kudaAirrrrrr
Tukang Semprot
07 Maret 2017
Pukul 7 malam di daerah kampus terlihat masih begitu ramai salah satunya oleh para mahasiswa yang sedang berolahraga di lapangan basket indoor tidak jauh dari gedung fakultas teknik. Biasanya lapangan ini digunakan untuk para mahasiswa berolahraga seperti futsal, latihan cheerleader, atau sekadar bermain tenis meja di beberapa sudut lapangan. Kali ini ada Linto, Dani, dan teman seangkatan maupun senior sedang serunya bermain basket. Suara decitan sepatu dan teriakan pendek memenuhi permainan mereka di ruangan tersebut. Di kursi penonton bagian bawah, Puput sedang asik membaca buku novel romansa misteri sambil memakai earphone. Dengan balutan kemeja kotak2 merah, tanktop hitam, serta bawahan legging hitam dan sepatu kets putih membuat Puput terlihat mempesona meskipun ada beberapa orang yang juga sedang menonton disana.
“Yop, pass!!” teriak Linto berlari dari kiri tengah memberi siasat.
Setelah bolah diterima, Linto langsung menembak bola basket dan melakukan three point.
“Niceeee!!” sahut Dani sambil memberikan tos ke Linto.
Permainan pun dilanjutkan dengan pergantian beberapa orang yang masuk dan baru saja datang selepas kelas laboratorium masing2 jurusan.
“Eiiiii!!!”
Puput kaget ketika ada yang menepuk kedua pundaknya lalu langsung menengok ke belakang asal orang tersebut.
“Hai Maarr… ngapain elo disini?”
“Nemenin laki gw, sekalian mau ngasih ginian.” Ucap Marina sambil menunjukan dua plastik ayam bakar.
“Ih waw, baek banget sih elo jadi cewe sampe bawa2in gituan. Bangga deh gw…” celetuk Puput memasang ekspresi manis menyentuh kedua pipinya.
“Pret! Emangnya elo enggak bawain apa gitu buat laki elo?” Tanya Marina lalu duduk di samping kanan Puput.
“Nih entar gw mau makan sama dia ke kedai babe. Katanya mau neraktir gw buat nyobain menu baru bareng2.”
“Ohhh gitu. Ehmm… btw sini deh.” Marina mengisyaratkan Puput untuk semakin mendekat ke sampingnya untuk membisikan sesuatu.
“Gimana pas di ruang sekre Psikologi waktu itu? Enak enggak dia?”
Sontak Puput langsung merona padam mendengar bisikan Marina barusan. Tatapannya melotot sambil menggenggam erat tangan Marina yang senyum2 kepo. Tubuhnya terasa panas dan menegang seketika.
“Maaarr… apaan sih lo!”
“Ih kenapaaa??? Kan bisik2 kali ngomongnya.”
“Ya tapi enggak disini jugaaa…” omel Puput menahan nada bicaranya.
“Lo tau dari mana?”
“Maksudnya?”
Puput berbisik ke arah telinga Marina “Lo tau darimana kalo gw maen sama Linto waktu itu di ruang sekre???”
“Tau doong, Marina gitu. Ulalaaa…” ucap Marina genit.
“Aaaaa males ah gw rahasia2an. Plis lah elo tau darimanaaaa….”
“Kenapa sih emangnya?”
“Entar kalo ada yang tau terus gw dilaporin dekan, beasiswa gw dicabut terus gw di DO gimanaaaa….??”
“Enggak gitu kali, Puuuut. Udah ah….”
“Tau darimanaa? Kasih tau enggak… kalo enggak gw remes toket lo nih disini….” Ancam Puput sudah memasang posisi meremas di depan payudara Marina yang tertutup off-shoulder coklat tua.
“Enggak mauuu… hihihi.”
“Tuh kan malesin… ahh!!”
Bukannya Puput yang meremas, Marina malah melancarkan serangan terlebih dahulu ke payudara kiri Puput, membuat yang empunya mendesah kaget.
“Kupret! Lo enggak tau tempat ya!?”
“Lagian ada2 aja maennya grepe2an. Gw grepe balik kan lo…. hihihi. Lagian tuh dua toket lo kok sehat2 banget sih beb? Rajin dirawat ya…??” iri Marina sambil melirik ke arah payudara ranum Puput.
“Ihhhh…. Mesum banget sih lo, heran.” Puput dengan cepat menutup dadanya dengan lengannya.
“Ehh eh cerita dooong, gimana kemaren2 ituuuu?” Marina semakin penasaran.
Namun Puput menolak habis2an. Selain dia merasa tidak etis bercerita hal tersebut di tempat umum, dia juga berusaha bertanya balik dari mana Marina mendapat informasi mengenai kegiatan ‘ena2’ di ruangan sekretariat.
“Tapi kok Linto kok bisa2an nya ya, ngeeksekusi elo gitu enggak inget2 tempat, harusnya kan dibungkus aja terus dibawa ke kosan dia gitu.”
“Duhh, masih aja dibahas. Marah ya gw…”
Marina langsung memeluk Puput erat untuik menjaga supaya Puput tidak semakin bete.
“Hai bey… kamu baru nyampe?”
Biang menghampiri sambil berlari menyapa Marina. Posisinya digantikan oleh seorang yang lain yang belum bermain. Marina memberikan handuk putih untuk Bian dan sesekali membantu mengelap wajahnya.
“Kamu abis cedera ankle udah bisa maen lagi?” Tanya Marina basa basi.
“Bisa lah, kan cedera udah dari kapan2 tau.”
“Owh… eh ini ada ayam bakar kesukaan kamu.” Marina memberikan sebungkus ayam bakar ke Bian.
“Thank you lho… kiss boleh enggak?”
“Lap dulu mukanyaaa, masih keringetan!”
Setelah mengelap kuat2 wajahnya, Bian langsung memberikan ciuman ke pipi Marina dengan mesra. Sementara Puput tepat disamping mereka berdua terlihat tidak peduli lalu kembali membaca novelnya. Walaupun begitu, terdengar suara deheman sayup2 dari dia yang merasa seperti orang ketiga.
“Ehem… duh elah nyamuk banyak ya, sis…” celetuk Puput memasang kembali earphone nya.
“Ahahaha… Puuuutt!” Marina kembali memeluk erat sambil tertawa riang “Lo kana da si Lintoooo… mane dia? Bukannya lagi maen…??”
“Aduhhh! Gw lagi di part2 seru bacanyaaaa!” gusar Puput yang terus2an terganggu.
Pukul 7 malam di daerah kampus terlihat masih begitu ramai salah satunya oleh para mahasiswa yang sedang berolahraga di lapangan basket indoor tidak jauh dari gedung fakultas teknik. Biasanya lapangan ini digunakan untuk para mahasiswa berolahraga seperti futsal, latihan cheerleader, atau sekadar bermain tenis meja di beberapa sudut lapangan. Kali ini ada Linto, Dani, dan teman seangkatan maupun senior sedang serunya bermain basket. Suara decitan sepatu dan teriakan pendek memenuhi permainan mereka di ruangan tersebut. Di kursi penonton bagian bawah, Puput sedang asik membaca buku novel romansa misteri sambil memakai earphone. Dengan balutan kemeja kotak2 merah, tanktop hitam, serta bawahan legging hitam dan sepatu kets putih membuat Puput terlihat mempesona meskipun ada beberapa orang yang juga sedang menonton disana.
“Yop, pass!!” teriak Linto berlari dari kiri tengah memberi siasat.
Setelah bolah diterima, Linto langsung menembak bola basket dan melakukan three point.
“Niceeee!!” sahut Dani sambil memberikan tos ke Linto.
Permainan pun dilanjutkan dengan pergantian beberapa orang yang masuk dan baru saja datang selepas kelas laboratorium masing2 jurusan.
“Eiiiii!!!”
Puput kaget ketika ada yang menepuk kedua pundaknya lalu langsung menengok ke belakang asal orang tersebut.
“Hai Maarr… ngapain elo disini?”
“Nemenin laki gw, sekalian mau ngasih ginian.” Ucap Marina sambil menunjukan dua plastik ayam bakar.
“Ih waw, baek banget sih elo jadi cewe sampe bawa2in gituan. Bangga deh gw…” celetuk Puput memasang ekspresi manis menyentuh kedua pipinya.
“Pret! Emangnya elo enggak bawain apa gitu buat laki elo?” Tanya Marina lalu duduk di samping kanan Puput.
“Nih entar gw mau makan sama dia ke kedai babe. Katanya mau neraktir gw buat nyobain menu baru bareng2.”
“Ohhh gitu. Ehmm… btw sini deh.” Marina mengisyaratkan Puput untuk semakin mendekat ke sampingnya untuk membisikan sesuatu.
“Gimana pas di ruang sekre Psikologi waktu itu? Enak enggak dia?”
Sontak Puput langsung merona padam mendengar bisikan Marina barusan. Tatapannya melotot sambil menggenggam erat tangan Marina yang senyum2 kepo. Tubuhnya terasa panas dan menegang seketika.
“Maaarr… apaan sih lo!”
“Ih kenapaaa??? Kan bisik2 kali ngomongnya.”
“Ya tapi enggak disini jugaaa…” omel Puput menahan nada bicaranya.
“Lo tau dari mana?”
“Maksudnya?”
Puput berbisik ke arah telinga Marina “Lo tau darimana kalo gw maen sama Linto waktu itu di ruang sekre???”
“Tau doong, Marina gitu. Ulalaaa…” ucap Marina genit.
“Aaaaa males ah gw rahasia2an. Plis lah elo tau darimanaaaa….”
“Kenapa sih emangnya?”
“Entar kalo ada yang tau terus gw dilaporin dekan, beasiswa gw dicabut terus gw di DO gimanaaaa….??”
“Enggak gitu kali, Puuuut. Udah ah….”
“Tau darimanaa? Kasih tau enggak… kalo enggak gw remes toket lo nih disini….” Ancam Puput sudah memasang posisi meremas di depan payudara Marina yang tertutup off-shoulder coklat tua.
“Enggak mauuu… hihihi.”
“Tuh kan malesin… ahh!!”
Bukannya Puput yang meremas, Marina malah melancarkan serangan terlebih dahulu ke payudara kiri Puput, membuat yang empunya mendesah kaget.
“Kupret! Lo enggak tau tempat ya!?”
“Lagian ada2 aja maennya grepe2an. Gw grepe balik kan lo…. hihihi. Lagian tuh dua toket lo kok sehat2 banget sih beb? Rajin dirawat ya…??” iri Marina sambil melirik ke arah payudara ranum Puput.
“Ihhhh…. Mesum banget sih lo, heran.” Puput dengan cepat menutup dadanya dengan lengannya.
“Ehh eh cerita dooong, gimana kemaren2 ituuuu?” Marina semakin penasaran.
Namun Puput menolak habis2an. Selain dia merasa tidak etis bercerita hal tersebut di tempat umum, dia juga berusaha bertanya balik dari mana Marina mendapat informasi mengenai kegiatan ‘ena2’ di ruangan sekretariat.
“Tapi kok Linto kok bisa2an nya ya, ngeeksekusi elo gitu enggak inget2 tempat, harusnya kan dibungkus aja terus dibawa ke kosan dia gitu.”
“Duhh, masih aja dibahas. Marah ya gw…”
Marina langsung memeluk Puput erat untuik menjaga supaya Puput tidak semakin bete.
“Hai bey… kamu baru nyampe?”
Biang menghampiri sambil berlari menyapa Marina. Posisinya digantikan oleh seorang yang lain yang belum bermain. Marina memberikan handuk putih untuk Bian dan sesekali membantu mengelap wajahnya.
“Kamu abis cedera ankle udah bisa maen lagi?” Tanya Marina basa basi.
“Bisa lah, kan cedera udah dari kapan2 tau.”
“Owh… eh ini ada ayam bakar kesukaan kamu.” Marina memberikan sebungkus ayam bakar ke Bian.
“Thank you lho… kiss boleh enggak?”
“Lap dulu mukanyaaa, masih keringetan!”
Setelah mengelap kuat2 wajahnya, Bian langsung memberikan ciuman ke pipi Marina dengan mesra. Sementara Puput tepat disamping mereka berdua terlihat tidak peduli lalu kembali membaca novelnya. Walaupun begitu, terdengar suara deheman sayup2 dari dia yang merasa seperti orang ketiga.
“Ehem… duh elah nyamuk banyak ya, sis…” celetuk Puput memasang kembali earphone nya.
“Ahahaha… Puuuutt!” Marina kembali memeluk erat sambil tertawa riang “Lo kana da si Lintoooo… mane dia? Bukannya lagi maen…??”
“Aduhhh! Gw lagi di part2 seru bacanyaaaa!” gusar Puput yang terus2an terganggu.
Terakhir diubah: