Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT PENGUASA ABSOLUTE

Bab 9 – Penguasa Cahaya, Petir, Ruang

Dan...

disinilah marco saat ini, berjarak 25.000 (dua puluh lima ribu) kilometer jauhnya dari kerajaan penguasa api, perjalanan yang ditempuh marco dalam 8,5 (delapan setengah jam) perjalanannya tanpa henti. Setelah diberitahu oleh sang raja letak jembatan langit sebagai jalan marco untuk menemui para penguasa monach yang ada dilangit pagi tadi setelah melakukan sarapan pagi bersama, diikuti adegan perpisahan dengan istri ketiganya dan pesan pesan dari sang ayahanda mertuanya.

Dalam benak marco pastilah tidak semua penguasa monach yang informasinya sombong dan angkuh ini tidak ingin membantu mahkluk hidup yang ada di permukaan bawah lautan dan bawah tanah dari dunia ARKA. Pastilah ada yang memiliki kerendahan hati untuk bersama sama menjaga kedamaian semua unsur kehidupan dalam keseharian tugasnya masing masing.

Marco ketika itu sedang beristirahat dibawah pohon rindang, pohon yang jika dilihat lihat mirip dengan pohon beringin, berdiri kokoh tinggi besar dengan akar akar batangnya dari atas kebawah menjuntai. Tersenyum kembali dirinya ketika secara tidak sengaja dia mendapatkan inti energi cahaya, sekaligus menjadikan dirinya menjadi penguasa cahaya malam itu.

==== Flash back =======

“Bobo yuk! Aku dah ngantuk...” pitaloka yang kala itu melihat marco sedang berdiri didepan jendela kamar tidurnya melihat keluar, setelah acara pernikahan mereka selesai. Marco pun menarik nafasnya dalam-dalam, sesaat sebelum akhirnya ia pun mengangguk guna menjawab pertanyaan istrinya.

Marco tak bisa lagi menahan, untuk tidak sekedar mengikuti keinginan Pitaloka. Sungguh bohong rasanya, jika seorang Marco tidak tertarik sama Pitaloka. Tertarik baik fisik, maupun rasa. Nafsu dan sayang pun telah terbangun selama beberapa hari kebersamaan mereka di kerajaan. Sentuhan, gairah, dan juga perhatian antara satu sama lain, makin melekat di ingatan Marco. Maka, ia tak lagi ingin menjadi lelaki munafik, yang tak menginginkan sekedar menemani sang gadis itu yang tidak lain telah menjadi istri ke 3 nya untuk acara tidur bersama malam itu.

Marco pun berdiri, dan menarik lengan Pitaloka lembut. Mereka bergenggaman, dan melangkah bersama menuju ke bagian kamar dalam mereka, karena tadi marco berdiri di jendela bagian luar kamar mereka.

Saat tiba didepan tempat tidur mereka, Marco sempat berhenti membuat Pitaloka mengernyit dan menatapnya dari samping.

“.....Kenapa sayang?”.. sambil berucap, Pitaloka merapatkan tubuhnya ketubuh Marco. Bahkan sentuhan di lengan saja, membuat tubuh keduanya bergetar.

Sambil menahan nafas, Marco akhirnya naik ke atas ranjang di susul oleh Pitaloka.

“........Dugh!!! Dugh!!! Dugh!!! Dugh!!! Dugh!!! Dugh!!!” Jantung keduanya makin berdetak kencang. Suasana yang penerangannya hanya berasal dari lampu tidur yang terbuat dari batu pijar yang kelihatannya memiliki unsur inti gas helium layaknya bohlam dipermukaan bumi, bedanya disini tanpa dicolokkan listrik.

Posisi tidur mereka pun, masih sama-sama di ujung ranjang. Menyisakan 40 centian lebar di tengah-tengah mereka.

Marco maupun Pitaloka, memilih untuk diam sesaat.

Tidur dengan posisi berbaring menghadap ke langit-langit.

Hening pun terjadi...

Terdengar beberapa kali di antara mereka saling menarik nafas bergantian. Sama-sama tak ada keinginan untuk memejamkan mata. Mereka masih bermain dengan pikirannya masing-masing. Pitaloka maupun Marco, tak ada yang berani untuk menolehkan wajahnya.

Memang terasa dalam kamar ini, makin lama makin hangat. Meski kondisi udara begitu dingin. Tak ada juga yang bergerak untuk sekedar menarik selimut menutup tubuh mereka. Karena balik lagi, mereka berdua tiba-tiba merasakan kegugupan yang teramat sangat.

Hingga...

Setelah 15 menit lamanya mereka diam, dimana Pitaloka pun terdengar menarik nafas sedalam-dalamnya.

“...sayaang..” Pitaloka yang tidur menghadap ke langit-langit, merasakan kegugupan yang teramat sangat berada satu ranjang dengan pria yang sangat di cintainya meski baru beberapa hari ini bersamanya. Dia baru saja memanggil Marco. Sedangkan Marco, pun melakukan hal yang sama sejak tadi. Berbaring menghadap ke langit-langit.

“....Kok diam?...” Tanya Pitaloka, dan gadis itu menoleh.

Marco menoleh juga. Dan hal pertama yang marco lihat adalah payudara itu! Bentuk yang begitu menggiurkan, yang sejak tadi berusaha tak dilihatnya. Namun kondisi yang begitu bertolak belakang dengan badannya, seakan naluri kelelakiannya lah yang menuntunnya untuk melihatnya kembali.

Entah sengaja atau tidak dalam kondisi sadar, keduanya bergeser. Makin mendekat, layaknya kutub magnet utara dengan kutub magnet selatan

Hingga jarak mereka tinggal 2centimeter.

Hening kembali...

Mereka saling mengusap wajahnya masing masing...

Hingga, entah karena apa. Tubuh mereka bergerak dengan sendirinya saling merapat.

Bahkan, siku Marco telah merasakan betapa kenyal dan lembutnya dada sang gadis yang terlihat sekal bulat padat putih mengintip dari balik pakaian pitaloka, pakaian malam dengan konsep layaknya lingerie di permukaan bumi.

Mereka masih saling bertatapan. Lembut dan hangat, tatapan Marco dan Pitaloka kala itu. Sampai-sampai nafas keduanya tertahan, bersamaan dengan itu pitaloka menganggukkan kepalanya dihadapan Marco.

“... sayang mau nyium bibir Pitaloka ??..” bisik Pitaloka membuat Marco menarik nafas.

“........Aku... Aku sudah tidak tahan lagi, untuk tidak menyentuhnya. Maaf!” kejujuran yang di ucapkan Marco, makin membuat tubuh Pitaloka bergetar.

“...Ci-cium... aja sayaang, aku milikmu..” ucap Pitaloka, membuat Marco menarik nafasnya dalam-dalam untuk kesekian kalinya.

Sumpah! Marco sudah tak sanggup lagi menahannya. Maka di tariknya wajah sang gadis makin mendekat, semakin dekat.

Pitaloka menahan nafasnya, dan seperti mimpi dimana marco telah menyentuh bibirnya. Tubuhnya bergetar, nafasnya tertahan, dan juga sekujur tubuhnya terasa seperti terkena sengatan listrik ribuan volt.

Marco pun makin mendorong tubuh Pitaloka agar berbaring. Sambil memposisikan setengah tubuhnya menindih tubuh gadis itu. Diisapnya bibir Pitaloka dengan penuh kasih sayang. Ia tak lagi mampu membohongi jika ia menyayangi gadis yang baru dikenalnya ini. Ia mencium, bahkan menggigit dengan dua bibirnya, bibir menggemaskan milik Pitaloka. Terasa basah, wajah marco ketika tanpa sadar Pitaloka mengeluarkan air mata. Bukan kesedihan, melainkan kebahagiaan akhirnya dirinya bisa di sentuh oleh lelakinya. marco yang sadar! Pun akhirnya melepaskan ciumannya. Di pandanginya wajah sang gadis dengan penuh perasaan.

“....Hash...Hash!!! Kamu kenapa nangis?” tanya Marco

Pitaloka hanya menatap marco kala itu...

“...A-aku bahagia sayaang.. hikz..hikz... bahagiaaaa bangettttt !!! AKU SAYANG BANGET SAMA KAMUUUU SAYANGKUUU ...” Setelah teriak, di tariknya wajah marco hingga mereka berciuman kembali. Bahkan saat ini, ciuman mereka semakin panas.

Tubuh Pitaloka menegang seiring sentuhan yang sejak tadi di bibirnya. Dan terasa sangat bergairah, Marco memasukkan lidahnya menggelitik di dalam tenggorokan gadis itu. Di balasnya lidah sang pria, dimana lidah mereka saling bergelitik bergantian.

“.....Mmfhhhhhhmmm...” Bibir mereka saling melumat, hanya suara cipratan air hujan yang terdengar saat ini menambah keromantisan suasana malam itu.

Sungguh nikmat yang mereka rasakan saat itu...

Berciuman dengan orang yang di cintai, berpelukan dan memadu kasih sungguh membuat jiwa Pitaloka seakan melayang ke langit ke tujuh. Ditambah lagi jiwa keromantisan marco yang sangat terlihat baginya, membuat pitaloka makin melayang kemana-mana, meloncat seperti air hujan yang memantul di genangan air di permukaan tanah. Dan rasa yang saat ini menderanya sungguh, sangat susah untuk pitaloka cerna. Perasaan bahagia bersamaan sebuah rasa yang membuat tubuhnya bergidik. Makin lama, ciuman mereka makin panas. Terlihat Pitaloka mengikuti tiap gerak yang Marco lakukan. Wajah mereka tak henti hentinya saling bergerak ke kiri dan ke kanan bergantian seiring lumatan bibir mereka yang penuh dengan gairah.

Marco pun merasakan yang sama. Dimana dia telah menjawab apa yang ia rasakan dalam waktu singkat ini. Dia juga, menyayangi gadis ini ternyata.

Namun, gadis yang ada di pelukannya saat ini. Sungguh memiliki keistimewaan tersendiri. Bukan karena pepatah lebih nikmat rumput tetangga dari pada rumput sendiri. Pembaca salah besar! Marco benar-benar merasakan nikmatnya yang teramat sangat, bisa menyentuh gadis ini. Padahal Cita dan Jelita, sama-sama nikmat. Namun Pitaloka, jauh lebih nikmat menurut Marco, karena ada sesuatu tersembunyi yang dapat marco rasakan namun tidak dapat diungkapkan dengan kata kata.

Jemari Marco tak tinggal diam, dimana ia mulai mengusap leher Pitaloka. Kemudian ke pipi lalu turun ke lengan. Sekujur tubuh Pitaloka kembali bergetar. Rasa nikmat dan hangat mulai menjalar hingga ke titik saraf paling tersensitif di tubuhnya. Selangkangan yang putih mili pitaloka pun mulai bergerak tak beraturan. Berharap ada sentuhan di sana. Kemudian, tak lama Marco melepaskan bibirnya, lalu mengecup dengan sedikit basah ke pipi, Kening dan juga dagu Pitaloka.

“.........Sssstttttt... sayaaaaaang...iiissshhh” Pitaloka mulai mendesah seiring jemari Marco mulai menyentuh-nyentuh titik sensitifnya. Mulai dari leher, belakang telinga hingga ke lengan menjalar ke bagian bawah lehernya. Apalagi lengan Marco mulai bergesekan menyentuh dua payudara miliknya. Terasa sekali sentuhan itu, karena hanya terhalang oleh kain tipisnya.

“..Tahan yah... pasti sakit...” ucap marco memulai aksinya

“.......Iya....ssss-sayaang” disertai rasa yang menggelitik saat adanya benda tumpul keras nan lembut berusaha menerobos kewanitaanya.

Tapi, dalam diamnya dan saat menahan sesuatu, Pitaloka menatap dalam-dalam wajah Marco.

Menanti saat-saat dimana, pertahanan terakhirnya akan di ambil oleh pria itu.

“...Tahan ya...” ujar marco kembali mengingatkan

Pitaloka mengangguk, tapi pikirannya makin melayang. Ia mulai merasakan sesuatu telah menggesek dan mulai menerobos masuk dibagian bawah sana. Pitaloka sambil memejamkan mata, mencoba mengalihkan pikirannya. Marco tersenyum. Perlahan digerakkan kepalanya mendekati sang gadis. Dikecup keningnya lembut sekali. Sang wanita pun masih saja diam. Marco berfikir jika Pitaloka sedang memikirkannya, sebentar lagi perawannya akan dipecah. Tapi, Marco tak berniat membatalkannya. Ia benar-benar sudah tak tahan untuk tidak mengambil yang menjadi haknya di malam pertamanya bersama Pitaloka.

Batang kemaluan Marco makin menekan lebih jauh. Dengan dituntun oleh Pitaloka yang tanpa sadar, juga kakinya yang mulai menjepit paha pria itu, perlahan batang keras itu masuk ke liang yang seharusnya.

“...Errrr!....uuuuuggghh”.. Pitaloka terpekik.

Marco sempat menghentikan gerakannya ketika mendengar sang gadis kembali meringis kesakitan. Namun tetap melakukannya kembali dengan irama yang lembut. Ia pun, makin mendorong pelan penisnya lebih dalam kembali pusakanya.

Sedikit demi sedikit, pusaka marco memasuki lubang kewanitaan milik Pitaloka dengan lembut. Semakin lama semakin dalam. Marco semakin merasakan sempit dan kenyal pada pusakanya. Namun hal ini memberi sensasi kenikmatan tersendiri.

Marco berhenti sesaat, ketika ujung pusakanya menyentuh sesuatu di dalam gua kenimatan kala itu. marco terdiam. Menatap lembut. Dengan pandangan matanya yang sayu.

Mengernyit memandang wanita didepannya tapi tak ada kata terucap...

Marco makin mendorongnya dengan hati-hati. Hingga marco merasakan ada sesuatu yang robek. Pitaloka memekik kecil. Tubuh marco dipeluknya oleh pitaloka dengan erat. Punggungnya marco dicengkeram hingga lecet oleh kuku panjang nan indah milik pitaloka. Marco merasa jika dirinya merasa perih di punggungnya. Melihat sang gadis meringis, marco pun berhenti sejenak.

“... teruskan sayaaang...teruuuskaan...enaaak bangeed sayaangkuuu”... ucap pitaloka

Dengan penuh semangat marco melanjutkannya, kali ini terlihat reaksi yang bertolak belakang dengan beberapa waktu yang lalu, saat itu pitaloka terlihat sangat liar, dia bergerak dengan rithme yang sangat liar dan entah sudah berapa kali pitaloka merengkuh panjaang bergelinjang berkali kali diikuti tubuhnya melengkung keatas, matanya putiih layaknya orang kesurupan, erangan erangan orgasme keluar dari bibir manisnya.

Pertempuran birahi antara dua sejoli ini tidak mengenal lelah, terlebih sang pejantan yang tidak ada keluar keringat sama sekali, berbeda dengan sang wanita, keringat layaknya berlari 10kilometer menempel diseluruh badannya.. tidak ada satupun celah dalam tubuh pitaloka yang tidak dilalui oleh keringat saat itu, hingga pada akhirnya...

Mata pitaloka layaknya orang kesurupan, tubuhnya terangkat melengkung keatas, bersamaan dengan teriakan yang menggema diseluruh isi ruangan kamar mereka.
“....aaaaakkkhhh....”... teriakan orgasme yang entah keberapa kali didengungkan oleh sang wanita bersamaan dengan

“..... uuuukkh”... lengkuhan marco mengeluarkan calon calon raja masa depannya, membuahi pitaloka saat itu.

Tiba – tiba...

Muncul cahaya putih dari sela sela lubang kewanitaan pitaloka, cahaya itu disertai pingsannya pitaloka. Cahaya layaknya sebesar mutiara yang kemudian masuk kedalam kepala marco.

“... plup..” bunyi dilepaskannya pusaka marco dari lubang kewanitaan pitaloka.

Segera marco melakukan meditasinya setelah cahaya putih tadi masuk kedalam kepalanya dan menghilang.

Sileut siluet yang menunjukkan kekuatan berintikan cahaya mengisi semua memory kepalanya saat itu sampai beberapa menit kemudian marco masih melakukan meditasinya.

Ternyata pitaloka adalah titisan penguasa unsur cahaya di dunia ARKA ini. Suatu kebetulan yang mengenakkan tentunya.

========= Flash back end ==========

Saat ini marco sedang menunggu momen ketika munculnya pelangi karena sesuai petunjuk dari sang raja yang tidak lain adalah ayahanda mertuanya saat ini, diujung pelangi itulah pintu gerbang antara dunia langit dengan dunia tempat marco duduk dibawah pohon rindang itu.

Dan benar saja, saat kondisi langit diliputi sedikit mendung, tampaklah di kisaran 200 meter dari tempatnya berdiri berteduh, muncul cahaya pelangi yang terlihat. Tampak beberapa rombongan turun dengan tenang walaupun terlihat berseluncur dari atas. Terlihat para penjaga disekitarnya dengan lengan bertandakan petir berwarna biru.

Segera marco mendekati mereka.

Sebelum marco medekati mereka, tiba tiba ada satu pengawal yang langsung menghadang marco.

“...siapa kamu anak muda??” ujar salah satu senior penjaga.

“... maafkan saya, nama saya marco, saya ingin pergi ke negri langit”.. ucapnya dengan sopan

“... ada maksud apa kamu anak muda, dan tidak sembarangan orang bisa naik turun dengan seenaknya”... ucap penjaga kembali

“.. saya bermaksud menemui para penguasa monach yang ada dilangit, guna berbicara terkait ASPI..” ujar marco kembali dengan singkat

“... ASPI...”.. mendadak semua orang yang mendengar semua melihat kearah marco.

“...hemmm...”...senior pengawal didepannya mengernyit tanda tidak percayaan kepada pemuda didepannya kala itu.

“... baiklah anak muda, kita harus uji tanding dulu sebelum kami memperbolehkan dirimu naik keatas dengan jembatan ini”.. ucap sang senior

“.. jika kamu kalah pergilah, jangan pernah kembali lagi”.. lanjutnya

“...hummmm baiklah paman, jika memang itu syaratnya, jangan sungkan”... jawab marco

“.........blarrr...” tanpa ada aba aba terlihat petir menyambar tubuh marco.

Jika itu adalah orang biasa, akan dengan sangat mudah petir itu menghancurkan bahkan membuat gosong yang terkena sengatan petir tadi. Tapi pengawal tadi salah, yang ada didepannya adalah orang yang sudah menguasai elemen api tanah air dan gravitasi ditambah terbarunya adalah cahaya.

Petir yang menyambar layaknya kapas bagi tubuh marco.

“... haahh...” semua yang hadir saat itu terkejut

“.. sudah cukup kah paman bermainnya?”... ucap marco

“...jangan sombong kamu anak muda”... ucap pengawal senior dengan penuh amarah, belum sempat sang pengawal memulai serangannya tiba tiba dari bawah tanah,

“... zlebbbbb...” bunyi perangkap muncul, perangkap yang terbuat dari unsur dalam tanah yang berupa batuan dimana batuan itu merupakan batu terkeras yang ada didalam tanah tempat pertarungan berlangsung, perangkap itu telah membuat tubuh sang pengawal tidak bisa bergerak, hanya menyisakan ujung tangan dan muka saja yang terlihat.

