Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Perjalanan & Mimpi (No Sara)

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Part 11 : Everything Could Happen!



~ POV Nadya ~
Menikmati malam bahagia ini bersama Bimo ditemani suasana malam syahdu Kota Jogja. Taburan Bintang dilangi menampakkan cahayanya dengan jelas, Bulan bersinar terang tanpa ada awan yang menutupi. Malam yang indah nan cerah…
“Bim.. “ kataku kepada Bimo saat kami menyantap hidangan Pizza
“Ada apa sayang?” tanya Bimo
“You’re my stars” ucapku spontan, sebagai tanda sayang maupun ucapan terima kasih karena hari ini telah diberikan kebahagiaan yang sebelumnya belum pernah aku dapatkan dari cowok manapun, ya iyalah Bimo kekasih pertama dan cinta pertamaku.

Kupandangi suasana sekitar, kulihat lampu yang tergantung diatas meja kami, namun pandanganku tiba tiba tertuju pada seseorang yang sangat aku kenal…

“Ayaaah” kataku sangat kaget kenapa ayah bisa ada disini, kenapa dia tau aku disini bersama Bimo. Padahal aku tidak bercerita ke siapapun bakal ke tempat ini, bahkan tidak cerita sama sekali bakal pergi dengan Bimo.

“Nadyaaa… ayo pulang, udah jam berapa ini” kata ayahku menghampiri meja kami
“Tapi yah, aku lagi makan sama Bimo” kataku menolak untuk pulang sekarang.
“Udah berapa kali ayah bilang, kamu jangan dekat dengan Bimo lagi” ayah mulai menarik tanganku yang akan mengajaknya pulang

“Om.. bentar om kami lagi makan, nanti habis makan kami pasti pulang” kata Bimo menyela ayah
“Udah nak Bimo, saya mau ajak pulang Nadya. Kamu jangan deketin Nadya lagi!!” kata ayahku yang sudah menarik tanganku yang sangat terpaksa aku berdiri, sebenernya aku malu karena dilihatin banyak orang.
“Ayo Nad, pulang” kata ayahku mempertegas lagi
“Bim… maaf yaa.. Nadya pulang dulu” kataku kepada Bimo yang meninggalkannya di meja sendirian. Aku pun mengikuti langkah ayahku keluar dari resto.

“Ayah tau dari mana kita ada di resto?” tanyaku
“Udah ga penting… nanti ngomong di rumah.. kamu bawa mobil sendiri kan. Udah ayo pulang!” ucap ayahku saat kami berada di parkiran mobil. Kamipun berpisah di mobil masing masing.

Saat masuk ke dalam mobil aku pun mengetik pesan ke BImo.
“Bim.. maaf ya Nadya pulang duluan. Bimo naik taksi atau ojek dulu gpp kan? Maafin ayah Nadya yaa bim.. maaf” hanya kata kata itu yang bisa aku ketik, karena sudah panik ketahuan ayah. Aku pun segera pulang ke rumah.

- - - - - -

Sesampainya di rumah . . . .
“Duduk Nad” kata ayahku di dalam rumah
“Kan sudah ayah bilang kamu sudahi hubunganmu dengan Bimo, kenapa masih aja berhubungan sama dia hah?” tanya ayah dengan nada suara yang agak tinggi.
“Maaf yah, Nadya masih cinta sama Bimo, Nadya ga pisah sama Bimo.” Kataku menjelaskan agara ayah paham perasaanku.

“Ada apa ini.. kok ribut ribut” bundaku datang mendatangi kami lalu duduk disampingku.
“Ada apa yah?” tanya bundaku
“Ini Nadya masih aja jalan sama Bimo. Udah jam berapa juga ini, udah ssetengah 11 kamu baru sampai rumah. Kamu melanggar janjimu sendiri Nad” kata ayah memarahiku
“Maaf yaah.. ini kan malem minggu. Nadya juga butuh refreshing.” Ucapku
“Kamu kan bisa jalan sama Anton daripada sama Bimo. Bimo pasti nebeng mobilmu kan? Kamu juga kan yang bayarin dia makan? Kamu cuman dimanfaatin sama Bimo” tuduh ayahku

“Engga yah.. semuanya yang bayarin Bimo. Nadya cuman numpangin mobil aja yah.. ga lebih” kataku yang sudah mulai emosi dengan ayah
“Kamu kalau ketahuan jalan sama Bimo lagi, mobil ayah tarik lagi, kamu ga boleh pake mobil. Pake motor aja sana” kata ayahku
“Ayah juga tau darimana Nadya disana sama Bimo” tanya bundaku
“Ayah tadi kebetulan lewat, lihat mobilmu terparkir. Ayah iseng aja ngecek, kenapa mobilmu jam segini masih disitu engga di rumah. Kalau bener kamu di dalem artinya kamu melanggar. Tapi setelah ayah lihat dia lagi sama Bimo, yaudah ayah suruh pulang” kata ayahku menjelaskan kepada bundaku
“Yasudah sih yah.. lagian ini malem minggu. Gapapa lah namanya juga butuh refreshing” bela bundaku.

Aku yang sudah kesal dengan ayah, sesidik emosi juga kali ini aku ga bersedih.. hanya emosi aja yang aku rasakan.
“Yasudah yah… ini aku balikin kunci sama STNK mobil. Gapapa Nadya ga pake mobil lagi yang penting bisa sama Bimo. Nadya pake motor udah cukup” kataku sambil mengeluarkan kunci mobil dan STNK dari dalam tasku lalu ku taruh di atas meja.
Karena ga mau adu mulut dengan ayah yang punya watak keras aku pun lebih memilih mengalah dan masuk ke kamar.
“Yaudah ahh yah.. Nadya minta maaf udah pulang telat, tapi Nadya ga mau pisah sama Bimo. Nadya mau istirahat aja, udah ngantuk” kataku berlalu meninggalkan ayah dan ibu di ruang tamu dan aku masuk kamar dan ku kunci dari dalam.

“Nadya kalau kamu masih sama Bimo semua fasilitas akan ayah cabut” kata Ayahku teriak Lantang saat aku berjalan meninggalkan ruang tamu menuju kamarku.

Kubuka Hpku dan kubuka chatku dari Bimo yang sudah mengirimkan beberapa pesan untukku.
“Yaudah gpp Nad. Maaf juga kamu jadi pulangnya kemaleman”
“Kalau udah sampe rumah istirahat aja ya”
“Besok lagi aja gpp kok, tenang.. Bimo ga marah sama Nadya”
“I Love You” kata Bimo di chat.
Akupun hanya menjawab singkat “I love you too” kulanjutkan bersih bersih badan, kumatikan lampu dan tidur.

- - - - - - -

-Back to Bimo-

Ahhh Asuuu.. kataku dalam hati setelah melihat Nadya beranjak pergi dari resto. Ayah Nadya gitu banget yaa sama aku, apa salahku coba. Padahal aku ga bikin salah juga, cuman udah merawanin doang, tapi kan ayahnya ga bakal tau.
Terus aku gimana ini pulangnya, ucapku dalam hati yang bingung pulangnya karena tadi nebeng sama Nadya. Ga bawa kendaraan sendiri dan sekitar sini susah cari ojek. Kalau harus naik taksi bisa jebol dompetku, udah keluar banyak buat malem ini. Mana ‘Sad Ending’ lagi.. taik taik..

Kira kira anak anak ada yang mau nolongin aku jemput ga ya. Akupun masih sedikit emosi dengan kekacauan ini, mana dilihat banyak orang juga. Malu aku tuh.. anjeeeng anjeeeng. Ku ketik pesan di grup yang isinya kami berlima.
“Bos… aku minta tolong doooong” chatku di aplikasi
Karena ini malem minggu mungkin mereka punya kesibukan masing masing, kutunggu 5 menit belum ada yang baca. Setelah menunggu 10 menit, Jeremi membalas pesanku

“Pye beroo. Ada apa?” tanya jeremi
“Jemput aku bisa ga? Aku ditinggal Nadya pulang nih” tanyaku
“Wkwkwkwkwk maampoooos.. mamam tuh” kata jeremi spontan di chat dia menertawaiku
“Asu i…” jawabku dengan rada kesal
“Wkwkwkwk jemput dimana? Aku lagi di daerah Klebengan habis nganterin siska” jawab jeremi

“Aku di gejayan nih lagi di Resto Pizza aku shareloc aja. Pinjemin Siska helm juga lah.. aku ga bawa helm” kataku
“Wkwkwkwk kok ****** sih… iyo tak pinjemin. Yawis ditunggu yooo” jawab jeremi
Aku pun membereskan mejaku dan menunggu jeremi di luar aja karena udah malu terlalu lama di dalem.
Aku menunggu Jeremi sekitar 15menit. Diapun menjemput sambil menertawaiku karena bisa bisanya ditinggalin cewek di resto.

“Bim Bim.. kok tolol sih koe.. wkwkwkwkwk” kata jeremi meledekku
“Wis.. dab.. ojo kakean cangkem.. wislah ning kosmu wae.. aku nginep kosmu” kataku

- - - - - -

Sesampainya di kos jeremi aku pun menceritakan detail kenapa aku bisa ditinggalan Nadya di resto.
“Loooh kok gitu.. gawat Bim…. Terus alasannya ga bolehin sama kamu apaan?” tanya Jeremi
“Kayaknya sih ada hubungannya dengan Anton. Kayaknya sih Jer.. tapi belum pasti. Tapi instingku berkata kalau ada hubungannya dengan Anton. Inget pas kita nonton MU waktu itu? Anton kan bilang bakal bilang ke ayah Nadya” kataku yang menghubungkan runtutan kejadian ini
“Wah wah.. ga bisa gini Bim. Harusnya Anton Gentle lah kalau mau dapetin Nadya. Caranya kotor banget” kata Jeremi

“Hadepin aja yooo Bim, ajak duel lah satu lawan satu” kata Jeremi
“Kayaknya jangan lewat berantem dulu deh Jer, Anton kapten tim basketnya FK. Perlu pertandingan adu skill sportif dulu deh, kalau ga mempan baru kita main fisik” kataku yang sudah mulai emosi ketika memikirkan kejadian ini kalau memang Anton turut andil.
“Terserah kamulah Bim..” kata Jeremi
Sudah terlalu emosi aku membahas ini, kamipun akhirnya menyalakan PS dan meluapkan emosi dengan main.

- - - - - - -

Setelah kejadian waktu itu, komunikasiku dengan Nadya kembali renggang. Nadya hanya merespon seadanya dan kami juga jarang ketemu, biasanya waktu senggang istirahat siang ataupun selesai kuliah bisa kami gunakan untuk ketemu sekedar ngobrol atau makan inipun tidak sama sekali. Yah mungkin dia lagi sibuk belajar buat UTS jadi susah ketemu.
3 minggu berlalu UTS sudah kami lalui juga, aktivitas kuliah kami kembali ke jam normal. Selama UTS aku belum pernah ketemu Nadya lagi, hanya lewat chat saja kami berkomunikasi. Tidak enak sama sekali keadaan seperti ini, kampus dekat, rumah dekat, weekend tidak bisa ketemu, namun susah sekali ketemu. Apakah hubungan seperti ini masih sehat? Apakah masih layak buat dilanjutkan? Apakah ini efek dari orang tua Nadya yang tidak menyetujui hubungan kami?. Berbagai pertanyaan negatif muncul di dalam kepalaku membuatku pusing, emosi, kecewa. Aku harus ketemu dengan Nadya cepat atau lambat, namun kapan waktu yang tepat?

- - - - - -

Saat ku berjalan menuju ke kantin, aku melihat poster akan diadakan lomba yang mengusung tema teknologi untuk masa depan. Aku tertarik dengan konsep lombanya, setidaknya aku butuh waktu untuk berkegiatan produktif tidak melulu memikirkan Nadya yang entah bagaimana kondisinya saat ini. Konsep dari lomba ini dengan mengirimkan paper perencanaan idenya. Iseng iseng ajalah ikutan lombanya, lolos ya alhamdulillah, engga yaudah.
Kuhubungi temen SMAku dulu dari jurusan Teknik Sipil, idenya entah dari mana muncul terpintas membuat konsep rumah masa depan dengan konsep bangunan ramah lingkungan dan tentunya smart home.

“Dik… ikutan lomba yuuk” kataku di pesan chat
“Wuuuiihhh… lama ga ketemu, sekalinya ngechat langsung ngajakin lomba bim” kata diky membalas pesanku
“Hehehe iseng aja dik, biar ada kegiatan gituu” jawabku
“Okelah… mau bikin apa emang?” tanya diky
“Mau bikin konsep smart home” kataku
“Hmmmm kayaknya kita butuh orang arsitek deh.. aku ajakin temenku yaak. Namanya Fani, kapan kita bisa ketemu buat bahas obrolan bareng?” ucap diky yang menurutku dia antusias
“Okee Jumat sore aja kali yaa biar agak longgaran, yaudah kamu yang ajakin Fani aja ya, aku belum kenal ntar sekalian kenalan” ucapku
“Okee” jawab diky.

- - - - - -

Hari hariku masih seperti biasa kuliah nongkrong sudah jarang ketemu Nadya, yaudahlah bodo amat pikirku diajakin jarang bisa, ntar kalau waktunya dia butuh juga pasti nyariin.
Hari kamis ini seperti biasa aku latihan basket bersama anak anak teknik dilapangan basket teknik. Permainan basketku tidak berpengaruh tetap main santai dan bagus, moodku yang sedang tidak enak tidak terlalu mempengaruhi permainanku. Karena sudah menjadi tim inti permainanku harus selalu dalam kondisi optimal.
“Geys... bulan depan kita ada latih tanding atau sparring melawan FK. Minggu depan kita akan memantapkan formasi dan strategi, jadi dimohon diluangkan waktunya 3x dalam seminggu untuk mempertajam offense dan memperkuat defense kita.” Kata coach Gusti menjelaskan setelah kita selesai berlatih

“Yes coach” teriak kami semua dan latihan sore ini pun selesai. Karena penasaran kenapa FK yang jadi lawan sparring aku bertanya kepada mas Andyka.
“Mas, kenapa kok lawan FK?” tanyaku
“Kalau mau sparring kita perlu lawan yang tangguh, pilihannya tim FK atau tim Univ, kalau tim univ ngurusnya ribet mendingan yang gampang ajalah..” kata Mas Andyka.

“Yaudah mas... besok saat tanding aku boleh kan main menggila main all out lawan FK?” tayanyaku kepada mas Andyka
“Jangan all out juga bero.. kita tunjukin aja kekuatan kita sewaktu Porseni. Main santai aja kita besok, kalah menang ga ada untungnya juga. Have fun aja kita” kata Mas Andyka menjelaskan
Namun aku tidak terlalu mengiyakan kata kata mas Andyka, karena ini kesempatan buatku untuk membuktikan kepada Anton siapa yang lebih hebat.

- - - - - - -

Hari ini berganti ke hari jumat, perkuliahan minggu ini akhirnya selesai juga, dengan masih banyak meninggalkan tugas yang harus dikumpul minggu depan, tapi tidak menjadi alasan untuk menikmati weekend.

“Akhirnya besok weekend juga bos...” kata Adit
“Heleh heleh... mau ngapain weekend, paling juga dikosan aja.” Jawab Satria
“Seenggaknya bisa ngewe berooo” jawab Adit
“Emang udah lu ewe cewekmu dit?” tanya Jeremi
“Emangnya Bimo... belum ngewein Nadya? Wkwkwkwkwk” jawab Adit dan kami pun tertawa bersama di luar kelas
“Iyalah.. habis ditinggalin di jalan pula. Kasihan kasihan jadi cowok tolol amat” kata jeremi makin membully

“Asuuuuu yaaa kalian.. buajingan!!” jawabku dengan tertawa
“Eh sory yaaa.. mau duluan. Mau ke Teknik Sipil dulu ketemu temen” ucapku pada kawanan monyet yang sedang menertawaiku.
“Ga ada Nadya, mau nyari batangan Bim?” kata Jeremi
“Asssuuuuuu!” berlalu meninggalkan mereka tertawa dan mengacungkan jari tengah. Bangsat memang...

- - - - - -



“Oi dik.. sory nunggu agak lama. Baru kelar kelas nih” ucapku ke Diky yang sudah menungguku di kantin Teknik Sipil.
“Santai bero.. ga nyampe setengah jam” jawab Diky
“Mana yg namanya Fani” tanyaku yang melihat disekeliling belum nampak cewek yang cantik karena tampilannya lusuh udah sore, tampilan anak kampus kalau sore udah kucel.
“Bentar lagi kayaknya.. udah aku chat sih Bim. Dia pasti dateng kok” “Jadi gimana kuliahmu? Udah punya pacar” ucap Dicky

“Yaaa begitulah dik... masih standar standar ajaaa kalo kuliahku... hmmm pacar yaaa? Ga taulah.. lagi renggang kayaknya nih.. ga jelas. Kamu sendiri?”
“Sama aja bos.. masih ga jelas nih ngegebet belum kecantol” kamipun bercerita tentang kehidupan kuliah dan percintaan yang sedang tidak baik baik saja.

“Heiii... sory telat...” suara wanita yang datang dari belakangku. Mungkin dia melihat diky jadi tahu posisi kami. Saat aku melihat ke samping ke arahnya... wiiihhh gilak manis juga nih cewek.
“Eh Fan... ini yang namanya Bimo kenalin” ucap diky
“Fani.....” kata Fani sambil mengulurkan tangannya untuk berkenalan. Jantungku sedikit berdebar saat berkenalan dengannya.

“Eh.. sory sory... Bimo” aku yang mengelap tanganku dengan tisu dulu sebelum menjabat tangannya yang putih bersih mulus. Kupegang agak lama kemudian Diky menegurku.
“Eyyy... udah dong jangan kelamaan salamannya” kata diky menegurku.
“Hehehehe sory sory fan..” kataku sambil tersenyum yang melihat senyum indahnya yang membuatku terpukau.
“It’s okee bim.. santai.” “Jadi gimana nih konsepnya?” tanya Fani to the point.

“Singkatnya aku punya ide kita bisa membuat konsep rumah dengan sangat sangat smart. Fani bikin konsep rumahny, dicky tentang pembangunannya dan aku yg bikin smart homenya.” Ucapku
“Bukannya udah banyak ya Bim konsep kayak gitu? Lalu apa yg bikkn beda?” kata fani yang beragumen kalau audah banyak ide ide tsb.
“Yaa memang sudah ada yg pake dari google, tapi aku pengennya kita bisa mengembangkan yg udah ada, semua peralatan bisa di kontrol baik di dalam maupun di luar rumah. Dari mulai hal sepele seperti kunci rumah.”

“Nanti aku yang bikin program dan penentuan peralatannya, Fani bikin konsep rumah dan tata letak peralatan serta Diky yang menentukan bahan digunakan.”
“Hmmm okelah iseng iseng ajalah yaa kita, menang syukur, engga yaa anggap aja buat pengalaman” kata Fani
“Iyaaa fan” jawabku
“Kapan deadlinenya Bim?” tanya diky
“Pengumpulannya sih 1,5bulan lagi, bisalah yaa kita selesein dalam 1bulan” tanyaku kepada Fani dan Diky.
“Diusahakan yaaa Bim. Sini nomer Hpmu kita buat grup komunikasi aja biar gampang nanti, kan kita ga setiap waktu bisa ketemu. Kita bisa update di grup” Kata Fani.

- - - - - -

Dalam waktu sebulan kemudian, kegiatanku cukup menguras energi. Pagi-sore kuliah, sore masih lanjut latihan basket, saat tidak ada latihan basket aku gunakan untuk berdiskusi dengan Diky dan Fani. Weekend kadang ada selipan latihan fisik basket, bantu ibuku di catering dan terkadang ngabisin waktu sama Putri adekku yang minta ditemenin keluar. Kadang juga ngabisin waktu sama berandalan temen kampus itu. Namun 1 hal yang terlewat, Nadya nampaknya sudah benar benar menepikanku, sudah susah untuk diajak ketemu. Telfon malem pun pasti liat kondisi apa ada orang tuanya atau tidak di rumah. Udah jarang ketemu, main ke rumah ga boleh, komunikasi via HP juga sembunyi sembunyi. Jengah juga aku menjalani hubungan sperti ini. Ga jelas keberadaannya ga jelas juga ujungnya mau dijalanin seperti apa.

“Fan dik... kayaknya udah kali ya ini. Udah cukup bagus sih menurutku” kataku karena paper kita udah jadi
“Yaaa menurutku sih juga cukup, lagian kita juga buatnya mepet” jawab Diky
“Aku ngikut kalian aja, aku bebas sih. Lagian kan kita cuman iseng iseng. Gpplah ga dapet juara yg jelas aku jadi deket sama kalian, punya temen baru yg asyik gitu.” Jawab Fani
“Awas Fan, ntar kamu tergila gila sama Bimo, gebetannya banyak tapi ga ada yg dijadiin pacar. Hahaha” jawab Diky
“Heleh... bacot.. mana ada, jangan percaya fan. Diky itu yg dari SMA ceweknya banyak” jawabku mengelak kata kata Diky. Didepan Fani nih, jgn dijelek2in dong citraku.

“Oohh... kalian ternyata dari SMA gitu ya? Terus skrg ngegebet siapa?? Dik, kamu jadi ngedeketin Diana?” tanya Fani
“Oohhh... jadi gitu Dik, terus Clara gimana?” tanyaku
“Clara mah udah putus kali Bim, Diana bolehlah.. tapi ada yg lebih cakep lagi. Hahahahaha” jawab Bimo
“Heleh.. bangke....” jawabku

“Eh... weekend keluar yuk... kan udah selesai nih. Refreshing gitulah..” ajak Fani kepadaku dan Diky
“Sory yaaa. Aku udah ada janji mau ngedate” kata diky
“Halaaaah... ayok sama kita kita aja Dik. Kenalin sama aku” kata Fani
“Ahhh... jangan nanti kamu insecure Fan” jawab Diky yg membuat kami tertawa
“Mau berdua aja ga Fan jalan sama aku?” ajakku kepada Fani
“Boleeeeh.... tapi jangan diculik yaaaah. Jemput aku yaaa Bim. Hehehe” kata Fani

“Udah kalian ngedate aja siapa tau kalian berjodoh” jawab Diky
“Huuuuu apaan sih dik... ga asyik kamu... dah yaaaa aku mau balik, ngantuk nih.. besok sabtu loh yaa Bim jemput aku. Mau kemananya terserah kamu. Hehehehehe” kata Fani
“Iye iye Fan.. gampang lah besok. Ntar aku submit yak papernya” kataku
“Okeeeeh..” jawab serentak Fani dan Diky.

------------


~Saturdate~
Hari sabtu ini, aku bakalan ngajak jalan Fani, ngomongin tentang Nadya entahlah ga ada kabar sudah susah dihubungin setiap weekend juga udah ga mau jalan. Daripada aku membangkai di rumah ga ada temen jalan. Fani bolehlah ga ada salahnya juga ngajakin cewek cantik teknik buat jalan.
“Fan nanti aku jemput dimana? Aku belum tau kosmu nih” tanyaku kepada Fani
“Aku kos di pogung kidul Bim deket kampus, kamu jemput kan naik apa?” tanya Fani kepadaku
“Naik Mobil ajalah ya, takut hujan fan. Jemput dimana?” jawabku
“Agak susah Bim masuknya kalau pake Mobil, yaudah nanti kamu tunggu deket Ngudi Rejeki yang utara teknik aja, nanti aku jalan deh gpp. Jam 7 ya Bim” jawab Fani
“Okee.. nanti habis maghrib langsung cusss” jawabku.

Beberapa waktu kemudian ~
“Fan aku udah di deket Ngudi nih” pesanku kepada Fani
“Okee.. bentar ya aku jalan kesana” jawab Fani
Setelah menunggu sekitaran 5 menit, Fani menelfonku.
“Yaa halo Fan, kamu dimana?” tanyaku
“Bim.. mobilmu yang Jazz Silver depan ini kan?” tanya Fani
“Iyaaa... masuk aja” jawabku

Fani kemudian masuk ke mobilku, wuuuiihhh... wanita ini sungguh cantik kalau dandan, wangi lagi. Beda banget kalau lagi kuliah, cantik tapi rada kucel. Kulihat Fani seakan aku ga berkedip, karena heran aja jarang jarang sih liat wanita di teknik cantik begini....
“Heiiii..... ngapain liatin akunya serius banget? Ada yg salah?” tanya Fani
“Gpp Fan... kamu keliatan beda aja hehe” jawabku
“Yaelah..... namanya juga mau keluar Bim, masak mau pake setelan kuliah, yg kumel keliatan kayak ga mandi. Hahaha. Yaudah yuuuuk makan laper nih” kata Fani
“Kamu pengen makan apa Fan?” tanyaku
“Kalau aku jawab terserah, kamu ada ide ga?” tanya Fani balik kepadaku. Aku belum ada ide sih mau makan dimana
“Drpd bingung bingung, mendingan makan di Warung Steak yuk. Lagi pengen nih, nanti habis makan temenin ke toko buku yah... lagi pengen cari novel lagi. Hehehe. Gpp kan Bim?” kata Fani tersenyum kepadaku di dalam mobil. Kami ke WS yg di depan GOR, menu yang laris di WS sih steak daging yg di goreng Crispy gitulah... steak murah meriah yang pas di kantong dan lidah mahasiswa.

Saat kami makan, kami ngobrol tentang keseharian dan perkuliahan kami, seakan akan kita lagi PDKT mencoba untuk menceritakan tentang diri masing masing dan mencoba untuk terbuka. Namun tiba tiba dia tanya sesuatu hal yang membuatku tersedak....
“Uhuuuk uhuuuuuk”
“Kenapa Bim kok batuk? Kamu beneran udah punya pacar yah?” tanya Fani dengan pandangan mata penasaran
“Ehhmmmmm...... sebenernya sih punya Fan, tapi kayaknya udah diambang batas deh... antara bakal lanjut atau engga?” jawabku

“Kenapa emang sama hubungan kalian? Kalau baik baik aja kayaknya kamu ga bakalan mau deh jalan sama aku.. yaaa kan? Dasar cowok..... playboy juga kamu Bim. Hahaha” kata Fani meledekku
“Yaaaah... gitulah fan, masalah restu orang tua sama ada cowok lain yg dijodohin” jawabku
“Mendingan kalian obrolin baik baik deh, kalau lanjut gimana, kalau udahan gimana. Daripada ngegantung, kasihan cewekmu Bim, dia nahan beban perasaan banyak loh...” kata fani memberikan saran kepadaku untuk memperjelas hubunganku dengan Nadya.
“Iya deh Fan, udah susah dihubungin, kapan kapan lah ntar aku obrolin. Kamu sendiri jomblo fan?” tanyaku
“Iyaaa dong, jelas!! Kalau udah punya pacar aku juga ga bakalan mau diajak jalan cowok playboy kayak kamu Bim. Hahahaha” canda Fani

“Playboy apaan coba Fan.....” jawabku
“Iya iyaaa Bimo..... Yaudah yuuuuk habisin makanannya. Kan kamu cowok yang udah punya pacar mau nemenin cewek jomblo ke toko buku. Hehehe” Fani kembali meledekku. Yaa iya sih, udah punya pacar tapi ngajak cewek lain jalan. Bodo amat yang penting seneng..... hahaha

Selesai makan kami menuju ke toko buku, pastinya di Gr*media Kotabaru yang bukunya lebih lengkap.
“Fan... mau cari buku apaan?” fani jalan menuju rak buku Novel
“Hmmmm liat liat dulu aja Bim... paling Novel deh” jawab Fani
Saat kami berkeliling dan aku berada di belakangnya mengikuti Fani tiba tiba aku dikejutkan oleh suara yang aku kenal..

“Bimoo......”
“Anton, kamu lagi kamu lagi....” kataku yang membuat Fani menoleh ke belakang karena nada bicaraku seperti nada orang emosi.
“Ohh... jadi kamu udah ga sama Nadya ya, mendingan kamu tinggalin deh Nadya kalau kamu ga bisa setia. Bener kan kamu bukan orang yang baik. Aku liat kamu pas kamu naik tangga, aku ikutin aja ternyata beneran kamu. Tenang Bim... aku udah ambil fotomu tadi, nanti aku kasih tau Nadya. Biar kalian cepet putus” kata Anton mengancamku

“Terserah aja Ton, suka suka kamu. Aku lagi ga pengen berantem yaa. Minggu depan kita tanding, mendingan kamu siapin mentalmu aja. Kita adu skill, daripada adu bacot” jawabku dengan nada agak keras
“Ohhh... udah berani kamu, siapin mentalmu juga. Hubunganmu sama Nadya bentar lagi juga ancur. Nadya sedikit lagi jadi milikku” jawab Anton yang semakin membuatku emosi

Kemudian Fani menggandeng tanganku untuk meninggalkan Anton
“Bim.. udah tinggalin aja jangan ribut disini” Kata Fani menarikku untuk jalan ke arah rak lain agar menjauh dari Anton
Kuacungkan kepalan tanganku ke arah Anton, mengisyaratkan aku siap tanding lawan dia.

---------

“Siapa sih bim?” tanya Fani di dalam mobil setelah Fani memilih dan membeli buku kami langsung menuju mobil.
“Dia, cowok yang ngebet berusaha ngerebut cewekku Fan, dia yang lebih dipercaya orang tuanya daripada aku.” Jawabku menjelaskan siapa Anton
“Ohh pantesan dia ngomongin masalah Nadya atau siapa tadi. Nadya cewek kamu kan Bim? Kayaknya sainganmu berat Bim kalau udah berhadapan restu.” Kata Fani

“Bim... kalau kamu ada apa apa, cerita aja ya. Aku siap kok jadi tempat ceritamu” kata Fani menawarkan diri untuk jadi tempat cerita
“Yaa okelah, pulang yuk fan. Oh iya, minggu depan aku ada pertandingan basket lawan FK, lawan cowok tadi. Kamu dateng yaaa” ajaku kepada Fani
“Oke.. tapi jemput yah” jawab Fani sambil tersenyum kepadaku
Senyumannya sungguh tulus, membuat emosiku reda. Kamipun segera pulang . . . .






bersambung~
 
Terakhir diubah:
Part 11 : Everything Could Happen!



~ POV Nadya ~
Menikmati malam bahagia ini bersama Bimo ditemani suasana malam syahdu Kota Jogja. Taburan Bintang dilangi menampakkan cahayanya dengan jelas, Bulan bersinar terang tanpa ada awan yang menutupi. Malam yang indah nan cerah…
“Bim.. “ kataku kepada Bimo saat kami menyantap hidangan Pizza
“Ada apa sayang?” tanya Bimo
“You’re my stars” ucapku spontan, sebagai tanda sayang maupun ucapan terima kasih karena hari ini telah diberikan kebahagiaan yang sebelumnya belum pernah aku dapatkan dari cowok manapun, ya iyalah Bimo kekasih pertama dan cinta pertamaku.

Kupandangi suasana sekitar, kulihat lampu yang tergantung diatas meja kami, namun pandanganku tiba tiba tertuju pada seseorang yang sangat aku kenal…

“Ayaaah” kataku sangat kaget kenapa ayah bisa ada disini, kenapa dia tau aku disini bersama Bimo. Padahal aku tidak bercerita ke siapapun bakal ke tempat ini, bahkan tidak cerita sama sekali bakal pergi dengan Bimo.

“Nadyaaa… ayo pulang, udah jam berapa ini” kata ayahku menghampiri meja kami
“Tapi yah, aku lagi makan sama Bimo” kataku menolak untuk pulang sekarang.
“Udah berapa kali ayah bilang, kamu jangan dekat dengan Bimo lagi” ayah mulai menarik tanganku yang akan mengajaknya pulang

“Om.. bentar om kami lagi makan, nanti habis makan kami pasti pulang” kata Bimo menyela ayah
“Udah nak Bimo, saya mau ajak pulang Nadya. Kamu jangan deketin Nadya lagi!!” kata ayahku yang sudah menarik tanganku yang sangat terpaksa aku berdiri, sebenernya aku malu karena dilihatin banyak orang.
“Ayo Nad, pulang” kata ayahku mempertegas lagi
“Bim… maaf yaa.. Nadya pulang dulu” kataku kepada Bimo yang meninggalkannya di meja sendirian. Aku pun mengikuti langkah ayahku keluar dari resto.

“Ayah tau dari mana kita ada di resto?” tanyaku
“Udah ga penting… nanti ngomong di rumah.. kamu bawa mobil sendiri kan. Udah ayo pulang!” ucap ayahku saat kami berada di parkiran mobil. Kamipun berpisah di mobil masing masing.

Saat masuk ke dalam mobil aku pun mengetik pesan ke BImo.
“Bim.. maaf ya Nadya pulang duluan. Bimo naik taksi atau ojek dulu gpp kan? Maafin ayah Nadya yaa bim.. maaf” hanya kata kata itu yang bisa aku ketik, karena sudah panik ketahuan ayah. Aku pun segera pulang ke rumah.

- - - - - -

Sesampainya di rumah . . . .
“Duduk Nad” kata ayahku di dalam rumah
“Kan sudah ayah bilang kamu sudahi hubunganmu dengan Bimo, kenapa masih aja berhubungan sama dia hah?” tanya ayah dengan nada suara yang agak tinggi.
“Maaf yah, Nadya masih cinta sama Bimo, Nadya ga pisah sama Bimo.” Kataku menjelaskan agara ayah paham perasaanku.

“Ada apa ini.. kok ribut ribut” bundaku datang mendatangi kami lalu duduk disampingku.
“Ada apa yah?” tanya bundaku
“Ini Nadya masih aja jalan sama Bimo. Udah jam berapa juga ini, udah ssetengah 11 kamu baru sampai rumah. Kamu melanggar janjimu sendiri Nad” kata ayah memarahiku
“Maaf yaah.. ini kan malem minggu. Nadya juga butuh refreshing.” Ucapku
“Kamu kan bisa jalan sama Anton daripada sama Bimo. Bimo pasti nebeng mobilmu kan? Kamu juga kan yang bayarin dia makan? Kamu cuman dimanfaatin sama Bimo” tuduh ayahku

“Engga yah.. semuanya yang bayarin Bimo. Nadya cuman numpangin mobil aja yah.. ga lebih” kataku yang sudah mulai emosi dengan ayah
“Kamu kalau ketahuan jalan sama Bimo lagi, mobil ayah tarik lagi, kamu ga boleh pake mobil. Pake motor aja sana” kata ayahku
“Ayah juga tau darimana Nadya disana sama Bimo” tanya bundaku
“Ayah tadi kebetulan lewat, lihat mobilmu terparkir. Ayah iseng aja ngecek, kenapa mobilmu jam segini masih disitu engga di rumah. Kalau bener kamu di dalem artinya kamu melanggar. Tapi setelah ayah lihat dia lagi sama Bimo, yaudah ayah suruh pulang” kata ayahku menjelaskan kepada bundaku
“Yasudah sih yah.. lagian ini malem minggu. Gapapa lah namanya juga butuh refreshing” bela bundaku.

Aku yang sudah kesal dengan ayah, sesidik emosi juga kali ini aku ga bersedih.. hanya emosi aja yang aku rasakan.
“Yasudah yah… ini aku balikin kunci sama STNK mobil. Gapapa Nadya ga pake mobil lagi yang penting bisa sama Bimo. Nadya pake motor udah cukup” kataku sambil mengeluarkan kunci mobil dan STNK dari dalam tasku lalu ku taruh di atas meja.
Karena ga mau adu mulut dengan ayah yang punya watak keras aku pun lebih memilih mengalah dan masuk ke kamar.
“Yaudah ahh yah.. Nadya minta maaf udah pulang telat, tapi Nadya ga mau pisah sama Bimo. Nadya mau istirahat aja, udah ngantuk” kataku berlalu meninggalkan ayah dan ibu di ruang tamu dan aku masuk kamar dan ku kunci dari dalam.

“Nadya kalau kamu masih sama Bimo semua fasilitas akan ayah cabut” kata Ayahku teriak Lantang saat aku berjalan meninggalkan ruang tamu menuju kamarku.

Kubuka Hpku dan kubuka chatku dari Bimo yang sudah mengirimkan beberapa pesan untukku.
“Yaudah gpp Nad. Maaf juga kamu jadi pulangnya kemaleman”
“Kalau udah sampe rumah istirahat aja ya”
“Besok lagi aja gpp kok, tenang.. Bimo ga marah sama Nadya”
“I Love You” kata Bimo di chat.
Akupun hanya menjawab singkat “I love you too” kulanjutkan bersih bersih badan, kumatikan lampu dan tidur.

- - - - - - -

-Back to Bimo-

Ahhh Asuuu.. kataku dalam hati setelah melihat Nadya beranjak pergi dari resto. Ayah Nadya gitu banget yaa sama aku, apa salahku coba. Padahal aku ga bikin salah juga, cuman udah merawanin doang, tapi kan ayahnya ga bakal tau.
Terus aku gimana ini pulangnya, ucapku dalam hati yang bingung pulangnya karena tadi nebeng sama Nadya. Ga bawa kendaraan sendiri dan sekitar sini susah cari ojek. Kalau harus naik taksi bisa jebol dompetku, udah keluar banyak buat malem ini. Mana ‘Sad Ending’ lagi.. taik taik..

Kira kira anak anak ada yang mau nolongin aku jemput ga ya. Akupun masih sedikit emosi dengan kekacauan ini, mana dilihat banyak orang juga. Malu aku tuh.. anjeeeng anjeeeng. Ku ketik pesan di grup yang isinya kami berlima.
“Bos… aku minta tolong doooong” chatku di aplikasi
Karena ini malem minggu mungkin mereka punya kesibukan masing masing, kutunggu 5 menit belum ada yang baca. Setelah menunggu 10 menit, Jeremi membalas pesanku

“Pye beroo. Ada apa?” tanya jeremi
“Jemput aku bisa ga? Aku ditinggal Nadya pulang nih” tanyaku
“Wkwkwkwkwk maampoooos.. mamam tuh” kata jeremi spontan di chat dia menertawaiku
“Asu i…” jawabku dengan rada kesal
“Wkwkwkwk jemput dimana? Aku lagi di daerah Klebengan habis nganterin siska” jawab jeremi

“Aku di gejayan nih lagi di Resto Pizza aku shareloc aja. Pinjemin Siska helm juga lah.. aku ga bawa helm” kataku
“Wkwkwkwk kok ****** sih… iyo tak pinjemin. Yawis ditunggu yooo” jawab jeremi
Aku pun membereskan mejaku dan menunggu jeremi di luar aja karena udah malu terlalu lama di dalem.
Aku menunggu Jeremi sekitar 15menit. Diapun menjemput sambil menertawaiku karena bisa bisanya ditinggalin cewek di resto.

“Bim Bim.. kok tolol sih koe.. wkwkwkwkwk” kata jeremi meledekku
“Wis.. dab.. ojo kakean cangkem.. wislah ning kosmu wae.. aku nginep kosmu” kataku

- - - - - -

Sesampainya di kos jeremi aku pun menceritakan detail kenapa aku bisa ditinggalan Nadya di resto.
“Loooh kok gitu.. gawat Bim…. Terus alasannya ga bolehin sama kamu apaan?” tanya Jeremi
“Kayaknya sih ada hubungannya dengan Anton. Kayaknya sih Jer.. tapi belum pasti. Tapi instingku berkata kalau ada hubungannya dengan Anton. Inget pas kita nonton MU waktu itu? Anton kan bilang bakal bilang ke ayah Nadya” kataku yang menghubungkan runtutan kejadian ini
“Wah wah.. ga bisa gini Bim. Harusnya Anton Gentle lah kalau mau dapetin Nadya. Caranya kotor banget” kata Jeremi

“Hadepin aja yooo Bim, ajak duel lah satu lawan satu” kata Jeremi
“Kayaknya jangan lewat berantem dulu deh Jer, Anton kapten tim basketnya FK. Perlu pertandingan adu skill sportif dulu deh, kalau ga mempan baru kita main fisik” kataku yang sudah mulai emosi ketika memikirkan kejadian ini kalau memang Anton turut andil.
“Terserah kamulah Bim..” kata Jeremi
Sudah terlalu emosi aku membahas ini, kamipun akhirnya menyalakan PS dan meluapkan emosi dengan main.

- - - - - - -

Setelah kejadian waktu itu, komunikasiku dengan Nadya kembali renggang. Nadya hanya merespon seadanya dan kami juga jarang ketemu, biasanya waktu senggang istirahat siang ataupun selesai kuliah bisa kami gunakan untuk ketemu sekedar ngobrol atau makan inipun tidak sama sekali. Yah mungkin dia lagi sibuk belajar buat UTS jadi susah ketemu.
3 minggu berlalu UTS sudah kami lalui juga, aktivitas kuliah kami kembali ke jam normal. Selama UTS aku belum pernah ketemu Nadya lagi, hanya lewat chat saja kami berkomunikasi. Tidak enak sama sekali keadaan seperti ini, kampus dekat, rumah dekat, weekend tidak bisa ketemu, namun susah sekali ketemu. Apakah hubungan seperti ini masih sehat? Apakah masih layak buat dilanjutkan? Apakah ini efek dari orang tua Nadya yang tidak menyetujui hubungan kami?. Berbagai pertanyaan negatif muncul di dalam kepalaku membuatku pusing, emosi, kecewa. Aku harus ketemu dengan Nadya cepat atau lambat, namun kapan waktu yang tepat?

- - - - - -

Saat ku berjalan menuju ke kantin, aku melihat poster akan diadakan lomba yang mengusung tema teknologi untuk masa depan. Aku tertarik dengan konsep lombanya, setidaknya aku butuh waktu untuk berkegiatan produktif tidak melulu memikirkan Nadya yang entah bagaimana kondisinya saat ini. Konsep dari lomba ini dengan mengirimkan paper perencanaan idenya. Iseng iseng ajalah ikutan lombanya, lolos ya alhamdulillah, engga yaudah.
Kuhubungi temen SMAku dulu dari jurusan Teknik Sipil, idenya entah dari mana muncul terpintas membuat konsep rumah masa depan dengan konsep bangunan ramah lingkungan dan tentunya smart home.

“Dik… ikutan lomba yuuk” kataku di pesan chat
“Wuuuiihhh… lama ga ketemu, sekalinya ngechat langsung ngajakin lomba bim” kata diky membalas pesanku
“Hehehe iseng aja dik, biar ada kegiatan gituu” jawabku
“Okelah… mau bikin apa emang?” tanya diky
“Mau bikin konsep smart home” kataku
“Hmmmm kayaknya kita butuh orang arsitek deh.. aku ajakin temenku yaak. Namanya Fani, kapan kita bisa ketemu buat bahas obrolan bareng?” ucap diky yang menurutku dia antusias
“Okee Jumat sore aja kali yaa biar agak longgaran, yaudah kamu yang ajakin Fani aja ya, aku belum kenal ntar sekalian kenalan” ucapku
“Okee” jawab diky.

- - - - - -

Hari hariku masih seperti biasa kuliah nongkrong sudah jarang ketemu Nadya, yaudahlah bodo amat pikirku diajakin jarang bisa, ntar kalau waktunya dia butuh juga pasti nyariin.
Hari kamis ini seperti biasa aku latihan basket bersama anak anak teknik dilapangan basket teknik. Permainan basketku tidak berpengaruh tetap main santai dan bagus, moodku yang sedang tidak enak tidak terlalu mempengaruhi permainanku. Karena sudah menjadi tim inti permainanku harus selalu dalam kondisi optimal.
“Geys... bulan depan kita ada latih tanding atau sparring melawan FK. Minggu depan kita akan memantapkan formasi dan strategi, jadi dimohon diluangkan waktunya 3x dalam seminggu untuk mempertajam offense dan memperkuat defense kita.” Kata coach Gusti menjelaskan setelah kita selesai berlatih

“Yes coach” teriak kami semua dan latihan sore ini pun selesai. Karena penasaran kenapa FK yang jadi lawan sparring aku bertanya kepada mas Andyka.
“Mas, kenapa kok lawan FK?” tanyaku
“Kalau mau sparring kita perlu lawan yang tangguh, pilihannya tim FK atau tim Univ, kalau tim univ ngurusnya ribet mendingan yang gampang ajalah..” kata Mas Andyka.

“Yaudah mas... besok saat tanding aku boleh kan main menggila main all out lawan FK?” tayanyaku kepada mas Andyka
“Jangan all out juga bero.. kita tunjukin aja kekuatan kita sewaktu Porseni. Main santai aja kita besok, kalah menang ga ada untungnya juga. Have fun aja kita” kata Mas Andyka menjelaskan
Namun aku tidak terlalu mengiyakan kata kata mas Andyka, karena ini kesempatan buatku untuk membuktikan kepada Anton siapa yang lebih hebat.

- - - - - - -

Hari ini berganti ke hari jumat, perkuliahan minggu ini akhirnya selesai juga, dengan masih banyak meninggalkan tugas yang harus dikumpul minggu depan, tapi tidak menjadi alasan untuk menikmati weekend.

“Akhirnya besok weekend juga bos...” kata Adit
“Heleh heleh... mau ngapain weekend, paling juga dikosan aja.” Jawab Satria
“Seenggaknya bisa ngewe berooo” jawab Adit
“Emang udah lu ewe cewekmu dit?” tanya Jeremi
“Emangnya Bimo... belum ngewein Nadya? Wkwkwkwkwk” jawab Adit dan kami pun tertawa bersama di luar kelas
“Iyalah.. habis ditinggalin di jalan pula. Kasihan kasihan jadi cowok tolol amat” kata jeremi makin membully

“Asuuuuu yaaa kalian.. buajingan!!” jawabku dengan tertawa
“Eh sory yaaa.. mau duluan. Mau ke Teknik Sipil dulu ketemu temen” ucapku pada kawanan monyet yang sedang menertawaiku.
“Ga ada Nadya, mau nyari batangan Bim?” kata Jeremi
“Asssuuuuuu!” berlalu meninggalkan mereka tertawa dan mengacungkan jari tengah. Bangsat memang...

- - - - - -



“Oi dik.. sory nunggu agak lama. Baru kelar kelas nih” ucapku ke Diky yang sudah menungguku di kantin Teknik Sipil.
“Santai bero.. ga nyampe setengah jam” jawab Diky
“Mana yg namanya Fani” tanyaku yang melihat disekeliling belum nampak cewek yang cantik karena tampilannya lusuh udah sore, tampilan anak kampus kalau sore udah kucel.
“Bentar lagi kayaknya.. udah aku chat sih Bim. Dia pasti dateng kok” “Jadi gimana kuliahmu? Udah punya pacar” ucap Dicky

“Yaaa begitulah dik... masih standar standar ajaaa kalo kuliahku... hmmm pacar yaaa? Ga taulah.. lagi renggang kayaknya nih.. ga jelas. Kamu sendiri?”
“Sama aja bos.. masih ga jelas nih ngegebet belum kecantol” kamipun bercerita tentang kehidupan kuliah dan percintaan yang sedang tidak baik baik saja.

“Heiii... sory telat...” suara wanita yang datang dari belakangku. Mungkin dia melihat diky jadi tahu posisi kami. Saat aku melihat ke samping ke arahnya... wiiihhh gilak manis juga nih cewek.
“Eh Fan... ini yang namanya Bimo kenalin” ucap diky
“Fani.....” kata Fani sambil mengulurkan tangannya untuk berkenalan. Jantungku sedikit berdebar saat berkenalan dengannya.

“Eh.. sory sory... Bimo” aku yang mengelap tanganku dengan tisu dulu sebelum menjabat tangannya yang putih bersih mulus. Kupegang agak lama kemudian Diky menegurku.
“Eyyy... udah dong jangan kelamaan salamannya” kata diky menegurku.
“Hehehehe sory sory fan..” kataku sambil tersenyum yang melihat senyum indahnya yang membuatku terpukau.
“It’s okee bim.. santai.” “Jadi gimana nih konsepnya?” tanya Fani to the point.

“Singkatnya aku punya ide kita bisa membuat konsep rumah dengan sangat sangat smart. Fani bikin konsep rumahny, dicky tentang pembangunannya dan aku yg bikin smart homenya.” Ucapku
“Bukannya udah banyak ya Bim konsep kayak gitu? Lalu apa yg bikkn beda?” kata fani yang beragumen kalau audah banyak ide ide tsb.
“Yaa memang sudah ada yg pake dari google, tapi aku pengennya kita bisa mengembangkan yg udah ada, semua peralatan bisa di kontrol baik di dalam maupun di luar rumah. Dari mulai hal sepele seperti kunci rumah.”

“Nanti aku yang bikin program dan penentuan peralatannya, Fani bikin konsep rumah dan tata letak peralatan serta Diky yang menentukan bahan digunakan.”
“Hmmm okelah iseng iseng ajalah yaa kita, menang syukur, engga yaa anggap aja buat pengalaman” kata Fani
“Iyaaa fan” jawabku
“Kapan deadlinenya Bim?” tanya diky
“Pengumpulannya sih 1,5bulan lagi, bisalah yaa kita selesein dalam 1bulan” tanyaku kepada Fani dan Diky.
“Diusahakan yaaa Bim. Sini nomer Hpmu kita buat grup komunikasi aja biar gampang nanti, kan kita ga setiap waktu bisa ketemu. Kita bisa update di grup” Kata Fani.

- - - - - -

Dalam waktu sebulan kemudian, kegiatanku cukup menguras energi. Pagi-sore kuliah, sore masih lanjut latihan basket, saat tidak ada latihan basket aku gunakan untuk berdiskusi dengan Diky dan Fani. Weekend kadang ada selipan latihan fisik basket, bantu ibuku di catering dan terkadang ngabisin waktu sama Putri adekku yang minta ditemenin keluar. Kadang juga ngabisin waktu sama berandalan temen kampus itu. Namun 1 hal yang terlewat, Nadya nampaknya sudah benar benar menepikanku, sudah susah untuk diajak ketemu. Telfon malem pun pasti liat kondisi apa ada orang tuanya atau tidak di rumah. Udah jarang ketemu, main ke rumah ga boleh, komunikasi via HP juga sembunyi sembunyi. Jengah juga aku menjalani hubungan sperti ini. Ga jelas keberadaannya ga jelas juga ujungnya mau dijalanin seperti apa.

“Fan dik... kayaknya udah kali ya ini. Udah cukup bagus sih menurutku” kataku karena paper kita udah jadi
“Yaaa menurutku sih juga cukup, lagian kita juga buatnya mepet” jawab Diky
“Aku ngikut kalian aja, aku bebas sih. Lagian kan kita cuman iseng iseng. Gpplah ga dapet juara yg jelas aku jadi deket sama kalian, punya temen baru yg asyik gitu.” Jawab Fani
“Awas Fan, ntar kamu tergila gila sama Bimo, gebetannya banyak tapi ga ada yg dijadiin pacar. Hahaha” jawab Diky
“Heleh... bacot.. mana ada, jangan percaya fan. Diky itu yg dari SMA ceweknya banyak” jawabku mengelak kata kata Diky. Didepan Fani nih, jgn dijelek2in dong citraku.

“Oohh... kalian ternyata dari SMA gitu ya? Terus skrg ngegebet siapa?? Dik, kamu jadi ngedeketin Diana?” tanya Fani
“Oohhh... jadi gitu Dik, terus Clara gimana?” tanyaku
“Clara mah udah putus kali Bim, Diana bolehlah.. tapi ada yg lebih cakep lagi. Hahahahaha” jawab Bimo
“Heleh.. bangke....” jawabku

“Eh... weekend keluar yuk... kan udah selesai nih. Refreshing gitulah..” ajak Fani kepadaku dan Diky
“Sory yaaa. Aku udah ada janji mau ngedate” kata diky
“Halaaaah... ayok sama kita kita aja Dik. Kenalin sama aku” kata Fani
“Ahhh... jangan nanti kamu insecure Fan” jawab Diky yg membuat kami tertawa
“Mau berdua aja ga Fan jalan sama aku?” ajakku kepada Fani
“Boleeeeh.... tapi jangan diculik yaaaah. Jemput aku yaaa Bim. Hehehe” kata Fani

“Udah kalian ngedate aja siapa tau kalian berjodoh” jawab Diky
“Huuuuu apaan sih dik... ga asyik kamu... dah yaaaa aku mau balik, ngantuk nih.. besok sabtu loh yaa Bim jemput aku. Mau kemananya terserah kamu. Hehehehehe” kata Fani
“Iye iye Fan.. gampang lah besok. Ntar aku submit yak papernya” kataku
“Okeeeeh..” jawab serentak Fani dan Diky.

------------


~Saturdate~
Hari sabtu ini, aku bakalan ngajak jalan Fani, ngomongin tentang Nadya entahlah ga ada kabar sudah susah dihubungin setiap weekend juga udah ga mau jalan. Daripada aku membangkai di rumah ga ada temen jalan. Fani bolehlah ga ada salahnya juga ngajakin cewek cantik teknik buat jalan.
“Fan nanti aku jemput dimana? Aku belum tau kosmu nih” tanyaku kepada Fani
“Aku kos di pogung kidul Bim deket kampus, kamu jemput kan naik apa?” tanya Fani kepadaku
“Naik Mobil ajalah ya, takut hujan fan. Jemput dimana?” jawabku
“Agak susah Bim masuknya kalau pake Mobil, yaudah nanti kamu tunggu deket Ngudi Rejeki yang utara teknik aja, nanti aku jalan deh gpp. Jam 7 ya Bim” jawab Fani
“Okee.. nanti habis maghrib langsung cusss” jawabku.

Beberapa waktu kemudian ~
“Fan aku udah di deket Ngudi nih” pesanku kepada Fani
“Okee.. bentar ya aku jalan kesana” jawab Fani
Setelah menunggu sekitaran 5 menit, Fani menelfonku.
“Yaa halo Fan, kamu dimana?” tanyaku
“Bim.. mobilmu yang Jazz Silver depan ini kan?” tanya Fani
“Iyaaa... masuk aja” jawabku

Fani kemudian masuk ke mobilku, wuuuiihhh... wanita ini sungguh cantik kalau dandan, wangi lagi. Beda banget kalau lagi kuliah, cantik tapi rada kucel. Kulihat Fani seakan aku ga berkedip, karena heran aja jarang jarang sih liat wanita di teknik cantik begini....
“Heiiii..... ngapain liatin akunya serius banget? Ada yg salah?” tanya Fani
“Gpp Fan... kamu keliatan beda aja hehe” jawabku
“Yaelah..... namanya juga mau keluar Bim, masak mau pake setelan kuliah, yg kumel keliatan kayak ga mandi. Hahaha. Yaudah yuuuuk makan laper nih” kata Fani
“Kamu pengen makan apa Fan?” tanyaku
“Kalau aku jawab terserah, kamu ada ide ga?” tanya Fani balik kepadaku. Aku belum ada ide sih mau makan dimana
“Drpd bingung bingung, mendingan makan di Warung Steak yuk. Lagi pengen nih, nanti habis makan temenin ke toko buku yah... lagi pengen cari novel lagi. Hehehe. Gpp kan Bim?” kata Fani tersenyum kepadaku di dalam mobil. Kami ke WS yg di depan GOR, menu yang laris di WS sih steak daging yg di goreng Crispy gitulah... steak murah meriah yang pas di kantong dan lidah mahasiswa.

Saat kami makan, kami ngobrol tentang keseharian dan perkuliahan kami, seakan akan kita lagi PDKT mencoba untuk menceritakan tentang diri masing masing dan mencoba untuk terbuka. Namun tiba tiba dia tanya sesuatu hal yang membuatku tersedak....
“Uhuuuk uhuuuuuk”
“Kenapa Bim kok batuk? Kamu beneran udah punya pacar yah?” tanya Fani dengan pandangan mata penasaran
“Ehhmmmmm...... sebenernya sih punya Fan, tapi kayaknya udah diambang batas deh... antara bakal lanjut atau engga?” jawabku

“Kenapa emang sama hubungan kalian? Kalau baik baik aja kayaknya kamu ga bakalan mau deh jalan sama aku.. yaaa kan? Dasar cowok..... playboy juga kamu Bim. Hahaha” kata Fani meledekku
“Yaaaah... gitulah fan, masalah restu orang tua sama ada cowok lain yg dijodohin” jawabku
“Mendingan kalian obrolin baik baik deh, kalau lanjut gimana, kalau udahan gimana. Daripada ngegantung, kasihan cewekmu Bim, dia nahan beban perasaan banyak loh...” kata fani memberikan saran kepadaku untuk memperjelas hubunganku dengan Nadya.
“Iya deh Fan, udah susah dihubungin, kapan kapan lah ntar aku obrolin. Kamu sendiri jomblo fan?” tanyaku
“Iyaaa dong, jelas!! Kalau udah punya pacar aku juga ga bakalan mau diajak jalan cowok playboy kayak kamu Bim. Hahahaha” canda Fani

“Playboy apaan coba Fan.....” jawabku
“Iya iyaaa Bimo..... Yaudah yuuuuk habisin makanannya. Kan kamu cowok yang udah punya pacar mau nemenin cewek jomblo ke toko buku. Hehehe” Fani kembali meledekku. Yaa iya sih, udah punya pacar tapi ngajak cewek lain jalan. Bodo amat yang penting seneng..... hahaha

Selesai makan kami menuju ke toko buku, pastinya di Gr*media Kotabaru yang bukunya lebih lengkap.
“Fan... mau cari buku apaan?” fani jalan menuju rak buku Novel
“Hmmmm liat liat dulu aja Bim... paling Novel deh” jawab Fani
Saat kami berkeliling dan aku berada di belakangnya mengikuti Fani tiba tiba aku dikejutkan oleh suara yang aku kenal..

“Bimoo......”
“Anton, kamu lagi kamu lagi....” kataku yang membuat Fani menoleh ke belakang karena nada bicaraku seperti nada orang emosi.
“Ohh... jadi kamu udah ga sama Nadya ya, mendingan kamu tinggalin deh Nadya kalau kamu ga bisa setia. Bener kan kamu bukan orang yang baik. Aku liat kamu pas kamu naik tangga, aku ikutin aja ternyata beneran kamu. Tenang Bim... aku udah ambil fotomu tadi, nanti aku kasih tau Nadya. Biar kalian cepet putus” kata Anton mengancamku

“Terserah aja Ton, suka suka kamu. Aku lagi ga pengen berantem yaa. Minggu depan kita tanding, mendingan kamu siapin mentalmu aja. Kita adu skill, daripada adu bacot” jawabku dengan nada agak keras
“Ohhh... udah berani kamu, siapin mentalmu juga. Hubunganmu sama Nadya bentar lagi juga ancur. Nadya sedikit lagi jadi milikku” jawab Anton yang semakin membuatku emosi

Kemudian Fani menggandeng tanganku untuk meninggalkan Anton
“Bim.. udah tinggalin aja jangan ribut disini” Kata Fani menarikku untuk jalan ke arah rak lain agar menjauh dari Anton
Kuacungkan kepalan tanganku ke arah Anton, mengisyaratkan aku siap tanding lawan dia.

---------

“Siapa sih bim?” tanya Fani di dalam mobil setelah Fani memilih dan membeli buku kami langsung menuju mobil.
“Dia, cowok yang ngebet berusaha ngerebut cewekku Fan, dia yang lebih dipercaya orang tuanya daripada aku.” Jawabku menjelaskan siapa Anton
“Ohh pantesan dia ngomongin masalah Nadya atau siapa tadi. Nadya cewek kamu kan Bim? Kayaknya sainganmu berat Bim kalau udah berhadapan restu.” Kata Fani

“Bim... kalau kamu ada apa apa, cerita aja ya. Aku siap kok jadi tempat ceritamu” kata Fani menawarkan diri untuk jadi tempat cerita
“Yaa okelah, pulang yuk fan. Oh iya, minggu depan aku ada pertandingan basket lawan FK, lawan cowok tadi. Kamu dateng yaaa” ajaku kepada Fani
“Oke.. tapi jemput yah” jawab Fani sambil tersenyum kepadaku
Senyumannya sungguh tulus, membuat emosiku reda. Kamipun segera pulang . . . .






bersambung~
inget libama dlu cui.....cerita hampir mirip...bedanya ane anaknkost wakakkaka...
keren hu....lancrotkan
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd