Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Kisah yang Panjang

Beberapa hari telah berlalu semenjak kejadian itu, kini aku semakin dekat dengan Tante Iren. Dia mempekerjakan aku sebagai asisten pribadinya sebagai dalih kedekatan hubungan kami. Aku menggantikan mengerjakan pekerjaan yg biasanya mas Karyo lakukan. Setiap pagi aku mengantar jemput Dio ke sekolah. di sela-sela waktu aku membantu tante Iren mengaudit laporan keuangan perusahaannya. Di kantor aku berusaha selalu profesional dalam bekerja. Meskipun semua orang menganggap aku sebagai saudara dekat Tante Iren. Hal itu membuat posisiku di perusahaan cukup disegani. Di kampus aku hanya sedikit mengambil mata kuliah karena aku sekarang memiliki kesibukan di tempat kerja.

Sore itu, selepas meeting bulanan kantor seperti biasa aku menyerahkan resume hasil rapat ke ruangan tante Iren. Waktu menunjukkan pukul 17.00.. aku berjalan dari koridor showroom lantai 1 menuju lantai 3 tempat ruang direktur berada. aku melihat para karyawan sudah mulai mengemasi barang dan bersiap pulang. Aku melihat tante Iren sedang duduk di kursinya membolak-balikkan berkas. Dia mengenakan kemeja putih dan blazer biru muda. Dua kancing kemejanya terbuka memperlihatkan belahan dadanya yg begitu menggoda. Dia mengenakan kacamata baca dan tetap focus melihat satu persatu laporan. Aku sempat tertegun ketika ada di hadapannya.

“taruh situ ya Ji” ucap Tante Iren.

“Ji, bengong aja… bentar ya, bentar lagi kerjaan kelar.” Ucapnya membuyarkan lamunanku.

“eehh.. iya, Bu.. saya tunggu di lobby ya bu” ucapku terkaget.

“tunggu di sofa aja Ji. Karyawan udah pada balik. Tante takut kalo di sini sendirian.” ucapnya dengan tatapan masih ke berkas di hadapannya.

Aku tetap memanggil tante iren dengan julukan ‘Bu’ jika di kantor. Hal itu agar tidak membuat hubungan kami terlihat mencolok. Aku juga masih menghormati tante Iren sebagai atasanku. Aku kini duduk di sofa sambil memandangi wajah dan betis tante iren dari kejauhan. Mendadak aku merasa birahiku mulai mengusik. Aku bangkit dan berjalan mendekati tante Iren.

“lagi ngapain sih Bu, kok serius amat” ucapku berdiri di sampingnya.

“ini laporan penjualan yg tadi kayaknya ada yg salah deh” ucapnya tetap focus.

Aku memberanikan diri mulai mencium lehernya yg jenjang. Tak ada penolakan darinya. Aku terus berusaha merangsang tante Iren dengan hembusan lembut di telinganya. Dia mulai terdiam sejenak. Meremas bulpoin yg dipegangnya. Seketika dia melepaskan bulpoinnya dan berbalik menatapku.

“Ji, kamu kurang ajar deh” ucapnya lirih sambil meremas batangku.

Aku pun tersenyum oleh tingkahnya.

“Ibu sih, terlalu seksi buat jadi atasan saya” ucapku.

Bibir kami pun saling melumat. Tanganku mulai memegang lehernya. Sementara tangannya tak henti-hentinya meremas kontolku dari luar. Aku mulai menuntunnya untuk berdiri dari tempat duduknya. Aku gigit bibir tipis tante Iren dan melepasnya. Dia mulai beranjak berdiri mengejar bibirku. Aku mulai melepas Blezer yg dia kenakan. Aku tarik pinggangnya mengarah ke tubuhku. Tanganku mulai meraba bongkahan pantat yg tersembunyi di balik rok kainnya. Lidah kami saling melumat beberapa saat. Ciuman tante Iren mulai beralih ke leherku dan beranjak turun. Tangannya mulai membuka resleting dan mengeluarkan kontolku. Dengan lembut tangannya mengocok batang kontolku yg sudah tegang. Dan lidahnya bermain di sekitar leherku.

Posisi tante Iren sekarang berlutut tepat dihadapanku. Tangannya berusaha membuka ikat pinggangku dan menurunkan celana kainku. Kini, kontolku terpampang jelas dihadapan muka tante iren. Aku meraih batang kontolku dan memukulkannya ke muka tante Iren.

“plaak…plaaak.. plakk”

“ini Bu… kontol yg kamu suka” ucapku.

Aku melihat tante iren pasrah menerima kontolku mendarat ke mukanya. Mulutnya mulai terbuka dan menjulurkan lidahnya. Tangannya mulai meraih kontolku. Lidahnya mulai menyapu selangkanganku dan kepala kontolku. Dia memasukkan ujung lidahnya ke lubang kontolku dan memainkannya. Aku mulai meraih rambutnya yg terurai. Mengumpulkannya dan menjambaknya pelan. Dia menghentikan aksinya dan membuka lebar mulutnya. Aku mulai mengarahkan kontolku kedalam mulutnya.

“hmmm…hmmm.. sloop sloppp.. sloppkkk” suara mulutnya mulai mengulum kontolku.

“enak Bu.. terusshhh… ini emang keahlianmu…” ucapku menikmati sepongan tante Iren.

Tak beberapa lama tanganku menghentikan sepongan tante Iren. Aku membimbingnya untuk bangkit. Aku mulai mendorong tubuhnya ke sisi meja. Kuangkat roknya hingga ke pinggul. Aku turunkan celana dalam yg ia kenakan. Kuanggkat dia untuk duduk di atas meja. Kini tante Iren duduk mengangkang diatas meja dengan kedua tangan menumpu badannya. Aku sengaja tak melepas semua baju yg ia kenakan. Aku merasakan sensasi berbeda ketika melihat tante Iren dengan pakaian formalnya. Aku mencumbu pahanya terus mengarah ke selangkangan. Dia mendesah pasrah. Aku melihatnya meraih gagang telfon disebelahnya. Satu tangannya mengisyaratkan aku untuk diam. Dia mulai memencet tombol telfon dengan terus menahan kepalaku menuju vaginanya.

“Halloo…. Pakh… saya masih di ruang kantor. Ada beberapa pekerjaanh yg belum kelarhh.. saya pulang agak malam” ucapnya sambil sedikit mendesah kegelian.

Tante Iren sedang menghubungi pos satpam di depan untuk mengabari keberadaanya. Biasanya satpam di kantor akan berpatroli ke setiap ruangan setelah semua karyawan pulang. Dia menelfon agar tidak ada yg mengganggu aktivitas kami. Kini tangan tante Iren kembali melepaskan kepalaku. Aku bergegas menjilati bibir vaginanya yg tertutup oleh bulu jembutnya. Tante iren menggelinjang dan mendesah.

“Aaaargghhhhh….hhmmm”

Jariku mulai menyibak bibir vagina tante Iren berusaha menemukan klitorisnya. Lidahku dengan sigap menjilat biji kecil kenikmatan itu dan mulai memainkannya. Satu tangannya menjambak rambutku dan tangan lainnya menahan tubuhnya. Desahannya makin tak karuan.

“sluurpphhh… sluuurpp.. sluuuppggh” suara sedotan mulutku di vaginanya.

“ahhhh… ahhh.. sayaangggg… ahhh… geliihg..” ucap tante Iren.

Kini vaginanya banjir oleh ludahku dan cairan vaginanya. Aku menyudahi aksiku mengoral vaginanya. Aku berdiri dan bersiap memasukkan kontolku ke dalam vaginanya.

“Aku masukin ya bu!” ucapku pelan.

Tante Iren hanya mengangguk. Aku menggesek gesekkan batang kontolku ke lubang vaginanya. Aku menekan sedikit kepala kontolku masuk ke dalam. Tante iren sedikit mendesah. Blesssshh… batang kontolku mulai masuk setengahnya. Aku mulai menggenjot secara perlahan lubang vaginanya. Kaki tante iren aku dekap dan pantatku mulai maju mundur.

“sloopphhh…sloopppk… plookkk” suara vagina basah ditusuk batang kontol yg gagah.

“ahhhgg.. Ajii… ahh… sayang… ahhmm…” desah tante Iren.

Tanganku mulai meremas-remas payudaranya dari balik kemejanya. Sesekali aku meraih pipinya dan membelai bibirnya. Genjotanku semakin aku percepat. Aku merasakan semprootan cairan dari dalam vaginanya. Aku mulai memperlambat tempoku untuk mengatur napas. Tante Iren terlihat kewalahan mengimbangi permainanku. Aku mulai menarik wajahnya mendekati wajahku dengan batang kontol masih menghujam perlahan.

“Enak sayaaang?” tanyaku sambil menatap wajahnya.

“haahhh… enakk… keluarin di mulut yahh… biar awet muda..” pintanya padaku.

Mendengar hal tersebut aku mulai menggenjotnya secara cepat. Desahan dan napasnya mulai tak karuan lagi. Mulutnya aku cumbu.

“hmmm…. Hmm…hmmmnn” desahnya..

“aku mau keluarhg..” ucapku pelan.

Aku semakin mempercepat sodokanku. Seketika aku mencabut batang kontolku dan mengarahkannya ke mulutnya. Mulutnya dengan sigap melahap dan menyedot bersamaan dengan semprotan spermaku. Aku meleguh kecil menikmati hisapan di ujung kenikmatanku. Aku merasakan sensasi berbeda yg belum aku rasakan dengan orang lain. Tante Iren menjilat bersih sperma di batang kontolku tanpa bersisa sedikitpun. Aku meraih tubuhnya dan mendekap tubuhnya.

“makasih ya Bu bos..” ucapku sambil mengecup bibirnya.

“udah yuk.. pulang… udah malem” ucapnya sambil mencubit pinggangku.

Kami segera merapikan diri. Meja kantor Tante Iren pun sempat kami rapikan karena beberapa berkas berserakan akibat ulah ganas kami. Kami menuju mobil dan pulang dengan sikap biasa saja. Di gerbang depan ada 2 orang satpam yg menyapa. Waktu ternyata sudah menunjukkan jam 7 malam. Sepanjang perjalanan tante IREN terus bersandar di bahuku seperti seorang kekasih. Kami sampai di rumah sekitar jam 8 malam. Seperti biasanya kami kembali melakukan aktivitas kami masing-masing. Tante Iren menemani Dio mengerjakan tugas di kamarnya. Mbak Pur menonton sinetron di ruang tamu, dan aku di kamar bermain game.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan tengah malam. Aku keluar kamar mengambil minum di dapur. Aku melihat rumah sudah mulai sepi. Mobil sudah lengkap, pertanda semua orang sudah pulang. Aku kembali ke kamar dan berusaha untuk tidur. Sekitar satu jam aku merasa tidak bisa tidur. Aku membuka folder hp dan teringat video mbak Pur dan mas Karyo waktu itu. Niat awalku ingin menghapus file tersebut karena sudah tidak membutuhkannya. Namun, aku kembali teringat tubuh semok mbak Pur. Aku juga teringat beberapa kali mbak Pur mengintipku sedang menggarap mbak Dewi dan Tante Iren. Seketika ingatanku membuat aku berpikir untuk menyetubuhinya malam ini.

Aku beranjak keluar kamar dan mengendap-endap ke arah kamar mbak Pur. Aku melihat lampu kamarnya sudah padam. Aku mencoba peruntungan dengan membuka perlahan pintu kamarnya. Berharap pintu kamar tidak terkunci. Kini aku beruntung bisa membuka pintu dan masuk ke dalam kamar mbak pur. Aku menutup kembali pintu kamarnya dengan rapat. Mbak Pur sedang tertidur pulas dibalik selimut dengan kipar angina di pojok ruangan yg menyala. Sejenak aku berpikir apa yg akan aku lakukan. Aku mulai membuka baju dan kolorku. Aku sekarang dalam keadaan telanjang bulat.

POV MBAK PUR


Mala mini aku sengaja menggunakan Lingerie yg aku simpan. Sebenarnya baju ini adalah milik Bu Iren yg tak sengaja aku temukan di tempat pembuangan. Aku berfikir baju ini sudah tak dipakainya lagi. Aku memakainya sesekali jika aku menginginkan.aku mulai bermasturbasi sambil menonton video bokep yg aku simpan. Semenjak mas Karyo tertangkap, aku merasa lega tidak ada lagi yg memanfaatkanku. Namun, aku juga kini hanya bisa beronani dengan dildoku. Aku membayangkan mas Aji sedang menyetubuhiku. Aku sangat terangsang ketika melihat mas Aji sedang menyetubuhi mbak Dewi. Lalu aku terkejut ketika mas Aji menyetubuhi Bu Iren. Sebenarnya aku sangat iri, tapi aku hanya pembantu di rumah ini. aku merasa malu jika ternyata aku bukan tipe mas Aji. Aku menghabiskan waktu 20 mnit dengan dildoku malam itu dan tertidur dengan pulas.

Aku terbangun ditengah tidurku karena mendengar suara pintu dibuka. Aku bergegas memastikan dari balik jendelaku. Aku melihat mas aji sedang mengendap-endap menuju kamarku. aku bingung apa yg akan dia lakukan. Aku berpikir mas Aji akan mengintipku malam ini. aku segera mengarah ke pintu kamarku dan membuka kunci kamarku. aku bergegas kembali ke kasurku untuk berpura-pura tidur di balik selimutku. Tak berselang lama, aku mendengar pintu kamarku terbuka dan ditutup kembali. Aku sengaja tidur menghadap dinding dan membelakangi pintu. Aku menunggu sekitar 5 menit, namun tidak ada yg terjadi.

“apa yg akan dilakukan mas Aji? Kenapa kamarku hening sekali.” Pikirku dalam hati.

Tak lama kemudian aku merasakan ada seseorang yg masuk kedalam selimutku. Jantungku terus berdetak membayangkan apa yg akan terjadi. Aku bisa merasakan nafas mas Aji mengalir di pundakku. Aku juga merasakan sebuah daging hangat menyentuh pantatku. Aku merasakan itu bukanlah sebuah tangan. Aku merasa itu kontol yg menyentuh paha dan pantatku. Aku sengaja mengubah posisi miringku menjadi telentang untuk memastikan. Aku melihat wajah mas Aji disampingku. Aku bersorak dalam hati. Aku masih tetap berpura-pura tertidur. Meskipun aku tau mas Aji akan menyetubuhiku. Aku merasakan tangan mas Aji mulai meraba payudaraku yg hanya terbungkus Lingerie. Aku merasakan geli di bagian putingku. Tanganku yg terangkat keatas membuka posisi ketiakku yg berbulu tipis. Aku merasakan ada desahan napas di ketiakku. Aku berusaha menahan diri.

Seketika aku melihat posisi mas Aji kini berusaha untuk menindihku. Tubuhnya berada diatas tubuhku. Namun tak saling bersentuhan. Aku Cuma merasakan batang kontolnya yg menyentuh perutku. Dia dalam ragu menatapku dalam gelap. Aku berusaha menggerakkan tubuhku sedikit. Mas Aji yg terkaget merasakan pergerakanku segera mendekap mulutku dengan satu tangan.

“sstttss…. Mbak Pur jangan teriak ya… ini aku Aji” ucapnya lirih.

“hmmmm….hmmm” sambil menganggukkan kepalaku.

Aku berpura-pura kaget, padahal di dalam hati aku bersorak. Kami saling menatap dalam jarak yg amat dekat. Bibir mas Aji tiba-tiba menyergap bibirku dengan ganas. Aku menyambut cumbuan itu dengan menarik kepala mas Aji mendekat. Kami saling bertukar ludah dan memainkan lidah.

“hhmmm… sluuurpphh… sllluuurppphh…” suara cumbuan kami.

“mbak Pur sexy banget deh kalo pake baju ini” bisiknya menggoda.

Tangan mas Aji mulai meremas-remas payudaraku. Memainkan putingku dengan mencubitnya. Aku terus menyambut cumbuan mas Aji dengan mengelus punggungnya. Ciuman mas Aji kini menjalar ke leherku. Dan melumat telingaku. Aku hanya bisa mendesah pasrah sambil mulai meraih batang kontolnya. Aku merasakan kontol yg sudah mengeras dan cairan lendir membasahi ujungnya. Aku meremas dan mengocoknya perlahan. Sejenak aku terbayang mbak Dewi dan Bu Iren. Nafsuku kian menggebu memikirkan hal tersebut.

“hmmm.. masshh…hmmmm” desahku.

“kemaren mbak ngintip, sekarang mbak rasain langsung ya” ucapnya di telingaku.

Kata-kata itu semakin membuat nafsuku menjadi-jadi. Ciuman mas aji kini turun ke dadaku, menyapu habis dada dan payudaraku. Tanagan kirinya teru meremas payudara ku. Lidahnya memainkan ujung putingku. Mas Aji menyedot kedua payudaraku bergantian. Sesekali dia meninggalkan bekas merah di dadaku. Tangan kanannya mulai turun meraba vaginaku yg basah. Dia menyudahi permainan lidahnya. Dia kini duduk disampingku memandangi tubuhku yg hanya dibalut kain lingerie tipis. Tangannya tak henti mengobok-ngobok bibir vaginaku yg becek. Sedangkan tangan kirinya membimbing tanganku untuk mengocok kontolnya. Dengan lembut aku mulai mengocok kontol yg ngaceng itu. Sembari aku menahan desahan. Aku melihat wajah mas Aji sangan menikmatinya.

“aahhh.. gitu mbakk… enak…” desahnya.

Tangan mas aji tiba-tiba memasukkan dua jarinya ke vaginaku. Aku yg terkaget sedikit melengguh dan meremas kontolnya. Dia mempercepat kocokan jarinya di vaginaku dan membuatku mendesah.

“aahhgg..ah..ahhh.. mas… jangan masshh.. ahh..” desahku.

Aku merasakan sensasi yg dahsyat mengalir dalam rahimku. Aku merasakan orgasme pertamaku. Badanku terasa lemas dan vaginaku terasa sangat basah. Tak sempat aku beristirahat. Mas Aji segera mengubah posisinya. Segera dia mengarahkan kepalanya ke vaginaku dan menjilatinya. Kontolnya dia benamkan ke mulutku dan memaksaku untuk mengulumnya. Posisi kami sekarang 69.

“sllluuurhhh…sluupp.. sluupprr” suara mulutnya mengenyot bibir vaginaku dan lidahnya memainkan klitorisku.

“aghhh…hmmm..hmmm.hmmm” suara desahanku tertutup kontol mas aji yg memenuhi mulutku.

Sesekali mas Aji mendorong kontolnya sampai tenggorokanku. Aku merasa tkontolnya begitu panjang dan besar. Lebih panjang dari kontol mas Karyo atau kontol mantan Suamiku. Cukup lama kami melakukan posisi itu, sebelum mas aji mengganti posisinya. Kini mas aji bangkit dan mengangkat kedua kakiku. Dia meletakkan kakiku di bahunya. Posisiku tertidur dengan kaki terangkat dan rapat. Kini mas Aji tanpa aba-aba mengarahkan batang kontolnya ke vaginaku. Vaginaku yg cukup sempit karena pahaku berhimpit membuat kontol mas Aji sedikit kesulitan menembusnya. Namun, tak terasa kepala kontolnya sudah berhasil menembus vaginaku. Perlahan di mulai mendorong kontolnya masuk lebih dalam. Aku merasakan vaginaku penuh dengan kontolnya dan ujung rahimku terasa tersentuh oleh kontolnya. Perlahan dia mulai memompa vaginaku.

“plooohhhkk… ploookkhhhgg…. Plogghhhhhk” suara pantatku dihantam tubuhnya.

“aaahhhhggg… mas… Ennaaaghhh mas… terussshh ..” desahku.

Tangan mas aji mendekap kedua pahaku. Dan tanagan satunya meremas payudaraku yg besar. Sementara tanganku hanya bisa mencengkram ujung seprei menahan nikmatnya kontol mas Aji. Sejenak mas Aji terhenti untuk mengatur napasnya. Dia membalikkan tubuhku dan menyuruhku untuk nungging. Posisiku saat ini persis seperti kala Dewi mendapatkan semprotan sperma dari mas Aji saat itu. Mas Aji mulai mengelus pantat besarku. Dia menepuk keras pantatku hingga aku merasakan sakit. Namun aku merasa sakit itu justru menambah nafsuku dan aku menikmatinya.

“plaaaaakkkk…. Pantatmu semok mbak!” ucap mas Aji sembari menampar pantatku.

“aaakghhh… mas.. ayo cepet masukin lagi” pintaku.

Mas Aji kembali mengarahkan kontolnya ke vaginaku. Aku meraih batang kontolnya dan membimbingnya masuk.

“Aahhhkkkk…. Plokkkk…ploookkk…ploookkkhhh” suara genjotan mas Aji.

Mas Aji terus mempercepat ritme genjotannya. Dia memaju-mundurkan pantatnya dengan cepat. Sesekali dihentakkan kontolnya menyentuh rahimku. Tangan kirinya memegang payudaraku yg menggantung.

“mass… keluarin bhareng yaahhhhh..” desah ku.

Dia semakin beringas menggenjotku dari belakang. Kontolnya menghujam vaginaku dengan cepat. Membuat suara becek menjadi semakin becek.

“clookkc…clooookk…clllogghhh…”

“Ahhh…..” desahnya panjang.

Kami sama-sama mencapai puncak kenikmatan. Mas Aji membenamkan dalam-dalam kontolnya ke rahimku. Aku mengenyot kontolnya dengan sisa tenaga vaginaku. Sejenak kami mematung. Mas Aji mulai melepaskan kontolnya. Dia mengecup bagian belakang punggungku dan menjilatinya hingga keatas. Mas Aji memelukku dari belakang dan kami terkulai lemas diatas kasur bersama.posisi mas Aji tetap memeluk tubuhku dan memainkan payudaraku.

“mbak, kapan-kapan kita main lagi ya. Tubuhmu milikku.” Bisik mas aji.

Aku tak menjawab perkataannya. Nafsuku kini sudah tersalurkan dengan hebat. Aku terkulai lemas dan tertidur bersamanya hingga pagi.

Bersambung....
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd