Cuplikan cerita selanjutnya.
Sehabis makan malam, Dewi dan Furqon kembali ke kamar mereka. Dewi duduk di depan cermin dengan gelisah, sementara Suaminya, duduk di tempat tidur sembari membuka bungkus obat kuat yang baru saja ia beli di tokoh jamu.
Rasanya ia sudah tidak sabar, ingin kembali menikmati tubuh Istrinya. Ia bertekad malam ini akan menghabiskan waktu bersama Istrinya.
Dewi menghela nafas pelan, setelah membalas pesan untuk seseorang, lalu ia membenarkan posisi jilbab yang agak berantakan. Setelah yakin dengan penampilannya, Dewi menghampiri Suaminya.
Furqon tersenyum menyambutnya. "Di minum sayang!" Tawar Furqon untuk Istrinya.
"Ini apa Mas?" Tanya Dewi bingung.
"Bukan apa-apa, hanya obat biasa, biar segar gak gampang capek." Jelas Furqon, padahal minuman yang ia berikan kepada Dewi adalah obat perangsang, untuk meningkatkan gairah Istrinya.
"Terimakasih Mas." Dewi tersenyum, lalu meminum minuman pemberian Suaminya.
Melihat Istrinya meminum habis obat perangsang pemberiannya, Furqon tersenyum senang, ia membayangkan malam yang panjang bersama sang Istri tercinta yang sudah lama tidak bertemu.
Selesai menghabiskan minuman tersebut, Dewi meletakan kembali botol minuman itu di atas tempat tidur. "Oh ya Mas, malam ini aku pergi dulu ya." Ujar Dewi, meminta izin kepada Suaminya.
Furqon merenyitkan keningnya. "Mau kemana kamu sayang?" Tanya Furqon, ia tidak rela kalau Istrinya pergi meninggalkan dirinya.
"Mau ikut pengajian Mas." Jawab Dewi, ia duduk di samping Suaminya.
"Pengajian?"
-----------
"Sepi..." Gumamku.
Aku berjalan di tengah kegelapan, tak ada apapun di sekitarku kecuali kegelapan. Entah ada di mana aku sekarang, seingatku tadi aku sedang bermain air di pantai, bersama seorang pemuda yang amat aku cintai, tapi tiba-tiba ada ombak besar yang menyeretku.
Oh Tuhan...
Apakah aku sudah mati? Terus dimana kekasih hatiku, apa dia baik-baik saja.
"Ziza... Ziza..."
Sayup-sayup aku mendengar suara kekasih hatiku, memanggil-manggil namaku, membuat langkahku terhenti. Aku mencoba mencari sumber suara itu, tapi aku tidak menemukannya.
"Sayang... di mana kamu?" Aku berteriak histeris. "Tolooong... tolooong aku..." Kataku, berusaha menganggil-manggil kekasih hatiku
"Aku di sini jangan takut." Katanya lagi.
Perlahan kulihat ada cahaya terang di ujung jalan, kulangkahkan kakiku menuju cahaya tersebut.
----------
Pov Outhor
"Assalamualaikum Aisyah."
"Waalaikum salam Mbak."
"Gimana kabar anak saya? Apa dia baik-baik saja..."
"Alhamdulillah dia baik-baik saja Mbak, dia anak baik, insya Allah Tuhan akan menjaganya.."
"Terimakasih ya Aisya, saya takut, masa lalu saya terulang kembali."
"Saya berjanji akan selalu mengawasinya."
"Terimakasih Aisya, dan maafkan saya."
-------------