“... apaaaa....”.. semua terkejut dan penuh tidak percayaannya.

“... cukup paman, jangan ada lagi kekerasan saat ini”..ucap marco melerai dan mengakhiri pertandingan kala itu.

“... baiklah anak muda ..aku mengaku kalah...”..ucap sang pengawal senior didepannya dengan posisi tubuh masih terperangkap.

“... bluugh...serrrrhhh”... bunyi bebatuan yang tadinya melingkupi seluruh badan sang pengawal itu melepaskan diri dan kembali kedalam tanah.

“.. kami adalah pasukan dari monach petir nomor 5 diatas sana ada 100 lebih monach petir, dan monach kami adalah nomor 1 kekuasannya, tertinggi saat ini, dan kami akan mengantarkan kamu anak muda menemui ratu kami, silahkan... ”... ucapnya

“... ratu...hemmm menarik”.. bathinnya marco

Layaknya menaiki elevator berjalan, marco diantar oleh para pengawal menuju istana dimana sang pemimpinnya berada, disepanjang jalan marco melihat kecanggihannya dunia ini, terlihat sekali jika green energi sedang berjalan didunia ini, tidak adanya kendaraan dibawah permukaan, semua kendaraan ada diatas gedung, dan tanpa adanya kemacetan, orang orang dibawah bisa dengan mudah berjalan kaki maupun melayang. Benar benar kehidupan yang sangat effektif dan efisien dalam hal energi. Tidak ada nampak satu asap pun didunia ini. Benar mirip sekali dengan siluet lukisan dinding yang telah marco lihat sebelumnya.

“.. apa sumber energi dunia ini”..bathin marco

Selang beberapa lama kemudian, setelah menempuh perjalanan yang lumayan menyita waktu namun kurang dari satu jam.

Tibalah marco disebuah istana berwarna biru muda layaknya warna langit permukaan bumi. Ada lambang petir yang besar didepan istana tersebut melambangkan tanda monach petir tentunya.

Tibalah iring iringan marco didepan sang ratu.

“.. mohon maaf ratu, hamba membawa manusia dari permukaan dunia ARKA menemui Ratu”.. ucap pengawal senior yang berdiri dengan sikap hormat lagi sopan itu didepan marco.

“...silahkan paman, siapakah anak muda ini paman??”... ucap ratu, penampakan ratu ini yang jika marco lihat masih sangatlah muda perawakannya, dengan kulit putih bening, pakaian yang menunjukkan dunia modern, wajahnya yang lebih mirip dengan para selebgram salah satu aplikasi dipermukaan bumi lengkap dengan lentik bulu mata yang melebihi 3cm panjangnya, itu bulu mata apa wiper mobil. Bathinnya

“.. hamba bernama marco..” ucap marco memulai pembicaraan.

“.. langsung saja...”... ucap marco kembali mendahului, dan tanpa ada yang dia tutupi, mulailah dia menjelaskan semua yang di ketahuinya dan maksud tujuannya datang kenegeri langit ARKA.

“... hemmm jadi seperti itu...”.. ucap sang ratu masih dengan nada tidak percayaannya

“.. coba kamu buktikan jika kamu penjaga ASPI”... ucap sang ratu kembali.

“...apakah ratu siap dengan segala resikonya, ketika aspi dikeluarkan”... kembali marco menantangnya

“... apa maksudmu?’... ujar sang ratu tidak mau kalah atas intimidasi marco

“... jika ASPI dikeluarkan disini, seperti yang telah saya jelaskan, maka pihak pihak yang bermaksud serakah ingin menguasai ASPI akan segera bisa mendeteksi keberadaannya, dan dalam hitungan beberapa hari mungkin menit juga bisa, orang itu akan menghancurkan kerajaan ini beserta isinya hanya untuk menguasainya”...kembali marco menekankan hal yang sudah dijelaskannya diawal pembicaraannya.

Bergidik ngerii sang ratu mendengar kembali. Suatu tindakan bodoh jika dia melakukannya saat ini, dan sepertinya lawan bicaranya tidak ada niatan membohonginya.

“... lalu apa maksudmu kemari anak muda”...jawab sang ratu kemudian dengan pelan.

“...saya datang dengan damai, ingin agar semua monach dilangit arka bisa berdamai dengan semua unsur kehidupan dibawah langit arka, baik di daratnya maupun dilautannya”...ucap marco dengan sopan

“... hahahaha....”.. sang ratu menanggapi dengan tertawa

“... kalian mahkluk permukaan ARKA semuanya serakah, oleh sebab itulah kami tidak pernah ingin membagi keilmuan kami, tehnologi, sumber energi kami dan segala sumber daya yang kami punya kepada kalian”..ucapnya

“..mungkin apa yang ratu ungkapkan adalah masa lalu, tidak semua mahkluk dipermukaan dunia ARKAseperti yang ratu bicarakan, ada baiknya dilakukan pertemuan terkait hal ini, dan atas nama dunia bawah tanah serta lautan ARKA, mohon kiranya diperhatikan”...ucap marco dengan sopannya tanpa ada nada mengintimidasi sama sekali.

“... sudahlah anak muda.., jangan kamu bermimpi, kami akan tetap berada dilangit dan kalian mahkluk permukaan akan tetap berada dipermukaan tanpa ada bantuan dari kami, berusahalah sendiri dengan tugas kalian masing masing”...ujarnya dengan sombong dan angkuh

“... bagaimana jika kita uji tanding keilmuan kita... jika saya memenangkan pertandingan, maka ratu harus menuruti semua rencana saya tadi”..ujar marco

“.. jika kamu kalah? Kamu serahkan ASPI kepada kami, bagaimana??”... ucap sang ratu dengan nada sombong

“... baiklah”...jawab marco spontan.

“... siapa lawanku..’ ucap marco kembali.

“.. aku sendiri yang akan melawanmu bertanding anak muda...” ucap sang ratu didepan marco, lanjut berdiri dan langsung terbang menuju tempat pertandingan.

Hanya dalam hitungan 15 menit lokasi itu telah dipenuhi dengan para penonton yang jika ditebak adalah penduduk kerajaan langiit lengkap dengan semua delegasi monach yang lainnya. Bagaimana bisa dia menyebarkan berita secara cepat dan dalam hitungan menit saja sudah berkumpul begitu banyak orang dan macam kerajaan langit ini. Sungguh konsep kehidupan yang sangat effektif dan canggih, kembali Bathin marco.

“...fiuuuh...” helaan nafas marco kala itu.

“... wahai rakyatku didepan kalian adalah manusia dari permukaan dunia ARKA yang sedang menantang diriku, jika dia menang dia berhak atas kekuasaan unsur langit yaitu; petir , ruang dan waktu yang sudah lama menjadi bagian pusaka tertinggi yang dimiliki oleh dunia langit ARKA, dan jika kalah, dia akan memberikan batu ASPI sebagai taruhannya”... ujar sang ratu dengan terbang melayang diatas permukaan dengan suara yang menggema seantero colloseum layaknya, jika digambarkan kondisi lokasi pertandingan saat ini.

“... apaa.. batu ASPI..”...

“..pemuda itu memiliki batu ASPI..”.

Berbagai macam pembicaraan kala itu bergema antara orang orang yang hadir. Marco yang mendengarnya hanya tersenyum saja.

“... kita mulai anak muda, bersiaplah menerima serangan andalanku”...ujar sang ratu,

“...blaarrr....”... suara petir menggelegar disertai kilatan cahaya biru dari langit yang datang kepada sang ratu layaknya burung dara pacu yang jatuh ketangan pilotnya..

setelah petir itu berada ditangan sang ratu tanpa menunggu lama, kemudian dengan sekali gerakan dilemparkannya petir petir itu kearah marco yang mana dengan tenang berdiri ditengah lapangan. Tanpa bergerak sedikitpun.

Debu debu pertandingan berterbangan kala itu, entah debu entah kondensasi air, yang jelas layaknya asap yang mengepul tinggi setelah petir berwarna biru mengenai tubuh marco.

1 menit kemudian, setelah hilangnya debu debu hasil tumbukan petir ke tubuh marco, terlihat marco masih dengan tenangnya berdiri ditengah lapangan pertandingan.

“... apaaaa”..pekik sang ratu ketika melihatnya,

“...lanjuut, anak muda bersiaplah..”.... ucap sang ratu yang semakin emosi dibuatnya

“...zlab.. zlab.. blaarrr”...kondisi sang ratu yang berpindah pindah tubuhnya, terlihat dari satu titik ke titik lain tanpa ada terlihat bayangannya, perpindahan yang disertai munculnya petir yang menyambar tubuh marco dari berbagai arah penjuru, membuat kembali heboh suara ledakan akibat tumbukan yang sangat memekakkan telinga para penonton yang hadir saat itu.

“... waaah selamatkah anak muda itu... “...

“...kasihan anak muda itu digempur habis habisan oleh sang ratu...”

Berbagai macam pembicaraan memenuhi komentar pertandingan kala itu. Komentar analisa analisa layaknya liga sepakbola negara ini yang terlihat heboh agar supaya mendapatkan sponsor tayang.

Dan kembali lagi, marco dengan santai masih tetap berdiri ditengah lapangan pertandingan tanpa ada pergerakan sama sekali.

“...siapa sebenarnya anak muda itu..”..

“... kenapa petir sakti milik sang ratu tidak bisa melukainya..”

Berbagai bisikan dan pembicaraan kembali membahana setelah berkali kali serangan sang ratu tidak bisa memberikan dampak berarti bagi tubuh marco kala itu.

Sang ratu yang terlihat mulai emosi segera mengeluarkan petir keemasan miliknya ditangan kanannya dan petir berwarna biru ditangan kirinya, bersiap untuk kembali menyerang marco.

Namun....kenyataannya ...

“...apaa..!!! ini kenapa..”.. teriak sang ratu.

tiba tiba dari arah tangan sang ratu tidak bisa kembali mengeluarkan petir yang sudah siap dilemparkan ke marco tadi. Petir yang tadinya sudah siap dilemparkan kearah marco itu redup redup dan perlahan menghilang bentuknya....

Ternyata disinilah marco menggunakan unsur cahayanya untuk menyerap kekuatan petir milik sang ratu. Dan beberapa detik kemudian.... tiba tiba tubuh ratu terjun bebas... namun belum sampai tubuh sang ratu menyentuh permukaan..

“... uuughkkk...” sang ratu terduduk di permukaan tanah tepat sebelum aksi terjun bebasnya itu menghantam permukaan tempat pertandingan berlangsung. Disinilah Marco menggunakan unsur gravitasi kepada diri sang ratu, sehingga tubuh sang ratu tidak bisa melayang dan seolah menerima gravitasi sejumlah ratusan kali berat badannya.

“... hentikan anak muda, hentikan, aku menyerah...”... sang ratu berteriak meminta dihentikan pertandingannya. Ketika mendapati tubuhnya semakin tertekan.

“... a-a-aku menyerah anak muda, baiklah aku menyerah”...ucapnya terbata bata dengan nafas yang terlihat sesak dan susah untuk mengendalikan dirinya saat itu.

“...siapa anak itu”.. ucap delegasi kerajaan langit yang hadir saat itu, semua saling bertanya.
“...bagaimana bisa ratu penguasa kerajaan langit dunia ARKA.. dikalahkan oleh anak muda tanpa adanya pertempuran yang berarti sama sekal”....pembicaraan yang kembali menggema diseluruh lokasi saat itu.

“... baiklah ratu..”... dilepaskannya effek gravitasi dan cahaya dari tubuh sang ratu.

“... terima kasih anak muda, aku menyerah kalah..maafkan aku dan kesombonganku tadi, aku harap kamu bisa membukakan pintu maaf yang lebar bagiku tentunya”.. ucap sang ratu dengan bijaksana.

“... rakyatku dan semua undangan, ketahuilah hari ini aku ratu monach nomor satu dengan kekuasaan tertinggi diantara ratusan monach kerajaan langit, menyerahkan tanda penguasa unsur petir, ruang dan waktu kepada Marco pemuda dari permukaan ARKA.. untuk nantinya dia yang akan menjadi penguasa kerajaan langit ini setelahnya”... ujar sang ratu dengan intonasi yang jelas kepada semua yang ada dalam arena pertandingan saat itu. Suara yang menggema layaknya informasi panggilan dokter umum lewat speaker.

“...hormat penguasa marco..”..

“... hidup penguasa marco...”...

Sorak sorai kembali membahana diseluruh lokasi pertandingan.

“... terima kasih ... terima kasih... terima kasih”... ucap marco sopan dengan setengah hormat membungkuk ditujukan kepada semua penonton yang datang kala itu.

“...terimalah mahkota ini anak muda...”.. ucap sang ratu menyerahkan mahkota dengan batu permata berwarna orange, biru, dan ungu dikepala mahkotanya.. masing masing batu permata melambangkan petir, ruang dan waktu.

“...clap..” diambilnya gelang lengannya, kemudian dikeluarkannya 3 batu permata yang ada di mahkota pemberian sang ratu, kemudian dengan kekuatannya, marco menempelkan ketiga batu permata tadi kedalam gelang atlantisnya, dan dipakainya kembali.

Beberapa saat kemudian, mahkota itu kembali diberikan kepada sang ratu setelah marco melakukan modifikasi batu pengganti.

“... silahkan dipakai kembali sang ratu...”.. ucap marco dengan sopannya

“... rakyatku.. dengarkanlah...”...

“... tanda kekuasaan monach unsur petir unsur ruang dan unsur waktu, aku telah amankan. Sedangkan untuk pemegang pemerintahan tetap akan dipegang oleh sang mulia ratu Ziva, mengingat aku sendiri harus meneruskan perjalanan kembali menyebarkan kedamaian bagi seluruh dunia ARKA...”..lanjutnya

“... mulailah membuka diri dengan dunia permukaan arka, jangan lagi ada keangkuhan kesombongan dan iri dengki... berjalanlah bersama sama menjaga perdamaian dan kestabilan dunia ARKA”...ucap marco dengan lantang jelas dan berwibawa.

“...nanti akan aku instruksikan perwakilan dari permukaan dan lautan dunia ARKA guna bertemu dengan dirimu sang ratu, tolong kerjasamanya”..ucap marco dengan sopan kepada sang ratu yang ada didepannya.

“.... t- t terima kasih anak muda atas kebijaksanaanmu”.. ujarnya terbata

Sang ratu tidak menyangka anak muda didepannya begitu bijaksana dalam menyelesaikan permasalahan yang ada. kekhawatiran akan dirinya dan kerajaan langit akan dijadikannya sebagai budaknya tidaklah terbukti.

Satu jam setelahnya...

“.. apa rencanamu anak muda?”... jawab sang ratu kembali, disaat mereka sedang berdiri melihat keadaan dunia langit arka setelah satu jam berselang.

“...kelihatannya aku harus segera menemukan kembali jalan pulang ke dunia permukaan bumi..”...ucap marco kepada sang ratu.

“... hah permukaan bumi..?...” ucap sang ratu terkejut.

“... benar, tapi aku tidak mengetahui caranya..”... ucap marco dengan polosnya

“... anak muda, jika kamu hendak ingin kembali ke permukaan bumi, artinya kamu harus bisa menguasai unsur dimensi...”...ujar sang ratu.

“...unsur dimensi dikuasai oleh beberapa bangsa langit bagian atas...” ucap sang ratu

“...Jadi begini, dalam tataran dan tingkatan langit ARKA ada 7 tingkatan... saat ini yang kamu pijak dan tempat kami berdiri adalah dunia langit tingkat pertama, sedangkan penguasa dimensi berada di tingkat 7 atau tingkat tertinggi dari dunia langit arka ini...” penjelasan sang ratu kepada marco.

“.. dan selama ini tidak ada yang mengetahui bagaimana cara menuju keatas langit tingkat ketujuh atau bahkan bertemu dengan penguasa dimensi dan kembali lagi ketempat ini dengan selamat.”..lanjut sang ratu bercerita.

“... hemmm..seperti itu” gumam marco sambil menganggukkan kepalanya dengan pelan.

“... namun dari langit ini ke langit tingkat kedua kamu bisa melewatinya melalui jembatan yang sama seperti konsep kamu datang tadi, jauh diujung dunia langit ini, letaknya kira kira satu juta lima ratus ribu kilometer kearah utara, kamu akan menemukan pelangi abadi, disanalah letak tangga pintu masuk mengarah langit tingkat dua...” penjelasan sang ratu kembali.

“... namun ingat anak muda, diatas langit tingkat kedua banyak sekali orang sakti dan suka beradu ilmu, mereka juga haus akan kekuasaan, kami sendiri tidak akan mampu menandingi mereka, karena semua unsur didunia permukaan dan langit tingkat pertama tidak ada yang berpengaruh disana”.. penjelasan sang ratu kembali kepada marco.

“...yang membuat kami lepas dari serangan dan keserakahan mereka adalah, keberadaan kami ditingkat satu selalu memberikan energi kepada mereka yang ada diatas, sehingga mereka membiarkan kami sampai saat ini, entah nanti, jika mereka bermaksud untuk memperluas wilayahnya”.. ucapnya bersedih jika mengingat kejadian dimana kedua orang tua sang ratu dibunuh penguasa langit tingkat dua dan menjadikan perjanjian supply energi secara terus menerus yang harus dijalankannya hingga saat ini.

“.. aku mendengarkan ratu..”.. ucap marco dengan sopan.

“...dilangit tingkat dua carilah monach dengan nama PURA, jika bertemu tunjukkanlah ketiga batu permata mahkotaku yang ada dilenganmu saat ini, dengan ketiga batu permata itu mereka akan mengerti, jikalau kamu yang berdiri didepan mereka adalah penguasa langit tingkat satu saat ini..”..ujar sang ratu menjelaskan.

“.. mintalah petunjuk darinya bagaimana cara bisa bertemu penguasa dimensi di langit tingkat ketujuh kepada penguasa PURA, namanya raja TAMA”...kembali sang ratu menambahkan.

“.. ingat anak muda, keilmuanmu disini tidaklah sebanding jika bertempur diatas sana.. karena merekalah penguasa segalanya unsur, jangan sampai gegabah sehingga membuat batu ASPI jatuh ketangan mereka, akan berbeda jika merak sampai mendapatkannhya”... pembicaraan yang mengakhiri diskusinya dengan pemuda bernama marco kala itu.

“.. ooh ya, satu lagi pergunakanlah kendaraanku guna menuju utara, nantinya kendaraan ini akan kembali lagi kemarkasnya tanpa perlu kamu urus”...ucapnya sebelum berbalik kanan meninggalkan marco yang sendirian menatap dunia diluarnya, betapa canggihnya langit tingkat satu ini. Bagaimana dengan langit tingkat dua. Bathinya...

“...memanglah, diatas langiit masih ada langiit...”..

....bersambung.
thx 4 update
 
Bab 9 – Penguasa Cahaya, Petir, Ruang

Dan...

disinilah marco saat ini, berjarak 25.000 (dua puluh lima ribu) kilometer jauhnya dari kerajaan penguasa api, perjalanan yang ditempuh marco dalam 8,5 (delapan setengah jam) perjalanannya tanpa henti. Setelah diberitahu oleh sang raja letak jembatan langit sebagai jalan marco untuk menemui para penguasa monach yang ada dilangit pagi tadi setelah melakukan sarapan pagi bersama, diikuti adegan perpisahan dengan istri ketiganya dan pesan pesan dari sang ayahanda mertuanya.

Dalam benak marco pastilah tidak semua penguasa monach yang informasinya sombong dan angkuh ini tidak ingin membantu mahkluk hidup yang ada di permukaan bawah lautan dan bawah tanah dari dunia ARKA. Pastilah ada yang memiliki kerendahan hati untuk bersama sama menjaga kedamaian semua unsur kehidupan dalam keseharian tugasnya masing masing.

Marco ketika itu sedang beristirahat dibawah pohon rindang, pohon yang jika dilihat lihat mirip dengan pohon beringin, berdiri kokoh tinggi besar dengan akar akar batangnya dari atas kebawah menjuntai. Tersenyum kembali dirinya ketika secara tidak sengaja dia mendapatkan inti energi cahaya, sekaligus menjadikan dirinya menjadi penguasa cahaya malam itu.

==== Flash back =======

“Bobo yuk! Aku dah ngantuk...” pitaloka yang kala itu melihat marco sedang berdiri didepan jendela kamar tidurnya melihat keluar, setelah acara pernikahan mereka selesai. Marco pun menarik nafasnya dalam-dalam, sesaat sebelum akhirnya ia pun mengangguk guna menjawab pertanyaan istrinya.

Marco tak bisa lagi menahan, untuk tidak sekedar mengikuti keinginan Pitaloka. Sungguh bohong rasanya, jika seorang Marco tidak tertarik sama Pitaloka. Tertarik baik fisik, maupun rasa. Nafsu dan sayang pun telah terbangun selama beberapa hari kebersamaan mereka di kerajaan. Sentuhan, gairah, dan juga perhatian antara satu sama lain, makin melekat di ingatan Marco. Maka, ia tak lagi ingin menjadi lelaki munafik, yang tak menginginkan sekedar menemani sang gadis itu yang tidak lain telah menjadi istri ke 3 nya untuk acara tidur bersama malam itu.

Marco pun berdiri, dan menarik lengan Pitaloka lembut. Mereka bergenggaman, dan melangkah bersama menuju ke bagian kamar dalam mereka, karena tadi marco berdiri di jendela bagian luar kamar mereka.

Saat tiba didepan tempat tidur mereka, Marco sempat berhenti membuat Pitaloka mengernyit dan menatapnya dari samping.

“.....Kenapa sayang?”.. sambil berucap, Pitaloka merapatkan tubuhnya ketubuh Marco. Bahkan sentuhan di lengan saja, membuat tubuh keduanya bergetar.

Sambil menahan nafas, Marco akhirnya naik ke atas ranjang di susul oleh Pitaloka.

“........Dugh!!! Dugh!!! Dugh!!! Dugh!!! Dugh!!! Dugh!!!” Jantung keduanya makin berdetak kencang. Suasana yang penerangannya hanya berasal dari lampu tidur yang terbuat dari batu pijar yang kelihatannya memiliki unsur inti gas helium layaknya bohlam dipermukaan bumi, bedanya disini tanpa dicolokkan listrik.

Posisi tidur mereka pun, masih sama-sama di ujung ranjang. Menyisakan 40 centian lebar di tengah-tengah mereka.

Marco maupun Pitaloka, memilih untuk diam sesaat.

Tidur dengan posisi berbaring menghadap ke langit-langit.

Hening pun terjadi...

Terdengar beberapa kali di antara mereka saling menarik nafas bergantian. Sama-sama tak ada keinginan untuk memejamkan mata. Mereka masih bermain dengan pikirannya masing-masing. Pitaloka maupun Marco, tak ada yang berani untuk menolehkan wajahnya.

Memang terasa dalam kamar ini, makin lama makin hangat. Meski kondisi udara begitu dingin. Tak ada juga yang bergerak untuk sekedar menarik selimut menutup tubuh mereka. Karena balik lagi, mereka berdua tiba-tiba merasakan kegugupan yang teramat sangat.

Hingga...

Setelah 15 menit lamanya mereka diam, dimana Pitaloka pun terdengar menarik nafas sedalam-dalamnya.

“...sayaang..” Pitaloka yang tidur menghadap ke langit-langit, merasakan kegugupan yang teramat sangat berada satu ranjang dengan pria yang sangat di cintainya meski baru beberapa hari ini bersamanya. Dia baru saja memanggil Marco. Sedangkan Marco, pun melakukan hal yang sama sejak tadi. Berbaring menghadap ke langit-langit.

“....Kok diam?...” Tanya Pitaloka, dan gadis itu menoleh.

Marco menoleh juga. Dan hal pertama yang marco lihat adalah payudara itu! Bentuk yang begitu menggiurkan, yang sejak tadi berusaha tak dilihatnya. Namun kondisi yang begitu bertolak belakang dengan badannya, seakan naluri kelelakiannya lah yang menuntunnya untuk melihatnya kembali.

Entah sengaja atau tidak dalam kondisi sadar, keduanya bergeser. Makin mendekat, layaknya kutub magnet utara dengan kutub magnet selatan

Hingga jarak mereka tinggal 2centimeter.

Hening kembali...

Mereka saling mengusap wajahnya masing masing...

Hingga, entah karena apa. Tubuh mereka bergerak dengan sendirinya saling merapat.

Bahkan, siku Marco telah merasakan betapa kenyal dan lembutnya dada sang gadis yang terlihat sekal bulat padat putih mengintip dari balik pakaian pitaloka, pakaian malam dengan konsep layaknya lingerie di permukaan bumi.

Mereka masih saling bertatapan. Lembut dan hangat, tatapan Marco dan Pitaloka kala itu. Sampai-sampai nafas keduanya tertahan, bersamaan dengan itu pitaloka menganggukkan kepalanya dihadapan Marco.

“... sayang mau nyium bibir Pitaloka ??..” bisik Pitaloka membuat Marco menarik nafas.

“........Aku... Aku sudah tidak tahan lagi, untuk tidak menyentuhnya. Maaf!” kejujuran yang di ucapkan Marco, makin membuat tubuh Pitaloka bergetar.

“...Ci-cium... aja sayaang, aku milikmu..” ucap Pitaloka, membuat Marco menarik nafasnya dalam-dalam untuk kesekian kalinya.

Sumpah! Marco sudah tak sanggup lagi menahannya. Maka di tariknya wajah sang gadis makin mendekat, semakin dekat.

Pitaloka menahan nafasnya, dan seperti mimpi dimana marco telah menyentuh bibirnya. Tubuhnya bergetar, nafasnya tertahan, dan juga sekujur tubuhnya terasa seperti terkena sengatan listrik ribuan volt.

Marco pun makin mendorong tubuh Pitaloka agar berbaring. Sambil memposisikan setengah tubuhnya menindih tubuh gadis itu. Diisapnya bibir Pitaloka dengan penuh kasih sayang. Ia tak lagi mampu membohongi jika ia menyayangi gadis yang baru dikenalnya ini. Ia mencium, bahkan menggigit dengan dua bibirnya, bibir menggemaskan milik Pitaloka. Terasa basah, wajah marco ketika tanpa sadar Pitaloka mengeluarkan air mata. Bukan kesedihan, melainkan kebahagiaan akhirnya dirinya bisa di sentuh oleh lelakinya. marco yang sadar! Pun akhirnya melepaskan ciumannya. Di pandanginya wajah sang gadis dengan penuh perasaan.

“....Hash...Hash!!! Kamu kenapa nangis?” tanya Marco

Pitaloka hanya menatap marco kala itu...

“...A-aku bahagia sayaang.. hikz..hikz... bahagiaaaa bangettttt !!! AKU SAYANG BANGET SAMA KAMUUUU SAYANGKUUU ...” Setelah teriak, di tariknya wajah marco hingga mereka berciuman kembali. Bahkan saat ini, ciuman mereka semakin panas.

Tubuh Pitaloka menegang seiring sentuhan yang sejak tadi di bibirnya. Dan terasa sangat bergairah, Marco memasukkan lidahnya menggelitik di dalam tenggorokan gadis itu. Di balasnya lidah sang pria, dimana lidah mereka saling bergelitik bergantian.

“.....Mmfhhhhhhmmm...” Bibir mereka saling melumat, hanya suara cipratan air hujan yang terdengar saat ini menambah keromantisan suasana malam itu.

Sungguh nikmat yang mereka rasakan saat itu...

Berciuman dengan orang yang di cintai, berpelukan dan memadu kasih sungguh membuat jiwa Pitaloka seakan melayang ke langit ke tujuh. Ditambah lagi jiwa keromantisan marco yang sangat terlihat baginya, membuat pitaloka makin melayang kemana-mana, meloncat seperti air hujan yang memantul di genangan air di permukaan tanah. Dan rasa yang saat ini menderanya sungguh, sangat susah untuk pitaloka cerna. Perasaan bahagia bersamaan sebuah rasa yang membuat tubuhnya bergidik. Makin lama, ciuman mereka makin panas. Terlihat Pitaloka mengikuti tiap gerak yang Marco lakukan. Wajah mereka tak henti hentinya saling bergerak ke kiri dan ke kanan bergantian seiring lumatan bibir mereka yang penuh dengan gairah.

Marco pun merasakan yang sama. Dimana dia telah menjawab apa yang ia rasakan dalam waktu singkat ini. Dia juga, menyayangi gadis ini ternyata.

Namun, gadis yang ada di pelukannya saat ini. Sungguh memiliki keistimewaan tersendiri. Bukan karena pepatah lebih nikmat rumput tetangga dari pada rumput sendiri. Pembaca salah besar! Marco benar-benar merasakan nikmatnya yang teramat sangat, bisa menyentuh gadis ini. Padahal Cita dan Jelita, sama-sama nikmat. Namun Pitaloka, jauh lebih nikmat menurut Marco, karena ada sesuatu tersembunyi yang dapat marco rasakan namun tidak dapat diungkapkan dengan kata kata.

Jemari Marco tak tinggal diam, dimana ia mulai mengusap leher Pitaloka. Kemudian ke pipi lalu turun ke lengan. Sekujur tubuh Pitaloka kembali bergetar. Rasa nikmat dan hangat mulai menjalar hingga ke titik saraf paling tersensitif di tubuhnya. Selangkangan yang putih mili pitaloka pun mulai bergerak tak beraturan. Berharap ada sentuhan di sana. Kemudian, tak lama Marco melepaskan bibirnya, lalu mengecup dengan sedikit basah ke pipi, Kening dan juga dagu Pitaloka.

“.........Sssstttttt... sayaaaaaang...iiissshhh” Pitaloka mulai mendesah seiring jemari Marco mulai menyentuh-nyentuh titik sensitifnya. Mulai dari leher, belakang telinga hingga ke lengan menjalar ke bagian bawah lehernya. Apalagi lengan Marco mulai bergesekan menyentuh dua payudara miliknya. Terasa sekali sentuhan itu, karena hanya terhalang oleh kain tipisnya.

“..Tahan yah... pasti sakit...” ucap marco memulai aksinya

“.......Iya....ssss-sayaang” disertai rasa yang menggelitik saat adanya benda tumpul keras nan lembut berusaha menerobos kewanitaanya.

Tapi, dalam diamnya dan saat menahan sesuatu, Pitaloka menatap dalam-dalam wajah Marco.

Menanti saat-saat dimana, pertahanan terakhirnya akan di ambil oleh pria itu.

“...Tahan ya...” ujar marco kembali mengingatkan

Pitaloka mengangguk, tapi pikirannya makin melayang. Ia mulai merasakan sesuatu telah menggesek dan mulai menerobos masuk dibagian bawah sana. Pitaloka sambil memejamkan mata, mencoba mengalihkan pikirannya. Marco tersenyum. Perlahan digerakkan kepalanya mendekati sang gadis. Dikecup keningnya lembut sekali. Sang wanita pun masih saja diam. Marco berfikir jika Pitaloka sedang memikirkannya, sebentar lagi perawannya akan dipecah. Tapi, Marco tak berniat membatalkannya. Ia benar-benar sudah tak tahan untuk tidak mengambil yang menjadi haknya di malam pertamanya bersama Pitaloka.

Batang kemaluan Marco makin menekan lebih jauh. Dengan dituntun oleh Pitaloka yang tanpa sadar, juga kakinya yang mulai menjepit paha pria itu, perlahan batang keras itu masuk ke liang yang seharusnya.

“...Errrr!....uuuuuggghh”.. Pitaloka terpekik.

Marco sempat menghentikan gerakannya ketika mendengar sang gadis kembali meringis kesakitan. Namun tetap melakukannya kembali dengan irama yang lembut. Ia pun, makin mendorong pelan penisnya lebih dalam kembali pusakanya.

Sedikit demi sedikit, pusaka marco memasuki lubang kewanitaan milik Pitaloka dengan lembut. Semakin lama semakin dalam. Marco semakin merasakan sempit dan kenyal pada pusakanya. Namun hal ini memberi sensasi kenikmatan tersendiri.

Marco berhenti sesaat, ketika ujung pusakanya menyentuh sesuatu di dalam gua kenimatan kala itu. marco terdiam. Menatap lembut. Dengan pandangan matanya yang sayu.

Mengernyit memandang wanita didepannya tapi tak ada kata terucap...

Marco makin mendorongnya dengan hati-hati. Hingga marco merasakan ada sesuatu yang robek. Pitaloka memekik kecil. Tubuh marco dipeluknya oleh pitaloka dengan erat. Punggungnya marco dicengkeram hingga lecet oleh kuku panjang nan indah milik pitaloka. Marco merasa jika dirinya merasa perih di punggungnya. Melihat sang gadis meringis, marco pun berhenti sejenak.

“... teruskan sayaaang...teruuuskaan...enaaak bangeed sayaangkuuu”... ucap pitaloka

Dengan penuh semangat marco melanjutkannya, kali ini terlihat reaksi yang bertolak belakang dengan beberapa waktu yang lalu, saat itu pitaloka terlihat sangat liar, dia bergerak dengan rithme yang sangat liar dan entah sudah berapa kali pitaloka merengkuh panjaang bergelinjang berkali kali diikuti tubuhnya melengkung keatas, matanya putiih layaknya orang kesurupan, erangan erangan orgasme keluar dari bibir manisnya.

Pertempuran birahi antara dua sejoli ini tidak mengenal lelah, terlebih sang pejantan yang tidak ada keluar keringat sama sekali, berbeda dengan sang wanita, keringat layaknya berlari 10kilometer menempel diseluruh badannya.. tidak ada satupun celah dalam tubuh pitaloka yang tidak dilalui oleh keringat saat itu, hingga pada akhirnya...

Mata pitaloka layaknya orang kesurupan, tubuhnya terangkat melengkung keatas, bersamaan dengan teriakan yang menggema diseluruh isi ruangan kamar mereka.
“....aaaaakkkhhh....”... teriakan orgasme yang entah keberapa kali didengungkan oleh sang wanita bersamaan dengan

“..... uuuukkh”... lengkuhan marco mengeluarkan calon calon raja masa depannya, membuahi pitaloka saat itu.

Tiba – tiba...

Muncul cahaya putih dari sela sela lubang kewanitaan pitaloka, cahaya itu disertai pingsannya pitaloka. Cahaya layaknya sebesar mutiara yang kemudian masuk kedalam kepala marco.

“... plup..” bunyi dilepaskannya pusaka marco dari lubang kewanitaan pitaloka.

Segera marco melakukan meditasinya setelah cahaya putih tadi masuk kedalam kepalanya dan menghilang.

Sileut siluet yang menunjukkan kekuatan berintikan cahaya mengisi semua memory kepalanya saat itu sampai beberapa menit kemudian marco masih melakukan meditasinya.

Ternyata pitaloka adalah titisan penguasa unsur cahaya di dunia ARKA ini. Suatu kebetulan yang mengenakkan tentunya.

========= Flash back end ==========

Saat ini marco sedang menunggu momen ketika munculnya pelangi karena sesuai petunjuk dari sang raja yang tidak lain adalah ayahanda mertuanya saat ini, diujung pelangi itulah pintu gerbang antara dunia langit dengan dunia tempat marco duduk dibawah pohon rindang itu.

Dan benar saja, saat kondisi langit diliputi sedikit mendung, tampaklah di kisaran 200 meter dari tempatnya berdiri berteduh, muncul cahaya pelangi yang terlihat. Tampak beberapa rombongan turun dengan tenang walaupun terlihat berseluncur dari atas. Terlihat para penjaga disekitarnya dengan lengan bertandakan petir berwarna biru.

Segera marco mendekati mereka.

Sebelum marco medekati mereka, tiba tiba ada satu pengawal yang langsung menghadang marco.

“...siapa kamu anak muda??” ujar salah satu senior penjaga.

“... maafkan saya, nama saya marco, saya ingin pergi ke negri langit”.. ucapnya dengan sopan

“... ada maksud apa kamu anak muda, dan tidak sembarangan orang bisa naik turun dengan seenaknya”... ucap penjaga kembali

“.. saya bermaksud menemui para penguasa monach yang ada dilangit, guna berbicara terkait ASPI..” ujar marco kembali dengan singkat

“... ASPI...”.. mendadak semua orang yang mendengar semua melihat kearah marco.

“...hemmm...”...senior pengawal didepannya mengernyit tanda tidak percayaan kepada pemuda didepannya kala itu.

“... baiklah anak muda, kita harus uji tanding dulu sebelum kami memperbolehkan dirimu naik keatas dengan jembatan ini”.. ucap sang senior

“.. jika kamu kalah pergilah, jangan pernah kembali lagi”.. lanjutnya

“...hummmm baiklah paman, jika memang itu syaratnya, jangan sungkan”... jawab marco

“.........blarrr...” tanpa ada aba aba terlihat petir menyambar tubuh marco.

Jika itu adalah orang biasa, akan dengan sangat mudah petir itu menghancurkan bahkan membuat gosong yang terkena sengatan petir tadi. Tapi pengawal tadi salah, yang ada didepannya adalah orang yang sudah menguasai elemen api tanah air dan gravitasi ditambah terbarunya adalah cahaya.

Petir yang menyambar layaknya kapas bagi tubuh marco.

“... haahh...” semua yang hadir saat itu terkejut

“.. sudah cukup kah paman bermainnya?”... ucap marco

“...jangan sombong kamu anak muda”... ucap pengawal senior dengan penuh amarah, belum sempat sang pengawal memulai serangannya tiba tiba dari bawah tanah,

“... zlebbbbb...” bunyi perangkap muncul, perangkap yang terbuat dari unsur dalam tanah yang berupa batuan dimana batuan itu merupakan batu terkeras yang ada didalam tanah tempat pertarungan berlangsung, perangkap itu telah membuat tubuh sang pengawal tidak bisa bergerak, hanya menyisakan ujung tangan dan muka saja yang terlihat.

“... apaaaa....”.. semua terkejut dan penuh tidak percayaannya.

“... cukup paman, jangan ada lagi kekerasan saat ini”..ucap marco melerai dan mengakhiri pertandingan kala itu.

“... baiklah anak muda ..aku mengaku kalah...”..ucap sang pengawal senior didepannya dengan posisi tubuh masih terperangkap.

“... bluugh...serrrrhhh”... bunyi bebatuan yang tadinya melingkupi seluruh badan sang pengawal itu melepaskan diri dan kembali kedalam tanah.

“.. kami adalah pasukan dari monach petir nomor 5 diatas sana ada 100 lebih monach petir, dan monach kami adalah nomor 1 kekuasannya, tertinggi saat ini, dan kami akan mengantarkan kamu anak muda menemui ratu kami, silahkan... ”... ucapnya

“... ratu...hemmm menarik”.. bathinnya marco

Layaknya menaiki elevator berjalan, marco diantar oleh para pengawal menuju istana dimana sang pemimpinnya berada, disepanjang jalan marco melihat kecanggihannya dunia ini, terlihat sekali jika green energi sedang berjalan didunia ini, tidak adanya kendaraan dibawah permukaan, semua kendaraan ada diatas gedung, dan tanpa adanya kemacetan, orang orang dibawah bisa dengan mudah berjalan kaki maupun melayang. Benar benar kehidupan yang sangat effektif dan efisien dalam hal energi. Tidak ada nampak satu asap pun didunia ini. Benar mirip sekali dengan siluet lukisan dinding yang telah marco lihat sebelumnya.

“.. apa sumber energi dunia ini”..bathin marco

Selang beberapa lama kemudian, setelah menempuh perjalanan yang lumayan menyita waktu namun kurang dari satu jam.

Tibalah marco disebuah istana berwarna biru muda layaknya warna langit permukaan bumi. Ada lambang petir yang besar didepan istana tersebut melambangkan tanda monach petir tentunya.

Tibalah iring iringan marco didepan sang ratu.

“.. mohon maaf ratu, hamba membawa manusia dari permukaan dunia ARKA menemui Ratu”.. ucap pengawal senior yang berdiri dengan sikap hormat lagi sopan itu didepan marco.

“...silahkan paman, siapakah anak muda ini paman??”... ucap ratu, penampakan ratu ini yang jika marco lihat masih sangatlah muda perawakannya, dengan kulit putih bening, pakaian yang menunjukkan dunia modern, wajahnya yang lebih mirip dengan para selebgram salah satu aplikasi dipermukaan bumi lengkap dengan lentik bulu mata yang melebihi 3cm panjangnya, itu bulu mata apa wiper mobil. Bathinnya

“.. hamba bernama marco..” ucap marco memulai pembicaraan.

“.. langsung saja...”... ucap marco kembali mendahului, dan tanpa ada yang dia tutupi, mulailah dia menjelaskan semua yang di ketahuinya dan maksud tujuannya datang kenegeri langit ARKA.

“... hemmm jadi seperti itu...”.. ucap sang ratu masih dengan nada tidak percayaannya

“.. coba kamu buktikan jika kamu penjaga ASPI”... ucap sang ratu kembali.

“...apakah ratu siap dengan segala resikonya, ketika aspi dikeluarkan”... kembali marco menantangnya

“... apa maksudmu?’... ujar sang ratu tidak mau kalah atas intimidasi marco

“... jika ASPI dikeluarkan disini, seperti yang telah saya jelaskan, maka pihak pihak yang bermaksud serakah ingin menguasai ASPI akan segera bisa mendeteksi keberadaannya, dan dalam hitungan beberapa hari mungkin menit juga bisa, orang itu akan menghancurkan kerajaan ini beserta isinya hanya untuk menguasainya”...kembali marco menekankan hal yang sudah dijelaskannya diawal pembicaraannya.

Bergidik ngerii sang ratu mendengar kembali. Suatu tindakan bodoh jika dia melakukannya saat ini, dan sepertinya lawan bicaranya tidak ada niatan membohonginya.

“... lalu apa maksudmu kemari anak muda”...jawab sang ratu kemudian dengan pelan.

“...saya datang dengan damai, ingin agar semua monach dilangit arka bisa berdamai dengan semua unsur kehidupan dibawah langit arka, baik di daratnya maupun dilautannya”...ucap marco dengan sopan

“... hahahaha....”.. sang ratu menanggapi dengan tertawa

“... kalian mahkluk permukaan ARKA semuanya serakah, oleh sebab itulah kami tidak pernah ingin membagi keilmuan kami, tehnologi, sumber energi kami dan segala sumber daya yang kami punya kepada kalian”..ucapnya

“..mungkin apa yang ratu ungkapkan adalah masa lalu, tidak semua mahkluk dipermukaan dunia ARKAseperti yang ratu bicarakan, ada baiknya dilakukan pertemuan terkait hal ini, dan atas nama dunia bawah tanah serta lautan ARKA, mohon kiranya diperhatikan”...ucap marco dengan sopannya tanpa ada nada mengintimidasi sama sekali.

“... sudahlah anak muda.., jangan kamu bermimpi, kami akan tetap berada dilangit dan kalian mahkluk permukaan akan tetap berada dipermukaan tanpa ada bantuan dari kami, berusahalah sendiri dengan tugas kalian masing masing”...ujarnya dengan sombong dan angkuh

“... bagaimana jika kita uji tanding keilmuan kita... jika saya memenangkan pertandingan, maka ratu harus menuruti semua rencana saya tadi”..ujar marco

“.. jika kamu kalah? Kamu serahkan ASPI kepada kami, bagaimana??”... ucap sang ratu dengan nada sombong

“... baiklah”...jawab marco spontan.

“... siapa lawanku..’ ucap marco kembali.

“.. aku sendiri yang akan melawanmu bertanding anak muda...” ucap sang ratu didepan marco, lanjut berdiri dan langsung terbang menuju tempat pertandingan.

Hanya dalam hitungan 15 menit lokasi itu telah dipenuhi dengan para penonton yang jika ditebak adalah penduduk kerajaan langiit lengkap dengan semua delegasi monach yang lainnya. Bagaimana bisa dia menyebarkan berita secara cepat dan dalam hitungan menit saja sudah berkumpul begitu banyak orang dan macam kerajaan langit ini. Sungguh konsep kehidupan yang sangat effektif dan canggih, kembali Bathin marco.

“...fiuuuh...” helaan nafas marco kala itu.

“... wahai rakyatku didepan kalian adalah manusia dari permukaan dunia ARKA yang sedang menantang diriku, jika dia menang dia berhak atas kekuasaan unsur langit yaitu; petir , ruang dan waktu yang sudah lama menjadi bagian pusaka tertinggi yang dimiliki oleh dunia langit ARKA, dan jika kalah, dia akan memberikan batu ASPI sebagai taruhannya”... ujar sang ratu dengan terbang melayang diatas permukaan dengan suara yang menggema seantero colloseum layaknya, jika digambarkan kondisi lokasi pertandingan saat ini.

“... apaa.. batu ASPI..”...

“..pemuda itu memiliki batu ASPI..”.

Berbagai macam pembicaraan kala itu bergema antara orang orang yang hadir. Marco yang mendengarnya hanya tersenyum saja.

“... kita mulai anak muda, bersiaplah menerima serangan andalanku”...ujar sang ratu,

“...blaarrr....”... suara petir menggelegar disertai kilatan cahaya biru dari langit yang datang kepada sang ratu layaknya burung dara pacu yang jatuh ketangan pilotnya..

setelah petir itu berada ditangan sang ratu tanpa menunggu lama, kemudian dengan sekali gerakan dilemparkannya petir petir itu kearah marco yang mana dengan tenang berdiri ditengah lapangan. Tanpa bergerak sedikitpun.

Debu debu pertandingan berterbangan kala itu, entah debu entah kondensasi air, yang jelas layaknya asap yang mengepul tinggi setelah petir berwarna biru mengenai tubuh marco.

1 menit kemudian, setelah hilangnya debu debu hasil tumbukan petir ke tubuh marco, terlihat marco masih dengan tenangnya berdiri ditengah lapangan pertandingan.

“... apaaaa”..pekik sang ratu ketika melihatnya,

“...lanjuut, anak muda bersiaplah..”.... ucap sang ratu yang semakin emosi dibuatnya

“...zlab.. zlab.. blaarrr”...kondisi sang ratu yang berpindah pindah tubuhnya, terlihat dari satu titik ke titik lain tanpa ada terlihat bayangannya, perpindahan yang disertai munculnya petir yang menyambar tubuh marco dari berbagai arah penjuru, membuat kembali heboh suara ledakan akibat tumbukan yang sangat memekakkan telinga para penonton yang hadir saat itu.

“... waaah selamatkah anak muda itu... “...

“...kasihan anak muda itu digempur habis habisan oleh sang ratu...”

Berbagai macam pembicaraan memenuhi komentar pertandingan kala itu. Komentar analisa analisa layaknya liga sepakbola negara ini yang terlihat heboh agar supaya mendapatkan sponsor tayang.

Dan kembali lagi, marco dengan santai masih tetap berdiri ditengah lapangan pertandingan tanpa ada pergerakan sama sekali.

“...siapa sebenarnya anak muda itu..”..

“... kenapa petir sakti milik sang ratu tidak bisa melukainya..”

Berbagai bisikan dan pembicaraan kembali membahana setelah berkali kali serangan sang ratu tidak bisa memberikan dampak berarti bagi tubuh marco kala itu.

Sang ratu yang terlihat mulai emosi segera mengeluarkan petir keemasan miliknya ditangan kanannya dan petir berwarna biru ditangan kirinya, bersiap untuk kembali menyerang marco.

Namun....kenyataannya ...

“...apaa..!!! ini kenapa..”.. teriak sang ratu.

tiba tiba dari arah tangan sang ratu tidak bisa kembali mengeluarkan petir yang sudah siap dilemparkan ke marco tadi. Petir yang tadinya sudah siap dilemparkan kearah marco itu redup redup dan perlahan menghilang bentuknya....

Ternyata disinilah marco menggunakan unsur cahayanya untuk menyerap kekuatan petir milik sang ratu. Dan beberapa detik kemudian.... tiba tiba tubuh ratu terjun bebas... namun belum sampai tubuh sang ratu menyentuh permukaan..

“... uuughkkk...” sang ratu terduduk di permukaan tanah tepat sebelum aksi terjun bebasnya itu menghantam permukaan tempat pertandingan berlangsung. Disinilah Marco menggunakan unsur gravitasi kepada diri sang ratu, sehingga tubuh sang ratu tidak bisa melayang dan seolah menerima gravitasi sejumlah ratusan kali berat badannya.

“... hentikan anak muda, hentikan, aku menyerah...”... sang ratu berteriak meminta dihentikan pertandingannya. Ketika mendapati tubuhnya semakin tertekan.

“... a-a-aku menyerah anak muda, baiklah aku menyerah”...ucapnya terbata bata dengan nafas yang terlihat sesak dan susah untuk mengendalikan dirinya saat itu.

“...siapa anak itu”.. ucap delegasi kerajaan langit yang hadir saat itu, semua saling bertanya.
“...bagaimana bisa ratu penguasa kerajaan langit dunia ARKA.. dikalahkan oleh anak muda tanpa adanya pertempuran yang berarti sama sekal”....pembicaraan yang kembali menggema diseluruh lokasi saat itu.

“... baiklah ratu..”... dilepaskannya effek gravitasi dan cahaya dari tubuh sang ratu.

“... terima kasih anak muda, aku menyerah kalah..maafkan aku dan kesombonganku tadi, aku harap kamu bisa membukakan pintu maaf yang lebar bagiku tentunya”.. ucap sang ratu dengan bijaksana.

“... rakyatku dan semua undangan, ketahuilah hari ini aku ratu monach nomor satu dengan kekuasaan tertinggi diantara ratusan monach kerajaan langit, menyerahkan tanda penguasa unsur petir, ruang dan waktu kepada Marco pemuda dari permukaan ARKA.. untuk nantinya dia yang akan menjadi penguasa kerajaan langit ini setelahnya”... ujar sang ratu dengan intonasi yang jelas kepada semua yang ada dalam arena pertandingan saat itu. Suara yang menggema layaknya informasi panggilan dokter umum lewat speaker.

“...hormat penguasa marco..”..

“... hidup penguasa marco...”...

Sorak sorai kembali membahana diseluruh lokasi pertandingan.

“... terima kasih ... terima kasih... terima kasih”... ucap marco sopan dengan setengah hormat membungkuk ditujukan kepada semua penonton yang datang kala itu.

“...terimalah mahkota ini anak muda...”.. ucap sang ratu menyerahkan mahkota dengan batu permata berwarna orange, biru, dan ungu dikepala mahkotanya.. masing masing batu permata melambangkan petir, ruang dan waktu.

“...clap..” diambilnya gelang lengannya, kemudian dikeluarkannya 3 batu permata yang ada di mahkota pemberian sang ratu, kemudian dengan kekuatannya, marco menempelkan ketiga batu permata tadi kedalam gelang atlantisnya, dan dipakainya kembali.

Beberapa saat kemudian, mahkota itu kembali diberikan kepada sang ratu setelah marco melakukan modifikasi batu pengganti.

“... silahkan dipakai kembali sang ratu...”.. ucap marco dengan sopannya

“... rakyatku.. dengarkanlah...”...

“... tanda kekuasaan monach unsur petir unsur ruang dan unsur waktu, aku telah amankan. Sedangkan untuk pemegang pemerintahan tetap akan dipegang oleh sang mulia ratu Ziva, mengingat aku sendiri harus meneruskan perjalanan kembali menyebarkan kedamaian bagi seluruh dunia ARKA...”..lanjutnya

“... mulailah membuka diri dengan dunia permukaan arka, jangan lagi ada keangkuhan kesombongan dan iri dengki... berjalanlah bersama sama menjaga perdamaian dan kestabilan dunia ARKA”...ucap marco dengan lantang jelas dan berwibawa.

“...nanti akan aku instruksikan perwakilan dari permukaan dan lautan dunia ARKA guna bertemu dengan dirimu sang ratu, tolong kerjasamanya”..ucap marco dengan sopan kepada sang ratu yang ada didepannya.

“.... t- t terima kasih anak muda atas kebijaksanaanmu”.. ujarnya terbata

Sang ratu tidak menyangka anak muda didepannya begitu bijaksana dalam menyelesaikan permasalahan yang ada. kekhawatiran akan dirinya dan kerajaan langit akan dijadikannya sebagai budaknya tidaklah terbukti.

Satu jam setelahnya...

“.. apa rencanamu anak muda?”... jawab sang ratu kembali, disaat mereka sedang berdiri melihat keadaan dunia langit arka setelah satu jam berselang.

“...kelihatannya aku harus segera menemukan kembali jalan pulang ke dunia permukaan bumi..”...ucap marco kepada sang ratu.

“... hah permukaan bumi..?...” ucap sang ratu terkejut.

“... benar, tapi aku tidak mengetahui caranya..”... ucap marco dengan polosnya

“... anak muda, jika kamu hendak ingin kembali ke permukaan bumi, artinya kamu harus bisa menguasai unsur dimensi...”...ujar sang ratu.

“...unsur dimensi dikuasai oleh beberapa bangsa langit bagian atas...” ucap sang ratu

“...Jadi begini, dalam tataran dan tingkatan langit ARKA ada 7 tingkatan... saat ini yang kamu pijak dan tempat kami berdiri adalah dunia langit tingkat pertama, sedangkan penguasa dimensi berada di tingkat 7 atau tingkat tertinggi dari dunia langit arka ini...” penjelasan sang ratu kepada marco.

“.. dan selama ini tidak ada yang mengetahui bagaimana cara menuju keatas langit tingkat ketujuh atau bahkan bertemu dengan penguasa dimensi dan kembali lagi ketempat ini dengan selamat.”..lanjut sang ratu bercerita.

“... hemmm..seperti itu” gumam marco sambil menganggukkan kepalanya dengan pelan.

“... namun dari langit ini ke langit tingkat kedua kamu bisa melewatinya melalui jembatan yang sama seperti konsep kamu datang tadi, jauh diujung dunia langit ini, letaknya kira kira satu juta lima ratus ribu kilometer kearah utara, kamu akan menemukan pelangi abadi, disanalah letak tangga pintu masuk mengarah langit tingkat dua...” penjelasan sang ratu kembali.

“... namun ingat anak muda, diatas langit tingkat kedua banyak sekali orang sakti dan suka beradu ilmu, mereka juga haus akan kekuasaan, kami sendiri tidak akan mampu menandingi mereka, karena semua unsur didunia permukaan dan langit tingkat pertama tidak ada yang berpengaruh disana”.. penjelasan sang ratu kembali kepada marco.

“...yang membuat kami lepas dari serangan dan keserakahan mereka adalah, keberadaan kami ditingkat satu selalu memberikan energi kepada mereka yang ada diatas, sehingga mereka membiarkan kami sampai saat ini, entah nanti, jika mereka bermaksud untuk memperluas wilayahnya”.. ucapnya bersedih jika mengingat kejadian dimana kedua orang tua sang ratu dibunuh penguasa langit tingkat dua dan menjadikan perjanjian supply energi secara terus menerus yang harus dijalankannya hingga saat ini.

“.. aku mendengarkan ratu..”.. ucap marco dengan sopan.

“...dilangit tingkat dua carilah monach dengan nama PURA, jika bertemu tunjukkanlah ketiga batu permata mahkotaku yang ada dilenganmu saat ini, dengan ketiga batu permata itu mereka akan mengerti, jikalau kamu yang berdiri didepan mereka adalah penguasa langit tingkat satu saat ini..”..ujar sang ratu menjelaskan.

“.. mintalah petunjuk darinya bagaimana cara bisa bertemu penguasa dimensi di langit tingkat ketujuh kepada penguasa PURA, namanya raja TAMA”...kembali sang ratu menambahkan.

“.. ingat anak muda, keilmuanmu disini tidaklah sebanding jika bertempur diatas sana.. karena merekalah penguasa segalanya unsur, jangan sampai gegabah sehingga membuat batu ASPI jatuh ketangan mereka, akan berbeda jika merak sampai mendapatkannhya”... pembicaraan yang mengakhiri diskusinya dengan pemuda bernama marco kala itu.

“.. ooh ya, satu lagi pergunakanlah kendaraanku guna menuju utara, nantinya kendaraan ini akan kembali lagi kemarkasnya tanpa perlu kamu urus”...ucapnya sebelum berbalik kanan meninggalkan marco yang sendirian menatap dunia diluarnya, betapa canggihnya langit tingkat satu ini. Bagaimana dengan langit tingkat dua. Bathinya...

“...memanglah, diatas langiit masih ada langiit...”..

....bersambung.
Asyikkk update... Suwun dhe @Hiukali
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd