Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA QUEEN BEE - Puput New Story's

Bimabet
ngetik udah dapet berapa kata, brad? :pandajahat:
 
waduh, udah panjang segitu mah, brad... :pandaketawa:

jadi, ntar udah ada yang membuka hatinya (sedikit) nih, hehehe?

hmmm, kalo buka cel-dam sih udah ya, tinggal buka hati yg belum :ha: :lol:
 
Malam hari ini terasa begitu dingin karena hujan gerimis yang menyiram ibukota dari sore hari. Udara juga terasa dingin menyengat sampai ke dalam kamar kos Puput. Namun di dalam sana ia tidak merasa begitu karena dirinya sedang bernaung oleh selimut yang menutupi setengah bagian tubuhnya. Namun di dalam selimut, terlihat ada seorang yang sedang melakukan aktivitas yang membuat Puput mengigit bibir bawahnya berkali2 sambil menelan ludah. Ia juga mendesah lembut sambil menarik napasnya berkali2. Puput juga nampak sedang membaca sebuah buku novel impor nya, namun seorang yang berada di dalam selimut membuyarkan konsentrasinya berkali2.

“Shhh… mhh…”

Perlahan terdengar suara becek yang nyaring seakan ada sebuah benda yang dihisap disana. Sontak Puput mengelinjang mendongakan kepalanya menatap kesal paragraf yang sama sekali tidak bisa ia cerna karena sensasi tersebut. Berkali Puput juga mendecak sebal menatap sebuah kepala yang bergerak didalam sana.


“Ranggahh ihh…”


“Maaf2…”


Rupanya Rangga sedang memberikan servis berupa jilatan di vagina Puput. Malam ini ia sedang menjenguk Puput untuk kedua kalinya. Namun bukan ia hanya ingin mengecek apakah pacar cantiknya ini sudah membaik melainkan Rangga juga rindu untuk bercinta. Hitung2 sebagai tanda permintaan maaf karena ia seringkali meninggalkan Puput pergi.


“Ngaufhhh…” Puput kembali melenting. Buku novelnya ia genggam kuat2 demi menjadi perantara sensasi mengejutkan nan nikmat di vaginanya.


“Nhuhh Rhannggah…”


“Clllpphh… sllhpphh.. mhh…”


“Ngihhh… emmhh… Ranggahh…”


“Apaa sayang??” tanya Rangga dengan nada menggoda Puput.


Puput memberikan tepukan keras di kepala Rangga yang tertutup selimut. Tangan Rangga lalu mengelus dan meremas paha mulus Puput yang seperti biasa hanya tertutup oleh sebuah celana dalam model bikini warna hitam. Remasan dan elusan tersebut semakin membuat tubuh Puput merasa tidak karuan. Sentuhannya membuat dirinya menegang sejenak melupakan rasa nyeri yang berada di sebelah kaki lainnya maupun novel yang sudah ia geletakan di samping.


“Hhnuhh…. nnh shhh…”


“Clllhpp… mmh…”


“Nhh.. mmh…”

“Cllpphh.. kalo enak dilepasin aja Put. Kan lagi ujan ini di luar…” ujar Rangga melepas jilatannya.


“Nghiihh apa sihh…”


Puput masih menolak sensasi nikmat yang membuat tubuhnya menghangat. Ia juga menutup mulutnya dengan punggung tangannya agar ekspresi mesumnya tidak terlihat oleh Rangga.


“Nhh.. nhh.. nnhh…”


“Kalo gak mau lepas, aku paksa supaya kamu lepas nih…”


“Nnmh… mmh… AOHHH!”


Puput bergetar sejenak karena mulut Rangga mengemut klitoris Puput yang sudah besar menonjol. Tatapan Puput terlihat melotot karena kesal dengan ulah kurang ajar Rangga namun di satu sisi ia juga sangat menikmati emutan tersebut yang memuaskan rasa gatalnya.


“Ngoohh oh… Ranggahh itil akuhhh…”


“Cllhpph… cllhpp… kenapa itil kamuhh?”


“Ohhh… ohh… itil akuhh ohh… shhh…”


“Kenapa? Enak?” Rangga melepas jilatannya lalu mengocok lubang kewanitaan Puput dengan jarinya.


“Mhh… ffhhahhh… ennhh…”


“Enak gak?”


Rangga membuka selimut yang menutup dirinya. Terlihat jarinya intens memaju mundur disana sambil menatap Puput dengan senyuman penuh kemenangan.


“Heh, ditanya kok diem aja?”


“Enaaaakkkk… ish kamu mahhh… hennnhh..”


Puput akhirnya mengakui dirinya keenakan dirangsang oleh Rangga. Berkali2 ia memberikan tabokan di pundak Rangga lantaran kesal dengan pertanyaan2 godaan Rangga. Namun Rangga merasa Puput begitu menggemaskan dengan ekspresinya yang terlihat masih kesal, atau lebih tepatnya terlihat dibuat2 seakan ia masih kesal dengan Rangga.


“Kamu kangen gak diginiin, Put?”


“Mhh… mmh…”


“Heh, masih diem aja nih…”


“Mmmh… bacod… mmhh jangan bacod napa sihh emmmhh…”


“Lho, berani ngelawan?”


Rangga semakin mempercepat kocokan jarinya ketika mendengar Puput yang masih bersikeras tidak mau mengaku. Ini juga ia lakukan karena Rangga suka melihat ekspresi Puput yang susah payah menahan binal.


“Emmmfhh… nnhh… mmmh… mmhhh…”


“Ngaku gak?”


“Mmhh… mmhh… mmhh…”


“Ayo ngaku…”


“Nnnhhmmmhh… mmhh… fhh…” Puput menggeleng keras. Ia sempat menahan keras lengan Rangga. Namun ketika menggenggamnya, terasa urat nadi yang terukir tebal di balik kulit putih lengan Rangga. Sontak bukannya meremas untuk melepas, Puput malah meremas namun juga mengelus sambil mencakarnya gemas.


“Hhmmmhh… mmmhh… mmh…”


“Agh, aduh Put jangan dicakar pergelangan aku…”


Puput tidak peduli rintihan kesakitan Rangga. Semakin lama ekspresinya sudah terlihat tidak menahan nafsunya. Tatapannya terlihat begitu tergiur dengan kekarnya lengan Rangga, dengan jari tengah dan telunjuknya yang masih mengocok kewanitaannya. Ia juga berkali2 mengigit bibir bawahnya yang terasa kering karena desahan namun malah membuat Puput terlihat begitu seksi.


“Nnnnfhh…. mmhh…”


“Kamu suka ya sama pergelangan aku??”


“Mhh.. enggak… shhh… mmhh…”


“Boong melulu nih kamu…”


“Shhh… mhh gak usah banyak bacod bisa gak sih….emmmh….” cibir Puput dalam desahannya.


“Yaudah mending kamu nungging…” pinta Rangga melepas jarinya.


Puput langsung menurut dan mengganti posisinya berbalik menghadap Rangga. Terdengar decakan mengeluh dari Puput sambil ia juga menutar bola matanya malas.


“Jelek amat sih mukanya…” celetuk Rangga memberikan tamparan keras ke pantat sekal Puput.


“Auhh! Mhh sakit…”


‘PLAK!’


Rangga memberikan tamparannya sekali lagi.


“Nnhh sakittttt!!”


‘PLAK!’


‘AWHH RANGGAHHH!!’


Puput mengerang pelan karena perlakuan menyebalkan Rangga. Meskipun mengomel, ia nampak menggoyangkan pantatnya kesana kemari seakan2 meminta Rangga untuk memberikan kembali siksaan mesum tadi.


“Ranggahh.. sakiitt..”


“Sakit2 tapi pantat kamu kok ngegeal geol gini???”


“Hmmmhh… mmmhh…” Puput tidak menjawab karena dirinya sibuk mendesah sambil membenamkan wajahnya di bantal.


Rangga pun melanjutkan kembali kocokan jarinya. Kali ini ia tambah dengan jari jempolnya yang menusuk2 lubang pantat Puput. Sontak ia pun mengelinjang lalu memekik kaget tertahan lantaran merasa jijik namun geli secara bersamaan.


“Ihhh Ranggahh emmhh… nghhhh… nnhh… apaan sih nyolok2 itu akuhhh emmhh…”


“Gapapa… emang kenapa?”


“Jorooookkk iiihhh… emmhh… shhh…. mmhh…”


“Tapi suka kan?”


“Nnnh… mmh… enggaaaakkk…. mmmhh…”


“Jawab aja terus enggak…”


Rangga semakin mencolok masuk jempolnya kedalam sana. Sontak Puput menahan napas lalu memekik panjang karena jari jempol Rangg mendesak masuk kedalam lubang tersebut.


“Ngyaaahhh…. Ranggahhh iiihh…. Ranggaaaaaaaaahhhh….”


Pekikan manja Pput membuat Rangga semakin semangat memberikan kemampuan jantan yang ia punya. Jempolnya ia maju mundurkan sambil mengobel brutal bagian sana, bersamaan dengan kedua jari lainnya yang juga mengorek dinding vagina Puput yang sudah sangat becek. Semakin Rangga mengocok kedua lubang tersebut, semakin Puput tidak dapat menahan gejolak libidonya.


“Nnnoouuhh… mmmhh…. mmh… mmhh shh mmmhh…”


“Shhh…. kamu seksi banget, Put…” puji Rangga mendengar suara seksi penuh nafsu Puput.


Dengan cepat Rangga menurunkan celana panjang putihnya sampai bagian pahanya serta celana dalamnya. Batang penisnya yang sudah mengeras semenjak bertemu Puput dengan tanktop abu dan celana dalam hitam dan semakin mengeras dan berdenyut kuat ketika memberikan ‘foreplay’ andalannya. Rangga tidak mau menyia2kan momen ini dan langsung menyentuh bagian bibir vagina Puput. Ia lantas menusuk memasukan sampai setengah bagian. Puput yang tidak mengetahui akan dipenentrasi oleh penis Rangga pun mendesah kaget lalu mengangkat wajahnya dari bantal dan melebarkan matanya.


“Ngahhhh….”


Rangga dengan begitu agresif menggoyangkan pinggangnya sampai menaikan ujung bawah kaos hitamnya agar tidak menggangu manuvernya. Kedua tangannya meremas bongkahan pantat Puput sambil diiringi oleh suara becek yang begitu erotis menggema di kamar kos Puput yang dingin karena udara AC dan cuaca di luar sana.


“Ahhh… ahhh… ahhh… ahhh sumpahhh.. ahhh…”


“Hgahh… Put…. aghhh….”


“Nnnhahhh…. ahhhh… awhhh gilaaakkk…. ahhh….”


“Enak kagak, Put? Enakk??”


“Ah… shhh… ennggahh….”


“Masih bilang enggak, hah!?”


Rangga semakin mempercepat gerakannya sebrutal mungkin. Puput juga menanggapi dengan ritme desahan yang sama dengan gesekan penis Rangga di dinding vaginanya.


“Ahhh… ashhh… ahhh…”


“Ayo ngaku gak…???”


“Ahh… annhh…. ahh…”

“Ngaku…!!”


“Ahhh… shhh ennhh….”


“Ngakuuuu!!”


“Ennnghh… ahhh… ahhh… Ranggahhh… Ranggahhh…. ahhh….”


“Ngahhh… ahhh ngakuhhh…!!”


Terdengar Rangga sudah mulai terengah2 ucapannya. Napasnya kian memberat dan memburu karena denyutan di batang penisnya semakin mengeras. Ia sebentar lagi akan orgasme menyemburkan cairan jantanya. Namun Rangga tidak mau permainan ini cepat selesai begitu saja. Belajar dari pengalaman terdahulu, ia pun melambatkan kocokannya agar tidak langsung muncat.


Namun Puput ternyata sadar jika pergerakan Rangga berubah. Sontak ia pun menggoyangkan sendiri pantatnya dan memaksa penis Rangga mengikuti pinggulnya yang menurun kebawah. Mendadak Puput memberikan goyangan ‘twerking’ menghujam penis keras Rangga. Bongkahan pantat Puput yang bergoncang kenyal tepat di hadapan Rangga membuatnya tidak kuasa untuk menahan gejolak orgasmenya.


Anjing nih cewek malah pargoy depan gw, bangsatt!!!!!!! Kalo kayak gini keluar dah gw!! Keluaaar AGHHHH!!!


“Put Put Put Put Puuuuuuuttt!!!”


Rangga langsung mencabut cepat penisnya dan menyemburkan cairan sperma di belahan pantat Puput. Lenguhan jantan terdengar lirih seiring dengan semburan cairan putih tersebut membasah disana.



_______________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________



Puput keluar dari kamar mandi dengan mengenakan celana ‘legging’ hitam panjang. Sekitar 5 menit sudah semenjak orgasme Rangga tadi dan Puput juga membersihkan sisa2 kemesumannya. Sementara Rangga kini sedang menatap Puput dengan penuh rasa bersalah. Seperti biasanya, ia selalu “keluar terlebih dahulu dan tidak dapat melanjutkan permainan ketika sudah begitu. Oleh karena itu ekspresinya sangat menunjukan bahwa dirinya meminta maaf. Puput terlihat sudah tidak kaget namun kekecewaaan tetap terpancar di wajah cantiknya yang begitu lelah.


“Put, ma-..”


“Plis, enggak usah dibahas…”


“Tapi…”


“Rangga….” Puput menatap dingin kearah Rangga “Kalo bahas lagi mendingan kamu balik aja…”


Rangga terdiam tidak menanggapi. Ia tahu jika tetap memaksa dirinya meminta maaf yang ada Puput malah semakin kesal. Maka dari itu Rangga hanya menyambut Puput yang duduk disampingnya, diam tanpa perkataan apapun.


Hujan diluar sana masih rintik membasah. Masih belum menunjukan tanda juga kapan awam akan menghentikan percikan demi percikannya. Hal ini yang membuat Rangga juga beralasan tidak dapat pulang karena ia lupa membawa jas hujan di motornya. Saat ini ia hanya diam tidak menggerakan tubuhnya sama sekali karena Puput yang sedang menyandarkan kepala di pundaknya sambil melanjutkan bacaanya kembali.


“Put?” tanya Rangga untuk menghilangkan suasana canggung


“Mmmmm.”


“Dingin gak?”


“Enggak, kan pake selimut.”


“Oh iya.”


Suasana dengan cepat kembali dingin sama seperti udara di kamar Puput. Rangga sampai hampir bingung mau membahas apa unutk topik obrolan.


“Kemaren kamu di pulau gimana, asik gak?” Rangga masih berusaha membuka obrolan.


“Iya, asik.”


“Gimana tuh?” Ia langsung cepat2 menanggapi.


“Ya gitu, kegiatan di pulau2 deket ibukota pada umumnya… snorkling… sunset… sunrise… api unggun……. mabok.” ujar Puput pelan namun tetap dengan nada yang begitu dingin.


“Oalahh…” Rangga tersenyum miring “Kamu gak mabok kan?”


“Enggak lah! Udah gila ya nanya begitu!?”


Puput langsung membentak galak. Di satu sisi tanggapan yang ia berikan barusan sengaja untuk menutupi kebohogannya karena jelas2 ia menghabiskan minuman keras milik Arman sampai2 ia tidak berhenti berbicara dan bercinta dengannya. Terlintas salah satu memori tersebut di pikirannya lantas membuat Puput kaget, kesal, namun juga takut Rangga tahu akan hal tersebut.


“Oh yaudah2, bagus deh kalo kamu enggak minum.”


“Iyalah. Kamu kan juga tau kalo aku enggak bisa minum2 gituan…”


“Iyaaa2. Kayak waktu itu kamu dikasih minuman gituan pas ada aku, terus kamu gak berhenti ngomel sambil nangis2, terus abis itu ketawa2 sambil gelendotan di lengan aku. ADUHH!!”


Rangga mendapatkan kembali tamparan keras di dadanya oleh Puput yang kesal masa lalu memalukannya diungkit kembali.


“Bisa gak jangan ungkit2 gituan lagi!? Heran!!”


“Iya2 maaf.”


“Nyebelin banget tau gak kamu!”


“Iyaaa, maaf….”


“Mmm..!!”


Puput mendapatkan pelukan erat di kepalanya oleh Rangga yang masih tidak mengenakan pakaian.
 
Setelah hujan sudah benar2 reda, Rangga pun berpamitan untuk pulang. Di depan pintu, Rangga masih memastikan jika perempuannya masih mengambek atau tidak. Namun Puput bersikeras menolak anggapan tersebut dan menyuruh Rangga bergegas pulang sebelum hujan kembali turun.


“Ati2 ya…” ujar Puput melambaikan tangannya pelan.


“Iya. Makasih ya…”


Lalu mereka berdua terlihat dia satu sama lain saling memandang. Rangga menggaruk belakang kepalanya sementara Puput menatap sambil memangku kedua lengannya.


“Ishh… iya iya iyaaa…. sini sun dulu!”


“Hehehe… peka banget sih kamu…”


“Brisik..!! Sini buruan!!”


Puput pun meraih wajah Rangga lalu memberikan ciuman manis di pipi kanan Rangga.


“Muahh…”


Rangga pun keluar sambil memberikan senyuman kepada Puput sebagai tanda terimakasih atas ciuman tersebut. Setelah pintu ditutup, Puput melangkah pelan ke kasurnya lalu membanting tubuhnya terjatuh disana. Bayang2 permainan tadi masih sangat terasa sekali di tubuhnya. Perihal Rangga yang akhir2 ini selalu orgasme lebih dulu sebelum dirinya semakin membuat Puput merasa begitu suntuk. Ia memang masih merasa sayang, rindu, dan kesal jika Rangga sering pergi meninggalkan dirinya, namun di satu sisi ia juga kesal jika sering berada dalam fase yang ‘digantungkan’ dalam urusan seksual dengan orang tersebut. Sangat berbeda sekali dengan Arman yang entah mengapa dapat sukses membuatnya orgasme.


“Hihh… kenapa dia lagi sih yang kepikiran!? Kesel…!!”


Puput berusaha menghapus ingatan tersebut sekeras mungkin, seperti melanjutkan sesi membaca bukunya, atau menyetel alunan musik lembut, dan menyalakan kembali aromaterapi yang baru saja ia beli isi ulangnya dengan aroma lavender. Namun hal tersebut hanya berlangsung sekitar satu setengah jam saja. Pikiran2nya selalu menyuguhkan selipan2 yang berhubungan dengan Arman atau kejadian waktu itu. Puput kesal dengan pikirannya sendiri yang tidak bisa diajak bekerjasama, sampai2 mempengaruhi salah satu kegiatan kesukaannya.


“Aduuuuuhhh!! Tidur aja deh tidur!!”


Ia lantas merapihkan barang2nya, mematikan lampu, lalu bergegas tidur. Namun dipaksa untuk tidur malah semakin membuat dirinya gelisah. Puput berusaha menenangkan diri namun pikiran mengenai wujud Arman semakin jelas terlihat. Tanpa sengaja ia mulai membayangkan ekspresi Arman yang memicing tajam dengan jenggot tipis di pipi dan dagunya, tato di lengan kiri atasnya, serta tubuh atletisnya dengan tekstur otot yang samar2 disana. Hangat tubuh Arman malah semakin dapat ia bayangkan mendekap dirinya sewaktu bercinta pada waktu itu.


Puput semakin tidak terkendali. Bisa2nya ia dengan jelas membayangkan Arman saat ini. ia begitu kesal, namun juga berdebar secara bersamaan. Tubuhnya perlahan menghangat membayangkan otot kekar Arman yang sebenarnya sangat ingin ia sentuh dan remas bagian tersebut.


“Hhh duuhhh…. apaan sihhhh…” decak Puput gelisah.


Tanpa sadar bayang2 di pikirannya membuat bagian kewanitaannya berdenyut keras. Kedua puting susunya juga perlahan mengeras sampai tercetak di tanktop abu2nya. Ia benar2 kesetanan hanya karena membayangkan laki2 menyebalkan tersebut.


“Ahh anjing lahh!!”


Puput dengan cepat menyalakan lampu di samping ranjangnya. Lalu ia beranjak dari kasurnya dan membuka laci meja baca nya. Beberapa saat kemudian keluarlah sebuah benda yang waktu itu sempat ia gunakan sebelum berangkat berlibur; sebuah kotak berisikan vibrator merah muda.


Ia pun menekan tombol ‘on/off’ di bagian tersebut untuk menyalakan getarannya. Sambil mengigit bibir bawahnya, Puput melepas celana ‘legging’ serta celana dalamnya. Terlihat sudah sangat basah sekali di bagian tengah celana dalam tersebut, menunjukan jika Puput sudah sangat terangsang.


“Hhh… hnn… hnnnfhh… bangsat… kenapa gw sange banget sih kalo ke dia!?”


Napas Puput terdengar menderu ketika ujung vibrator menyentuh bibir vagina yang sudah lemba. Ia menyibak sedikit bagian tersebut lalu perlahan memasukan benda mesum itu.


“Ouhh…”


Puput tersentak kaget ketika vibrator mulai menyeruak masuk kedalam vaginanya. Sensasinaya begitu campur aduk, antara ia membayangkan penis Rangga, vibrator merah mudanya, atau penis Arman. Namun memikirkan penis Arman sepertinya membuat dinding vaginanya berdenyut begitu keras. Tanpa sadar ia pun membayangkan Arman menghujam vaginanya dengan begitu garang dan perkasa sama seperti liburan waktu itu.

“Oouuhh…. oouhh… shhh… shhh mmhh…”


Ia berbaring dan menghentakan pinggangnya berkali2. Sensasi kocokan serta getaran menggelitik setiap inci bagian sensitifnya. Ia juga tidak luput memberikan remasan penuh nafsu di kedua toket kenyal nya secara bergantian.


“Ahhh…. fuckkk… nnnhh… mmhh…”


Tidak puas dengan hanya mengocok pelan, Puput semakin ganas menggerakan vibratornya agar libidonya semakin dipuaskan. Tubuhnya kian melengkung keatas sebagai respon betapa gatal dan nikmatnya gesekan dan getara vibrator yang menusuk mesuk vaginanya.


“Ehennnhh… ennnhh…. hanjiiinngg anjinnngg… anjiiinnngg…. emmmhh….”


Sekilas, pikiran Puput terlintas ide buruk nan cemerlang. Namun kali ini sepertinya idenya sama sekali tidak mengarah ke hal yang cemerlang sama sekali dan hanya buruknya saja, bahkan sangat buruk. Namun semakin ia ingin melaksanakan ide tersebut, tubuhnya semakin merasa panas dan gelisah karena gejolak libido yang sudah membakar penuh.


“Ahhh.. ahhh… ahahahhh…”


Puput meraih ponselnya lalu mencari kontak Arman untuk dihubung. Iia menekan menu panggilan telepon dan menunggu panggilan tersebut diangkat. Kocokan vibratornya juga masih intens menggesek vaginanya yang semakin becek.


“Halo?” tanya seorang yang sudah mengangkat panggilang tersebut.


“Mmmpph… mmh…”


Puput menahan mulutnya supaya desahannya tidak terdengar. Akal sehatnya masih berusaha menguasai dirinya yang sudah hampir menggila.


“Halo?”


“Mmmhh… mmhh… mmph…”


“Halo Put? Ada apa nelpon?”


“Mmhh… shh… mmhh…”


Sontak Puput cepat2 mematikan panggilan tersebut. Setelah itu ia langsung mendesah kesal namun begitu seksi di depan ponsel yang terlihat sebuah kolom chat nya bersama dengan Arman.


“Ahhhh…. anjinnng bangsatt lo Mannn… ahhh… ahh lo yang buat gw jadi begini ngentod!! Lo yang buat gw jadi sange sama elo anjing!!! Ahhh…. ahh ngentod lo, Mhannn!! Gwehhh…ahhh gwehhh… ahhh…. gweehhh kesel sama elo Arman bajingaaaannn!!! Ahhhuuhh… shhh ahhh!! BANGSATTT AHHHH!!!”

Desahan putus asa tersebut diakhiri oleh pekikan keras. Puput benar2 tidak habis pikir ia mengumpat dengan jalang seperti itu. Namun semakin ia berkata kasar, tubuhnya begitu merasa sungguh nikmat. Ada perasaan lega yang lepas terhampar diiringi dengan kenikmatan di titik demi titik kewanitaannya yang masih dikocok oleh benda mesum berwarna merah muda tersebut.


“Aohhh aohhh aohh aohh aohh anjing… anjing Mhann… anjing Armaaann… gwehh muncratt… gwehh muncrat qontoll!! Gwehhh… gwehhh… aohhhh…. AAAAAHHH!!”


Puput berhasil menggapai orgasme manualnya. Tubuhnya bergelinjang bukan main sambil semburan deras membasahi selimut dan sprei nya.


“Hohhh hooohh houhh houu mhai faking gaaawdd… gilaaakkk… ahhh!!”


Sekitar satu menit sensasi tersebut memabukan dirinya, Puput pun perlahan terkulai lemas diiringi napasnya yang pelan namun masih terkesan berat. Selang beberapa lama dirinya pun akhirnya dapat tertidur karena sudah merasa sangat lelah.


“Arman… mmh… Arman bangsat…”
 
“Huacheeewww!! Hwaceewww!!”

Arman tidak henti2nya bersin ketika sedang makan pecel lele di pinggir jalan. Ia menghabiskan setidaknya empat lembar tisu milik Pita untuk menutup bersinnya. Sepertinya mitos jika sedang bersin tanpa sebab atau daun telinga merasa gatal pertanda sedang ada yang membicarakan benar adanya, termasuk yang dialami oleh diri Arman ketika sedang makan malam bersama dengan Pita saat ini.


“Lo kok pilekan sih Man? Jangan2 kena covid lo ya??” celetuk Pita mengambil kembali bungkus tisu nya.


“Covid mah jarang ada yang bersin2 kek gini, Pit.”


“Ih siapa tau kan. Mending lo buruan colok tau Man idung lo gih…”


“Gw biasa colok sendiri.”


“Oh, lo beli alat tes nya?” Pita terlihat sedikit terkesima.


“Colok pake garpu kue.”


“Peak! Ganteng2 garing lo, ih!” sewot Pita memutar bola matanya namun tersenyum tipis.


Setelah hidangan mereka masing2 datang, mereka pun menyantap sambil melanjutkan obrolan. Pita tidak mengetahui kejadian dimana Arman mendapat panggilan telpon dadakan dari Puput karena pada saat itu Arman sedang menunggu Pita di lantai bawah kos. Ketka Arman ingin menelepon balik, Pita sudah menghampiri dirinya. Maka dari itu kejadian tersebut tidak diketahui oleh Pita dan memang tidak mau dibahas juga oleh Arman.


“Eh, jadi nanti lo tinggal di Denpasar?” tanya Arman membuka obrolan.


“Enggak, di deket2 Canggu sih katanya. Laki gw mau buka usaha bar disono.”


“Terus urusan kantor lo?”


“Besok hari terakhir gw disono. Udah sampe pamit2an segala macem juga karyawannya sama gw…”


“Sedih dong lo?”


“Gak sih, b aja. Paling yang kangen sama gw cuman dua ampe tiga orang doang.”


“Lho, lo ngira gw kagak kangen sama lo?”


Celetukan Arman langsung dibalas ekspresi malas Pita.


“Bangke lo. Jangan ampe gw baper nih sama elo entar, ribet soalnya…”


“Iye iye… peraturan pertama dah pokoknya.”


“Ape coba?”


“Fuck buddy kagak boleh baper…”


“Nah tuh tau! Pinter juga lo…!!”


“Tapi waktu itu ampe mewek kan lo di chat. Hihihihi….”


“Eh syaiton! Itu gara2… itu gara2 lo…. en…” omongan Pita terdengar ragu2 “aduh ngapain sih bahas disini, nyet? Udah tau tempat pecel lele gini malah ngebahas gini2an!”


“Dih, siapa suruh lagian…”


“SIAPA SURUH SIAPA SURUH! Yang mulai kan elo duluan, Nugroho!” seru Pita agak kesal namun masih dalam nada yang begitu ramah “Jangan sampe gw sodorin ketek gw nih, lagi gak make deodoran soalnya nih sekarang!”


Sontak Arman teringat sesuatu ketika mendengar candaan yang dilontarkan Pita. Sebuah pengingat dimana ia waktu itu melakukan pengalaman tak terlupakan bersama dengan seorang namun juga menyiksa luar dan dalam tubuhnya. Seorang perempuan cantik yang mempunyai masalah dengan aroma badan.


“Heh, bengong aja!” Pita melambaikan tangannya di hadapan Arman.


“Ah, enggak kok enggak.” Arman langsung tersontak sadar.


“Hampir aja gw comot lele lo….”


“Yaudah kalo comot bayarin dah sekalian…”


“Xianying! Hahaha…” Pita menutup mulutnya yang tertawa lepas.




_______________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________





Pukul 2 dini hari, langit gelap temaran masih terliaht berwarna hitam luntur dengan rintik gemiris halus dan udara dingin yang begitu menusuk fisik. Di dalam kamar kos, Puput terlihat sedang duduk termenung dengan lampu kamar yang sepenuhnya mati. Hanya cahaya lampu remang dari rumah2 di luar yang menyinari sampai di jendela kamarnya.


Tubuhnya lelah, namun pikirannya berkecamuk bukan main. Kejadian setiap kali ia habis bercinta dengan Rangga selalu saja menyisakan kegalauan yang Puput sendiri sulit untuk mengatasinya. Mungkin saja Puput terlalu jenuh dengan Rangga setahun belakangan ini, sampai2 ia menikmati suguhan biologis dari kekasihnya tersebut pun selalu meninggalkan perasaan tidak nyaman hari demi hari.


Banyaknya pikiran menggangu serta perasaannya yang kacau membuatnya sampai tidak bias beristirahat dengan baik. Baru sekitar dua jam setelah ia bermasturbasi dengan benda mungil merah muda yang lengket kepunyaannya dan terlelap, Puput kembali bangun secara tiba2 dan tidak bisa kembali tidur walaupun terus mencoba.


“………”


Saat ini ia hanya duduk memeluk kedua betisnya, menatap kosong sebuah laptop yang sedang memutar drama Korea kesukaannya. Namun pikirannya sama sekali tidak memperhatikan setiap adegan yang ditayangkan disana. Seharusnya kegiatan ini dapat menghibur dirinya, namun ternyata ia hanya mendapatkan mata yang lelah karena cahaya laptop yang begitu terang menyorot di kamar yang gelap.


“Duhh… gak bisa nih gw begini terus….” keluhnya sambil menutup laptopnya.


Ia kembali merebahkan dirinya lalu mencoba untuk tidur namun tetap saja tidak berhasil. Bahkan saat ini ia sedang mencegek ponselnya dan membuka aplikasi toko daring untuk membeli satu toples Melatonin, sebuah obat untuk merangsang hormon untuk merelaksasikan tubuh untuk tidur.


Hmm… kalo yang ini ada khasiat tambahannya kayak buat bangun pagi lebih seger…. kalo yang ini ada tambahan vitamin E buat kulit… kalo yang iniiiii….. EH EH KOK…


Puput tersontak kaget ketika menu toko daringnya berubah ke mode panggilan masuk disertai dengan suara nada dering. Puput melebarkan matanya dan langsung beranjak bangun dari tidurnya. Kedua matanya melebar namun ekspresi wajahnya terlihat agak malas melihat nomor yang menghubungi dirinya.


“Apaan!?” ujar Puput bersungut judes.


“Halo...?”


“Halooo… apaan?”


“Nape tadi nelpon?”


Terdengar suara Arman dari balik sana menelepon kembali Puput. Saat ini ia sudah kembali dari indekos Pita dan sudah berada di lantai bawah kedai kopi milik kakaknya. Ia duduk di salah satu sudut tempat duduk dengan sebuah sorotan lampu berwarna kuning diantara ruangan yang begitu gelap.


“Kepencet.”


“Kepencet mah gak ampe lama gitu kali.” ucapnya langsung terus terang.


“Dibilangin kepencet! Batu banget sih lo!” Puput kembali menunjukan sikap galaknya.


“Iyeee dah iyeee… kepencet.”


Arman mengusap wajahnya kuat. Sifar Puput hampir sama sekali tidak pernah berubah ketika bercakap dengan dirinya, selalu pedas dan tajam. Namun bagi Puput saat ini, ia tidak tahu mengapa dadanya sedikit berdebar mendengar suara Arman. Pikiran dan perasaannya menuntun ia untuk menunjukan kegalakannya, namun di satu sisi Puput juga merasa ada sesuatu yang membuatnya sedikit nyaman ketika mengobrol dengan laki2 menyebalkan ini. Dan tentu saja perasaan tersebut berusaha tidak dihiraukannya dan malah ia tutupi dengan sikap ketusnya.


“Paan sih, ngomongnya diberat2in gitu! Najis ishh…!!”


“…..”


Arman tidak langsung memberikan tanggapan. Hanya suara hisapan ‘vape’ yang terdengar dari ponsel Puput.


“Kok diem aja sih???”


“Diem salah, ngomong salah. Gimana nih jadinya?” tanya Arman dengan nada pelan.


“Dih! Gak jelas lo, anjing!” Puput memberikan makian pertamanya.


Mendengar suara judes yang feminim tersebut, Arman merasa sudah sangat biasa. Bahkan setiap makian dari Puput sudah seperti sebuah ciri khas umum yang melekat di perempuan ini.


“Gw mau tidur!” ujar Puput pedas.


“Yaudah, bye….”


Seketika panggilan telepon diakhiri oleh Puput. Arman pun menggeletakan ponselnya dan pergi mengambil sebuah remote televisi. Kemudian ia mengarahkan remote tersebut ke televisi yang terpasang di tembok bagian atas di hadapannya. Munculah sebuah tayangan laga sepak bola antara dua klub merah berbeda kota sedang bertanding satu sama lain. Arman menonton sambil menikmati vape nya dan semangkuk kacang rebus yang dibeli setelah pulang dari indekos Pita.


Selang beberapa lama, ponsel Arman berbunyi panggilan masuk. Ia sempat menghiraukan lantaran sedang fokus memperhatikan tendangan bebas setelah aksi pelanggaran yang dilakukan salah satu pemain. Karena panggilan yang berkali2 berbunyi, Arman pun memutuskan mengecilkan volume televisi dan mengangkat panggilan tersebut.


“Napa Pit?”


“Eh Arman!? Lo tadi yakin kagak di tempat pecel tadi kita makan bener2 aman???” seru Pita dengan nada suara pelan namun panik.


“Lha, tumben kok jadi mendadak parnoan?”


“Aduh, perasaan gw gak enak soalnya…”


“Ya namanya perasaan mah kadang enak kadang gak enak lah.”


“Apa sih! Seriusan gw Maaaan!!”


“Gw juga serius, peak. Tadi lo liat sendiri kan kita makan di tempat pecel langganan gw yang lo aja baru tau tuh daerah ada gituan kan?”


“Bukan gitu maksud gw…” Pita menggerutu malas.


“Ya intinya tuh tempat kan adanya di komplek terpencil. Kalo anak jaman sekarang bilangnya hidden gem gitu dahhh…. masa iya temen2 lo atau temen2 tunangan elo ampe kesono2 segala?” Arman berusaha memberitahu Pita mengenai suasana tempat makan tersebut.


“Iya sih…”


“Nah, yodah. Jadi sekarang mending lo tidur, istirahat. Besok udah mulai packing2 barang segala macemnya kan?”


“Lo sendiri ngapa belom tidur?”


“Nonton Liverpool.”


“Yee bloon! Ngingetin orang suruh tidur, dia nya malah nonton bola. Hihihihi…”


“Yodah dah, gw mau nonton dulu ini. Tidur lo tiduuur…”


“Yaudah… tapi…. emmm….”


“Apaan lagi nih?” tanya Arman mulai tidak sabar.


“Makasih ya Man tadi. Lo emang tetep enak banget….” puji Pita dengan nada suara yang manis.


“Awas jangan keseringan bilang gituu…. entar malah baper beneran malah kagak jadi nikah lo! Haahahahaha!!”


Arman dan Pita tertawa satu sama lain. Percakapan mereka malam hari ini bisa dibilang adalah benar2 untuk terakhir kalinya. Kedepannya Pita akan jarang bahkan hampir sama sekali tidak akan menghubungi Arman lantaran ia ingin belajar berkomitmen untuk menjadi istri yang baik bagi calon suaminya kelak. Namun siapa yang tahu sebuah perasaan jika suatu saat Pita merasa rindu dengan Arman. Bisa saja Pita akan menyuruh Arman menyusulnya ke Bali untuk melakukan hubungan terlarang tersebut kembali, hanya saja sudah ada seorang Luspita junior yang akan menyambutnya juga.

“Pit, udah dulu ya…”


“Yaudah. Jangan tidur malem2 lo! Cepet mati entar!” ujar Pita tanpa tendeng aling.


“Yeee…”


Arman sebenarnya ingin menyudahi panggilan dengan Pita bukan karena ingin melanjutkan tontonannya, melainkan ada sebuah panggilan lain yang masuk di ponselnya. Langsung saja ia mengangkat panggilan tersebut. Terdengar tidak ada suara sama sekali disana ketika Arman memberikan sapaan.


“Halo?”


“……”


“Halo??”


“……”


“Halooo???”


“…….”


“Gw matiin nih kalo kagak ngomong mah, Put.”


Arman memberikan ancaman ke Puput yang sama sekali tidak bersuara di sana. Rupanya perempuan ini kembali menelepon Arman dengan maksud yang tidak diketahui.


“Jangaaaaan!”


“Lagian make diem2 segala…”


“Yaudah sih!”


“Yaudah matiin maksudnya?”


“Enggak gituu!! Bego banget sih lo jadi orang!!”


Ya rabb…. setan juga nih cewe lama2… nelpon cuman buat ngoceh doang, anjing!! Lagi nonton Liverpool nih gw…. Liverpoooool!! Untung lagi dua atu….!!


Arman menggaruk rambutnya seraya memecahkan fokusnya antara sepakbola di televisi atau meladeni Puput yang menurutnya begitu menyebalkan untuk saat ini.


“Jadi mau ngomong apa?” tanya Arman mencoba bersabar.


“Eh… emmm… ituuu…”


“……”


“Ya gituuu…”


“……”


“Man?”


“……”


“Maann?”


“Nah…”


“Armaaaan??”


“Naaaahh!!! Aduuhhh Diaaaaaz!! Firmino nya udah di depan ituuuuu!!” seru Arman menepuk dahinya menyaksikan cetakan gol yang gagal.


“IH KACANG BANGET!!”


“Hah? Apaan?”


“Kok lo ngacangin gw!!??” Puput kembali dengan ocehannya.


“Gw lagi nonton bola.”


“Bentar dulu, gw mau… gw mau ngomoooong!” ujarnya dengan suara kecil.


“Yaudah Put, ngomong aja.”


“Mmm… gw….”


“…..”


“Gw mau jujur…. tapi bukan berarti gw gimana2 ya sebelomnyaaaa!!!”


“Iyeee…”


“Mmm… jadi….” Puput mulai perlahan bercerita.


“Apa?”


“Jujur gw sebenernya masih kepikiran soal yang waktu itu… yang waktu pas kita di pulau itu…”


“Terus?”


“Terus…. mmm… gw….”

“YAAAAAAAADUUUH!!!” teriakan kekecewaan Arman sontak membuat Puput kaget setengah mati.


“ARMAN! APAAN SIH NGAGETIN AJA LO ANJING!!”


“Sorry2…. tadi striker nya lagi blunder…”


“Yaudah dengerin gw duluuuu!!”


“Apaaannn?”


“Gw…. ennngg…”


“Mending lo buruan ngomong, daripada lo entar keki sendiri….”


“Ya-yaudaaahh!! Gw… gw pengen ketemuan sama elo!!!! Hari Jumat malem di daerah yang nanti bakal gw share ke elo!!! So-so-soalnya… gw pengen…. ennggg… klarifikasi…!!” omongannya terdengar kembali mengecil dan ragu di ujung kalimatnya.


“……”


“Halo????? LO DENGERIN GW KAGAK SIIHHH ARMAAAAAN!!???” Puput semakin kesal karena ia merasa tidak diladeni.


“Iyeee denger.”


“Yaudah apaan tadi coba?????”


“Lo pengen nasi basi?”


“APAAN SIH TOLOL!! JADI COWO JAYUS BANGET SIH LO, HERAAAANN!!!”


“Iyeee2…. entar share aja udah tempatnya ke chat.” jawab Arman santai cepat2 ingin menyelesaikan pembahasan.


“Man?”


“Apa?”


“ARMAAAAANNN!!??”


“Apaaaa???”


Keduanya saling menaikan nada bicara satu sama lain.


“Di The Garden! Hari Sabtu jam 8! Jangan telat!!”


“Iya.”


“IYA IYA IYA!! ENGGAK DENGER KAN LO TADI GW NGOMONG APAAA???”

“The Garden, Sabtu jam 8 malem, kagak telat!!!”


“Hmmm!!”


“Udah ah, mau lanjut nonton lagi gw…”


“Man!? MAAN?? IH ANJIRR DIMATIIN!!” gerutu Puput menatap kesal layar ponselnya.


Arman mengecilkan suara televisi setelah pertandingan babak pertama berakhir. Ia kembali menghisap vape nya dan menghembuskan asap putih tebal. Tatapannya kini menatap langit2 kedai kopi yang bernuansa industri.


Setengah jalan, Put…. setengah jalan….




つづく
 
berawal Puput dikasi kentang sama Rangga, ini Arman bisa kasi susu kont*l manis
 
Bimabet
Yaela put, blg aja pen ngewe. Tinggal si arman kuat ga tuh, mana abis ladenin si pita pan
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd