Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT PERJUMPAAN (racebannon)

PERJUMPAAN – 35

--------------------
--------------------

015-ap10.jpg

“Nah, itu… Sebaiknya kamu tanyain lagi ke sutradaranya, karena akhir-akhir ini suka ujan, apa perlu kita agendain….. beberapa hari shoot lagi, in case…”

Hening. Diam sejenak. Suara Stephanie terpotong.

“Kak?” tanya suara di seberang sana, entah kenapa terasa menggelegar di sudut ruangan yang diset untuk tempat kerja di apartemen tempat tinggal Stephanie ini.

“Eh?”
“Iya itu gimana kelanjutannya”
“Nah… Iya.. In case bakal ada ujan lagi…. Kemaren-kemaren kan ada beberapa shot yang ketunda, coba sekalian itung kita budget loss berapa gara-gara penundaan ini”

“Kakak gak apa apa?” tanya suara yang lain.
“Nnn…”
“Kak Steph? Suaranya keputus”
“Eh… Gak keputus kok… Aku emang ga ngomong jelas tadi”

Stephanie mencoba mengatur nafasnya.

“Oh terus apalagi kak, kita soalnya sore ini ada mau ke tempat shooting buat mantau. Ada anak yang disana sih, cuman kita agak senewen sama updatenya”
“Yah itu kalo kalian percayain sama freelance… Harusnya kalian pantengin dari pagi”
“Kan kita ada beberapa meeting dulu kak”
“Gapapa kan bisa dari sana…” Stephanie menggigit bibirnya untuk menahan sesuatu. “Pake zoom” lanjutnya dengan nada yang super canggung.

“Iya sih… Ini mau langsung jalan dulu” sambung salah seorang anggota tim nya dari jarak nun jauh disana. Sebenarnya tidak jauh, hanya sekitar beberapa kilo saja dari apartemen ini. Stephanie sengaja menyewa apartemen yang jaraknya lumayan dekat ke kantor kami.

“Yaudah, cepet sembuh ya kak” sahut yang lainnya.
“Okay” balas Stephanie dengan pelan.
“Tumben ga dinyalain kameranya tapi” tanya yang satu lagi.

“…” Stephanie terdiam, sambil meringis supaya tak bersuara.
“Kak?”
“N?”

“Are you there?”
“Iya… Itu aku amburadul banget… Tadi aja baru bangun tidur sebelum meeting ini” jawabnya sekenanya.

“Tumben siang amat bangunnya?”
“Kan aku WFH karena ga enak badann…” balasnya dengan nada yang sudah agak amburadul.

“Oke deh… Bye Kak”
“Bye guys”

Dan dengan gerakan cepat, Stephanie mematikan aplikasi meeting online itu, dan segera menutup laptopnya. Dia lalu menjatuhkan punggungnya ke dadaku.

“Fuck you” bisiknya ke telingaku.
“Sssh…” bisikku balik.
“Nnnh… Ahh…” dia langsung mengerang dengan kencang. “Aahh.. Bas… Bangsat… Ahhh…”

Stephanie duduk di atas pangkuanku, di kursi kerjanya. Aku dari tadi tanpa busana dan Stephanie hanya memakai T-shirt berwarna putih saja. Kami sedang berhubungan seks. Di kursi itu.

Sebenarnya Stephanie memulai meeting dengan normal, tapi dia tak kuasa ketika aku menghampirinya dan mulai memeluknya dari belakang, menciumi leher dan telinganya. Untung saja dia tidak menyalakan kameranya. Kalau iya, ini bisa geger. Bisa luar biasa geger. Tapi karena tidak, kami merayakan hari terakhir sebelum aku kembali ke kehidupan “normal” ku dengan melakukan hal gila ini.

Having sex during an online meeting.

“Hnnn…” Dia meringis, mencoba merasakan kenikmatan yang menjalar dari area kewanitaannya. “Fuck!” dia mengejang sebentar, sambil menggigit bibirnya sendiri.

“Tumben cepet” bisikku.
“Shut up” balasnya, sambil tersenyum nakal. Kami melakukannya dengan cepat, dan rasanya begitu menantang, karena kami menyerempet bahaya. “Your turn” Stephanie melepaskan dirinya dari diriku, dan dia duduk bersimpuh di hadapanku. Dengan satu gerakan cepat ia melepas kondom yang kupakai.

“Mmmnn” dia langsung memasukkan kelaminku ke dalam mulutnya. Dia mengulumnya dengan kecepatan tinggi, sambil menggenggamnya dan mengocoknya dengan kencang.

“Steph..”
“Nnnhhh… Ahhh…”
“Steph… Pelan-pelan”
“Mmnn…”
“Steph….”

“Nnhhhh….. Nnn… Di mulut atau di muka?”
“Hah?”
“Mmmnnn…” Dia mengulumnya lagi.
“Apa? Hah?” aku bingung mendengarkan pertanyaannya.

“Di mulut atau di… Ah!”

Mendadak, dia meledak. Cairan putih kental itu meledak di muka Stephanie. Sperma mengalir dari pipinya, meleleh ke arah bibir dan dagunya.

“Nakal kamu…”
“Hah… Nakal kenapa?” tanyaku dengan nada setengah bodoh.
“Gak bilang-bilang kalau mau keluar” tawanya kecil.
“Kamu yang bikin jadi kayak gini” balasku.
“Hahaha…. Ada aja… Gak mau disalahin”
“Ya emang kan”
“Yuk ah, mandi… Jadi kotor aku.. Padahal males mandi hari ini” dia beranjak, berdiri dan berjalan ke arah kamar mandi.

Aku hanya bisa tersenyum kecil, dan memperhatikan langkahnya sampai ke tujuannya. Langkahnya begitu menggemaskan, membuat aku tak henti-henti melihatnya.

Ya, hari ini aku dan dirinya memutuskan untuk mengambil jatah WFH. We need that. Karena ini adalah hari terakhir aku bisa bersamanya sebebas ini. Nanti malam, Listya pulang ke Jakarta. Dan aku harus mengakhiri hidup dalam mimpi ini.

Aku menutup mata, menghela nafas, dan mencoba menghirup sedalam-dalamnya aroma Stephanie.

Setidaknya, itu bisa kulakukan dengan bebas sekarang. Dan bukan tak mungkin aku tak akan pernah bisa melakukannya lagi.

--------------------

07631510.jpg

“Gimana?” tanyaku di tengah gelapnya malam, di jalan menuju rumah. Kami berdua masih di dalam mobilku, dan kami meluncur di jalan tol yang menghubungkan Bandara dengan Selatan Jakarta.

“Gimana apanya?” tanya Listya, sambil memainkan handphonenya.
“Bali”
“Yah… Aku gak bisa banyak keluar, aku di hotel terus nyiapin ini itu”
“Rakernya ribet?”
“Ribet as usual”

Kami berdua diam lagi. Listya sedang berkonsentrasi di layar ponsel pintarnya, sementara aku berkonsentrasi untuk mengemudikan mobil ini, dengan baik.

Suasana tidak begitu ramai, mungkin karena memang flight Listya jam nya cocok. Dia datang ketika kemacetan Jakarta sudah terurai, berbeda dengan tadi, ketika aku jalan ke bandara, dimana kemacetan Jakarta baru saja dimulai.

“So… Kayaknya kamu masih ribet”
“Yah… Gitu deh…”
“Ada apa lagi?”
“Ini, aku coba ngumpulin harga kembang api dari vendor yang kita pake kemarin”
“Kembang api?”
“Ya kamu liat kan, di wa yang aku kirim, penutupannya kemarin malam sebelum hari ini acara bebas, ada kembang apinya”
“Oh iya”

Dasar BUMN. Menghabiskan hal-hal yang tidak perlu. Harusnya kalian fokus mencari pemasukan untuk negara.

“Terus, kenapa kamu ngumpulin harganya?”
“Bukan aku yang budgeting kemarin soalnya”
“Kenapa, bakal di audit? Makanya kamu kumpulin data?” tanyaku dengan logis.
“Bukan”
“Terus?”
“Ya ini, komisaris utamaku pengen tau harganya, karena anaknya mau nikah akhir bulan depan, dia mau bikin kembang api show gitu lah…”

“Kembang api?” aku sedikit mendelik. “Buat nikahan?”
“Ya kamu tau lah, pejabat suka gitu”
“Terus kami cari taunya sekarang gitu? Jam 11 malem? Gak besok aja?”
“Aduh, kalo ga sigap, bos ku bisa kehilangan muka” jawab Listya.

“Oh…”

Yah, hidup ala instansi negara. Penuh dengan hal-hal normatif yang tidak perlu. Hidup yang tampaknya membosankan. Semuanya tampak penuh kepalsuan. Semua untuk bos, semua untuk direktor, semua untuk komisaris.

Entah kenapa, aku membayangkan di masa depan, jika Listya pangkatnya sudah tinggi dan menjadi direktur, atau ketika nanti dia sudah pensiun, karena jasanya yang banyak di BUMN, dia diangkat jadi komisaris salah satu anak perusahaan kantornya sekarang. Dan entah kenapa, aku bergidik. Aku tak bisa membayangkan akan seperti apa nanti hidup kami jika itu terjadi.

Hidup penuh basa-basi dan hal-hal tak perlu.

Untuk sesaat, aku ingin putar balik dan mengulang hari senin kemarin.

Dalam kepalaku, aku menginjak rem, atau membanting setir, dan melaju ke arah Stephanie berada. Sepertinya, masa depan seperti itu bukan untukku.

Ya. Bukan untukku.

--------------------

BERSAMBUNG
 
Plot twits banget kalo tiba2 Listya Juga selingkuh.

Nice update Suhu. Sehat Terus
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd