Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Pesantren Series (Remake)

Status
Please reply by conversation.
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Part 2


Dwi


Aziza

06:00

"Baru mau mandi?" Tegur Dwi yang sedang sibuk di dapurnya.

"Iya Kak, ada orang gak kak?" Tanya Aziza, sembari melihat Kakaknya yang sedang menggoreng nasi. Aziza tersenyum melihat nasi goreng kesukaannya.

"Kosong!"

"Aku mandi dulu ya Kak." Ujar Aziza lalu segera menuju kamar mandinya.

Di dalam kamar mandi Aziza menanggalkan jilbabnya, lalu membuka satu persatu kancing piyama tidurnya dan meletakkannya di dalam mesin cuci. Kemudian Aziza melepas celana piyama berikut dengan celana dalamnya dan kembali meletakan pakaiannya tersebut di dalam mesin cuci.

Tanpa di sadari Aziza, sepasang mata tampak mengawasinya dari balik pentilasi kamar mandi mereka. Mata pria tersebut tampak berbinar memandangi tubuh telanjang Aziza.

Payudara Aziza yang berukuran 36b, dengan puting berwarna coklat muda berukuran sedang, terlihat ranum dan menantang, beberapa kali pria itu menelan air liurnya ketika menatap gundukan memek Aziza yang di tumbuhi rambut kemaluan yang tidak begitu lebat, tapi terlihat eksotis di mata tuanya.

Perlahan gadis Soleha itu mengguyur tubuhnya dengan gayung, menggosok-gosok tubuhnya dengan sabun cair.

Ia mengusap-usap payudaranya, mengelus putingnya yang terlihat mengeras.

Ketika ia menggosok kakinya, Aziza sedikit membungkuk membelakangi sang pengintip, hingga pria tersebut dapat melihat bibir kemaluan Aziza yang berwarna coklat muda.

Karena sudah tidak tahan pria tersebut segera mengeluarkan terpedo miliknya dan mulai melakukan gerakan senam lima jari.

Mata tuanya semakin melebar, dan gerakan tangannya semakin cepat, ketika ia melihat payudara Aziza yang ranum itu berayun-ayun ketika ia sedang menggosok gigi.

Setengah jam lamanya pria tersebut menikmati tubuh telanjang Aziza, seorang gadis cantik yang hanya tinggal bertiga dengan saudaranya Ustadza Dwi beserta Suami dari Saudaranya itu.

Selesai mandi Aziza segera mengeringkan tubuhnya dengan handuk, dan memakai kain batik berikut dengan jilbab langsungan miliknya.

"Sudah selesai? Lama banget sih kamu mandinya Dek." Protes Dwi yang sedari tadi menunggu Aziza selesai mandi.

Ternyata Dwi sudah menunggu adiknya cukup lama di depan pintu kamar mandi. Terlihat handuk dan kain batik di lengannya.

"Namanya juga mandi Kak." Aziza memanyunkan bibirnya.

Ustadza Dwi menghela nafas, lalu ia segera masuk ke dalam kamar mandinya. Segera Ustadza Dwi menanggalkan satu persatu pakaiannya hingga ia telanjang bulat. Birahi sang pengintip yang tadinya sempat reda kini kembali menggebu-gebu.

Setelah membasahi tubuhnya, Ustadza Dwi menuangkan sabun cair lalu mengusap-usapkan telapak tangannya di sekujur tubuhnya.

Kedua tangannya dengan telaten mengusap payudaranya, dan putingnya yang besar.

Mata Pak Bejo melotot menatap nanar kearah payudara Ustadza Dwi, ketika istri Soleha itu memijit pelan payudaranya yang membusung indah.

"Ssstttt... Suatu hari nanti aku harus bisa mengepal tetek kamu Ustadza." Gumam Pak Bejo, tangan kanannya terlihat sibuk memijit kemaluannya.

Matanya turun menuju gundukan tebal memek Ustadza Dwi, ketika jemari halus itu menggosok-gosok lembut rambut kemaluannya, hingga ke bibir kemaluannya yang terlihat sedikit bergelembir.

Pak Bejo membayangkan rasanya kalau kontol besar miliknya menusuk-nusuk lobang memek Ustadza Dwi.

"Aarrrrt..." Erang Pak Bejo tertahan.

Croootss... Croootss... Croootss...

Spermanya menembak dinding kamar mandi Ustadza Dwi, ia terlihat sangat puas setelah melihat dua bidadari cantik yang sedang mandi telanjang.

Tepat ketika Ustadza mengeringkan tubuhnya dengan handuk, Pak Bejo pergi meninggalkan rumah Ustadza Dwi sembari bersiul-siul senang. Di dalam hatinya, ia bertekad ingin merasakan tubuh kakak beradik tersebut.

*****


Suci

06:30

Tampak seorang wanita tengah sibuk merapikan jilbabnya, memoles wajahnya dengan cream wajah hingga terlihat lebih glowing, terakhir ia menggunakan lipstik berwarna merah muda di bibirnya. Di depan kaca ia tersenyum puas melihat hasilnya.
Tiba-tiba dari belakang seorang pria memeluk lehernya, sembari berbisik mesrah di samping telinganya.
"Kamu cantik sekali." Pujinya.
Ustadza Suci tampak tertawa renyah mendengarnya. "Jangan mulai lagi deh." Ucap manja Ustadza Suci kepada sang Suami.
"Hehehe... Cuman sebentar, boleh ya Dek."
Suci mendesah pelan. "Boleh kok Mas, kan Adek miliknya kamu Mas." Jawab Suci, seraya tersenyum memandang Suaminya.
Ardi mengangkat dagu sang Istri, ia mengecup mesrah bibir merah Istrinya, mencium wajahnya dengan penuh nafsu. Suci membiarkan saja perhiasan wajahnya menjadi rusak kembali oleh keganasan Suaminya.
Perlahan Ardi membimbing Istrinya menuju tempat tidurnya.
Lalu dia membaringkan Istrinya, sembari menindih Istrinya yang sedang melingkarkan kedua tangannya di leher Ardi.
"Kamu cantik seksi Dek." Puji Ardi tak henti-hentinya.
Ia kembali mencium wajah Istrinya, kemudian kedua jarinya membuka kancing kemeja batik yang di kenakan oleh Istrinya. Tampak di balik kemeja payudara Suci yang berukuran 34D terbungkus indah di balik bra berwarna biru dengan renda hitam.
Suci membantu melepas pengait branya, lalu menyingkapnya keatas.
Dengan cepat Ardi menyambar payudara Istrinya, ia menjilati dan menghisap puting Suci yang berukuran besar, berwarna coklat tua.
"Sruuuupsss... Sruuuupsss... Sstttttt..."
"Aaahkk... Mas! Aaahkk... Enak Mas, Uhhk.... Ya Allah Mas... Aaahkk..." Rintih Suci.
Tangan Ardi menyingkap keatas rok hitam yang di kenakan Istrinya, kemudian ia menarik turun celana legging beserta celana dalam yang di kenakan oleh Suci. Dengan posisi mengangkang, Ardi dapat melihat bibir memek Suci yang bergelembir berwarna coklat tua.
Perlahan wajah Ardi masuk ke dalam rok yang di kenakan Istrinya, ia mencium paha Istrinya, kemudian beralih kebibir kemaluan Suci.
Dengan lembut ia mengecup, menjilat kemaluan Istrinya yang telah basah. Sesekali ia menusuk-nusuk lobang memek Istrinya dengan lidah, mengorek-ngorek liang kemaluan Istrinya.
"Mas... Masukan sekarang! Nanti aku telat." Pinta Suci.
Ardi segera menanggalkan celananya, lalu kembali menindih tubuh Istrinya.
Dengan di bantu oleh Suci, kontol Ardi membela, menembus kemaluannya. Wajah Ardi tampak menegang, merasakan jepitan memek Suci di batang kemaluannya.
"Ough... Enak sekali sayang." Gumam Ardi.
Suci melingkarkan kedua kakinya di pinggang Suaminya, yang dengan perlahan mulai memompa lobang memeknya.
Plooookss... Plooookss... Plooookss... Plooookss... Plooookss... Plooookss...
Pinggul Ardi bergerak maju mundur, maju mundur menyodok memek Istrinya, hingga akhirnya ia menyerah dan menembakan lahar panasnya ke dalam rahim sang Istri.
Croootss... Croootss... Croootss...
Suci dapat merasakan hangatnya sperma sang Suami di dalam rahimnya.

"Enak banget Dek." Lirih Ardi.
Suci tersenyum. "Iya Mas, enak banget." Jawab Suci sembari menatap sayu Suaminya.
Ada rasa bangga di dalam hati Ardi karena membuat Istrinya keenakan. Tetapi tanpa di ketahui Ardi, Suci merasa menggantung, ia tidak menemukan rasa kepuasan dari Suaminya. Bagi Suci, sodokan kontol Suaminya seakan hanya menggelitik kemaluannya.
Setelah istirahat beberapa menit, Suci segera ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Di dalam kamar mandi Suci diam-diam mengambil dildo simpanannya, ia menancapkan dildo tersebut diatas tutup closet, dan dengan perlahan ia menduduki dildo tersebut buat memuaskan birahinya yang tadi di buat kentang oleh Suaminya.

*****

[/URL
Zaskia
Suasana pagi yang cerah, di kediaman Zaskia, tampak wanita cantik itu tengah menyiapkan sarapan pagi. Rayhan yang juga berada di dapur, menatap keluar pintu belakang rumahnya. Ia melihat Mbak Inem yang tengah menjemur pakaian.
Melihat Kakaknya yang masih sibuk memasak, diam-diam Rayhan keluar meninggalkan dapur. Ia menghampir Mbak Inem yang tersenyum melihatnya.
"Belum berangkat ke sekolah Ray?" Tanya Mbak Inem.
Rayhan memperhatikan sepasang buah dada Mbak Inem yang tampak memantul ketika ia mengibaskan pakaiannya yang basah. "Belum Mbak, Kakak lagi masak." Aku Rayhan.
"Mau bantuin Mbak jemur pakaian?"
"Ma-mau Mbak." Jawab Rayhan cepat.
[URL=https://www.imagebam.com/view/ME4VU9V]

Ia segera mengambil posisi di samping Mbak Inem, dengan tangkas ia memeras gamis Mbak Inem di dalam baskom. Mbak Inem membungkuk seraya mengibaskan jilbabnya ke belakang, hingga Rayhan dapat melihat belahan payudaranya.

Rayhan memberikan pakaian yang baru saja ia peras kepada Mbak Inem. Seraya tersenyum penuh arti Mbak Inem menerimanya.

Sembari mengobrol mereka bekerjasama menjemur pakaian milik Mbak Inem. Dan selama itu juga Rayhan menikmati kemolekan payudara Mbak Inem yang di mana di balik gamisnya Mbak Inem tidak memakai bra sehingga beberapa kali Rayhan dapat mengintip puting Mbak Inem ketika ia membungkuk.

"Gantian Ray! Punggung Mbak pegel membungkuk terus." Ujar Mbak Inem sembari merenggangkan pinggangnya di depan Rayhan.

"Boleh Mbak."

Rayhan segera berdiri menggantikan posisi Mbak Inem, sementara Mbak Inem berjongkok di samping di depan baskom hitam miliknya.

Saat Rayhan hendak mengambil pakaian dari Mbak Inem, wajah Rayhan tampak kecewa karena Mbak Inem yang mengenakan gamis, membuat Rayhan tidak bisa melihat dalaman Mbak Inem walaupun tetangganya itu berfose jongkok.

Seakan mengerti kekecewaan Rayhan, setelah memastikan tidak ada orang lain di sekitar mereka berdua. dengan sengaja Mbak Inem menarik gamisnya hingga melewati lututnya, "Matanya di jaga!" Bisik Mbak Inem sembari membuka kedua lututnya.

Mata Rayhan membelalak, menatap nanar kearah selangkangan Mbak Inem. Di balik gamisnya ternyata Mbak Inem tidak memakai dalaman, membuat Rayhan dapat melihat jelas gundukan memek Mbak Inem yang di tumbuhi rambut lebat.

Lagi-lagi Mbak Inem tersenyum penuh arti kearah Rayhan, membuat pemuda itu tampak salah tingkah.

Kekecewaan Rayhan kemarin kini terbayar lunas dengan pemandangan yang ada di hadapannya saat ini, Rayhan tersenyum kegirangan.

"Ni Ray pakaiannya! Malah bengong." Tegur Mbak Inem sembari menyodorkan pakaiannya.

Rayhan mengambilnya. "Hehehe... Maaf Mbak." Jawab Rayhan, ia bergegas menyampirkan pakaian tersebut di tali jemuran.

Setelah menyampirkan pakaian tersebut di tali jemuran, Rayhan kembali mencuri-curi pandang kearah selangkangan Mbak Inem. Matanya membeliak, menatap nanar memek Mbak Inem yang terlihat tembem itu, walaupun memeknya sebagian besar tertutupi oleh rimbunan rambut kemaluannya, tapi tetap saja tidak mengurangi keindahannya.

Beberapakali Rayhan menelan air liurnya, mengagumi keindahan yang ada di depan matanya.

Jauh dari lubuk hati Mbak Inem, ia merasa ada kebanggaan di dalam dirinya, melihat bagaimana Rayhan menatap nanar memeknya.

"Kamu sudah punya pacar belum Ray?" Tanya Mbak Inem membuyarkan lamunan Rayhan.

"Belum Mbak!" Jawab Rayhan sembari menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. "Di pesantrenkan gak boleh pacaran Mbak." Elak Rayhan, sembari ikut berjongkok dan hendak membantu Mbak Inem memeras pakaian.

"Biar Mbak aja Ray! Nanti cepat selesai Lo." Pancing Mbak Inem seraya tersenyum. "Masak si kamu belum punya pacar? Mbak yakin pasti banyak cewek yang suka sama kamu." Puji nya, membuat Rayhan makin salah tingkah.

"Mbak bisa aja."

Mbak Inem menatap serius Rayhan. "Sebelum menikah, tidak ada salahnya pacaran dulu Ray." Nasehat Mbak Inem, kali ini obrolan mereka terlihat lebih serius.

"Dulu Mbak sama Pak Pur pacaran berapa lama?"

"Mbak gak pacaran dulu! Kami berdua di jodohkan, dan hasilnya Mbak merasa kecewa." Aku Mbak Inem.

Rayhan terdiam sejenak, ia tidak menyangkah kalau rumah tangganya Mbak Inem dengan Pak Pur bermasalah, karena selama ini yang Rayhan lihat mereka sepertinya baik-baik saja, bahkan Rayhan tidak pernah mendengar mereka meributkan sesuatu.

"Emangnya Mas Pur tidak sebaik yang terlihat ya Mbak?" Tebak Rayhan yang di selingi dengan pertanyaannya.

Mbak Inem menggelengkan kepalanya. "Bukan itu masalahnya Ray! Suami Mbak itu orangnya sangat baik banget, dan perhatian juga sama Mbak." Jawab Mbak Inem, membuat Rayhan makin bingung.

"Jadi masalahnya apa dong Mbak?"

"Menikah itu bukan hanya sekedar memenuhi kebutuhan lahir aja, tapi juga kebutuhan batin, khususnya kebutuhan biologis, atau sex. Kamu mengerti kan maksud Mbak?" Ujar Mbak Inem, Rayhan menganggukkan kepalanya. "Suami Mbak mungkin memang pria yang baik, tapi sayangnya dia tidak mampu memenuhi kebutuhan biologis Mbak." Sambungnya lagi.

"Aku gak begitu paham Mbak! Emang bagaimana cara memenuhi kebutuhan biologis wanita Mbak." Tanya Rayhan yang tampak antusias.

Sebagai seorang pria yang nantinya akan memiliki seorang Istri, rasanya sudah sewajarnya kalau Rayhan menganggap obrolannya saat ini sangat penting, selain itu obrolan mereka yang semakin panas, membuat Rayhan makin bergairah.

"Itulah gunanya pacaran Ray! Selain agar bisa saling mengenal, pacaran juga bisa mengasah kemampuan kamu dalam memuaskan wanita." Jawab Mbak Inem seraya mengedipkan matanya.

"Mbak bisa aja, hehehe..."

Mbak Inem ikut tertawa, obrolan mereka berlanjut, dan semakin dalam membahas tentang hubungan pria dan wanita. Tentu saja Rayhan dengan senang hati menanggapi obrolan saru tersebut.

Mbak Inem menjelaskan detail tentang apa saja yang di inginkan wanita terhadap seorang pria, terutama masalah ranjang. Mbak Inem juga menasehati Rayhan agar tidak mengecewakan pasangannya, agar pasangannya bisa setia kepada Rayhan, dan Mbak Inem juga memberitahu Rayhan resiko kalau Rayhan tidak mampu memberikan kebutuhan biologis seorang wanita.

"Jangan salahkan pasanganmu mencari kepuasan di luar sana, jikalau seandainya kamu gak bisa memberikan kepuasan biologis kepadanya Ray." Ujar Mbak Inem.

"....." Rayhan terdiam menyimaknya.

"Tapi Mbak yakin kok, kamu pasti bisa memuaskan pasanganmu nanti! Hanya saja kamu harus banyak belajar, dan mencari pengalaman." Mbak Inem menyentil hidung Rayhan. "Ini yang terakhir Ray." Mbak Inem menyerahkan pakaian terakhir yang harus di jemur.

Rayhan segera menyampirkan pakaian terakhir tersebut, ia agak kecewa ketika melihat Mbak Inem berdiri, membuatnya tak bisa lagi melihat memeknya.

"Terimakasih ya Ray, sudah mau bantuin Mbak."

Rayhan tersenyum kaku. "I-iya Mbak, sama-sama." Jawab Rayhan.

"Mbak pulang dulu ya."

Sebelum Mbak Inem pergi, Rayhan memberanikan diri meminta sesuatu kepada Mbak Inem. "Mbak..." Panggilnya. Walaupun sempat ragu, pada akhirnya Rayhan mengatakannya. "Tolong ajarin aku, agar bisa menjadi pria idaman wanita." Ucap Rayhan dengan satu tarikan nafas.

Mbak Inem terdiam sesaat, kemudian ia tersenyum dan disusul oleh anggukan kepalanya.

Rayhan melompat kegirangan, sementara Mbak Inem tertawa renyah. Ia pun akhirnya berjalan meninggalkan Rayhan dengan senyuman yang terukir di bibirnya. Sementara Rayhan terlihat sangat senang, karena dengan begitu ia bisa semakin dekat dengan Mbak Inem.

Sanking girangnya, ketika ia kembali ke rumah, Rayhan tidak memperdulikan Omelan Zaskia yang sedari tadi mencarinya.

*****

[/URL
Mariska
14:00
Mariska baru saja pulang dari mengajar, setibanya di rumah, ia dikagetkan dengan kehadiran Pak Sobri dan kedua ajudannya yang sedang berada di ruang tamu bersama suaminya. Dari raut wajah Reza, Mariska sudah bisa menebak kalau kedatangan Pak Sobri ada maksud tertentu.
"Assalamualaikum." Sapa Mariska.
"Waalaikumsalam."
Mariska melihat sebentar kearah Pak Sobri yang juga balik memandangnya dengan tatapan yang sulit ia mengerti. "Sudah lama Pak?" Tanyanya sekedar berbasa-basi sembari tersenyum tipis.
"Sudah cukup lama." Jawab Pak Sobri ketus.
Diam-diam Pak Sobri mengamati bentuk tubuh Istri Ustad Reza. Selain cantik, bentuk tubuhnya juga menggoda, rasanya Pak Sobri sudah tidak sabar ingin segera mendapatkan Mariska yang terlihat jutek saat menatapnya barusan.
"Sebentar Pak, aku buatkan minuman dulu." Ujar Mariska.
Saat Mariska hendak ke dapur, Pak Sobri mencegahnya. "Tidak perlu repot-repot Bu Ustadzah, kami sudah mau pulang." Katanya.
"Kok buru-buru sekali Pak." Kata Mariska, tapi di dalam hati ia merasa senang mendengarnya.
Jujur Mariska tidak begitu menyukai Pak Sobri, di balik sikapnya yang ramah, Mariska merasa kalau Pak Sobri bukanlah pria baik-baik. Mariska bisa melihat itu dari tatapan matanya yang mengisyaratkan seorang pria cabul, di tambah lagi dengan berita miring tentang Pak Sobri yang suka kawin cerai, membuatnya makin tidak menaruh respect kepadanya.
"Saya masih ada urusan lain di luar!" Ujarnya, yang kemudian menatap Reza. "Mas Reza saya mohon kerjasama ya." Katanya, lalu ia memberi isyarat kepada kedua ajudannya untuk pergi.
Selepas kepergian Pak Sobri, Mariska langsung terduduk lemas di samping Suaminya. Ia menatap penuh arti kearah Suaminya.
Mas Reza ikut menghela nafas, ia tidak berani menatap Istrinya.
"Ada masalah apa Mas?" Tanyanya.
Reza terlihat semakin gelisah. "Tidak ada masalah apa-apa Dek!" Katanya, tapi Mariska tau, kalau Suaminya sedang berbohong.
"Mas." Mariska meraih tangannya dengan erat. "Aku Istrimu, aku berhak tau." Katanya pelan.
Reza menatap Istrinya, dan Mariska membalas tatapannya dengan penuh tanda tanya. Perlahan Reza menyandarkan punggungnya, memejamkan matanya sembari menghela nafas beberapakali.
"Maafin Mas Dek!"
Mariska terdiam, memandangnya dan menunggu dirinya untuk berterus terang kepadanya.
Perlahan dan dengan sangat hati-hati, Reza menjelaskan kepadanya masalah yang kini ia hadapi. Mariska benar-benar terkejut, saat mengetahui ternyata Mas Reza berhutang ke Pak Sobri untuk membiayai rumah sakit Ibunya satu bulan yang lalu.
Dari awal Mariska sudah merasa curiga, ketika Reza memberinya uang sebesar 30 juta untuk biaya pengobatan Ibunya yang tengah menderita diabetes. Dan sekarang ia tau, dari mana asal uang tersebut. Seandainya ia tau lebih awal, tentu ia akan melarang Suaminya berhutang ke Pak Sobri.
Jujur mendengar pengakuan Suaminya, membuat tubuhnya terasa lemas. Ia tidak menyangkah kalau Suaminya meminjam uang dari Pak Sobri, yang di kenal sebagai rentenir.
"Maafkan Mas Dek." Lirihnya.
Mariska tak tau apakah ia harus marah atas tindakan Suaminya kali ini. "Mas tidak salah! Aku tau Mas melakukan ini semua untuk Ibu di kampung." Katanya yang akhirnya mencoba menerima keputusan Suami nya. "Aku mohon mulai detik ini, tidak ada lagi yang Mas sembunyikan dariku." Pinta Mariska, Reza menganggukkan kepalanya.
"Mas janji, lain kali Mas akan memberitahumu terlebih dahulu." Katanya membuatnya akhirnya bisa tersenyum.
"Pak Sobri tadi ke sini mau nagih hutang ya Mas?"
Mas Reza mengangguk lemas. "Iya Dek, katanya kalau Mas tidak membayar angsurannya bulan ini, ia akan menyita barang-barang yang ada di rumah kita." Jelasnya.
"Astaghfirullah... Jadi gimana Mas? Uangnya adakan Mas?" Tanya Mariska khawatir.
Mas Reza menggelengkan kepalanya, membuat tubuh Mariska kembali terasa lemas. "Sisa uang bulan ini sudah aku kirim ke kampung Dek! Adikku butuh uang untuk membayar biaya sekolah." Ujarnya, sembari mengusap wajahnya beberapakali.
Sebenarnya Mariska merasa frustasi dengan kondisi keluarganya saat ini, Ibunya di kampung sekarang sakit-sakitan dan membutuhkan uang yang cukup banyak, begitu juga dengan keluarga Suaminya, adik-adik nya yang masih sekolah membutuhkan biaya yang tidak sedikit, dan mereka sangat mengandalkan Reza untuk membantu membiayai sekolah adik-adiknya.
Tapi Mariska sadar, kepanikan tidak akan menyelesaikan masalah. Dan ia percaya kalau Allah tidak akan memberikan cobaan melebihi batas kemampuan hamba-nya. Mariska yakin pasti ada jalan keluarnya
*****
Setelah pamit dari Hj Laras, Daniel segera menuju rumah KH Sahal yang terletak di wilayah santriwan. Setibanya di rumah KH Sahal, ia di sambut hangat oleh KH Sahal, dan Pak Sobri yang baru pulang dari rumah Ustadza Mariska.
KH Sahal memperkenalkan Pak Sobri kepada Daniel, sebagai d0natur (jadi d0natur HANYA melalui admin team, BUKAN lewat staff lain) mereka.
"Oh jadi ini yang namanya Pak Sobri." Ujar Daniel.
Pak Sobri tersenyum. "Bagaimana kabarmu Dan? Betah tinggal di sini." Tanya Pak Sobri sembari menghisap rokoknya.
"Betah gak betah, hehehe..."
"Nanti juga kamu pasti betah tinggal di sini Dan, apalagi kalu sudah merasakan jepitan memek santri dan Ustadza di sini, hahaha..." Tawa KH Sahal.
"Ya benar sekali! Hahaha..." Timpal Pak Sobri.
Daniel tersenyum renyah mendengarnya. "Rasanya saya sudah tidak sabar Pak!" Ujar Daniel berterus terang. "Sebelumnya saya mau berterimakasih sama Kiayi, sudah membantu saya terbebas dari kejaran polisi." Sambung Daniel mengutarakan perasaannya.
Memang benar, KH Sahal lah yang membantu Daniel dari kejaran polisi, bahkan KH Sahal juga lah yang memberitahu Daniel kalau Daniel masuk DPO.
Atas saran KH Sahal, Daniel akhirnya memilih pesantren Al Fatah sebagai tempat persembunyian nya, dan berkat KH Sahal jugalah, ia bisa tinggal di rumah KH Umar setelah dirinya mendapat rekomendasi dari KH Sahal.
Tapi tentu saja itu semua tidak gratis, dan Daniel sudah berjanji akan membantu KH Sahal untuk menjadikannya orang nomor satu di pesantren Al Fatah dan membantunya menyingkirkan musuh-musuh KH Sahal yang ada di pesantren. Selain itu ia juga di minta untuk membantu Pak Sobri agar bisa menyingkirkan KH Hasyim musuh politiknya, dan sebagai imbalannya Daniel di perbolehkan berbisnis di pesantren nantinya, dan Pak Sobri yang akan menjadi donaturnya.
"Kamu sudah saya anggap seperti keluarga sendiri, jadi jangan sungkan." Jawab KH Sahal.
"Ngomong-ngomong Daniel sudah tau rencana kita?" Tanya Pak Sobri.
"Sudah Pak! Tapi saya belum tau apa yang harus saya lakukan untuk membantu rencana kalian." Ujar Daniel, yang memang beberapa waktu yang lalu sempat bertemu dengan KH Sahal saat ia di kejar-kejar oleh pihak berwajib karena terlibat menjual obat-obatan terlarang dan persitusi.
"Tugas kamu cukup muda Daniel, untuk saat ini saya minta kamu untuk menghancurkan keluarga KH Umar. Dan menjebak Santriwati dan Ustadza yang bisa kita manfaatkan nantinya." Ujar KH Sahal sembari menghidupkan sebatang rokok kretek. "Mungkin kamu bisa memulai dengan menaklukan Istri KH Umar, Hj Laras. Kamu mengerti kan maksud saya." Katanya lagi seraya menghembuskan asap rokok kearah wajah Daniel.
Daniel tersenyum. "Akan saya usahakan Kiayi."
"Ini tugas memang terdengar sangat mudah Daniel, tapi sebenarnya cukup sulit, tapi saya yakin kamu pasti menyukai tugas ini, hahaha..." Tawa Pak Sobri.
"Harus bisa Dan! Ini penting untuk bisnis kita." Tegas KH Sahal.
"Bukan hanya uang yang akan kamu dapatkan Daniel! Tapi kamu juga bisa mendapatkan wanita manapun yang kamu suka, kalau rencana kita berhasil." Ungkap Pak Sobri optimis.
"Siap Kiayi! Saya yakin pasti berhasil." Jawab Daniel yakin.
"Na begitu dong! Hahaha..."
"Minum dulu, biar fresh..." Ujar Pak Sobri sembari menuangkan minuman beralkohol kedalam gelasnya.
Sembari menikmati minuman keras, mereka membicarakan rencana mereka untuk melengserkan KH Hasyim dari posisinya sekarang, dan menyingkirkan beberapa petinggi pesantren yang mereka anggap berbahaya nantinya.
Dari obrolan tersebut, Daniel mengetahui ternyata bukan hanya mereka saja yang bekerja, tetapi ada beberapa santri dan Ustad Ustadza yang juga akan membantu mereka.
Ketika sedang asyik mengobrol, tiba-tiba mata Daniel terpaku kearah seorang wanita paru baya yang baru saja datang sembari membawakan makanan ringan.
"Lagi asyik ngobrolin apa ni." Tegur Hj Irma.
Daniel yang terkagum akan kecantikan Hj Irma hanya terdiam membisu. Tanpa ia sadari, KH Sahal dan Pak Sobri melihat kelakuan Daniel yang tengah menatap nanar kearah Istrinya.
"Wah... Wah... Wah... Sepertinya ada yang lagi birahi nih." Celetuk Pak Sobri.
"Hahahaha..." Tawa KH Sahal pecah.
"......" Sementara Hj Irma hanya tersenyum kecil.
"Maaf Kiayi." Lirih Daniel yang merasa bersalah kepada KH Sahal.
Bukannya marah KH Sahal malah menyodorkan Istrinya untuk Daniel. "Umi bisa bantu Danielkan? Kasihan kayaknya ada yang menderita Mi." Sindir KH Sahal membuat Daniel tersipu malu.
"Bisa kok Bi! Ayo Dan." Ajak Hj Irma.
Daniel tampak terlihat kebingungan. "Sana..." Suruh Pak Sobri.
"Udah Dan, santai aja Dan! Apa yang saya miliki, itu juga akan menjadi milik kamu." Ujar KH Sahal dengan santainya.
[URL=https://www.imagebam.com/view/ME4VTPQ]
Irma

Walaupun masih ragu, tapi pada akhirnya Daniel beranjak dari tempat duduknya. Ia berjalan menyusul kearah Hj Irma yang baru saja masuk ke dalam sebuah kamar yang ada di ruang tengah.

Segera Daniel menyusul masuk ke dalam kamar Hj Irma, dan ia langsung di buat tegang, ketika melihat Hj Irma yang berdiri membelakanginya dengan posisi menungging. Hj Irma tersenyum menatap Daniel, lalu ia menarik gamisnya hingga sebatas pinggangnya.

Mata Daniel membeliak, menatap bokong Hj Irma yang montok yang di balut g-string berwarna merah. Seraya tersenyum, Hj Irma memanggil Daniel dengan gerakan jari tengahnya.

"Bu Haja tau aja apa yang saya mau." Ujar Daniel.

Pemuda itu mendekati Hj Irma, telapak tangannya yang kasar membelai dan meremas bongkahan pantat Hj Irma yang menggoda.

Plaaaak...

"Auww..."

Sebuah tamparan mendarat di bokong Hj Irma, tidak hanya sekali tapi beberapakali.

Daniel berlutut di depan pantat Hj Irma, ia membelai dan mencium pantat Hj Irma, ia menjulurkan lidahnya, menjilatinya dengan rakus, hingga pantat Hj Irma yang putih mulus itu bermandikan air liurnya.

"Aaahkk... Daniel!" Desah Hj Irma.

Jemari Daniel menyibak kesamping kain mungil tersebut, hingga ia dapat melihat bibir kemaluan Hj Irma yang berwarna merah merona.

Cup... Cup... Cup...

Berulang kali ia mengecup bibir kemaluan Hj Irma, kemudian ia menjilati nya dengan rakus, menyedotnya hingga lendir kewanitaan Hj Irma keluar semakin banyak. Dengan lidahnya ia menusuk-nusuk lobang memek Hj Irma dengan lidahnya.

Sembari mencengkram pantat Hj Irma, ia membuka pipi pantat Hj Irma hingga lobang anusnya terlihat mengintip malu-malu.

Daniel dapat memastikan kalau Hj Irma sudah sering melakukan anal sex, di lihat dari lobang Anus Irma yang sudah merekah. Tanpa ragu Daniel menjulurkan lidahnya, menusuk-nusuk lobang anus Hj Irma dengan lidahnya.

"Aaahkk... Sayang! Oughk... Enaaaak banget." Rintih Hj Irmah.

Mendengar rintihan manja Hj Irma, membuat Daniel semakin bersemangat. Ia menjilati, menyeruput dan menusuk-nusuk anus Hj Irma dengan lidahnya, hingga air liurnya menetes.

Sluuuppsss... Sluuuppsss... Sluuuppsss... Sluuuppsss... Sluuuppsss...
Sluuuppsss... Sluuuppsss... Sluuuppsss... Sluuuppsss... Sluuuppsss... Sluuuppsss...

Setelah puas bermain dengan anus Hj Irma, Daniel kembali berdiri, menarik tangan Hj Irma hingga mereka berhadap-hadapan.

Tanpa banyak bicara Daniel menyosor bibir merah Hj Irma, ia melumat dan memanggutnya dengan ganasnya. Lidahnya membelit bagaikan ular, menukar air liurnya dengan air liur Hj Irma. Sementara tangan kirinya membuka kancing gamis yang di kenakan Hj Irma, menyusup masuk mencari bongkahan daging montok Hj Irma.

Dengan lincahnya, jemari Daniel memilin puting Hj Irma, hingga membuat Hj Irma kian merintih.

Perlahan ia menopang kaki kiri Hj Irma dengan lengan tangan kanannya. Kemudian dengan dibantu Hj Irma, wanita paruh baya itu membuka resleting celana Daniel, merogoh, mencari kemaluan Daniel, dan menuntun kontol Daniel menuju lobang surgawinya yang sudah membanjir sejak tadi.

Daniel mendorong pelan kontolnya, membela bibir kemaluan Hj Irma.

"Oughk... Enak sekali memek Bu Haja." Racau Daniel.

Tangan kanan Hj Irma memeluk pinggang Daniel yang tengah bergerak maju mundur menyodok lobang memeknya yang semakin licin.

"Terus Dan! Aaahkk... Lebih keras lagi Dan... Aaahkk... Aaahkk... Enak banget Dan..." Laras mendesah keras, tidak perduli kalau ada orang lain yang akan mendengar suaranya.

Sambil terus mengayun, Daniel mencium wajah Hj Irma, menjilati dan mengulum daun telinga Hj Irma dari balik kerudungnya.

Rintihan dan erangan erotis yang keluar dari bibir Hj Irma membuat Daniel kian bersemangat mengobrak-abrik liang kemaluan Istri KH Sahal. Semakin lama ia semakin cepat menyodok-nyodok memek Hj Irma, hingga akhirnya Hj Irma menyerah.

"Daaaan... Saya keluar." Jerit Hj Irma.

Ia memeluk erat tubuh Daniel, seiring dengan badai orgasme yang melandah dirinya.

Seeeeeeeeeeeeeeeerrrr....
Creeettss... Creeettss... Creeettss...

Tubuh indah Hj Irma lunglai hingga merosot ke bawah, matanya sayu menatap kontol Daniel yang masih berdiri tegang, berkedut-kedut naik turun.

Perlahan ia menggenggam kontol Daniel, mengurutnya dengan perlahan. Daniel tersenyum sembari mengusap kepala Hj Irma. "Cup... Sluupss... Kontol kamu enak Dan!" Komentar Hj Irma sembari mengecup dan menjilati kontol Daniel.

"Hisap kontolku Bu Haja." Suruh Daniel.

Segera Hj Irma membuka mulutnya melahap kontol Daniel dengan rakus. Ia menggerakkan kepalanya maju mundur, sembari sesekali menjilati kepala kontol Daniel yang terasa asin.

Selagi mulutnya sibuk mengoral kontol Daniel, jemari lentik Hj Irma juga turut bekerja, ia menggenggam batang kemaluan Daniel, memijitnya, hingga membuat Daniel merintih keenakan, apa lagi ketika Hj Irma menyedot kuat kontolnya hingga kedua pipi Hj Irma kempot.

"Cukup Bu Haja, saya tidak tahan." Pinta Daniel.

Kemudian pemuda itu membantu Hj Irma berdiri, dan menuntunnya keatas tempat tidur. Daniel yang sudah tidak sabar langsung menindih tubuh Hj Irma, ia melumat bibir Hj Irma sembari menuntun kembali kontolnya kearah lobang peranakan Hj Irma.

Dengan satu sentakan, kontol Daniel bersemayam di dalam lobang memek Hj Irma.

Pantat Daniel bergerak maju mundur dengan ritme perlahan, yang kemudian ia percepat dan semakin cepat menyodok-nyodok memek Hj Irma, hingga tempat tidur mereka berderit-derit.

"Aaahkk... Aaahkk... Aahkkk..."

"Enak sekali memek Bu Haja! Aaaahk...." Daniel meracau sembari memompa kontolnya keluar masuk dari dalam memek Haja Irma.

Sentakan-sentakan kontol Daniel, kembali membakar birahi Hj Irma. Nafasnya tersengal, matanya merem melek keenakan menerima setiap tusukan keras dari kontol Daniel yang beberapakali memasuki relung terdalam memeknya, hingga menubruk dinding rahimnya.

Dengan tubuh yang bermandikan keringat, Daniel menghentikan sejenak aktivitas nya. Ia menanggalkan celananya, hingga bagian bawah tubuhnya sudah tidak ada lagi penghalang, yang tersisa hanya baju kaos yang melekat di badannya.

Hj Irma hendak melepas gamisnya, tapi Daniel melarangnya. Karena ia lebih bernafsu menggauli Hj Irma dengan masih menggenakan pakaiannya.

"Celana dalamnya saja yang di lepas." Ujar Daniel sembari menarik lepas g-string yang di kenakan Hj Irma.

Kemudian Daniel berbaring dan meminta Hj Irma untuk menduduki kontolnya. Sembari menahan bagian bawah gamisnya, Hj Irma menuntun kontol Daniel untuk kembali bersemayam di dalam memeknya.

Dengan satu sentakan keras, kontol Daniel yang berukuran besar itu amblas di dalam memeknya, membuat mata Hj Irma membeliak.

"Oughk... Dan! Kontol kamu keras sekali." Racau Hj Irma.

"Goyang Bu Haja." Pinta Daniel.

Hj Irma mulai menggoyangkan pantatnya naik turun, diatas selangkangan Daniel, sesekali pinggulnya bergerak maju mundur, dan sesekali melakukan gerakan memutar, hingga Daniel merasa kontolnya seperti di pelintir di dalam memek Hj Irma.

Sembari menikmati permainan Hj Irma, mata Daniel juga di manjakan oleh sepasang payudarang Hj Irma yang terguncang mengikuti gerakannya.

"Kontol kamu besar banget sayang! Aaahkk... Memek saya rasanya penuh." Rintih Hj Irma.

Kedua tangan Daniel menangkup pantat Hj Irma. "Hehehe... Memek Hj Irma juga enak banget! Masih legit." Seloroh Daniel, sembari ikut menggoyangkan pinggulnya.

"Sssstt.... Aaahkk... Memek saya kapan pun kamu mau selalu siap sayang! Asalkan kamu membantu kami, menyebarkan aliran Al-jamak." Ujar Hj Irma, sembari meremas kaos yang di kenakan Daniel.

Sebelum menjawab Daniel kembali meminta perubahan posisi, ia meminta Hj Irma menungging. Ia menampar-namparkan kontolnya di pantat Hj Irma. "Tentu saja saya akan membantu KH Sahal untuk mendapatkan apa yang dia inginkan." Daniel membuka pipi pantat Hj Irma, lalu mendorong masuk kontolnya ke dalam lobang anus Hj Irma.

"Aaahkk... Kamu juga suka main anal? Ssstt.... Oughk... Besar sekali kontol kamu Dannn... Aaahkk... Tusuk lebih dalam sayang." Racau Hj Irma.

Sembari memegangi pinggul Hj Irma, Daniel menggerakkan pinggulnya maju mundur, menyodok-nyodok lobang anus Hj Irma yang terasa lebih seret di bandingkan memeknya. Suara benturan antara selangkangan Daniel dan pantat Hj Irma terdengar sangat nyaring.

Plooookss... Plooookss... Plooookss... Plooookss... Plooookss... Plooookss...
Plooookss... Plooookss... Plooookss... Plooookss... Plooookss... Plooookss...
Plooookss... Plooookss... Plooookss... Plooookss... Plooookss... Plooookss...

"Enak banget Bu Haja!!" Erang Daniel merem melek.

Plooookss... Plooookss... Plooookss... Plooookss... Plooookss... Plooookss...

"Aahhk... Aaahkk... Terus Daniel... Oughk... Bu Haja sudah mau sampai..." Jerit Hj Irma sembari menggosok-gosok clitorisnya.

Plooookss... Plooookss... Plooookss... Plooookss... Plooookss... Plooookss...

"Bareng Bu Haja."

Plooookss... Plooookss... Plooookss... Plooookss... Plooookss... Plooookss...
Plooookss... Plooookss... Plooookss... Plooookss... Plooookss... Plooookss...

"Daaaan... Bu Haja keluaaar..."

Plooookss... Plooookss... Plooookss... Plooookss... Plooookss... Plooookss...
Plooookss... Plooookss... Plooookss... Plooookss... Plooookss... Plooookss...
Plooookss... Plooookss... Plooookss... Plooookss... Plooookss... Plooookss...

Seeeeeeeeeeeeeeeerrrr....
Creeettss... Creeettss... Creeettss...

Daniel mencabut kontolnya dari dalam lobang anus Hj Irma, kemudian dengan cepat ia menyodorkan kontolnya kearah wajah Hj Irma.

Sedetik kemudian...
Croootss... Croootss... Croootss... Croootss... Croootss... Croootss... Croootss...

Daniel menumpahkan spermanya di atas wajah dan kepala Hj Irma. Tampak wajah Hj Irma terlihat begitu puas melayani Daniel.

"Ougjkk... Enak sekali Bu Haja." Racau Daniel.

Hj Irma menggenggam kontol Daniel, lalu mengulumnya dengan rakus, membersihkan kontol Daniel dari sisa-sisa lendir yang menempel di batang kemaluan Daniel.

Perlahan kontol Daniel mulai mengecil dari dalam mulut Hj Irma.

"Kamu puas sayang?" Goda Hj Irma.

Daniel mengangguk. "Puas banget Bu Haja, lain kali bolehkan?" Tanya Daniel yang tampaknya sangat ketagihan dengan servis Istri KH Sahal.

"Boleh kok Dan! Asalkan kamu tidak lupa dengan tugasmu." Ujarnya.

"Siap, di laksanakan, hahaha..."

Setelah tenaga mereka kembali pulih, mereka berdua kembali merapikan pakaian yang terlihat berantakan. Daniel izin keluar lebih dulu untuk bertemu KH Sahal, sementara Hj Irma memilih beristirahat sebentar lagi di dalam kamarnya setelah permainan panasnya bersama Daniel.

Baru saja memasuki ruang tamu, Daniel di buat takjub dengan ruangan tersebut yang sudah berantakan. KH Sahal yang tengah duduk di sofa dalam keadaan telanjang bulat menyapa Daniel yang seakan tidak percaya dengan apa yang ia lihat.

Tampak seorang wanita berhijab tengah meringkuk di atas lantai dalam keadaannya nyaris telanjang bulat. Walaupun Daniel tidak melihatnya langsung tapi Daniel bisa menebak apa yang barusan terjadi.

"Dia salah satu orang kita, menantunya KH Shamir." Ujar KH Jahal.

*****

20:00


Zaskia

Malam harinya, di dalam sebuah kamar tampak Zaskia yang tengah berbaring sembari memegang handphonenya sedang video call dengan Suaminya. Rasanya sudah lama sekali mereka tidak bertemu. Dua bulan yang lalu, dengan berat hati Zaskia melepas kepergian Suaminya untuk melanjutkan kuliah di Universitas Al-Azhar.

Saat mendapat kabar kalau suaminya mendapat beasiswa S2 di Al-Azhar Zaskia merasa sangat sedih, ia merasa belum siap kalau harus LDR dengan Suaminya. Tetapi demi kebaikan Suaminya, akhirnya Zaskia dengan berat hati mengizinkan Azzam untuk mengejar cita-cita nya di Cairo.

"Gimana kabarnya Rayhan dek?" Tanya Azzam di seberang sana.

Zaskia memutar tubuhnya ke samping. "Baik kok Mas, mau adek panggilkan Rayhan?" Tawar Zaskia, Azzam menggelengkan kepalanya.

"Gak usah Dek, sekolahnya gimana?"

"Lancar aja Mas, adek gak pernah mendengar komplain dari guru-gurunya." Jawab Zaskia jujur, karena memang selama ini ia tidak pernah mendengar kalau Rayhan menerima hukuman dari gurunya. Walaupun ia juga tidak pernah mendengar pujian untuk Rayhan.

Bisa diartikan kalau Rayhan santri yang biasa-biasa saja, tidak nakal tapi juga tidak pintar.

"Alhamdulillah kalau begitu! Kamu sendiri bagaimana dengan Rayhan?" Tanya Azzam berhati-hati, karena dulu Zaskia pernah mengutarakan rasa tidak nyamannya tinggal berdua dengan Rayhan, mengingat Rayhan bukan muhrimnya.

Zaskia tersenyum kecil. "Baik kok Mas, Ray juga anaknya nurut." Ujar Zaskia terdiam sebentar, mengingat kedekatan nya dengan Rayhan yang sebenarnya tidak cukup baik, mengingat Zaskia sering di buat kesal oleh Adik iparnya tersebut.

"Berarti sudah gak masalah lagikan?"

"Gak ada masalah kok Mas, kemarin kan adek cuman belum terbiasa hanya tinggal berdua dengan Rayhan, tapi sekarang sudah mulai terbiasa Mas." Jelas Zaskia seraya tersenyum.

Kalau di pikir-pikir emang benar kalau Zaskia sekarang semakin terbiasa dengan kenakalan-kenakalan yang biasa di perbuat oleh Adiknya. Bahkan kejahilan Rayhan kini seperti candu, sehari saja Rayhan tidak membuat kesal, Zaskia merasa ada yang hilang dari sosok adiknya itu.

Setelah mengobrol panjang lebar sembari melepas rindu, akhirnya mereka menyudahi obrolan mereka.

Dengan langkah gontai Zaskia berjalan keluar dari kamarnya, ia sempat melihat kearah kamar Rayhan yang terlihat sibuk menghafal.

Setelah itu ia bergegas ke kamar mandi, untuk menuntaskan hasratnya yang sedari tadi ia tahan-tahan. Sanking buru-buru nya Zaskia lupa mengunci pintu kamar mandinya.

Dengan terburu-buru, ia melepas celana piyama berikut dengan dalamannya, agar leluasa buang air tanpa khawatir celana ikut basah, mengingat toilet di dalam kamar mandinya menggunakan toilet jongkok. Sembari berjongkok, Zaskia memejamkan matanya.

Seeeeeeeeeeeeeeeerrrr....

Pada saat bersamaan pintu kamar mandinya terbuka, Rayhan yang juga hendak buang air kecil terdiam membisu melihat Kakak Iparnya yang tengah berjongkok diatas closet yang posisinya tepat menghadap kearah pintu kamar mandi.

Seeeeeeeeeeeeeeeerrrr...

Sejenak Rayhan menahan nafas, matanya elangnya menatap nanar kearah kearah gumpalan daging tembem yang di tumbuhi rambut-rambut hitam yang di cukur rapi.

Pemandangan indah tersebut membuat junior Rayhan terbangun, celana boxer yang ia kenakan kini terasa semakin sempit.

"Kontol Rayhaaan... Astaghfirullah... Adeeeek..." Jerit Zaskia yang baru sadar kalau Rayhan tengah berdiri tepat di depannya.

Teriakan Zaskia menyadarkan Rayhan, tapi bukannya segera keluar ia malah bertingkah aneh, salah tingkah dengan keadaan mereka saat ini. Rayhan yang panik malah bingung harus berbuat apa.

Begitu juga dengan Zaskia, bukannya menutupi selangkangannya, Zaskia malah reflek menutup mulutnya yang tadi sempat mengumpat dengan bahasa vulgar yang tidak pantas di ucapkan oleh seorang ahkwat seperti dirinya.

"Ma... Maaf kak!" Ujar Rayhan.

Ia menangkup kedua tangannya di depan dada, tapi matanya masih menatap nanar kearah selangkangan Kakak iparnya.

Zaskia ingin sekali menyuruh Rayhan pergi, tapi entah kenapa mulutnya seakan terkunci.

Dan parahnya lagi pandangan Zaskia malah terpaku kearah tonjolan di celana pendek yang di kenakan Rayhan, walaupun sering melihatnya, tetap saja tonjolan di celana tersebut membuat Zaskia terkesima.

Seeeeeeeeeeeeeeeerrrr.... Seeeerr... Seeerrrr...

Bibir Vagina Zaskia yang kemerah-merahan tampak berkedut-kedut menyemburkan sisa-sisa air kencingnya hingga tetesan terakhir. Dan Rayhan melihat momen tersebut dengan jelas sampai akhir, membuat Zaskia merasa sangat malu.

Kesadaran Rayhan kini benar-benar kembali, ia bergegas keluar kamar mandi sebelum Zaskia mengusirnya dan membuat Kakak Iparnya menjadi sangat marah kepadanya.

Sementara Zaskia tampak mematung, ia memejamkan matanya sembari menghela nafas.

"Ya Allah apa yang kulakukan barusan." Gumam Zaskia, ia merasa sangat malu karena Adiknya telah melihat dirinya dalam keadaan yang sangat memalukan.

Tidak hanya organ intimnya yang terlihat, tetapi Rayhan juga menontonnya yang sedang pipis hingga selesai, dan dirinya hanya diam tidak melakukan apapun, bahkan untuk mengusir Rayhan pun tidak ia lakukan, rasanya sulit sekali untuk meminta Rayhan pergi.

Sebagai seorang ahkwat, Zaskia merasa sangat malu, ia merasa sudah tidak memiliki harga diri di hadapan Adik Iparnya yang sudah melihat auratnya, mengetahui organ intimnya, yang seharusnya hanya Suaminya seorang yang boleh melihatnya.

Zaskia merasa sangat berdosa terhadap Suaminya karena gagal menjaga kehormatannya.

"Astaghfirullah... Ampuni dosa hambamu ini ya Allah!" Jerit hati Zaskia, yang ia khawatirkan akhirnya benar-benar terjadi.

Setelah menenangkan dirinya atas kejadian barusan, Zaskia langsung mengambil wudhu dan berencana ingin melakukan shalat taubat. Di dalam hati ia berjanji, kalau kejadian malam ini tidak akan pernah terulang lagi.

Sementara itu di dalam kamarnya, Rayhan tengah sibuk membersihkan sisa-sisa spermanya. Dari raut wajahnya ia terlihat puas, walaupun ada rasa khawatir kalau kejadian barusan akan membuat hubungannya dengan Kakak Iparnya merenggang.

*****

06:30


Nadia

Pagi hari ini, tidak ada bedanya dengan pagi sebelumnya di pesantren al-fatah. Santri-santri tampak sibuk bersiap-siap berangkat ke sekolah, beberapa petugas kebersihan juga terlihat sibuk mengerjakan tugas mereka, mengumpulkan satu demi satu drum sampah ke dalam gerobak sampah mereka yang nantinya akan di buang ke pembuangan sampah.

Di depan halaman rumah, tampak seorang Ustadza terlihat sibuk menyapu halaman depan rumahnya.

Dari raut wajahnya ia terlihat kelelahan, karena selepas subuh tadi ia sudah di sibukkan dari menyiapkan sarapan hingga bersih-bersih rumah, sanking sibuknya, ia belum sempat mandi, terlihat dari pakaiannya yang masih mengenakan gaun tidur.

"Assalamualaikum." Sapa seseorang yang lewat di depan rumahnya sembari menarik gerobak sampah berwarna kuning.

Ustadza Nadia tersenyum balik menyapanya. "Mau kerja Pak?" Tanya Nadia sekedar basa-basi.

"Iya Bu Ustadza! Pagi ini gak ada kelas Bu Ustadza?"

"Ada, tapi nanti jam sembilan." Jawab Ustadza Nadia sembari menyapu halaman depan rumahnya.

Pria bernama Edi, salah satu petugas kebersihan itu memang sering menyapa Ustadza Nadia, bahkan hampir setiap kali ia menyempatkan diri untuk menyapa sang Ustadzah. Selain cantik, Ustadza Nadia juga di kenal sangat ramah, sehingga Edi tidak sungkan untuk bertegur sapa dengannya.

Ustadza Nadia sendiri juga sama sekali tidak keberatan membalas sapaan Pak Edi, ia merasa tidak ada yang salah dengan Pak Edi, walaupun beberapa Ustadza selalu bersikap cetus kepadanya.

"Pantesan belum siap-siap." Goda Pak Edi sembari memperhatikan gaya pakaian Ustadza Nadia yang masih mengenakan gaun tidur.

Ustadza terkikik pelan. "Maklum Pak! Namanya juga ibu rumah tangga." Ujar Nadia seraya tersenyum geli.

"Hahahaha..." Tawa Pak Edi renyah.

"Mau mampir dulu Pak! Nanti saya bikinkan kopi.

"Gak usah repot-repot Bu." Tolak Pak Edi dengan halus.

Nadia memasang wajah cemberut. "Perasaan setiap kali di tawarin kopi selalu di tolak Pak! Apa Pak Edi tidak suka kopi bikinan saya." Sindir Nadia, karena memang beberapakali ia menawarkan untuk mampir Pak Edi selalu menolak tawarannya.

"Bukan begitu Bu Ustadza! Saya gak enak sama Suami dan anak Bu Ustadza kalau saya mampir minta kopi." Jelas Pak Edi, dalam hati ia gregetan melihat sikap manja Ustadza Nadia. Andai saja Ustadza Nadia belum menikah, tentu Edi akan nekat mendekatinya, walaupun ia sendiri juga sudah menikah.

"Kalau begitu tunggu rumah sepi dong." Goda Ustadza Nadia dengan berani.

Alhasil Pak Edi tertawa renyah menanggapi godaan sang Ustadza. "Wah kalau itu bahaya Bu! Nanti saya khilaf bagaimana?" Pancing Pak Edi.

"Hayo Pak Edi mikirnya kemana? Hihihi..." Tawa Nadia.

"Maksud saya, khilaf minta nambah Bu Ustadza." Ralat Pak Edi sembari tersenyum arti.

"Oh kalau Khilaf itu boleh kok Pak! Boleh banget malah. Hihihi..." Ujar Ustadza Nadia sembari cekikikan, membuat Pak Edi makin terbakar birahi oleh tingkah Ustadza Nadia yang menggemaskan.

Pak Edi menatap dalam mata Ustadza Nadia sembari berujar. "Kalau khilaf yang lainnya boleh gak Ustadza." Tembak Pak Edi.

"Astaghfirullah Pak Edi, hihi... Khilaf yang mana dulu." Pancing Nadia, ia melipat kedua tangannya dibawah dada, hingga payudaranya membusung.

"Yang..." Pak Edi urung menjelaskan perkataannya, ketika pada saat bersamaan Putri Ustadza Nadia tiba-tiba muncul dari depan pintu rumah mereka lengkap dengan seragam dan tas di punggungnya.


Helena

Nadia menoleh ke belakang, melihat anaknya yang bernama Helena datang menghampirinya, lalu mencium punggung tangannya dengan hormat.

"Umi, Helen sekolah dulu ya."

"Iya sayang! Yang rajin sekolahnya."

Setelah menyalami Ibunya, ia menghampiri Pak Edi, lalu menyaliminya. "Kamu mau ke sekolah? Bareng Bapak aja ya sekalian." Ajak Pak Edi yang juga dekat dengan anak Ustarza Nadia.

"Ayo Pak."

"Bu Ustadza kita berangkat dulu ya, assalamualaikum." Pamit Pak Edi yang di jawab dengan senyuman.

"Waalaikumsalam Pak, titip anak saya ya Pak."

"Siap Bu aman."

"Ih Umi, kayak anak ayam aja di titipin." Protes Helena sebelum berangkat ke sekolah di temani Pak Edi, yang membuat Pak Edi dan Ustadza Nadia tertawa renyah.

*****

07:15

Teng... Teng... Teng...

Ketika lonceng di bunyikan, para santri berhamburan masuk kedalam kelas mereka masing-masing. Rayhan, Azril duduk di bangku paling depan, tepat di depan meja guru. Sementara di belakang mereka ada Doni dan Nico, lalu di samping mereka berdua ada Riko. Suasana kelas masih terlihat ramai, ada yang sibuk menghafal, ada juga yang tengah mengobrol sesama mereka.

Suasana yang tadinya ramai seperti pasar, mendadak menjadi hening ketika seorang wanita berparas cantik dengan gamis berwarna hitam di padu dengan jilbab lebar yang melambai-lambai berwarna cream memasuki kelas mereka.

Wajah cantiknya ternyata tidak mampu membuat para santri menjadi lebih rileks.

"Assalamualaikum!" Sapa Ustadza Suci.

"Waalaikumsalam salam Ustdza!" Jawab mereka serempak.

Ustadza Suci duduk di kursinya yang berukuran lebih tinggi di bandingkan murid-muridnya, sehingga jarak pandangnya lebih jauh, Ustadza Suci meletakan tas dan buku absensi diatas meja.

Satu persatu nama mereka di sibut. Dan ada beberapa yang tidak hadir.

"Hari ini kita akan membahas tentang Ilmu fiqih! Pengertian Ilmu fiqih dan pembagian ilmu fiqih." Ujar Ustadza Suci.

URL=https://www.imagebam.com/view/ME4WMJ7]
ME4WMJ7_t.jpg
[/URL]
Suci

Ia berdiri di depan kelas, menghadap kearah white board membelakangi murid-muridnya. Jemarinya dengan lincah menari-nari diatas papan tulis. Selagi ia sibuk menulis materi di papan tulis. Rayhan, Azril, Doni, Riko dan Nico mulai saling berbisik.

Mereka sibuk mengamati bongkahan pantat Ustadza Suci yang tampak bergetar ketika ia tengah sibuk menulis materi di papan tulis.

"Apa pendapat kalian?" Celetuk Nico.

"Aku yes..." Kata Doni cepat.

"Aku juga!" Timpal Riko.

"....." Azril memilih tidak berkomentar.

Rayhan mengetuk dagunya. "Ehmm... Aku yes!" Ujar Rayhan bersemangat sembari menjelajahi bongkahan pantat Ustadza Suci. Tampak garis celana dalam Ustadza Suci yang ngejiplak di gamisnya.

"Aku kasih nilai 9" Komentar Nico.

"Dari dulu selalu 9, kapan 8 dan 7 nya?" Sungut Azril. Selama ini Nico selalu memberi angka sembilan setiap Ustadza yang mereka anggap layak untuk di beri nilai.

"Suka-suka akulah." Geram Nico

"Menurut aku Ustadza Dwi 8,5." Rayhan melihat kearah Azril.

"Yang layak mendapat nilai 10 hanya ada satu Ustadza." Ujar Rico.

Mereka bertiga kompak melihat kearah Nico. "Siapa?" Tanya Doni penasaran, mewakili rasa penasaran teman-temannya yang lain.

"Ustadza Laras."

Bletaaak...

"Anjing sakit ngentot." Protes Riko ketika Azril tiba-tiba memukul kepalanya. Tetapi diam-diam Azril membenarkan apa yang di katakan Riko, karena dirinya sudah melihat tubuh telanjang Ibu Tirinya, yang layak di beri nilai sepuluh.

Ustadza Suci yang tengah sibuk menulis di papan tulis, mulai merasa terganggu oleh suara yang ada di belakangnya. Ia mendesah pelan, lalu berbalik melihat kearah mereka berlima yang mendadak diam.

"Apa yang kalian ributkan?" Tanya Ustadza Suci.

Mereka berlima tertunduk tidak berani menjawab. Tetapi diam-diam mereka saling menatap satu sama lain.

"Kalian berlima berdiri di depan!"

Dengan langkah gontai mereka beranjak dari tempat duduk mereka. Lalu berbaris berdiri di depan kelas. Sementara Ustadza Suci kembali melanjutkan pekerjaannya. Ia menjelaskan tentang istilah fiqih dan bagian-bagian dalam ilmu Fiqih.

"Fiqih dalam bahasa Arab artinya pengertian, dan dalam istilah ulama artinya ilmu yang membahas hukum-hukum agama Islam diambil dari dalil-dalil tafsili atau dalil dalil yang terperinci." Jelas Ustadza Suci, ia berjalan maju beberapa langkah, hingga tepat berada di depan Rayhan.

Tiba-tiba spidol yang ada di tangannya mendadak terlepas dan jatuh kelantai.

Ustadza Suci membungkuk untuk mengambil spidol tersebut, dan tanpa di sengaja pantat bulatnya malah menubruk selangkangan Rayhan. Ustadza Suci terperanjat saat merasakan benda keras yang ada di belakang pantatnya. Rayhan tidak kalah terkejutnya.

"Astaghfirullah! Maaf." Ujar Ustadza Suci malu.

Keeempat sahabatnya serempak melihat kearah Rayhan. Dari raut wajah mereka menggambarkan ketidak sukaan atas keberuntungan Rayhan.

Anak remaja berusia belasan tahun itu menyeringai tidak perduli dengan tatapan ketiga sahabatnya.

Kecelakaan tersebut membuat Ustadza Suci sempat kehilangan fokus. Apa lagi ia dapat merasakan dengan nyata betapa keras dan besarnya kemaluan muridnya, membuatnya sepintas berfikiran yang tidak-tidak. Tetapi Ustadza Suci dengan cepat berhasil mengendalikan dirinya, yang sempat di landa birahi.

"Hukum Agama dibagi menjadi lima bagian. Yang pertama wajib, yang ke dua Sunnah, ke tiga haram, ke empat makruh dan yang kelima mubah." Jelas Ustadza Suci, suaranya terdengar gemetar karena ia harus menekan birahinya.

Tidak terasa 45 menit berlalu, dan itu artinya, penderitaan mereka berempat akan segera berakhir. Bukan hanya mereka, Ustadza Suci juga merasa lega.

"Pertemuan selanjutnya kalian cari tau tentang penjelasan ke lima hukum Agama, kalau ada yang tidak bisa menjawab, kalian akan di hukum seperti mereka berempat." Ujar Ustadza Suci sembari melihat kearah mereka. "Dan untuk kalian berempat, jangan di ulangi lagi. Sekarang kalian berempat boleh duduk." Suruh Ustadza Suci.

Wanita berusia 26 tahun itu menutup pelajaran hari ini dengan memberi sedikit nasehat kepada murid-muridnya tentang perlunya keseriusan dalam menuntut ilmu. Rayhan, Doni, Azril, Riko dan Nico hanya tertunduk mendengar nasehat Ustadza Suci.

*****


Mariska


Irma

Sementara itu di kediaman Hj Irma, ia baru saja kedatangan seorang tamu. Dia adalah Ustadza Mariska yang berniat meminta bantuan Hj Irma untuk membicarakan masalah hutangnya dengan Pak Sobri, karena kebetulan Hj Irma juga mengenal dekat Pak Sobri.

Ustadza Mariska menjelaskan secara detail permasalahan nya saat ini, ia meminta pendapat dari Hj Irma cara menyelesaikan nya.

Hj Irma tentu saja tidak bisa membantu banyak, ia hanya bisa memberi saran yang mungkin bisa membantu menyelesaikan masalah Ustadza Mariska saat ini.

"Jadi menurut Umi baiknya saya bertemu langsung dengan Pak Sobri, dan meminta keringanan?" Tanya Mariska seraya meletakkan kembali gelas minumannya.

Hj Irma mengangguk. "Mungkin dengan begitu Pak Sobri mau memberi keringanan untuk kalian."

"Secepatnya saya bersama Mas Reza akan segera menemui Pak Sobri. Mohon doanya ya Umi." Ujar Mariska sedikit merasa lega.

"Pasti, Umi selalu berdoa untuk kamu." Hj Irma tersenyum, lalu kembali berujar. "Tapi kalau saran Umi, lebih baik kamu menemuinya sendiri saja."

"Emangnya kenapa Umi?"

Hj Irma menghela nafas perlahan. "Pada dasarnya seorang laki-laki itu lebih mudah di luluh kan oleh kita, kaum perempuan. Umi takutnya kalau nanti kamu mengajak serta Suamimu, yang ada Pak Sobri malah meminta kalian untuk segera melunasi hutang kalian." Jelas Hj Irma.

"Saya merasa tidak nyaman kalau harus pergi sendirian." Keluh Mariska.

"Nanti saya akan temani kamu, bagaimana?"

Wajah Mariska yang tadinya sempat tak bersemangat, kini kembali bersemangat. "Terimakasih banyak Umi, dengan adanya Umi saya yakin Pak Sobri pasti mau mengerti kondisi kami." Mariska segera meraih tangan Hj Irma dan menciumnya.

"Sama-sama! Insyaallah Pak Sobri mau mengerti."

Ustadza Mariska akhirnya bisa sedikit bernafas lega, setelah dari kemarin semenjak kedatangan Pak Sobri ia selalu di hantui rasa takut. Ia khawatir Pak Sobri berbuat nekat, mengingat Pak Sobri bukan orang sembarangan, ia memiliki pengaruh yang cukup kuat di daerahnya.

Selepas kepulangan Ustadza Mariska, Hj Irma segera mengirim sebuah pesan singkat ke Pak Sobri.

Selesai mengirimkan pesan tersebut, Hj Irma menyunggingkan sebuah senyuman misterius, rasanya ia sudah tidak sabar mempertemukan Ustadza Mariska dengan Pak Sobri.

*****

Enni


Di dalam ruangan kantor Makamah pesantren, tampak dua orang Ustadza tengah berbagi cerita, Ustadza Eni yang siang ini mengenakan pakaian serba merah muda terlihat begitu manis, sementara Ustadza Yenni teman bicaranya terlihat anggun dengan gamis berwarna kuning.

Tampak Yenni menjadi pendengar yang baik untuk Ustadza Eni, yang sedari tadi bercerita tentang sosok Suaminya yang semakin hari membuatnya makin tidak nyaman.

Bagaimana tidak, karena Suaminya sering sekali mendesaknya untuk menceritakan masa lalu kelamnya yang ia sendiri ingin melupakannya.

"Gilakan Uhkti." Umpat Enni.

Yenni tersenyum tipis. "Astaghfirullah... Suami sendiri kok di bilang gila." Yenni tertawa renyah yang kemudian di ikuti oleh Enni.

"Di mana-mana Suami itu biasanya enggan mendengarkan cerita percintaan masa lalu pasangannya, tapi Mas Fikri malah ingin aku menceritakan masa laluku." Lirihnya sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Mungkin dia penasaran?"

Enni menghela nafas. "Penasaran kenapa Uhkti? Secara garis besar aku sudah menceritakan semuanya, dan dia sama sekali tidak keberatan dengan masa laluku, seharusnya ia tidak perlu mengungkit-ungkit nya lagi." Jelas Enni.

"Yang Uhkti katakan ada benarnya juga." Yenni menyandarkan punggungnya di kursi. "Emang setiap hari ia menanyakannya?" Tanya Yenni penasaran.

Enni menggelengkan kepalanya. "Dia menanyakannya hanya ketika kami hendak berhubungan intim." Jawab Enni, ia merasa heran dengan kelakuan Suaminya, yang tidak sama dengan kelakuan suami-suami pada umumnya.

Yenni kembali tersenyum, kini ia sedikit mengerti dengan sikap Fikri.

"Kemungkinan Suami kamu mengalami kelainan sex!"

"Maksudnya?" Heran Enni.

Yenni menggeser sedikit kursinya. "Kamu pernah dengar tentang kelainan sex Cuckold? Di mana seseorang yang terangsang melihat pasangannya berselingkuh di depannya." Tanya Yenni serius.

Enni merenyitkan dahinya. "Ya aku pernah dengar! Tapi rasanya tidak mungkin, karena Mas Fikri hanya ingin mendengar cerita masa laluku." Jelas Enni.

"Tapi ia semakin bergairah kan setiap kali mendengar cerita kamu." Tembak Yenni.

Enni terdiam, kalau di pikir-pikir apa yang di katakan sahabatnya memang benar. Beberapakali ketika ia merasa kesal karena terus-menerus di desak yang membuatnya menceritakan masa lalunya bersama mantan pacarnya, Fikri semakin bergairah, bahkan durasi mainnya menjadi semakin lama.

Bisa jadi apa yang dikatakan sahabatnya memang benar, kalau Suaminya mengidap penyakit kelainan seksual.

"Tidak mungkin!" Elak Enni.

Yenni semakin yakin dengan dugaannya. "Mungkin baru indikasi." Ujar Yenni.

"Mas Fikri tidak sama dengan kamu Uhkti! Jangan ajak-ajak Suamiku ya." Sindir Enni, yang membuat Yenni tertawa renyah.

Mereka masih sibuk memperdebatkan masalah kelainan seksua Fikri, dan pada saat bersamaan mereka kedatangan tamu penting, yaitu KH Sahal dan Daniel yang baru saja tiba di kantor Makamah pesantren, tempat para santri menerima vonis hukuman dari kesalahan mereka.

"Assalamualaikum..." Sapa KH Sahal.

"Waalaikumsalam." Jawab Enni dan Yenni dengan serempak.

Kemudian mereka mempersilahkan KH Sahal dan Daniel untuk duduk. Yenni dan Enni saling pandang, karena sangat jarang sekali KH Sahal berkunjung ke Makamah pesantren, kecuali ada masalah serius.

Tanpa berbasa basi, KH Sahal memperkenalkan Daniel kepada mereka. Dan memberitahu mereka, kalau Daniel yang akan menggantikan Ustad Heru yang satu bulan lalu telah mengundurkan diri.

"Saya berharap kalian bertiga bisa bekerja sama dengan baik." Ujar KH Sahal.

"Insyaallah Kiayi." Jawab Yenni, Enni hanya diam ssmbari mencuri pandang kearah Daniel.

"Kalau begitu saya tinggal dulu ya, kalian mungkin bisa saling berkenalan dulu, agar cepat akrab." Ujar KH Sahal yang kemudian beranjak pergi. "Semoga kamu Daniel bisa bekerja dengan baik di sini, saya percayakan tugas ini kepada kamu." Nasehat KH Sahal.

"Insyaallah Kiayi, saya akan bekerja sepenuh hati dan tidak akan mengecewakan Kiayi, khususnya pesantren yang sudah mau menerima saya."

"Bagus... Bagus... Bagus... Jadikan tugas ini sebagai ladang pahala untuk kamu." Ujar KH Sahal sembari menepuk pundak Daniel. "Kalau begitu saya pamit dulu, assalamualaikum." Dengan perlahan KH Sahal meninggalkan kantor tersebut.

"Waalaikumsalam." Jawab mereka serempak.

Selepas kepergian KH Sahal, Danielpun memperkenalkan dirinya sebagai Ustad baru di pesantren, selain mendapat tugas sebagai pengurus Makamah santri, ia juga memberitahu mereka kalau dirinya juga akan mengajar sebagai guru olahraga.

Yenni terlihat begitu antusias menyambut rekan kerja barunya, sementara Enni terlihat sangat canggung.

Ketika Yenni permisi ke kamar mandi, barulah Daniel mendekati Enni, ia menyodorkan tangannya kearah Enni seraya tersenyum manis.

"Apa kabar By."

*****

15:00


Clara


Asyifa


Aziza


Adinda

"Kalian ke asrama duluan aja ya, aku mau langsung ke pasar." Ujar Clara sembari merapikan kembali buku pelajarannya yang berserakan diatas meja.

"Ada perlu apa ke pasar?" Tanya Asyifa.

"Aku ikut dong!" Potong Adinda.

Wajah Clara tampak salah tingkah. "Ehm... Ya adalah! Hehehe... Tapi maaf ya Nda, aku mau sendirian aja." Jawab Clara gugup, seakan ada yang ia sembunyikan dari sahabat-sahabatnya. Padahal selama ini mereka sangat saling terbuka satu sama lainnya.

Hanya Aziza yang tidak berkomentar, ia menaruh curiga terhadap sahabatnya. Mengingat kemarin ia sempat memergoki Clara yang tengah mengirim pesan kepada seorang Santri. Ia berharap tebakannya salah, walaupun hati kecilnya mengatakan kalau Clara ingin bertemu dengan santri tersebut.

Saat mata mereka bertemu, Clara buru-buru memalingkan wajahnya seakan ia takut menatap mata Aziza.

"Aku duluan ya." Ujar Clara

Kedua sahabatnya memandang heran kearah Clara yang berjalan tergopoh-gopoh keluar dari kelas.

"Mencurigakan?" Ujar Asyifa.

"Dia kenapa si?" Timpal Helena.

Aziza mendesah pelan. "Nanti aku ceritain, kalian habis makan langsung ke rumah aku ya." Ujar Aziza. Ia merasa harus membahas masalah ini bersama sahabat-sahabatnya.

Sementara itu Clara terlihat senyum-senyum sendiri sembari menatap ke keluar jendela mobil angkot yang ia tumpangi, berharap angkot tersebut dengan cepat tiba di pasar, karena ia sudah sangat ingin bertemu dengan sosok santri bernama Dedy. Pemuda yang telah membuatnya jatuh cinta.

Setibanya di pasar Clara bergegas kearah warteg yang berada di terminal pasar. Di sana tampak Dedy telah menunggunya. Pemuda itu tersenyum melihat kehadiran Clara.

"Makan dulu yuk sayang!" Ajak Dedy.

Clara tersenyum sangat manis di balik jilbab putih yang ia kenakan. "Kamu sudah pesan?" Tanya Clara Sembari memesan nasi ayam goreng.

"Belum... Sekalian aja Mas nasi ayam gorengnya dua." Ujar Dedy.

Sembari mengobrol ringan mereka berdua menyantap makan siang bersama. Bagi Clara makan bersama dengan kekasih nya terasa sangat nikmat. Momen berharga yang sangat jarang sekali ia dapatkan.

Selesai membayar makan mereka berdua berkeliling pasar hanya sekedar melihat-lihat.

"Yang ke penginapan melati yuk." Bisik Dedy.

Wajah Clara merona merah mendengar ajakan Dedy. "Mau ngapain ke sana lagi? Aku takut ke bablasan Yang!" Tolak Clara. Terakhir ketika mereka ke penginapan Dedy nyaris membobol perawannya.

"Aku lagi kepengen ni Yang!" Bujuk Dedy.

"Gak ah... Kita jalan-jalan aja di sini."

Raut wajah Dedy tampak kecewa. "Ya sudah kalau gak mau, aku pulang aja ya." Rajuk Dedy, ia melangkahkan kakinya dengan cepat menuju terminal pasar.

"Sayang..." Clara mencoba mengejarnya.

"Katanya kamu sayang, tapi aku ajak ke penginapan aja kamu gak mau." Ujar Dedy ia terlihat sangat kecewa, membuat Clara menjadi serba salah.

Clara hanya diam, ia jelas tidak ingin membuat kekasihnya marah. Tapi ia juga takut kalau sampai mereka ke bablasan, tentu saja Clara tak ingin kehilangan mahkotanya sebagai seorang wanita.

Setibanya di pinggir jalan, ketika Dedy hendak naik angkot, Clara buru-buru menarik tangan Dedy.

"Iya aku mau, tapi jangan sampai ke bablasan ya." Mohon Clara.

Dedy menyeringai sembari menganggukkan kepalanya. "Kamu tenang aja, gak akan sampai ke bablasan." Jawab Dedy, pemuda itu terlihat sangat senang sekali.

Jarak dari pasar ke penginapan melati tidak begitu jauh, mereka hanya perlu berjalan beberapa meter, lalu masuk ke dalam sebuah gang kecil, di ujung gang terdapat bangunan dua lantai dengan tulisan Wisma Melati. Kesanalah mereka pergi, untuk memadu kasih layaknya sepasang kekasih.

Sang penjaga wisma tampak tersenyum melihat Dedy, pemuda yang memang telah menjadi langganan tetapnya. Sudah beberapa wanita berhijab yang ia ajak ke wisma, baik muda maupun tua, sehingga wajar saja kalau sang penjaga wisma di buat geleng-geleng kepala, apa lagi wanita yang di ajak Dedy semua berhijab.

Setibanya di dalam kamar Clara meletakan tas sekolahnya di atas meja kecil. Jantungnya berdetak cepat mengingat kalau dirinya hanya berdua di dalam kamar bersama Dedy.

"Aku kangen banget sama kamu sayang." Rayu Dedy sembari memeluk Clara dari belakang.

Clara tersipu malu mendengarnya. "Iya, aku juga kangen kamu sayang." Jawab Clara, ia menyerahkan bibirnya untuk di kulum kekasihnya dengan mesrah.

Sembari berciuman Dedy meremas kedua payudara Clara yang mengkal itu. Membuat tubuh Clara menggelinjang geli, menikmati remasan sang kekasih diatas payudaranya yang berukuran 34D. Cukup besar untuk anak seusia Clara yang masih terbilang cukup muda.

Satu persatu kancing seragam Clara di buka, hingga akhirnya di lepas dari tubuhnya, menyisakan tanktop berwarna putih yang juga tidak bertahan lama.

Tampak seragam, tanktop dan beha Clara tergeletak di lantai, sementara sang pemilik tengah mengerang nikmat bersandar di tepian meja sembari mendekap kepala kekasihnya yang tengah mencaplok payudaranya secara bergantian. Matanya merem melek ketika puting mungilnya di hisap oleh sang Kekasih.

"Ughkk... Sayang! Aaaahkk..." Desah Clara.

Dedy menyeringai senang mendengar erangan dari korbannya. Tangan kanannya ia arahkan ke selangkangan Clara, ia memijit memek Clara dari luar rok hijau yang di kenakan Clara.

Nafas Clara terasa semakin berat, ia merasakan ada yang keluar di bawah sana, dan rasanya itu sangat nikmat sekali, membuat Clara merem melek keenakan. Ia mendesah kian keras tak perduli kalau nanti ada yang mendengar suara erangan manja yang keluar dari bibir manisnya.

"Duduk Yang!" Suruh Dedy.

Clara mengangguk lalu duduk diatas meja. "Kamu mau jilatin itu aku?" Tanya Clara agak malu, karena biasanya Dedy memang suka menjilati memeknya.

"Iya sayang. Kamu mau kan?" Tanya Dedy sembari menyingkap rok hijau yang di kenakan Clara.

Kedua tangan Clara menarik legging sekaligus celana dalamnya hingga jatuh kelantai. "Aku mau Yang, rasanya enak." Jawab Clara, sembari membuka lebar kedua kakinya di hadapan Dedy.

"Indah sekali sayang." Lirih Dedy.

Ia menatap gundukan memek Clara yang terlihat indah, terdapat bulu-bulu yang berwarna kehitaman, cukup panjang tapi masih jarang-jarang. Ketika jarinya membuka cela bibir memek Clara, ia dapat melihat lobang sempit yang ada diantara kedua bibir memek Clara.

Berulang kali Dedy menelan air liurnya, menatap kagum kearah memek perawan Clara, Sementara gadis cantik itu terlihat malu karena kelaminnya di tatap oleh kekasihnya.

"Aughkk..." Clara menjerit saat merasakan lidah Dedy menyapu bibir memeknya.

Kedua tangannya mencengkram erat pinggiran meja, dan wajahnya sampai mendongak keatas. "Enak sekali memek kamu sayang! Sluuuppss... Sluuuppss... Sluuuppss..." Komentar Dedy sembari menjelajahi gundukan memek Clara yang terasa asin tapi gurih.

Sapuan lidah Dedy di bibir kemaluannya membuat Clara mencapai klimaksnya. Pantat Clara bergetar, dengan suara erangan yang terputus-putus.

Dedy membantu Clara untuk turun dari atas meja, lalu memberi isyarat agar Clara berlutut di depannya. Clara tentu mengerti apa yang di inginkan kekasihnya. Kedua tangannya dengan perlahan membuka celana Dedy berikut dengan dalamannya.

Dengan penuh kelembutan Clara menggenggam kemaluan Dedy, ia menggerakkan tangannya maju mundur sembari menciumi kepala kontol Dedy.

"Ssstt.... Hisap kontolku sayang." Desah Dedy sembari memegang kepala Clara.

Gadis cantik itu membuka mulutnya, melahap batang kemaluan Dedy ke dalam mulutnya. Sembari menghisap kontol Dedy, telapak tangannya mengocok-ngocok kontol Dedy, sehingga pemuda itu mengerang nikmat, merasakan sensasi hangat dari dalam mulut Clara.

Aroma khas kontol Dedy seakan bukan lagi jadi masalah bagi Clara, karena ia telah familiar dengan aroma kontol Dedy yang memang cukup menyengat.

"Yaang... Aku mau keluar." Dedy menekan kepala Clara.

Tubuhnya menegang selama beberapa detik, kemudian dari ujung kepala kontolnya ia menembakkan spermanya ke dalam mulut Clara.

Croooottss... Croooottss... Croooottss...

Setelah tidak ada lagi sperma yang keluar dari kontolnya, Dedy baru melepaskan kontolnya dari dalam mulut Kekasihnya. Tampak gadis berusia belasan tahun itu mengap-mengap mengambil udara untuk mengisi paru-parunya yang terasa kempis.

"Nikmat banget Yang!" Puji Dedy yang tampak puas.

Clara tersenyum manis. "Aku juga tadi enak banget... Jadi makin sayang sama kamu." Ujar Clara ke pada Dedy.

"Tidur diatas yuk." Ajak Dedy.

Clara mengangguk manja sembari melepas rok hijau dan kaos kaki yang melekat di tubuhnya. Yang tersisa hanya jilbab putih yang tampak aut-autan.
Diatas tempat tidur sembari berpelukan mereka saling merabah, tidak jarang bibir mereka berdua kembali bertemu untuk memberi kehangatan satu sama lain. Nafas Dedy kembali memburu, dan kontol nya kini telah kembali ireksi.

"Aku sayang kamu." Bisik Dedy.

Pemuda itu menindih tubuh Clara dengan posisi kaki yang mengangkang, sementara tubuh Dedy berada di tengah-tengah kedua tungkai kakinya.

Clara menggigit bibirnya, ia dapat merasakan getaran-getaran syahwat yang luar biasa, menggelitik di setiap bagian sensitif tubuhnya. Apa lagi ketika ia merasakan ada benda tumpul yang menempel di bibir kemaluannya, seakan ingin memasuki lobang sempitnya.

"Yang..." Suara Clara terdengar khawatir.

Telapak tangan Dedy membelai payudara Clara, memainkan puting mungilnya. "Aku sayang kamu, aku janji gak akan ninggalin kamu..." Bisik Dedy, ia mencium kembali bibir Clara, sementara kontolnya ia gesek-gesekan di bibir memek Clara yang kembali basah.

"Aku takut..." Lirih Clara

"Kamu sayang aku kan?" Pertanyaan yang selalu membuat Clara terjebak antara mengikuti hati nuraninya, atau kemauan sang kekasih.

Clara mengangguk. "Iya aku sayang kamu... Tapi... " Clara meneteskan air matanya.

"Aku gak akan ninggalin kamu." Dedy menyapu air mata Clara. "Aku janji sayang..." Sambung Dedy meyakinkan Clara sementara kepala kontolnya telah masuk sedikit ke dalam memek Clara

"Aku percaya." Bisik Clara.

Dedy tersenyum, ia menekan pinggulnya hingga kontol Dedy menyeruak masuk semakin dalam ke dalam memek Clara. Mata Clara terpejam, keningnya berkerut ketika ia menahan rasa sakit ketika kontol Dedy mulai mengoyak selaput perawannya yang selama ini berhasil ia jaga.

Tapi bersama Dedy, ia tidak mampu mempertahankannya lagi, bukan karena ia kalah oleh nafsunya, tapi karena rasa sayangnya yang terlalu besar kepada Dedy.

Bleeess...

"Auuuww... Perih Yang." Jerit Clara.

Tangan kanan Dedy membelai kepala Clara. "Tahan ya sayang, nanti juga enak..." Bujuk Dedy, sembari mendiamkan kontolnya yang baru saja merobek perawan Clara.

"Ehmmpsss... Pelan-pelan." Desah Clara.

Dedy menganggukkan kepalanya, sembari menarik perlahan kontolnya lalu mendorongnya kembali. Gerakan tersebut ia lakukan berulang kali hingga Clara mulai terbiasa dengan keberadaan kontolnya.

Seiring dengan waktu Clara mulai tampak menikmati setiap gesekan kulit kontol Dedy dengan dinding memeknya.

Dedy mengangkat punggungnya sementara kedua tangannya bertumpu diatas kasur di sisi kanan dan kiri Clara. Sembari menatap Clara ia mulai meningkatkan tempo goyangan pinggulnya, menyodok memek Clara yang terasa semakin licin karena lendir kewanitaan Clara yang keluar semakin banyak, sehingga mempermudah laju kontol Dedy.

Wajah Dedy mengisyaratkan kebanggaan karena lagi-lagi ia berhasil memperdaya seorang santriwati. Baru satu bulan yang lalu dia berhasil merenggut perawan salah satu santri di pesantren, dan hari ini ia kembali mendapatkan perawan segar, tentu sebuah prestasi yang membanggakan bagi Dedy.

"Enak sekali sayang Memek kamu." Desah Dedy.

Clara melingkarkan tangannya di leher Dedy. "Yang... Aku dapat... Aku dapat..." Lirih Clara, tubuhnya menegang ketika ia mencapai puncak klimaksnya.

"Enakkan sayang? Kamu mau lagi?" Tanya Dedy.

Clara mengangguk. "Iya aku mau sayang." Jawab Clara dengan suara berat.

Dedy mencabut kontolnya, lalu meminta Clara untuk menungging di depannya. Walaupun masih terlihat canggung, tapi Clara menuruti permintaan kekasihnya. Toh... Tidak ada lagi yang harus ia pertahankan dari kekasihnya.

Sembari merabahi pantat Clara, Dedy kembali menjejalkan kontolnya ke dalam memek Clara. Kali ini kontol Dedy masuk lebih dalam.

Ploookkk... Ploookkk... Ploookkk... Ploookkk... Ploookkk... Ploookkk... Ploookkk..
Ploookkk... Ploookkk... Ploookkk... Ploookkk... Ploookkk... Ploookkk... Ploookkk...

Suara benturan kelamin mereka terdengar cukup nyaring, di iringi dengan suara desahan-desahan syahwat muda mereka. Hingga akhirnya mereka berdua secara bersama-sama mencapai puncak klimaks secara bersamaan. Dedy tanpa ragu menyiram rahim Clara dengan spermanya.

*****

08:30


Zaskia

Selepas makan malam, Rayhan langsung di sibukan dengan pr bahasa Arab yang harus ia kumpulkan besok. Ia di minta menterjemahkan sebuah cerita berbahasa Arab ke bahasa Indonesia. Awalnya Rayhan terlihat dengan muda mengerjakan pr-nya, tapi pada akhirnya ia menyerah.

Ia membolak-balik kamus bahasa Arab miliknya, beberapa kalimat berhasil ia terjemahkan tetapi tidak sedikit yang tidak mampu ia terjemahkan.

Karena merasa menemui jalan buntu, satu-satunya jalan ia harus menggunakan google terjemahan.

Segera Rayhan meninggalkan kamarnya, ia berjalan menuju kamar Kakak Iparnya. Tanpa permisi Rayhan langsung saja menyelonong masuk ke dalam kamar Kakak Iparnya yang kebetulan dalam keadaan setengah telanjang.

"Eh kontol..." Pekik Zaskia ketika ia melihat Rayhan sudah berdiri di depan pintu kamarnya.

"Tumben Adek mau ngomong jorok." Ujar seorang pria di balik handphone yang ada di tangan Zaskia.

Zaskia yang sedang melepas rindu tengah melakukan panggilan video call bersama Suaminya, ia tidak menyangkah kalau Rayhan akan memergokinya yang sedang melakukan video call sex bersama Suaminya. Kondisi ini tentu membuat Zaskia menjadi serba salah, ia tidak mungkin meneriaki Rayhan, karena ia khawatir Suaminya salah sangka.

Sementara Rayhan sendiri tidak kalah kagetnya, ia tidak menyangka akan melihat Kakak Iparnya yang sedang vcs dengan saudaranya. Dan parahnya lagi Zaskia hanya mengenakan pakaian dalam seksi berwarna merah muda, dengan renda putih.

"Buka behanya Dek, mas mau lihat."

"Eh... Mas!" Zaskia mau menolak tapi ia ragu.

Sementara Rayhan masih terpaku di depan pintu kamar Kakaknya, ia dapat mendengar jelas suara Kakak kandungnya di balik hp yang di pegang oleh Zaskia. Sementara Zaskia sendiri tampak kebingungan, ia tidak mungkin memberitahu Suaminya kalau Rayhan saat ini ada di depannya.

"Dek... Kok bengong! Buka dong." Desak Azam di balik video.

Zaskia yang latahan reflek menarik bra-nya keatas, Azam yang tidak mengetahui kondisi yang sebenarnya terlihat senang. Ia tidak segan mengungkapkan perasaan rindunya yang ingin sekali menjamah buah dada Zaskia, dan tentu saja semua ucapan Azam di dengar langsung oleh Rayhan.

Sementara Rayhan sendiri tidak kalah tegangnya, matanya melebar, menatap nanar gumpalan payudara Kakaknya yang putih bersih seperti kapas, di hiasi dengan puting berwarna merah muda.

Pemandangan indah tersebut seakan menghipnotis Rayhan, membuatnya terdiam membisu.

Zaskia yang kesadarannya telah pulih dengan cepat mengambil bantal lalu melempar Rayhan dengan bantalnya, hingga Rayhan terasadar dari kekagumannya.

Buru-buru Rayhan menutup pintu kamar Kakaknya, kembali ke kamarnya dengan perasaan yang tak menentu. Jujur Rayhan tidak menyangkah kalau ternyata Kakaknya yang alim dan konservatif itu ternyata juga suka melakukan video call sex dengan Saudaranya.

*****
Wokeeee suhuu
 
Bimabet
Banyak banget ya tokohnya... sampai bingung hapalinnya...hehehe...πŸ˜†
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd