Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Petualangan Windy

thunderrider

Semprot Addict
Daftar
27 Jul 2015
Post
475
Like diterima
811
Bimabet
Motor matic itu melaju membelah kemacetan kota jogja yang padat di hari Minggu. Pengemudi motor, berliak liuk lincah mencari celah agar bisa tetap melaju. Nampak raut khawatir di muka pengemudi motor, sehingga seolah mengabaikan berbagai hambatan yang ada sepanjang jalan.
Setelah beberapa kali bermanuver dan menarik gas dalam-dalam, motor itupun berbelok ke sebuah rumah kos wanita yang bercat hijau. Bergegas, si pengemudi turun dari motor dan membuka gerbang dan berlari menuju ke salah satu kamar kos setelah menutup pintu gerbang.
Di kamar paling ujung yang tertutup, pengemudi motor yang bernama Roy, langsung membuka pintu. Setelah pintu terbuka, nampaklah sesosok wanita yang tergolek lemas di atas Kasur. Roy bergegas menghampiri dan meraba kening wanita tersebut.
“Panas sekali, kamu udah makan saying?” Tanya Roy pada Windy, gadis yang sedang tergolek lemah di atas Kasur.
“belum. Cuma sarapan bubur tapi muntah lagi mas.” Ucap Windy sambil memejamkan mata akibat rasa pusing yang dideritanya.
“Duh…ya udah yuk cari dokter” ajak Roy
“emang ada dokter buka hari Minggu gini mas?” Tanya Windy dengan suara lemas dan parau
“Ya cari dulu, pasti ada dokter jaga”
“tapi aku lemas banget mas” keluh Windy
“Daripada makin parah…mumpung belum terlanjur” paksa Roy sambil meraih tangan Windy

Ada getaran hangat saat tangan Roy menyentuh jemari Windy. Getaran yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Namun, rasa lemas yang dirasakan, membuatnya tidak mampu menikmati getaran tersebut.
“Ya udah, aku ganti baju dulu ya mas…”
“Gk usahlah. Keburu hujan, lagian memangnya kamu kuat ganti baju sendiri?”
Saat itu, Windy hanya mengenakan baby doll lengan pendek namun dengan celana panjang.
“Ya udah, ambilin kerudungku sama cardigan aja ya mas, malu kl pake lengan pendek begini. “ pinta Windy
Roy pun beranjak ke tempat kerudung dan mengambil cardigan yang tergantung di belakang pintu. Kemudian, dibantunya Windy yang Nampak pucat untuk duduk dan mengenakan kerudung pink. Setelah itu, Roy membantu Windy memakai cardigan. Saat itulah, mata Roy terpaku pada dada Windy yang terlihat membusung saat mengenakan cardigan. Namun, karena kondisi Windy yang lemah, maka perhatiannya segera beralih untuk membantu Windy beranjak dari tempat tidurnya
Dengan dipapah, Windy berjalan menuju keluar kamar dan naik ke atas motor. Karena tubuhnya yang terasa lemas, Windy memberanikan diri rebah di punggung Roy dan memeluk pinggangnya dari belakang. Hal ini merupakan yang pertama dlakukan Windy, sebab selama seminggu berpacaran Windy tidak pernah sedekat ini saat berboncengan. Namun, karena terpaksa maka Windy pun menempelkan tubuhnya ke badan Roy.
Roy menjalankan motornya perlahan mencari dokter yang buka praktek di hari Minggu. Tangan kanannya memegang stir motor sedangkan tangan kiri, memegang tanggan Windy yang memeluknya erat. Hati Roy berdesir saat merakan punggungnya ada dua benda kenyal yang menempel di punggungnya. Hal ini membuat celana yang dikenakan Roy sesak karena ada bagian tubuhnya yang membesar.
Namun, Roy tetap berusaha berkonsentrasi dalam menjalankan laju motornya. Hampir setengah jam berlalu, beberapa tempat praktek dokter tidak ada yang buka. Namun demikian, Roy tetap mencari tempat dokter yang buka, hingga menemukan apotek yang juga menyediakan fasilitas klinik 24 jam.
Setelah mendaftar, Roy memapah Windy masuk ke ruang praktek dokter. Untungnya, saat itu tidak ada antrian sehingga bisa langsung diperika. Windy langsungg naik ke tempat tidur periksa dibantu Roy, yang kemudian duduk di depan meja dokter. Sementara, dokter yang terlihat masih muda mulai menyiapkan stetoskop dan alat periksa lain.
Seperti biasa, dokter memeriksa mulai dari tensi dan menyuruh Windy membuka mulut untuk melihat bagian kerongkongan. Kemudian, dokter itu mulai menepuk bagian perut untuk menanyakan apakah terasa mual atau tidak.
Windy menjawab tidak. Kemudian dokter mulai mengeluarkan stetoskopnya dan menempelkan ke bagian ulu hati Windy. Sesaat kemudian, stetoskop digerakkan ke bagian atas. Entah, sejak kapan, saat itu kancing paling atas baby doll yang dikenakan Windy Nampak terbuka. Dokter muda ini menahan nafas saat melihat bagian dada atas Windy yang putih. Terlihat pula sedikit gundukan yang saling berhimpit Nampak putih sebagaimana kulit tubuh Windy.
Saat itu pula, sang dokter muda merasa tidak nyaman karena bagian selangkangannya terasa tertekan oleh batang kejantanannya yang mengeras tiba-tiba. Namun, kesadarannya segera pulih, dan meski harus menahan pikirannya yang tak karuan melihat pemandangan indah tersebut.
Ditempelkannya stetoskop tersebut ke bagian dada dan seakan tak sengaja, ditempelkannya ujung stetoskop tersebut ke bagian yang terlihat menggunduk. Terasa kenyal, dan karena Windy terlihat diam, dokter itu semakin berani menempelkan ujung stetoskop semakin dalam di balik baby doll.
Saat itu, sang dokter mulai menyadari ada sesuatu yang tidak biasa di balik baby doll tersebut. Otaknya semakin kacau dan batang kejantanannya pun semakin mengeras. Apalagi, saat jarinya dengan sengaja disentuhkan ke bagian tersebut, terasa mulus dan kenyal.
Windy bukan tidak tahu apa yang terjadi saat itu, desiran yang dirasakan begitu kuat dan menyambung hingga ke bagian selangkangannya. Namun demikian, untuk menolak sentuhan itu, Windy tidak mampu melakukannya. Selain karena rasa lemas yang begitu mendera, di satu sisi, ada kenikmatan yang belum pernah dirasakannya. Windy hanya mampu memejamkan mata saat jemari sang dokter meraba bagian tubuhnya yang sangat sensitive tersebut.
Roy yang sedang asyik bermain dengan HP nya, tidak menyadari hal tersebut. Sehingga, sang dokter muda semakin aman melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukannya. Tangan sang dokter, sembari memegang ujung stetoskop mulai mendaki gunung kenyal milik Windy. Rabaan tersebut demikian lembut, membuat Windy terbawa dalam situasi yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Bibir Windy mengatup, mencegah agar tidak mengeluarkan suara desahan. Tangannya mencengkeram sprei dan kedua matanya terpejam.
Namun demikian, saat dirasakan ujung gunung kenyalnya tersentuh jemari sang dokter, Windy merasakan getaran yang sangat hebat. Kakinya sekit tertekuk, dan mulutnya terbuka namun tidak mengeluarkan suara. Sang dokter pun memelintiri ujung gunung kenyal yang bentuknya kecil namun keras tersebut.
Nafas Windy memburu, demikian jugag dengan sang dokter yang mulai Nampak tegang. Beberapa kali dipelintirnya benda kecil tersebut, dan membuat Windy semakin terdongak lantaran merasakan getaran hebat yang membalut seluruh raganya. Batang kejantanan sang dokter pun semakin membesar dan membuat sesak celana yang dikenakan. Sementara Windy, semakin kuat mencengkeram sprei dan mengatupkan bibirnya agar tidak mengeluarkan suara. Dirasakannya, vaginanya sudah basah oleh cairan rangsangan. Ingin menolak perlakuan sang dokter, namun hati kecilnya memaksa untuk menikmatinya.
Tiba-tiba terdengar dering telepon yang cukup keras. Rupanya, telepon milik Roy. Roy segera berdiri dan keluar ruangan untuk menerima telepoon tersebut. Bersamaan dengan itu, sang dokter menarik tangannya, dari payudara Windy. Windy pun menghembuskan nafasnya. Dengan suara lirih, sang dokter berbisik di telinga Windy yang tertutup jilbab. “Maafkan saya”, ucapnya pelan yang disambut anggukan halus dari Windy yang masih terpejam. Rasa lemas dan hasrat yang tertahan bercampur menjadi satu.
Dengan perlahan, Windy bangkit dari tempat periksa dan berusaha untuk turun. Roy yang sudah selesai menerima telepon, segera berlari membantu memapah Windy dan mengajaknya duduk di depan meja dokter. Sang dokter yang masih tergetar oleh peristiwa yang dialaminya, berusaha setenang mungkin menuliskan resep obat. Sementara, Windy hanya tertunduk tak berani menatap sang dokter yang baru saja melecehkannya.
Untunglah, Roy yang terlalu khawatir pada kondisi Windy tidak memperhatikan situasi yang terjadi baru saja.
“bagaimana kondisinya dok” Tanya Roy khawatir
“tidak apa-apa hanya radang biasa” ucap dokter sambil tetap menundukkan muka sambil menulis resep
“lalu apa yang harus dilakukan dok” cecar Roy
“perbanyak istirahat, banyak makan. Dan kalau berkeringat, segera ganti baju agar tidak masuk angina” ucap dokter sambil menyerahkan resep pada Roy.
Sehingga setelah menerima resep dari dokter, Roy memapah Windy keluar dari ruang praktek. Sementara, sang dokter menatap bongkahan pantat Windy yang terlihat membulat di balik baby doll yang dikenakannya. Dan begitu Windy serta Roy keluar dari ruang praktek, sang dokter segera beranjak ke balik ruang praktek dan melepas celananya. Tangan kanannya segera mengocok batang kontol yang masih saja mengeras sambil membayangkan sedang menyetubuhi Windy dan membayangkan betapa indah payudara Windy.
Sementara, Windy menunggu Roy yang sedang membayar biaya periksa dan mengambil obat. Pikirannya melayang pada peristiwa yang baru saja dialaminya. Untuk pertama kalinya, payudaranya dijamah oleh pria yang bahkan tidak dikenalnya. Dan Windy seakan tidak melawan dan justru menikmati sentuhan tersebut. Rasanya, ingin lebih lama payudaranya disentuh oleh tangan dokter tersebut. Membayangkan itu, kedua putingnya mengeras dan vaginanya kembali terasa basah.
Namun, lamunan itu tidak berlangsung lama, karena Roy sudah selesai mengambil obat dan mengajaknya pulang. Perlahan, dipapahnya Windy naik ke atas motor dan kemudian Roy menstater motor tersebut. Kali ini, Windy memeluk tubuh Roy dari belakang dan membiarkan kedua payudaranya menempel lekat ke punggung lelaki yang baru seminggu menjadi pacarnya tesebut. Ada kenikmatan saat kedua payudaranya menempel ke punggung Roy meski dibatasi oleh pakaian yang melekat.
Roy melajukan motornya perlahan lahan sambil tangan kirinya memeluk tangan Windy yang memeluknya. Langit di atas mulai Nampak semakin gelap, yang diikuti beberapa rintik hujan.
‘Yang, daripada kehujanan, kita ke kosku aja gimana? Soalnya kosmu masih jauh lebih dekat ke kosku” Tanya Roy sambil setengah berteriak
“iya gk papa” ungkap Windy pasrah
Roy segera melajukan motornya menuju tempat kosnya dengan lebih cepat agar tidak sampai kehujanan. Untunglah, hari Minggu arus lalul lintas tidak terlalu ramai sehingga Roy bisa segera sampai di kos. Roy segera membantu Windy turun dari motor dan mengajaknya masuk ke dalam kamar kos yang dihuni Roy tersebut.
“kalau disinin, kamu tidak perlu repot kalau mau ke kamar mandi saying” ungkap Roy. Kamar kos Roy memang dilengkapi dengan kamar mandi dalam, sehingga tidak perlu keluar kamar apabila hendak ke kamar mandi.
Windy hanya mengangguk lemah dan berjalan menuju tempat tidur dan segera merebahkan diri.
“makan dulu ya lalu minum obat. Ini aku ada roti, yang penting ada isi buat perut sebelum minum obat” tawar Roy
Windy mengambil satu buah roti dan berusaha menelan roti tersebut meski terasa pahit. Hanya separuh roti yang berhasil masuk ke dalam perutnya. Kemudian, diambilnya beberapa butir obat yang sudah disiapkan Roy dan meminumna.
Roy kemudian membantu merebahkan tubuh Windy yang Nampak pucat dan lemas. Badan Windy masih terasa panas. Hati Windy berdesir saat tangan Roy menyentuh kepalanya, dan Windy teringat saat jemari tangan pak dokter memuntir putting payudaranya. Aaah….lagi-lagi hal ini membuat vagina Windy terasa basah. Namun pengaruh obat yang membuatnya mengantuk, tak mampu dilawannya. Dan Windy pun terlelap.
Roy memandang wajah gadis berparas cantik yang kini terlelap di hadapannya. Seminggu sudah mereka resmi berpacaran. Namun, entah mengapa, belum pernah sekalipun Roy menyentuhnya. Jangankan menyentuh bagian tubuh yang terlarang, sekedar untuk menciumnya pun, Roy belum melakukannya.
Bukan…..bukan karena Roy seorang yang lugu dalam berpacaran. Empat kali berpacaran sebelum dengan Windy, selalu dihiasi dengan persetubuhan di atas ranjang. Namun entah mengapa, dengan Windy, dia belum mau menyentuhnya. Ahhh….andai Roy tahu apa yang terjadi di dalam ruang periksa tadi. Mungkin saat melihat Windy terlelap, tentu tidak akan dibiarkan dada yang naik turun itu, masih utuh tertutup cardigan dan baby doll. Dan jilbab itu, tentu pasti sudah terlempar entah kemana. Demikian pula, dengan celana baby doll yang hanya membutuhkan sekali Tarik untuk bisa menyaksikan pemandangan di antara kedua paha Windy.
Namun, Roy kini memilih menikmati keindahan wajah gadis lugu yang dikenalnya dengan cara yang aneh tersebut. Rasa sayang dalam dadanya, mengalahkan kekuatan nafsu birahi yang biasanya menyertainya saat berdua dengan pacar-pacarnya terdahulu..lalu, bagaimana nasib Windy kemudian?
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd