Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Petruk Harja Sentana

Kedua manusia berbeda kelamin dan memiliki usia yang cukup jauh tengah menikmati kepuasan yang telah mereka raih. Keduanya terengah, nafasnya memburu akibat orgasme yang sudah selesai namun kenikmatannya masih melekat.

Kontol Petruk yang masih bersarang di dalam lubang senggama Bu Romlah memberikan sensasi nikmat pasca orgasme. Petruk memeluk erat Bu Romlah dengan satu tangan masih memegangi susu besar Bu Romlah. Sedangkan Bu Romlah juga memegangi tangan Petruk yang berada di dadanya seakan tak ingin dilepaskan.

"Baru ini Ibu puas banget Mas. Makasih Mas" ucap Bu Romlah ditengah kemesraan mereka

"Saya juga puas Bu" balas Petruk

"Mas sering gini? Sama siapa?" tanya Bu Romlah

Petruk pun menceritakan bahwa ia sebenarnya sudah menikah secara adat namun keduanya dipisahkan oleh mertuanya. Serta terusirnya Petruk dan dipisahkan dengan sang Istri.

Bukannya bersimpati akan hal yang menimpa Petruk, Bu Romlah malah diam-diam tersenyum karena merasa kesempatan untuk mengulang kembali bersama Petruk terbuka lebar.

"Sabar ya sayang. Kalau Mas mau, Mas bisa tinggal dengan Ibu saja. Nanti Ibu bicarakan dengan Johan" ujar Bu Romlah penuh harap

"Iya Bu. Saya juga bingung mau kemana. Kampung saya jauh. Terima kasih ibu sudah peduli dengan saya" jawab Petruk yang bujur arus

Bu Romlah kembali tersenyum karena terbayang hari-hari tuanya akan terisi oleh kontol Petruk.

"Mas punya mu kok segede ini. Enak banget loh. Ini aja masih keras padahal udah keluar"

"Memang begini dari dulu Bu" jawab Petruk

"Atau mas mau lagi? Ibu gak kuat Mas"

Kontol Petruk bukannya makin lemas malah sudah 100% bangkit lagi.

"Keras lagi mas. Enak.. tapi Ibu lemas" keluh Bu Romlah

"Maaf Bu. Saya gak tahan dengan ini" ucap Petruk meremas payudara Bu Romlah

"Akhhh masss" desah Bu Romlah karena kembali di dera rangsang oleh Petruk

Bu Romlah kini malah takut ia bisa hancur jika kembali di hajar kenikmatan kontol Petruk. Ia benar-benar sudah tak mampu. Padahal biasanya para lelaki lah yang dia jajah, kini ia bertekuk lutut menyerah di dalam pelukan orang yang wajahnya sama sekali tak menarik.

Jujur dalam hatinya, Bu Romlah hanya tertarik dengan tubuh kekar yang pasti bisa memuaskan dirinya. Apalagi dari sikap polos Petruk yang membuatnya penasaran. Namun ia tak berpikir jika ia akan kalah dalam permainan yang menurutnya ia sangat kuasai. Padahal ia hendak mencampakan Petruk setelah ia sudah mencoba beberapa kali lelaki yang sedang memeluknya itu. Sayangnya ia malah dapat counter attack darinya dengan senjata besar yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.

"Mas.. akkhhh" desah Bu Romlah karena ulah Petruk yang kembali bergerak meski hanya pelan

Petruk yang merasa masih bernafsu pun tak tega. Ia berhenti lalu kembali memasukan penuh kontolnya ke memek Bu Romlah.

"Akhhhhhhh" desah panjang Bu Romlah saat memeknya yang masih terasa ngilu pasca orgasme ditambah gerakan Petruk

Sebenarnya Bu Romlah tak sendiri di rumah, ia memiliki seorang adik yang tak kalah cantik dengannya. Hanya saja adiknya ini sudah lumpuh akibat stroke. Badan tambun sang adik bahkan sudah berkurang akibat penyakit tersebut. Namun masih cukup gempal bahkan terkesan normal tak seperti sebelumnya.

Bu Romlah merawatnya karena sang adik ditinggal kabur suaminya yang tak bertanggung jawab. Padahal mereka adalah pasangan baru yang belum lama menikah kala itu. Sayangnya musibah datang tak kenal kata tunggu.

Ia selalu menyempatkan waktu pulang saat berjualan hanya untuk memberi sarapan sang adik, juga mengganti popoknya. Untuk makan siang ia berikan setelah pulang berjualan di pasar. Dan mandinya, ia tiap sore mengelap tubuh adiknya dengan kain basah.

Ia tak mengeluh dengan keadaannya, meski memiliki adik yang lumpuh. Ia dengan penuh kasih sayang merawat sang adik.

Adik Bu Romlah yang bernama Juliah tak bisa bicara. Lidahnya masih kelu dan setengah badan sebelah kanan mati total. Sedangkan sebelah kiri hanya bisa bergerak sedikit.

Juliah tahu benar apa yang ia dengar. Juliah tahu bahwa kakaknya yang seorang janda sering membawa teman lelakinya. Ia awalnya marah namun lama kelamaan memaklumi. Karena ia sudah paham rasanya menjanda, ia juga butuh!!

+++++++++++++

Bu Romlah yang sudah mendengar cerita Petruk pun menceritakan kondisi keluarganya. Petruk yang masih menikmati jepitan memek Romlah jadi kagum dengan wanita tersebut.

"Kasian Mbak Juliah sendirian dirumah. Apa gak ada saudara yang lain Bu?" tanya Petruk

"Gak ada Mas, apa Mas mau nemenin kami? Biar Juliah gak sendiri kalau Ibu dipasar Mas?" tanya Romlah

Romlah menemukan alasan lain untuk menahan Petruk dirumahnya. Tentu saja alasannya ingin menikmati kontol yang membuatnya kelojotan sampai lemas.

"Ibu bicarakan dengan Johan. Kamu gak usah khawatir. Kamu sekarang tinggal disini aja ya Mas"

"Iya Bu" jawab Petruk singkat

"Ya sudah Mas, aku mau suapin adikku dulu" ucap Romlah

"Ahh" suara Romlah saat kontol Petruk tercabut

Ia senyum ke arah Petruk lalu mengecupnya.

Petruk yang melihat Romlah seakan tak percaya ia kembali menemukan orang baik di kota. Ia merasa beruntung sudah diselamatkan oleh Johan dari dinginnya malam dan kini ia ditampung Romlah dirumahnya.

Bukan merasa lega dengan perasaan sumpeknya terhadap kejadian di apartemen Intan, ia hanya merasa bersyukur atas apa yang sudah ia terima.

Petruk kembali berpakaian, karena sebelumnya sudah diloloskan semuanya oleh Bu Romlah. Ia pun keluar kamar setelahnya, karena merasa penat jika terus diam di kamar sendiri.

Saat keluar dari kamar, ia malah terpaku melihat Bu Romlah di kamar depan tempat mereka memadu nafsu. Hanya dengan berdaster tanpa lengan, Bu Romlah menyuapi adiknya sambil diajaknya mengobrol meski hanya satu arah.

Petruk yang berada di pintu kamar yang tadinya melihat Bu Romlah, kini malah terkesima melihat wajah Juliah. Wajah berot akibat stroke membuat Petruk bertanya-tanya akan penyakit yang Juliah derita.

Juliah yang sedang pelan mengunyah makanannya sedikit melirik ke arah pintu. Ia merasa aneh karena sosok tak enak dipandang itu. Ia heran kenapa kakaknya membawa teman lelaki seperti itu, tapi suara dari permainan yang terdengar olehnya jelas itu adalah yang terheboh dari yang selama ini ia dengar.

*Kakak nemu darimana sih? Apa kontolnya seenak itu ya? Aduh andai aku sehat, aku mau juga heboh kayak kakak* batin Juliah yang teringat suara permainan kakaknya

Juliah memang sakit, tapi ia masih normal. Ia adalah wanita yang lama tak tersentuh dan tanpa bisa melampiaskan meski sendiri. Ia sangat tersiksa mendengar gairah kakaknya yang tercurah saat bercinta.

Bu Romlah yang sadar akan mata Juliah melirik ke arah lain lalu menengok ke arah lirikan Juliah.

"Sini Mas, ini kenalin Juliah adikku" ucap Romlah pada Petruk

Petruk pun mendekati mereka. Ia tersenyum ke arah Juliah.

"Saya Petruk Mbak" ucap Petruk yang seakan mengajak ngobrol Juliah meski ia sadar tak akan ada jawaban

Juliah yang mendapat sapaan Petruk pun mengangguk tipis. Karena hanya itu yang ia bisa.

Juliah bukannya fokus ke arah muka kakaknya atau Petruk, ia malah melihat ke arah tonjolan pada celana Petruk.

*Gede. Pantesan kakak berisik* batin Juliah

Bu Romlah pun kembali menyuapi dan mengajak ngobrol Juliah. Petruk yang juga ada disana pun turut dilibatkan.

"Dek. Nanti biar gak kesepian, Mas Petruk nemenin kamu ya. Maaf ya kakak kan jualan jadi gak bisa nemenin kamu" ucap Romlah

Mereka pun aktif mengajak ngobrol Juliah meski tanpa jawaban, paling hanya senyum tipis dari Juliah.

Sore pun tiba, waktunya Bu Romlah mengelap tubuhnya adiknya. Namun kali ini karena ada Petruk, ia bukannya menyuruh Petruk menunggu diluar malah menyuruh Petruk membantu. Ya karena cukup lelah juga Bu Romlah karena ulah Petruk sebelumnya.

Petruk pun dengan perintah Bu Romlah membantu, ia membantu mengangkat badan montok Juliah.

Saat daster Juliah berhasil dilepas, Petruk malah kagum dengan tubuh wanita itu. Bagaimana tidak, badannya yang gempal memiliki payudara sebesar Bu Romlah. Badan mereka sangat mirip, hanya saja dada Juliah lebih kencang jika dibanding kakaknya. Terlebih saat popoknya dibuka, Petruk dengan jelas melihat bahwa jembut Juliah gundul karena Bu Romlah yang rajin mencukurnya. Tentu saja itu demi terjaganya kebersihan di area kewanitaan adiknya yang lumpuh.

Petruk yang menahan Juliah agar terduduk dengan cara menyandarkan Juliah di badannya malah memberikan sensasi pada Juliah.

*Gila gede banget. Keras gini. Aduh memek gue lama nganggur. Andai kamu ngerti, tolong masukin benda ini* dalam hati Juliah ia penuh harap

Juliah yang sedang di lap badannya oleh sang kakak malah membayangkan ia sedang dibelai oleh Petruk. Jelas saja itu hanya ada dalam imajinasinya, karena Petruk hanya memegangi dirinya.

"Dek kamu pakai selimut kain aja ya, dastermu akhir-akhir ini basah keringat terus" ucap Bu Romlah

Akhirnya memandikan Juliah pun selesai, tapi godaan tubuh indah Juliah di mata Petruk belum selesai. Karena juliah hanya memakai kain tipis yg mudah disingkap untuk menutupi tubuhnya.

*Lelaki ini memandangi toketku!! Apa aku menarik perhatiannya ya? Aduh semoga ada keajaiban dia mau menjamahku. Aku juga butuh belaian* batin Juliah

Juliah makin tersiksa karena memeknya terasa gatal ingin dijamah. Tak ada yang mengerti keinginan wanita lumpuh itu, ia merasa hanya dia saja yang tersiksa diantara mereka. Padahal Petruk juga merasakan hal yang sama, kontolnya belum terpuaskan meski memek enak Bu Romlah sudah membuatnya keluar sekali. Mungkin karena sebelumnya ia selalu dipuaskan dengan wanita lebih dari satu, Petruk merasa kurang.

++++++

Malam yang dingin kembali datang, tapi kedinginan itu tak mampu menembus kukit kedua insang yang sedang memadu kasih.

Tanpa peduli akan kesengsaraan Juliah yang mendengar desahannya, Romlah dengan asik terus bergerak naik turun memompa kontol Petruk.

Petruk pun sangat menikmati, baginya Bu Romlah adalah obat yang membuat kesedihannya sedikit berkurang. Meski ia juga jelas sekali menikmati terutama karena ukuran payudara Bu Romlah yang sangat menarik perhatiannya.

Dengan penuh nafsu Petruk mengenyot susu besar itu, sedangkan sebelahnya lagi ia remas dengan cukup kuat.

Bu Romlah yang biasanya kurang suka tindakan kasar pasangan mainnya, ia malah menikmati perlakuan pemilik kontol favoritnya. Ia rela asal keduanya mencapai kepuasan.

"Akhhhhh" erang panjang Bu Romlah kembali terdengar. Dengan kuat ia mendekap Petruk ke dada empuknya.

Petruk yg paham akan kenikmatan yang melanda lawan mainnya hanya pasrah dengan perlakuan yang ia terima.

Bukan Petruk namanya jika ia mudah terpuaskan, ia malah baru menyalakan api semangat. Terbukti dengan tenaganya ia menggulingkan Bu Romlah. Dan dengan sekuat tenaga pula ia memompa memek tembem Bu Romlah yang sangat nikmat baginya.

Suara-suara erangan keduanya memekakkan telinga Juliah. Andai ia mampu bergerak, ia pasti ingin sekali bergabung dalam aksi kedua orang di kamar itu. Atau setidaknya ia akan memainkan memek serta susunya sendiri sebagai pemuas birahinya. Sayangnya tangannya tangan kirinya tak mampu bergerak banyak, untuk mengangkatnya saja sangat sulit.

Memek Juliah benar-benar gatal. Bayangan akan kontol Petruk yang sempat menempel di punggungnya membuatnya makin gila.

"Enggggggg.." suara Juliah memaki kondisi dirinya sendiri

Sayangnya kedua orang yang sedang beradu kelamin tak mendengar jerit siksa Juliah. Mereka sangat asik menikmati aktivitas mereka sendiri.

Juliah malah teringat kejadian saat ia masih kecil. Kakaknya bercinta dengan sang pacar di rumah saat kedua orang tuanya bekerja. Dan dia dipuji kakaknya karena tidak melaporkan apa yang ia lihat ke orang tua mereka. Saat itu Romlah memang sudah sedikit gila akan sex, meski masih berstatus anak sekolah. Sedangkan Juliah masih SD tak mengerti apa yang kakaknya lakukan.

Meski keduanya memiliki usia yang terpaut jauh, Romlah malah sangat sayang pada adiknya. Terutama saat adiknya sangat perngertian tak melaporkan kegiatan sexnya bersama sang pacar.

+++

"Mas udah ya aku gak kuat lagi" rengek Romlah

Memang malam itu adalah malam yang panjang bagi keduanya. Romlah sudah sukses kembali mengeluarkan cairan nikmat Petruk, tapi karena ia sedang senang maka permainan dilanjut. Dan sekarang saat keduanya sedang dalam pertempuran syahwat, malah Romlah menyerah. Petruk sangat tak nyaman di hatinya jika terus memaksakan untuk tuntas.

"Mas, titip Juliah ya. Aku capek banget" ucap Romlah yang tak lama kemudian tertidur.

Petruk yang masih diantara paha Romlah hanya menahan konaknya. Tapi mau bagaimana lagi, kondisi tak memungkinkan.
Ia pun bangkit dan memakai kain untuk menutupi selangkangannya lalu keluar kamar agar penat karena ketidaktuntasannya sedikit ringan.

Namun baru saja hendak melangkah keluar kamar, ia sayup-sayup mendengar lenguhan dari kamar di depannya. Ia yang khawatir akan kondisi Juliah pun langsung masuk kamar itu untuk mengecek Juliah.

Petruk yang hanya memakai kain jarit untuk menutup kemaluannya masuk dalam kamar Juliah. Juliah tahu ada seseorang lalu melirik ke arah pintu.

Juliah melihat yang ia inginkan, apalagi dengan badan Petruk yang mengkilap akibat keringat. Itu membuat pikiran Juliah makin kacau.

Petruk melihat Juliah menangis. Ia mendekati wanita yang masih cukup muda itu.

"Mbak kenapa? Jangan sedih Mbak. Andai aku bisa bantu pasti aku bantu Mbak" ucap Petruk menyeka air mata Juliah

Petruk yang duduk ditepian ranjang bukannya tak tahu diri atau malah normal, ia malah memperhatikan buah dada Juliah yang terbuka satu karena sebelumnya Juliah bergerak berusaha meraih memeknya sendiri untuk dimainkan. Tapi Juliah yang gagal meraih memeknya malah hanya membuat selimutnya berantakan.

Juliah yang baru saja menangis sekarang menjadi senang lantaran tubuhnya diperhatikan lelaki. Ia tak malu atau merasa dilecehkan, ia malah justru bangga tubuhnya yg lumpuh masih bisa membuat lelaki terpesona.

Pandangan nanar Juliah membuat Petruj tersentuh, ia yang pernah menderita pun sangat bersimpati pada Juliah. Petruk genggam tangan Juliah dan ia letakan di pahanya. Ia balas tatap Juliah, seakan ia sedang menguatkan Juliah meski hanya itu yang ia bisa.

"Mbak jangan sedih. Nanti Bu Romlah sedih kalau tahu. Mbak harus kuat ya. Andai aku bisa bantu Mbak. Sayang aku ini bodoh, tak bisa seperti dukun di kampung ku" ucap Petruk

★dukun pengobatan seperti tabib, bukan dukun tukang sembur

"Andai mbak bisa cerita, kita bisa berbagi beban hidup ini" ucap Petruk yang tiba-tiba teringat berbagai hal yg membuatnya tak nyaman

Entah setan mana yang sudah merasuki Juliah, ia malah menggerakan jemarinya ke bagian keras di paha Petruk.

"Ehh" kaget Petruk menyadari kontolnya yang masih berharap dituntaskan sedang disentuh jari Juliah meski lemah.

"Mbak?" ucap Petruk penuh tanya

Petruk yang masih merasa tanggung akan kegiatan bersama Bu Romlah malah bingung merespon.

*Gimana ini? Masa sih Mbak Juliah minta begituan? Dia sakit loh" batin Petruk

Petruk mencoba mengkonfirmasi dengan cara meletakan tangan Juliah benar-benar pas di batang yang terbalut kain jarit tipis.

"Mbak yakin?" tanya Petruk memandang lekat mata Juliah

Juliah sekuat tenaga ingin menjawab. Ia memberikan sedikit senyum meski sudah berjuang sekuat tenaga.

Petruk merasa jemari Juliah memang tak salah, melihat juga sedikit melihat guratan senyum di wajah juliah meski bibirnya sedikit berot.

Petruk mulai memantapkan keyakinannya bahwa ia tak salah. Ia pun beranjak lalu menutup pintu kamar Juliah.

Petruk pun kembali mendekati Juliah lalu kembali duduk di tempat sebelumnya. Ia pandang wajah Juliah, lalu ia buka penutup kain yang ia kenakan. Juliah yang melihat itu bergemuruh, nafasnya sangat memburu dan matanya seakan ingin keluar karena tak percaya. Namun semua terkonfirmasi saat Petruk meletakan tangan kirinya dan oleh Petruk dibantu pegang juga meraba kontolnya sendiri.

Ya bagi Petruk itu adalah sensasi tersendiri.

*Kontol.. kontol gede.. ayo masukin!!!* batin Juliah tak sabar

"Mbak saya buka popoknya ya" ucap Petruk yang makin membuat Juliah senang meski tak mampu ia ungkapkan.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd