Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Petualangan Seks Mengelola Kosan Sahabat

Mau tau nih, suhu semua tim siapa?

  • Nisya

    Votes: 190 17,8%
  • Tita

    Votes: 186 17,4%
  • Lola

    Votes: 119 11,1%
  • Rachel

    Votes: 210 19,6%
  • Mia

    Votes: 62 5,8%
  • Tante Dian

    Votes: 281 26,3%
  • Fitri (Newcomer)

    Votes: 22 2,1%

  • Total voters
    1.070
Malam ini terasa panjang, karena sambil minum milktea yang disiapkan Nisya, kami ngobrol panjang lebar. Dari obrolan itu juga, gw paham kenapa malam ini dia bermain seperti orang gila seks.




Sambil milktea yang beneran, meredakan dahaga kami duduk bersandar di atas kasur. TV memang sedari tadi nyala, entah sudah nayangin film apa aja. Kami ngobrol ringan, sebelum akhirnya sampai pada obrolan yang mengungkap alasan dibalik sikapnya Nisya yang liar malam ini.

“Mas Andre kaget ya kenapa aku binal banget gini?”
“Eh eh, iya sih kaget. Selama aku ngelola kost 2 bulan terakhir ini kan aku lihat kamu lempeng-lempeng aja. Kerudungan lagi tiap keluar kamar.”
“hehhe iya mas, dulu waktu SMA sudah jadi sama almarhumah mama buat jaga penampilan. Tapi semenjak mama meninggal waktu aku kelas 1 SMA itulah hidupku berubah mas.”

“Oh ya?” tanyaku sambil memutar badan menghadap Nisya, berusaha hadir mendengarkan ceritanya kali ini.
“Mas gapapa Nisya ceritain? Ceritanya panjang lho mas. Jarang ada yang mau bener-bener dengerin dan memahami. Beberapa pacarku terakhir, langsung ninggalin aku begitu tau aku punya sifat binal gini.”
“Mau kok, aku suka dengerin cerita,” jawabku sambil memegang tangannya.
“Bener ya Mas? Nisya tahu kok, Mas pasti orangnya punya pandangan terbuka.”

“Hehe iya sih,”
“Mas pasti juga udah sering main cewek kan?”
“Ga sering-sering banget, tapi beberapa kali ganto-ganti cewek. Tapi setahunan terakhir lagi males banget cari parner.”
“Nah kan, Nisya bener. Yaudah. Dengerin ya mas, jangan sampe ketiduran lho! Kalua ketiduran kontolnya mas, aku gigit!”

Wahai pembaca, jangan pada ketiduran juga, nanti digigit Nisya lho. Sekarang ganti ke POV nya Nisya dulu ya.




POV Nisya.

Kejadian yang benar-benar mengubah hidupku bermula semenjak mamaku meninggal. Mamaku adalah mantan guru, sedangkan ayahku adalah kontraktor serabutan. Sudah 2 tahun terakhir, mamaku sakit-sakitan, sedangkan ayahku mulai mengurangi keluar kota ambil proyek. Ekonomi keluarga kami masih cukup sehat, meskipun tidak sekecukupan seperti dulu waktu kedua orang tua ku masih bekerja. Oh ya, aku anak tunggal di keluargaku.

Waktu itu, di tengah bulan agustus, setelah baru saja aku masuk SMA, mamaku meninggal. Aku dan ayahku benar-benar kalut, selama sebulan setelah mamaku meninggal, aku mengurus rumah sendirian. Ayahku yang dibawa perasaan kalut, jatuh ke dalam lubang kesedihan. Mau tak mau aku harus bangkit dan menggantikan peran ibuku di rumah ini. Segala urusah rumah, masak, belanja, aku semua yang urus. Sarapan dan makan malam aku yang siapkan. Semua itu kulakukan di tengah sibuknya aku sebagai siswa SMA kelas 1.

Suatu hari, aku merasa lelah sekali. Pagi di saat kelas olahraga aku kena hukuman harus lari mengitari lapangan bola 5 kali ga boleh jeda karena aku telat. Paginya aku bangun kesiangan, tetapi harus tetap menyiapkan sarapan buat ayahku. Setelah itu, masih dilanjutkan beberapa kelas praktikum. Ketika pulang sampai rumah, belum juga sempat ganti baju. Aku harus mulai mencuci baju kotor, mencuci piring tadi pagi, hinggal ngepel rumah. Ayahku kemana? Tidur. Sebulan belakang ayahku sering banget keluar malam, pulang-pulang dalam keadaan mabuk. Bangun juga baru jam 9an, itu pun cuma sarapan lalu tidur lagi.

Tak sadar ternyata waktu sudah menunjukan pukul 6 sore. Aku berniat mandi, tapi karena terlalu kelelahan, aku istirahat dulu di sofa ruang tengah, masih lengkap dengan baju SMA. Hanya sudah lepas kerudung saja. Tak kusangka, aku ketiduran di sofa. Entah berapa lama aku tidur, tapi yang membuatku kaget karena aku tidak terbangun sendiri. Begitu mau mengucek matapun, aku juga kaget karena tanganku seperti diikat. Ketika aku tengok ke arah tanganku, ternyata kedua tanganku sudah terikat ke kaki sofa, sedangkan kakiku terikat ke kaki meja. Bajuku terbuka setengah, sedangkan rok ku terangkat sebatas lutut.

Seketika aku teriak, meminta tolong. Aku piker ada penjahat di rumah ini, sedangkan ayah sedang keluar. Namun aku bingung kenapa suaraku tidak keluar. Ternyata mulutku juga dilakban. Entah kenapa sedari tadi aku tidak sadar, rasanya kesadaranku sulit sekali kembali. Aku hanya bisa meronta mencoba melepaskan tangan dan kaki ku yang terikat, “MMHHHHHHMMMMMMHH” hanya suara itu yang keluar dari mulutku. Selang berapa lama, ayahku jalan dengan santainya dari arah dapur, dengan hanya koloran saja.

“Eh anakku yang paling manis sudah bangun”
“Mmmmmm aayaa.a…”
“Kamu mau ngomong apa nak? Ah iya, ayah lupa, mulutmu masih ayah lakban ya.” Dia berjalan perlahan mendekatiku, lalu duduk bersimpuh di antara kedua kakiku. Mendekatkan mulutnya ke telinga kananku, “Anakku sayang, mama kan sudah ga ada. Kamu mulai sekarang mau ya gantiin posisi mama.” Sontak aku menoleh ke arah ayahku dan melotot. Berusaha memberontak dan menyingkirkan badannya dari badanku, tetapi aku tidak bisa. Tak terasa air mataku menetes.
“Ssssst, kamu turutin ayah ya. Kalau kamu ga mau, kamu bisa pergi dari rumah ini. Ayah ga akan ngurusin kamu lagi. Kamu ga mau kan jadi gelandangan di jalanan?” jari telunjuknya tepat berada di depan bibirku ketika dia membisikan kalimat itu sembari sedikit menjilati telingaku. Aku hanya memberikan respon geleng-geleng kepala sambilt tetap melototi ayahku.
“Lakbannya ayah lepas kalua kamu mau nuruti ayah. Cuma ini yang bisa bikin ayah bangkit lagi, nanti ayah akan kerja lagi. Lebih keras, buat sekolah kamu.” Aku hanya bisa memejamkan mata, membayangkan diriku di jalanan. Jika hanya pilihan ini yang bisa membuatku tetap sekolah, lalu nanti kuliah, apa boleh buat pikirku. Ayahku juga terlihat sangat murung sekali semenjak ditinggal mama. Aku juga ingin ayah bahagia lagi. Tapi apakah iya aku harus menyerahkan keperawananku ke ayah? Apa iya aku harus melayani ayah seperti ini? Ah, apa boleh buat. Mama, maafkan Nisya ya Maaa.
Aku mengangguk perlahan, dengan air mata yang mengalir semakin deras. Ayahku lalu bangkit, dan melepaskan lakban di mulutku. “Ayah jahat!” kalimat pertama yang keluar begitu mulutku bebas bergerak.
“SSSSTTT, anakku sayang. Ga boleh bilang gitu. Mama kamu pasti pengen ayah juga bangkit lagi kan? Cuma ini caranya Nisyaku sayang.”
“Tapi yaah….”

Telunjuk yang tadinya masih di mulutku sudah bergerak turun, perlahan melepas semua kancing bajuku. Sedangkan mulutku langsung dilumat dengan ganasnya oleh ayahku. Awalnya aku hanya bisa menutup mulutku, setelah kemudian pertahananku jebol, dan mau tak mau harus melayani ciuman mulut ayah yang berbau surya itu. Ini kali pertama aku ciuman, memang selama ini, aku pernah pacaran tapi tidak pernah macam-macam, biasa cinta monyet jaman smp.

Di saat bersamaan, seluruh bajuku terlepas, tangan kanan ayahku sudah mulai memegang pangkal rok SMA ku. Dengan keras ayah tarik rok ku hingga lepas ke bawah, terdengar suara sobekan, tapi aku tak peduli, aku tak cukup mampu memikirkannya. Begitu lepas rokku, celana dalamku dirobeknya dengan kasar. Kini memek yang bulunya selalu aku cukur, terpampang jelas di depan ayahku. Aku hanya bisa memejamkan mata sambil menangisi nasibku. Di saat bersamaan jari telunjuk ayah serta merta menusuk memekku yang masih perawan itu.

“AAAAAAAAHHHHH SAKIIITTT YAAH!!!” jawabku sambil melengkingkan badan dan melepaskan ciuman ayahku, merasa benar-benar kesakitan, karena kali itu pertama kali memekku dimasukin benda asing. Ayahku tidak peduli, dia terus memainkan jarinya di lubang kenikmatan milikku.
“Nisya, percaya ayah ga? Ayah akan bahagia jika Nisya nurut sama ayah. Nisya mau ayah bahagia kan?”
“Iyyy… Iyyyaa yaah,” jawabku lemah.

Ketika jari telunjuk kanannya masih mengobok memekku, tangan kirinya sedang berusaha melepas kaitan braku. Aku memang masih kelas 1 SMA, tetapi payudaraku sudah tumbuh sejak SMP. Tidak begitu besar, tetapi bentuknya memang bulat. Mamaku suatu ketika melihat aku telanjang di kamar, memang pernah memuji bentuk payudaraku. Tak butuh waktu lama sampai payudaraku terpampang tanpa penutup di depan mata ayahku. Tak tinggal diam, mulutnya lalu mesesap kedua putting yang masih merah muda ranum itu.

Entah berapa lama, ayah memperlakukan tubuhku seperti budak seksnya itu. Perasaan bersalah, sedih, kecewa, hina, perlahan hilang. Digantikan rasa gatal, geli, nikmat dari kedua sentuhan yang kurasakan di memek dan payudaraku. Tanpa kusadari, aku mulai mengeluarkan bunyi lenguhan pelan. “mmmppph… mmmmmppph” Mendengar aku mulai on, ayahku mempercepat gerakan jari di memekku, sedangkan isapan di payudaraku making kencang.

“AHHHHHH yaaaah, aaaaah. Kenapa enak gini yah?? Aahhhhh Nisya mau kencing yaaah.” Ayahku mengabaikan ku, dan tetap pada aktivitasnya itu.
“AAAHHHH AAHHHh, ayah, Nisya kencing yah,” rasa yang begitu aneh buatku saat itu. Rasanya seperti kencing, tetapi bukan pipis yang keluar. Rasanya begitu campur aduk, lega, nikmat, sunggu melayang dan ringan sekali badanku. Ayahku lalu melepaskan jarinya, menjilatnya, lalu tersenyum kepadaku.
“Benarkan Nisya, enak kan begini sama ayah?”
“Iyyy yaa yah.”
“Mulai sekarang, kamu harus nurutin ayah tiap ayah minta jatah ya”
“Iyya ya yah.”
“Sekarang waktunya kamu menikmati kontol ayah,” kata ayahku sambil melepaskan celana kolornya. Gila! Kontolnya ayah gede banget. Aku takut seketika, jika memang kontol segede itu harus masuk ke memeku yang masih perawan ini, apakah akan sakit? “Nisya siap ya.”

Tanpa aba-aba, Ayahku langsung menerjang memekku dengan kontolnya. Aku hanya bisa menggelinjang kesakitan, meronta ke kanan kiri, tapi tidak bisa melakukan apa-apa. Rasanya sakit sekali, jauh lebih sakit dibandingkan dimasukkan jari tadi. Namun ayahku nampaknya tak peduli, ia langsung memompa memekku dengan cepatnya. Aku hanya bisa terengah-tengah mengatur nafas dan menahan sakit.




10 menit berlalu, rasa sakit mulai hilang. Perlahan muncul rasa nikmat seperti yang kudapat tadi ketika ayah masih bermain dengan jari. Aku pun mulai melenguh dan menambah suasananya menjadi panas, “AHHHHH ayyaah, enak yaaah AHHHH”

“OOOHhhhhh, memek kamu sempit banget Nisya aahhh. Enak banget.”
“Kontolnyaaah aaaahhhh ayah yang kegedean ahahhhhhhhh mmmpppphh.”
“Tahan ya Nisya, ayah bakalan berikan kamu kenikmatan seperti ini tiap malam.”
“ahhhhh ayah aaaaah Nisya mau yaaah aaaaahhhh, asalkan ayah juga bahagia aaaah.”

Aku tidak mengerti saat itu, separuh diriku menolak, tetapi separuh lainnya sangat menikmati dan entah mengapa diriku lebih memilih sisi diri yang menikmati. Melihat responku yang sudah bersambut, ayahku lalu melepaskan semua ikatan di tangan dan kakiku. Tidak berapa lama, ayahku lalu duduk di sofa. Badan kecilku diangkatnya, lalu di duduknya di atas kontolnya. Kontolnya yang begitu besar ambles begitu saja masuk ke dalam memekku.

“AYYAAAAHHH!!!!” teriakku ketika pertama kali kontolnya masuk di dalam posisi itu. Ayah memompa kontolnya perlahan, sedangkan entah kenapa pinggulku seperti menyambutnya dan bergoyang mengikuti tempo ayahku. Aku hanya bisa mengikuti iramanya sambil memeluk ayahku. Kedua payudaraku dihisapnya, kanan kiri bergantian. Keringat kami saling berpadu, bercucuran membasahi sofa merah kesayangan mama. Mama, maafin anakmu Ma. Tetapi Nisya mau menggantikan posisi mama demi ayah. Buat ayah.

“AAAAHhhhh aaaah ooooh” Goyangan pinggulku semakin kencang
“Ooooooh Nisyaku sayang,” kontol ayah menegang di dalam memekku.
“Ayaaaahhh ooooh aaaahakuu mau ahhhhh pipis lagi,”
“Bareng ya sayangkuuuhhhh ooooooh.”

CROT CROT CROT CROOT CROOTTT

Badanku menegang, kepalaku mengadah keatas, rahimku terasa aneh menerima sperma yang begitu banyaknya dari ayahku. Rasa yang asing tapi begitu nikmat. Jika memang seperti ini yang diinginkan ayah, aku rela memberikan tubuhku untuh ayah. Rasa yang begitu nikmat pikirku.

“Nisya sayangku, mulai sekarang kamu gantiin mama sepenuhnya ya.”
“Iya yah, Nisya sudah ikhlas, asalkan ayah bahagia.”
“Iya, ayah akan kembali bekerja keras buat kamu lagi.”

Semenjak kejadian malam itu, aku menjadi budak seks ayahku. Ah tidak juga, setelah aku benar-benar berdamai dengan rasa bersalah dan penyesalan. Aku mulai menikmati, bahkan kadang aku minta dicumbu ayahku. Ayahku termasuk submissive, berbagai metode bdsm dicobanya bersamaku dan entah kenapa aku justru sangat menikmati kekerarasan dalam bercinta dengan ayahku. Selama tiga tahun aku SMA, aku selalu melayani ayahku. Hampir tiap hari, ketika ayahku pulang dari site proyek dia. Kadang bahkan dia membawa rekanan bisnis dia, lalu ngegang bang aku. Entah kenapa, aku semakin menikmatinya. Ketika sendiri pun, aku selalu masturbasi, membayangkan ayah atau menonton bokep. Sayangnya begitu aku kuliah, aku tidak menemukan partner yang tepat. Mantan-mantanku selalu kabur begitu tau sisi liarku.




“Yah, begitulah ceritaku Mas Andre,” pungkasnya menutup cerita asal mula tingkah liarnya mala ini. Gw shock ternyata pengalaman Nisya jauh lebih liar daripada yang pernah gw lakukan dengan mantan-mantan gw/

“Nisya, kamu benar-benar tangguh. Bukannya lalu jatuh terpuruk, justru kamu menyambut hidupmu. Kamu panggil aku Andre aja ya mulai sekarang. Anggap aku teman cerita dan ngewemu, tetapi di luar itu, aku akan tetep professional sebagai pengelola kost di sini.”
“Iya mas, eh Ndre. Makasih ya sudah mendengarkan.”
“Iya sama-sama. Eh tapi udah jam 2 malam ini, milktea ku juga udah habis.” Mengerti kodeku tersebut, iya memegang kedua payudaranya, membusungkan dan menawarkannya kepadaku. Gw serta merta menyesapnya. Lalu kami bermain sekali lagi malam ini, sebelum akhirnya tidur pukul 3 pagi. Untung besok ga ada janjian ketemu klien, jadi bangun siangan dikit ga masalah.




Besok paginya, "Astaga jam berapa ini? eh tanganku kok ga bisa gerak, Nisya? ngapain kamu di situ?"


Bersambung >> Page 10
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd