Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
HUTANG BUDI

POV TANTE IREN

“Ma, mas Aji kemana?” Tanya Dio ketika kami sedang makan.

“oh, tadi katanya lagi sibuk di kampus. Pulang malem katanya.” Jawabku kepada Dio.

“kenapa? Kamu ga punya temen maen ya seharian” tanyaku bercanda ke dio.

Semenjak kedatangan Aji ke rumah ini, memang Dio adalah salah satu yg paling akrab dengannya. Selain itu, dio juga menganggap Aji sebagai pahlawan dalam hidupnya. Maklum, 3 bulan yg lalu aji menyelamatkan hidup Dio. Aku juga sangat bersyukur Dio selamat. Aku tidak bisa membeyangkan jika aku harus kehilangan Dio setelah aku kehilangan suamiku. Aku yg kini terlalu sibuk bekerja menggantikan posisi suamiku kadang tidak punya banyak waktu untuk mengurus kedua anakkku, terutama Dio. Tapi aku sekarang bersyukur, dio mulai ceria lagi semenjak kedatangan Aji. Itulah yg menjadi pertimbanganku menyuruh Aji untuk tetap tinggal di rumahku. Selain itu, sifat Aji yg baik dan sopan membuat aku percaya kepadanya.

“oh.. mas Aji itu kuliah juga toh mah?” Tanya Silvi.

“iya, dia itu satu kampus sama kamu sayang. Dia kuliah di manajeman bisnis” jawabku.

“ohh….” Jawab Silvi cuwek.

Waktu menunjukkan sudah lewat dari jam 9 malam. Aku menyuruh anak-anak untuk bergegas tidur. Seperti biasanya aku mengantar Dio ke kamar dan mengecek tugas sekolahnya sebelum tidur. Aku mendengar suara pintu gerbang terbuka, disusul suara motor yg memasuki halaman. Mungkin itu suara Aji baru pulang dengan temannya. Aku tetap mengelus kepala Dio sampai memastikannya sudah tertidur. Tidak lama kemudian, aku mendengar keributan yg sedang terjadi. Aku mendengar suara jeritan mbak Pur dengan suara beberapa pria. Tidak lama pintu kamar Dio serasa digedor seseorang dari luar. Suasana rumah malam itu sangat kacau dan membingungkan. Aku bergegas membuka pintu khawatir terjadi sesuatu.

“ada apa ini? Siapa kalian?” tanyaku terkejut.

“jangan banyak omong! Kalo ingin selamat ikuti perintahku!” ucap sesosok pria bertopeng hitam.

Sejenak tubuhku terpaku, dan pikiranku kalut. Aku hanya memikirkan bagaimana kondisi anak-anakku. Pria di hadapanku mengacungkan golok dan menyeret aku bersama Dio yg sudah terbangun. Aku melihat mbak Pur dan Silvi berada di dalam satu ruangan dengan dua pria bertopeng yg lainnya. Kami semua dikumpulkan dan dimasukkan kedalam kamar mandi.

“kamu! pemilik rumah ini kan! Cepat kasih tau dimana kamu menyimpan uang dan hartamu!” ucap seorang pria sambil menunjukku dan menyeretku.

“ampun! Ampun, om! Jangan sakiti mama saya” tangis silvi memohon.

“Diam kalian semua! Selama mama kalian nurut, kalian ga akan kami bunuh!” ucap pria lain sambil mengacungkan celurit.

“baik! Saya tunjukkan. Tapi saya mohon jangan lukai kami!” pintaku memohon sambil menangis.

Mereka segera menyeretku keluar dan mengunci yg lainnya di dalam kamar mandi. Aku segera mengarahkan mereka menuju kamarku. aku tak peduli lagi dengan semua hartaku. Asal anak-anakku bisa selamat. Aku menunjukkan dimana letak brangkas dan perhiasanku. Aku melihat mereka berjumlah tiga orang sedang mengacak-acak lemari dan berangkasku. Mereka memasukkan beberapa uang tunai dari brangkas ke dalam tas. Seseorang mengambil mengambil perhiasan dan dimasukkan ke dalam kantong. Seseorang lagi sedang merangkulku dari belakang dan mengalungkan senjata tajam di leherku. Aku hanya bisa menangis ketakutan.

“hei.. jangan takut… kalo kamu ga berontak, kami ga akan membunuhmu” bisik pria di telingaku.

Tidak beberapa lama aku merasakan ada tangan yg menggerayangi tubuhku. Tangan itu masuk ke dalam baju tidur yg aku kenakan. Dia mulai meremas-remas payudaraku dengan kasar.

“stsssttt… diam!jangan berontak! Nikmati saja” bisiknya sambil menempelkan celurit di leherku.

“jangan… aku mohon jangan lakukan itu.. ampuni aku…” tangisku memohon.

Remasan pria itu semakin menjadi-jadi. Tubuhku berusaha menolak. Tapi sajam di leherku memaksaku untuk tetap diam. Aku merasakan cumbuan dari leher belakangku. Dia terus menciumi leherku dan menjilat secara brutal. Aku merasa jijik atas semua perlakuannya. Tapi aku tetap tak bisa apa-apa.

“hei..! kau sedang apa? Ingat, tujuan kita kesini adalah uang!” tegur pria lain.

“haha tanggung nih..! gimana kalo kita beri sedikit kenangan indah ke wanita ini. Bodynya terlalu sayang jika di sia-siakan haha” tawa pria yg terus meremas payudaraku.

“terserahlah! yg penting kita ambil uangnya dulu sekarang! Kita nikmati tubuhnya nanti!” seru yg lainnya.

Pikiranku semakin kacau dengan keadaan ini. Aku tidak pernah menyangka akan diperlakukan seperti ini. Sekitar 5 menit tangan kasar itu meremas payudaraku. Kini aku melihat 2 orang lainnya sudah selesai mengacak-acak brangkas dan lemariku. Mereka kini berniat untuk memperkosaku.

“kamu harus melayani nafsu kami! Jika ga, anakmu akan kami perkosa dan bunuh dihadapanmu! hahaha” ucapnya sambil tertawa.

“tolong! Jangan sentuh anak-anakku. Saya akan menuruti apa mau kalian. Tapi saya mohon lepaskan anak-anakku” pintaku sambil menangis memohon.

“bagus! Sekarang sepong kontolku sayang..” ucap pria yg sedari tadi menggerayangi tubuhku.



Kini aku merasa terpaksa melakukan ini semua. Aku lebih mementingkan keselamatan anakku ketimbang tubuhku. Dan aku harus melayani nafsu bejat mereka bertiga. Aku mulai berjongkok dan dan membuka resleting pria itu. Aku terkaget dengan kontol hitam besar yg keluar dari dalamnya. Kontol itu ngaceng tegak berdiri sedari tadi. Tercium bau tak sedap dari arah tersebut. Aku dengan ragu mulai mendekatkan mukaku kearah kontolnya. Namun, dengan tiba-tiba sebuah tangan meraih kepalaku dan mendorongnya ke arah kontol itu. Aku yg terkaget langsung melahap kontol itu. Mulutku kini penuh dengan kontol yg maju mundur di dalamnya. Disisi lain aku melihat pria sedang mendekatiku sambil mengocok kontolnya. Dia meraih tangan kananku dan meletakkannya di batang kontolnya. Tanganku dipaksa untuk mengocok batangnya. Awalnya batinku seakan menolak perlakuan itu. Namun lama-kelamaan aku mulai menikmatinya. Tubuhku secara otomatis mulai mengimbangi pergerakan mereka. Kini aku sudah tak sadar dan lepas kendali.

“bagus sayang! Terusin. Sepongan kamu enak. Kamu pinter!” desah satu pria.

Perlahan aku merasakan ada yg mulai melucuti pakaianku. Kini aku benar-benar telanjang. Posisiku sekarang membungkuk dan aku mulai merasakan ada yg menjilati bagian vaginaku yg mulai basah. Ternyata itu adalah orang yg ketiga. Kini, tiga orang itu sudah di posisinya masing-masing. Tapi entah mengapa aku merasa sangat terangsang menerima perlakuan ini.

“aahh.. slooopp slooppp sloopphh..!” suara kontol yg mengaduk mulutku.

“slurp slluurpp” suara jilatan di vaginaku.

“ah…aahh terus sayang! Enakhhh..!” desahan pria yg ku kocok sambil meremas payudaraku.

“tidak Ren, kali ini kamu sedang diperkosa oleh bajingan-bajingan ini. Kamu jangan terlarut dalam nafsu ini.” Batinku yg berusaha berteriak namun nafsuku sudah kepalang.

Sejnak aku merasakan jilatan di vaginaku mulau berhenti. Aku merasakan pri dibelakangku mulai berdiri dan mengarahkan kontolnya ke vaginaku. Secara reflek tangan kiriku berusaha menolak dan menepis kontolnya. Namun, aku kembali tidak berdaya. Kontol itu terasa berhasil masuk ke dalam vaginaku. Pria itu mulai menggenjot vaginaku secara perlahan. Pria yg ku sepong mencabut kontolnya dari mulutku dan mengocoknya di depan mukaku. Aku secara tidak sadar mulai mendesah akibat kontol yg menusuk vaginaku.

“ploookkkg… plokkkhh plookkk” suara vaginaku yg becek.

“aaghh… ahhmm” desahan ku.

Tiba tiba aku merasakan sesuatu yg cair membasahi mukaku. Ternyata itu adalah cairan peju pria yg kusepong tadi.

“Gantian bang! Aku pengen ngerasain sepongannya” ucap pria yg ku kocok.

Kini kembali kontol pria lain sudah ada di bibirku. Aku berusaha menolaknya dan tidak membuka mulutku. Namun, sebuah tamparan mendarat di mukaku.

“ayoo sayang! Nurut! Nih sepong ini… dasar pelacur!” ucapnya sambil menyodorkan kontolnya.

Aku menitihkan air mataku, kontol itu berusaha masuk dan mengaduk ngaduk mulutku. Kini perasaanku tak karuan. Nafsuku mendadak redup. Aku lihat satu pria sedang merekamku didekat pintu sambil tersenyum. Di belakangku sodokan kontol di vaginaku semakin cepat. Sedangkan mulutku penuh dengan kontol hingga membuatku ingin muntah. Sejenak dipikiranku terlintas sesosok Aji. Aku sangat ingin mengakhiri kejadian ini.

“BRUUUAAKKK” suara pintu yg diterjang.

“BAJINGAN KALIAN!” teriak Aji menerjang masuk kekamarku.

Aku terkaget dengan suara Aji yg masuk secara tiba-tiba ke dalam kamarku. aku berharap ini segera berakhir. Ketiga pria tersebut sontak terkaget. Kedua pria yg sedang menyetubuhiku segera mencabut kontolnya dari mulut dan vaginaku. Mereka bergegas membenahi pakaiannya dan mengambil sajam menyerang Aji. Aku yg lemas hanya bisa meringgkuk ketakutan di pojok kasur sambil menutupi tubuhku dengan selimut.

POV AJI

“BAJINGAN KALIAN!” teriakku menerjang pintu.

Aku melihat satu orang sudah tersungkur di belakang pintu. Aku berfikir tinggal dua orang bajingan lagi. Aku melihat mereka mengambil sajam. Aku tidak berfikir mereka bersenjata. Aku merasa apes.

“SRAAAAKKKHHH..!”

Satu tebasan parang mendarat di dadaku. Aku merasa sia-sia usahaku menyelamatkan tante Iren dan mati secepat ini. Aku merasakan panas di dadaku. Sejenak aku berfikir akan mati. Aku meraba bajuku yg sobek. Tapi aku tidak meresakan sakit dan darah. Aku hanya merasakan panas seperti hanya dipukul oleh rotan.

“apakah ini ilmu Rogo Boto yg diberikan ibu Ratu padaku? Aku kebal sajam” batinku.

“mati kau bocah tengik!” ucap seorang pria sambil menebaskan celurit kearahku.

Aku sontak tersadar dari lamunanku dan berusaha menghindar. Aku melihat semua gerakan serangan mereka secara perlahan. Aku terus berusaha menghindari sabetan dan pukulan mereka. Tanpa sadar aku sedikit lengah. Tubuhku ditangkap oleh org yg tersungkur tadi. Dekapannya begitu kuat dan membuat nafasku sesak. Secara bersamaan kedua orang lainnya berusaha menyerangku. Secara reflek aku meraih jari orang yg mendekapku.

“KRAAAKKKHH…”

aku mematahkan jarinya dan dekapannya segera terlepas. Aku mengghindari sabetan pria lain. Aku menendang dada dan kepala kedua pria itu. Senjatanya berhamburan terlepas dari kedua tangannya. Satu pria tersungkur tak sadarkan diri.

“BUUUKKGH”

“TAAKK”

“BRAAAKK”

Satu pria terus menyerangku mengayunkan golok kearahku. Aku yg bisa membaca gerakannya segera menangkap tangannya dan mematahkannya.

“aaaghhhhhh! Ampun!” dia terkapar menangis sambil memegang tangannya yg patah.

Aku mencari satu pria lainnya yg kupatahkan jarinya. Namun aku tidak menemukannya. Aku mendengar suara motor yg sudah keluar dari gerbang. Aku tidak mengejarnya. Segera aku menghampiri tante Iren yg sedang ketakutan. Aku melihat wajahnya menangis dan dipenuhi cairan peju para bajingan itu.

“tante tidak apa-apa? Tante tenang ya! Aku udah membereskan mereka semua.” Ucapku bertanya dan menenangkan tante Iren.

“Gpp Ji, makasi ya kamu udah dating nyelametin tante.” Ucapnya sambil menangis memelukku.

“udah tante! Sekarang tante berihin diri dulu. Kita lapor polisi dan selametin yg lain” ucapku sambil memandang tubuh tante Iren yg tanpa busana.

Tante Iren terkejut melihat tatapanku dan segera meraih selimut di dekatnya. Dia segera beranjak ke kamar mandi membersihkan diri. Aku mengikat kedua perampok itu dengan kain seadanya. Aku sedikit terkejut ketika membuka topeng perampok tersebut. Aku melihat sosok mas Karyo dari salah satu perampok tersebut.

“Ji, maafkan aku Ji… ampuni aku..” pinta mas Karyo memelas ketakutan.

“kenapa? Kenapa mas Karyo tega?” tanyaku.

“Aku terpaksa Ji…aku diancam sama mereka. Aku punya hutang ke mereka..” ucap mas Karyo sambil memegangi tangannya yg patah.

“minta maaf sama tante Iren mas! Bukan ke aku.” Ucapku sambil mengencangkan tali.

“ANJING KAMU KARYO!” teriak tante Iren.

Aku tidak sadar tante iren sudah keluar dari kamar mandi dan kaget mengetahui mas Karyo adalah dalang dibalik ini semua. Dia terlihat marah dan kecewa. Dia berusaha melampiaskan kemarahannya dengan mengambil vas dan melemparnya ke arah mas Karyo. Vas itu tepat mendarat ke kepalanya. Aku berusaha menghentikan amarah tante Iren. Aku memeluknya dengan erat. Agar emosinya mereda.

“sudah tante, sebentar lagi polisi datang. Tante harus tenang. Kita selamatkan yg lain dulu” ucapku menenangkan tante Iren.

Setelah polisi datang membawa dua perampok dan memintai kami keterangan, mereka pun tidur bersama untuk beristirahat. Tante Iren, Dio, dan Silvi tidur di kamar Silvi. Dan mbak Pur di kamarnya sendiri.malam itu aku tak bisa tidur dan duduk di sofa ruangtamu sambil menyalakan TV. Dipikiranku terlintas ilmu Rogo Boto. Aku sangat bingung dengan kejadian saat dadaku tertebas sajam. Aku bingung karena aku tidak terluka.

“Ji, kamu belum tidur?” sapa suara Tante Iren.

“eh, belum tante.” Balasku.

Tante iren duduk di sofa sebelahku. Memandang aku yg sedang bengong.

“makasih ya Ji, kamu nyelametin tante” ucapnya sambil meletakkan gelas ditangannya.

“iya tante, gpp” ucapku singkat.

“Ji, kamu tadi lihat ketika tante diperkosa mereka?” Tanya tante Iren ragu.

“iya Tante. Makanya saya marah ke mereka dan langsung menerjang masuk. Mereka ga manusiawi” jawabku.

“makasih ya Ji, tante ga tau harus gimana buat bales kebaikanmu.” Ucap Tante Iren.

“gausah tante, Aji udah berterima kasih udah diizinin tinggal disini” balasku.

Kami sempat canggung sambil menatap ke layar TV.

“Ji, tolong rahasiakan kejadian tadi ya. Tante ga mau anak-anak tau tante udah di perkosa mereka. Tante malu.” Ucapnya lirih.

“baik tante, rahasia tante aman sama Aji” jawabku.

“makasih Ji…. Ini sedikit hadiah buat kamu.” Ucap tante iren sambil mendekat ke arah ku.

Aku terkaget dengan apa yg terjadi. Tangan tante iren tiba-tiba meremas kontolku dari balik celana. Dia mendesah berusaha menggodaku.

“tubuhku kini milikmu sayang” bisik tante Iren.

Aku yg mendengar kata-kata itu segera menyergap bibirnya. Aku raih kepala tante iren mendekati wajahku. Aku lumat bibirnya dan dia balas dengan sangat ganas. Dia naik keatas pangkuanku dan kami bercumbu dengan hebat. Lidah kami saling beradu , ketika mulut kami saling menyedot. Tanganku mulai meremas bagian pantatnya yg masih terbungkus baju tidurnya. Sedangkan tangannya mengacak-acak rambutku.

“sshhh.. sayang…!” desah tante Iren.

Tante Iren mulai melepaskan ciuman di bibirku. Dia beranjak jongkok dihadapanku. Meremas batang kontolku dan melepaskan celana bola yg aku pakai. Kontolku mengacung tegak dihadapan mukanya. Dengan cepat dia segera menggenggam kontolku dan menjilatinya. Dia memainkan biji pelerku dan menyedot-nyedotnya. Aku menikmati permainan lidahnya.

“enak sayang? Ahmmm hah?” tanyanya sambil mendesah.

“enak tantee.. terus sedot” ucapku meracau.

“oohh apakah ini rasanya mulut yg tadi habis dihujam dua kontol perampok itu? Pantas saja mereka ketagihan.” Pikirku dalam hati.

Tante iren mulai menjilati ujung kontolku dengan lidahnya. Dia memasukka ujung lidahnya ke dalam lubang kontolku. Aku merasakan gelid an keenakan. Dia mulai menelan kepala kontolku. Tanganku memegang rambutnya yg terurai dan wajahku sambil menatap ke wajahnya. Kepala tante iren mulai naik turun memasukkan kontolku ke dalam mulutnya. Sesekali dia melahap kontolku hingga menyentuh kerongkongannya. Aku hanya bisa pasrah melihat tante Iren mempermainkan kontolku.

“Slluuurpp… sloopppghh… sloppphh.. slopphnnn ahggghhrrr..” suara yg keluar dari mulutnya.

Tante iren mulai beranjak naik, dia mengecup selangkanganku naik menuju perutku. Dia mulai menyapu dadaku dengan lidahnya. Sesekali dia menggigit dan meninggalkan bekas merah di dadaku. Tanganku mulai menurunkan celana tidurnya. Meraba-raba bagian vaginanya yg mulai basah. Tante Iren menggelinjang sambil menjilati leherku. Aku memainkan kedua jariku di vaginanya. Aku masukkan perlahan dengan penuh sentuhan.

“aaahhh… aaaahhhhh…” desah tante Iren.

Aku yg tidak sabar mulai mengarahkan kontolku ke vaginanya. Dengan posisi duduk di sofa dan tante iren dipangkuanku. Aku mulai menggenjot vagina tante iren yg basah. Tidak begitu sulit untuk menembus vagina tante iren. Mungkin karena tadi sudah dimasuki kontol bajingan itu. Aku terus menaik-turunkan pinggulku dan meremas kedua payudara yg terbungkus di depan wajahku. Aku sengaja tidak membuka bajunya. Karena kami sedang bermain di ruang tamu. tubuh tante Iren terus menari diatasku sambil menahan desahannya.

“hhmm….aahmmmm.. terus sayang.. enakkhhmm” desahan tante iren.

Suara kami tersamarkan oleh TV yg menyala. Aku mengubah posisi tante iren. Aku menjatuhkannya di atas sofa. Menaikkan satu kakinya ke pundakku dan terus menggenjotnya.

“aahhh… cepet sayang… aku mau keluar…” ucap tante iren.

Aku mempercepat ritme genjotanku.

“ploookkhhh… plookkk.. plokkh..ploookh” suara vaginanya yg becek.

“aaaaagghhhhhhhh….” Desahnya panjang.

Vaginanya mencengram kontolku, dan aku membenamkannya lebih dalam. Aku merasakan kedutan kecil dari dalam vaginanya. Dan cairan kami membasahi lubang vaginanya.

“makasih tante..” bisikku.

Sejenak kami terkulai lemas di sofa. Namun hasratku malam itu belum padam. Aku segera berdiri dan membopong tubuh tante ke dalam kamar. Tante iren hanya tersenyum nakal melihat kelakuanku. Dari balik cahaya gelap, aku melihat sosok mbak Pur sedang mengintip kami dari tadi. Aku berlanjut ke kamar dan tidak menghiraukan mbak Pur. Aku melucuti semua pakaian tante Iren tanpa tersisa satupun. Dia juga melepas kaosku. Kami kembali bercumbu diatas kasurnya.

“Tante, Ronde kedua ya” bisikku menggoda di telinganya.

Pergumulan kamipun berlanjut sampai ronde-ronde selanjutnya. Aku takjub dengan permainan tante Iren yg begitu liar di atas ranjang. Kami pun terlelap bersama-sama di atas ranjang yg sama. Saling menyalurkan birahi dan cinta. Sampai pagi tiba.

Bersambung....
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd