, Mila pun langsung menenggak wine di gelas yang ia pegang. Dalam sekali teguk, ia langsung menghabiskan wine tersebut. Ia bisa merasakan tubuhnya menghangat setelah tetesan wine terakhir lewat di kerongkongannya.

Melihat adegan seorang perempuan berjilbab yang tengah menenggak wine, dengan tubuh yang hanya berbalut bra dan celana dalam, membuat kemaluan Pak Jarot semakin bertambah besar. Seperti tidak mau kalah, Pak Jarot pun ikut menenggak wine di gelas yang diberikan Mila sampai habis. Setelah itu ia pun merasa tak tahan dan langsung menarik Mila agar berlutut di hadapannya.

Pak Jarot kemudian melepas celana dalamnya hingga penisnya langsung melesat keluar. Ukurannya memang tak jauh beda dengan milik Om Burhan, namun urat-uratnya begitu jelas terlihat. Pria tersebut pun langsung menggesek-gesekkan penisnya ke pipi Mila.

Dengan posisi kepala yang tertahan oleh tangan Pak Jarot, mau tak mau Mila harus rela bibirnya bersentuhan dengan batang penis pria tua tersebut. Ia pun langsung mengarahkan tangannya, dan mulai membelai kemaluan berukuran besar tersebut dari pangkal hingga ujungnya. Ia teruskan gerakan menggosok tersebut, makin lama makin cepat.

Diperlakukan seperti itu, Pak Jarot tampak langsung menanjak birahinya. Ia sadar, lama-kelamaan syahwatnya bisa jadi terlalu besar untuk ditahan. Ia pun tidak menunggu waktu lama untuk menarik kepala Mila dan memaksa perempuan tersebut untuk memasukkan penisnya ke dalam mulut. Mila tidak bisa berbuat banyak selain menuruti permintaan tersebut.

Terdengar bunyi kecipak rongga mulut Mila yang bergesekan dengan batang penis Pak Jarot. Sang pria merasa begitu terangsang dengan posisi tersebut, karena ia bisa melihat wajah binal seorang perempuan muda bertubuh seksi, dengan mengenakan jilbab, sedang memuaskan hasrat seksnya dengan mulut yang suci. Tak hanya itu, tangan Mila yang bebas pun mulai mengelus-elus biji pelir Pak Jarot sembari mengulum penisnya.

"Nghhh, nikmat sekali sepongan kamu, Mila, ahhh ... Kamu pintar sekali memuaskan aku," desah Pak Jarot. Ia merasa begitu bergairah dengan rangsangan Mila, tetapi di saat yang sama ia juga merasa begitu kelelahan. Ia sedikit merasa aneh, tetapi mungkin hal tersebut hanya karena ia bekerja terlalu keras selama seharian.

"Aku harus bertahan, karena ada tubuh indah seorang perempuan muda yang harus aku garap semalaman," pikir Pak jarot dalam hati.

Sebagai perempuan yang telah cukup berpengalaman bermain cinta dengan Om Burhan, Mila tampak lihai memainkan kemaluan Pak Jarot dengan begitu sensual. Hal itu membuat walikota Kota S tersebut merasa kelabakan. Ia memang sudah berharap bisa menikmati tubuh Mila, tetapi ia tidak menyangkan bahwa perempuan muda tersebut akan dengan cepat tunduk pada birahinya dan memberikan rangsangan yang luar biasa liar seperti ini. Mila bahkan kini memainkan ujung penis Pak Jarot dengan lidahnya, sambil terus menghisap batangnya dengan rongga mulut.

Ini berbeda dengan yang biasa dirasakan Pak Jarot dari istrinya dan perempuan lain yang pernah ia nikmati tubuhnya. Kuluman Mila terasa berbeda, hingga membuat ia merasa akan cepat sampai klimaks apabila tida berbuat sesuatu.

"Ahh, tahan Mil. Jangan cepat-cepat, ahh ... Hentikan, ahhhhhhhhhhhhh," Pak Jarot berusaha bertahan, tetapi ia gagal. Ia sempat berusaha menarik penisnya keluar dari mulut Mila, tetapi spermanya sudah tidak bisa menahan diri untuk keluar. Cairan berwarna putih tersebut pun langsung meluncur deras ke arah wajah dan jilbab Mila yang berada tepat di depannya. Tak lama kemudian, tubuh Pak Jarot pun langsung ambruk ke atas ranjang. Matanya pun mulai terpejam.

Terlihat senyum mengembang di bibir Mila.

Perempuan tersebut langsung beranjak ke kamar mandi. Di depan wastafel, ia melepaskan jilbab, hingga rambutnya yang indah tergerai bebas. Ia langsung mengusap wajahnya dengan air dan sabun agar bersih dari bekas sperma yang baru saja dilepaskan oleh Pak Jarot. Setelah itu, ia pun mengambil handuk yang masih terlipat rapi di sudut kamar mandi, lalu mengusapkan ke wajahnya hingga kering. Ia pun mengusapkan handuk tersebut ke bagian tubuhnya yang lain, agar bersih dari keringat dan bekas ciuman Pak Jarot.

Saat keluar, Mila langsung mengambil baju terusan yang sebelumnya sempat dilempar oleh Pak Jarot ke lantai. Perempuan tersebut langsung mengenakannya kembali dan merapikannya. Ia memang sengaja memilih bahan pakaian yang tidak mudah lecek.

Mila kemudian mengambil jilbab cadangan dari dalam tasnya, dan mengenakannya. Sementara jilbab yang sebelumnya ia kenakan, yang telah berlumur sperma dari Pak Jarot, ia masukkan ke dalam tas. Dalam waktu singkat, Mila pun telah kembali berpakaian dan menjadi perempuan yang tampak anggun.

"Sampai jumpa lagi Pak Jarot," gumam Mila. Ia pun kemudian melangkah keluar dari kamar hotel tersebut, dan menutup pintunya dengan hati-hati.
 
makasih update nya...

min minta bocoran menuju endingnya kira brapa part lagi?
 
wah ceritanya dah panjang, izin pasang tenda duluuuu suhu
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd