========
QUEST#07
========
Itulah gua UNDINE... tunjuk Kid.
Gua itu berada di celah sebuah bukit di utara kota Mishaa. Ini memang jalan satu-satunya karena dibalik bukit itu gunung karang yang panjang melingkupi teritori ini. Untuk terus ke barat dan melewati gunung karang itu hanyalah melewati gua angker ini atau memakai alat transportasi.
Itu semua terihat di peta yang bisa kulihat di menu inventory.
Inventory > Menu > Map
Sebelum kupinjamkan pedang Slasher ini... aku harus tau siapa namamu... tanya Kid.
Namaku Satria... dari kerajaan Kandaaq... Aku bermaksud untuk ke gunung Cursed... jelasku secara singkat.
Ke gunung Cursed? Jadi kau percaya dengan dongeng omong kosong itu? kata Kid.
Omong kosong bagaimana? tanyaku.
Kau pasti seorang pemimpi yang terlalu dibuai dongeng-dongeng manis tentang penyelamatan seorang putri oleh seorang pangeran tampan perkasa mengendarai kuda putih... bualnya.
Kuakui aku memang pangeran yang kurang tampan dan tak punya kuda putih seperti itu... kataku.
Sesuka hatimu-lah... Tapi yang kudengar... tak ada seorangpun pernah kembali hidup-hidup dari gunung Cursed... Entah kejahatan apa yang ada di sana... ingat Kid.
Aku juga dengar begitu... Tapi aku sudah bertekad... Harus sampai ke gunung Cursed dalam 10 hari... kataku tak perduli.
Semoga berhasil... Yang penting aku mau ke kota Pahn-Rev segera dan menjual pedang Slasher itu dengan harga tinggi... Titik! tegasnya.
Dengan pakaianmu ini... Apa kau bisa bertahan di dalam gua UNDINE? Itu, kan gua es yang sangat dingin... kataku menyinggung pakaiannya yang agak terbuka.
Kau jangan urusi pakaianku... Nih... pedang Slasher-nya! Buat dirimu berguna dan pakai pedang itu untuk menghadapi zombie-zombie di dalan gua UNDINE nanti... kata Kid sambil menyerahkan pedang Slasher itu.
Slasher Sword acquired by Knight.
Slasher Sword : Sword with divine holy power to vanquish undead like zombie and ghost. Sworn only by knight. (Slasher Sword : Pedang dengan kekuatan suci untuk membasmi undead seperti zombie dan ghost. Hanya bisa digunakan oleh knight)
Kid lalu berjalan memasuki gua yang hampir keseluruhannya diliputi es itu. Aku mengikutinya dari belakang.
Sepertinya ia tahu jalan mana yang harus diambilnya karena tiap kali menemui persimpangan, ia dengan mantap memilih satu jalan tanpa pernah ragu.
Battle Start :
3 Zombie(s) attack.
Ini random encounter pertama menghadapi zombie di gua UNDINE ini. Zombie-zombie itu terlihat sangat haus darah.
Zombie. HP 550. Level 5. Drop Items : Potion, Sprinkle, Black Tiara. (Rare) Note : Blood thirst dead human with Z Virus. (Mayat manusia haus darah akibat Virus Z)
Zombie-zombie itu seperti manusia biasa. Hanya saja penampilan yang kucel dan kulit yang membiru dan luka di sana-sini. Taring muncul seperti drakula.
Satria... bunuh mereka dengan pedang Slasher! seru Kid.
Sword Tech : Dead Slasher.
Dengan memakai pedang Slasher, muncul satu pilihan baru dalam menu bertarungku, Dead Slasher!
SWASSH!
Satu zombie terdepan kutebas dengan pedang mahal ini.
Zombie 1. HP 0.
Wow! Keren!
Sekali tebas saja zombie itu langsung mati. Pedang ini memang hebat.
Sekarang giliran Kid.
Special Tech : Trick.
Kali ini Kid hanya menyerang dengan satu belati di tangan kanan. Sabetan belati itu hanya menimbulkan kerusakan sebesar 50 poin saja.
Tapi ia lalu melakukan satu gerakan spesial yang hanya bisa dilakukan seseorang dengan Job Thief. Mencuri! Ia mengambil sesuatu dari zombie perempuan itu.
Black Tiara acquired.
Black Tiara : Rare item with high price at Black Market. Worn only by girls to absorb 25% of Undead attacks. (Black Tiara : Item langka di Black Market. Hanya bisa dipakai oleh wanita untuk menyerap 25% serangan Undead)
Sialan! Black Tiara itu hanya bisa dipakai cewek. Ternyata ia tahu lebih banyak trik dari pada aku. Dengan memakai Black Tiara itu, serangan para Undead akan berkurang 25%.
Kid langsung memakai Black Tiara terbuat dari tulang hitam logam itu di kepalanya.
2 zombie yang tersisa kini mempunyai giliran menyerang.
Zombie yang tadi diserang dan dicuri Kid mengincar perempuan itu...
TSNG!
Kid menangkis serangan zombie itu dengan kapak OGRE AXE miliknya. Tak ada damage yang terjadi.
Zombie kedua mengincarku...
Aku harus berhasil menangkisnya!
PRANK!
Kibasan tangannya kusambut dengan perisaiku. Tak ada damage yang terjadi juga. Berhasil!
Lakukan lagi seperti tadi... seru Kid lagi.
Sword Tech : Dead Slasher.
Kutebas lagi zombie yang barusan menyerangku itu...
SWASSH!
Zombie 3. HP 0.
Bagus yang tertinggal hanya satu zombie yang HP-nya tinggal 500. Giliran Kid kembali.
Item : Hi-Potion to Zombie 2.
TWASH!
Zombie 2. HP 0.
Deed ded ded ded deed ded deeeded...
Menang!
Exp sebesar 500 itu kami bagi berdua. Tapi tidak cukup untuk naik level.
Kau sudah lihat, kan? Begitu caranya kalau bertarung melawan monster Undead. Mereka sebenarnya tidak susah untuk dikalahkan... Yang penting tetap tenang dan cermat... kata Kid menyarungkan belatinya.
Kau sepertinya sudah pernah masuk ke gua ini, Kid... Kau sudah hapal rutenya... tanyaku saat ia mulai bergerak lagi.
Itu rahasiaku... Kau tidak perlu tau itu... Ayo jalan lagi... ajaknya.
Dinginnya es gua ini juga sepertinya ia tidak perdulikan. Apa Kid memakai sesuatu yang bisa membuatnya tetap hangat, ya?
Mungkin dibalik baju lengan pendeknya itu ia memakai baju hangat. Atau ada sesuatu di tas pinggangnya itu?
Aku aja merasa kedinginan. Tetapi untung saja baju besi ini lumayan tebal untuk menahan suhu tubuhku tetap stabil.
--------
Satria... Aku perlu bantuanmu untuk menahan batu ini tetap tertekan... Berdiri di sini! perintahnya di sebuah persimpangan.
Kuikuti apa maunya dan berdiri di sebuah tombol batu yang terlihat menonjol di tanah...
Sebuah pintu di dinding terlihat terbuka sepertiga...
Lalu Kid mengangkat beberapa batu lalu menyusunnya di atas tombol batu kedua.
Pintu itu kini terbuka seperenam...
Kemudian ia berdiri di tombol batu ketiga.
Pintu itu kini terbuka penuh!
Perempuan ber-Job Thief itu lalu mencabut dua belatinya dan mengganjal tombol itu dengan menyisipkan dua senjata andalannya itu ke sisi-sisinya.
Perlahan ia melepaskan satu persatu kakinya dari tombol batu itu.
Aku baru mengerti. Untuk membuka pintu rahasia itu diperlukan tiga tombol batu yang tertekan berat yang mencukupi. Kid memakai tubuhku, beberapa tumpuk batu dan tubuhnya sendiri.
Setelah ia merasa aman kalau ganjalannya pada tombol batu ketiga itu tidak akan lepas, ia bergegas ke pintu rahasia yang telah terbuka itu.
Satria... jangan bergerak dari sana sampai kuberitau... seru Kid sebelum ia menghilang di balik pintu.
Beberapa saat kemudian, ia muncul kembali. Ia mengeluarkan OGRE AXE.
Rupanya ia juga akan mengganjal pintu itu menggunakan kapak besar pembunuh ogre untuk menahannya.
Coba kau lepaskan tombol batu itu... Perlahan-lahan! perintahnya padaku.
Aku lalu meniru tingkahnya tadi saat melepaskan satu persatu kakiku dari tombol batu yang kuinjak.
Pintu itu akan menutup kembali tetapi OGRE AXE tetap menahannya. Kid berseru puas. Diambilnya kembali dua belatinya.
Ia memberi kode untukku ikut masuk pintu rahasia itu...
Aku perlu bantuanmu untuk membuka peti batu itu... katanya dan menunjuk sebuah peti yang ternyata ada di dalam ruangan ini.
Ini peti harta, ya, Kid? tanyaku tersadar.
Jangan banyak tanya... Ayo bantu aku membukanya... serunya berusaha mendorong tutup peti batu itu dari samping.
Kubantu ia mendorong tutup peti itu dari sisi satunya.
Setelah cukup usaha dan tenaga yang keluar, peti batu itu akhirnya terbuka juga.
Apa ini? heran Kid setelah memegang isi dari peti batu yang berat itu.
UNDINE DROP : Give this rare item to UNDINE owner to regain its loyalty. Reveal the true power of ice cold blizzard. (UNDINE DROP : Berikan item langka ini pada pemilik UNDINE untuk mendapatkan kepercayaannya. Ungkap kekuatan sejati dari dinginnya badai es)
UNDINE DROP? Apa ini cukup berharga, ya? tanya Kid memperhatikan benda mirip kristal es itu.
Kusimpan dulu aja... Siapa tau harganya mahal di Pahn-Rev... gumam Kid lalu menyimpan benda itu di tas pinggangnya.
Thief itu lalu mengajakku keluar meneruskan perjalanan...
Awas! Musuh! serunya
Battle Start :
3 Zombie(s) attack.
Zombie-zombie ini muncul tepat di depan pintu hingga kami tidak ada jalan lain kecuali meladeni mereka.
Satria... mundur! Biarkan mereka masuk ke dalam ruangan! kata Kid.
Apa yang kau pikirkan! Kita tidak bisa bertarung dengan bebas di ruangan sempit ini... kataku tak mengerti.
Diam saja dan ikuti kata-kataku... Kid mulai mundur tetapi tetap siaga. Aku terpaksa mengikuti kata-katanya dan mundur.
Ketiga zombie itu maju dan memasuki ruangan. Mahluk-mahluk undead itu berjalan sempoyongan mengincar kami berdua.
Bergulingl! seru Kid maju dan bergulingan di tanah. Melewati para zombie itu diantara kaki-kaki mereka.
Sekarang kami berdua berdiri mengapit ketiga zombie itu.
Aku mengerti, Kid! Ini PINCER ATTACK, kan? seruku mengingat taktik ini. Mengepung dan menyerang musuh dari dua sisi lebih efektif.
Ini bukan PINCER ATTACK! seru Kid.
Kau lihat OGRE AXE ini sudah tidak sanggup menahan pintu ini! Kau harus berguling juga kemari! Kita kurung mayat-mayat hidup ini di dalam ruangan! seru Kid.
Waduh!
Berguling! seruku segera tanggap dan bergulingan untuk melewati tiga zombie itu. Aku juga menambahkan sedikit serangan...
Tiga zombie itu terjatuh karena sebelah kaki mereka kusayat dengan pedang Slasher.
Cepat keluar! seru Kid yang sudah di luar pintu.
Pintu dengan pemberat itu berdebum dengan cepat.
Kid menutup matanya tidak sanggup melihat tubuhku yang akan tergencet pintu batu itu.
Fiuh... Hampir saja... seruku.
Kau tidak terjepit pintu itu? Kid membuka matanya dengan takjub. Padahal ia mengira aku sudah mati karena terjepit pintu yang menutup cepat itu.
Kau lihat, kan? Aku sempat keluar... Memang nyaris, sih... kilahku membersihkan debu yang menempel di zirah besiku.
Ia memperhatikanku sebentar lalu mulai bergerak. Kapak OGRE AXE yang dipakai untuk mengganjal, tertinggal di dalam gua.
Sebenarnya aku memang tidak akan selamat di pintu itu. Tetapi aku memakai SHADOW GEIST hingga aku bisa menembus pintu batu itu tanpa terlihat Kid karena ia menutup matanya.
Biar saja ia menganggap aku beruntung dan cepat.
Beberapa kali kami menghadapi segerombolan zombie lagi dan kami mengumpulkan cukup banyak exp untuk naik satu level hingga aku level 13 dan Kid level 19.
Es dan dinginnya gua UNDINE ini sepertinya semakin bertambah saja. Aku jadi rindu dengan hangatnya sinar matahari.
Tunggu sebentar... Di sana ada banyak zombie... henti Kid di suatu belokan. Ia mengintip dengan keahliannya.
Tapi kita harus lewat sana, kan? Tidak ada jalan yang lain... sadarku. Kami tidak bisa memilih jalan lain.
Zombie-nya terlalu banyak... kata Kid lagi.
Aku coba ikut mengintip. Kid bergeser.
Benar... Ada puluhan zombie sedang berputar-putar pada sebuah area yang agak luas.
Sepertinya mereka sedang mengelilingi sesuatu... kataku pada teman seperjalananku ini.
Mengelilingi sesuatu? Apa benda berharga? sifat matre-nya muncul mendengar hal itu. Ia kembali mengintip.
Tidak terlihat... Mereka terlalu banyak hingga tidak terlihat apa yang sedang kelilingi... kataku.
Kid sepertinya berpikir keras untuk memecahkan masalah ini. Pasti ia penasaran dengan benda yang dikelilingi para zombie itu. Kemungkinan barang berharga.
Kita perlu sesuatu untuk menarik perhatian para zombie untuk menjauhi benda itu... kata Kid akhirnya.
Bendanya apa? tanyaku mau tau.
Zombie paling suka dengan manusia yang segar... Kau menjadi penarik perhatian mereka! kata Kid dengan liciknya.
Kenapa harus aku? Kau saja yang jadi umpannya! tolakku. Enak saja ia mengumpankanku pada puluhan zombie lapar.
Kau kan punya pedang Slasher... Kau pasti dengan mudah menghambat mereka... kilah Kid.
Ia jago sekali berargumentasi sampai-sampai aku mengalah dan menuruti taktiknya.
Dengan setengah terpaksa aku maju dan membuat keributan agar para zombie itu melihatku dan berselera.
Benar saja... Semua zombie yang melihatku bergerak mengincar dagingku...
Sementara Kid bersembunyi di balik batu menunggu semua zombie meninggalkan benda berharga itu.
Aku mencari ruangan dimana aku bisa bergerak cepat menghabisi mereka semua dengan pedang Slasher ini.
Ketemu...
Sebuah jalan buntu yang menyempit dan puluhan zombie kelaparan mendatangiku...
Dead Slasher... MARVELOCITY!
Deed ded ded ded deed ded deeeded...
7500 exp kudapat dari membunuh 32 zombie hingga aku naik menjadi level 15!
Bergegas aku kembali ke ruangan di mana zombie-zombie itu pernah mengelilingi sesuatu.
Apa ini? tanyaku menemukan Kid sedang memperhatikan sebuah gundukan kain berwarna putih.
Ini disebut Holy Circle... Para zombie atau Undead tidak bisa masuk ke lingkaran yang dibuat mengelilingi gundukan kain ini... jelas Kid.
Jadi bukan barang berharga, ya? tanyaku lagi.
Aku tidak tau apa yang ada di balik gundukan aneh ini... kata Kid berpikir keras.
Bergerak... sadarku.
Aku bukan gundukan aneh! seru sesuatu yang muncul dibalik gundukan itu.
Whooaa!
Kami berdua kaget melihat munculnya yang tiba-tiba.
Anak kecil... Apa yang kau lakukan seorang diri di gua ini? Ini tempat yang berbahaya, tau? hardik Kid pada gadis itu.
Enak saja kau bilang aku anak kecil... Umurku sudah 15 tahun, tau! serunya sengit.
15 tahun itu masih kecil... Yang besar itu seperti aku ini... sudah 17 tahun! seru Kid tak mau kalah.
Tapi dadaku lebih besar dari dadamu! Lihat! sodornya pada Kid. Mereka kini saling banding dada.
Kau... Dada siapa yang paling besar? tanya Kid meminta pendapatku.
Ng...?
Aku harus menilai dada siapa yang paling besar?
Aku sudah pernah melihat dada Kid sewaktu ditelanjangi di Welser Mansion. Dadanya tidak terlalu besar.
Sedang anak yang berumur 15 tahun ini juga sudah lumayan berkembang besar.
Ia memakai baju berlengan panjang yang menyatu dengan hood penutup kepala berwarna biru muda dan rok panjang berwarna sama.
Aku harus menyentuhnya agar tau besarnya... usulku licik.
Dengan tanpa sungkan keduanya menyodorkan dada mereka masing-masing untuk disentuh.
Aku melebarkan telapak tanganku agar bisa mencakup kedua dada gadis itu.
Hmm... Lembut... Kenyal... Khas gadis remaja...
Hei... Punya siapa yang paling besar? hardik Kid.
Iya! Punya siapa yang paling besar? anak itu juga tak sabar.
Punya siapa yang paling besar? Aku meremas-remas pelan kedua dada itu. Menimbang-nimbang dada siapa yang paling besar.
Kid lebih besar... kataku. Tanganku kulepas dari dada mereka.
Tuh, kan? Dadaku yang paling besar! bangga pencuri itu.
Sepertinya gadis itu kecewa dengan jawabanku.
Dadamu lebih besar dari padanya karena kau lebih tua 2 tahun... Coba kalau umur kalian sama... Pasti dadanya yang lebih besar... hiburku.
Yang penting... punyaku yang paling besar... kata Kid kekanakan.
Gadis itu tidak cemberut lagi mendengar kata-kataku tadi.
Apa yang kau lakukan di sini? Siapa namamu? tanya Kid.
Namaku Cera... Aku kemari mencari UNDINE... jawab gadis bernama Cera itu.
Cera the Summoner
UNDINE? Ya... Gua ini kan namanya UNDINE... kata Kid.
Ya... aku tau gua ini bernama UNDINE... Tapi sebenarnya UNDINE itu adalah nama mahluk es yang tinggal tersembunyi di gua ini... jelas Cera.
UNDINE... nama satu mahluk? Aku baru dengar ini... kata Kid terheran-heran.
Untuk apa kau mencari UNDINE ini? tanyaku.
Untuk menyelamatkan desaku yang selalu dalam musim panas berkepanjangan... jelasnya.
Kau seorang Summoner? tebak Kid.
Benar... Aku Summoner... Kalau UNDINE berkenan membantuku dan desaku... aku bisa men-summon-nya untuk melakukan RAIN DANCE dan membawa hujan di desaku... jelas Cera.
Terus... apa kau tau... UNDINE bersembunyi dimana? Gua ini sangat panjang, berliku dan bercabang... Kau mungkin akan tersesat... kata Kid.
Karena itu... aku... ingin meminta bantuan dari kalian... Bantu aku untuk menemukan UNDINE dan kembali ke desaku... katanya sedikit memohon.
Tidak bisa! Waktu kami terbatas... Kau cari orang lain saja... tolak Kid.
Tolonglah... mohonnya sambil membuka sebuah pundi yang gemerlapan...
Gold Nugget! gumam Kid terkesiap.
Tolong... kata Cera.
Baik...baik... Kami akan menolongmu... Kid tiba-tiba berubah sikap.
Kulongok sebentar isi pundi milik Summoner itu. Gold Nugget? Itu berarti bongkahan emas yang mahal harganya.
Namaku Kid... Namanya Satria... Salam kenal... kenal Kid pada anggota baru tim ini.
Eh... Selamat pagi semua... sapanya.
Setelah itu mereka kasak-kusuk tentang Gold Nugget itu. Kid meminta DP atas bantuannya mencari UNDINE. Sedang Cera bersikeras belum mau menyerahkannya.
--------
Kid... Bagaimana kita bisa menemukan UNDINE di tempat seperti ini? Apa kau tau rute menuju tempat rahasia lainnya? tanyaku pada perempuan Thief itu.
Sebentar... Aku ingat-ingat dulu... katanya berusaha mengingat.
Hmm... Ada satu tempat yang tidak bisa kulewati... Ada tembok kokoh yang tidak bisa dihancurkan... ingat Kid.
Bagaimana kalau kita kesana?... usul Cera.
Baik... Lewat sini... kata Kid kembali memimpin perjalanan.
--------
Cera... Bagaimana kau bisa bertahan sendiri di gua penuh zombie ini? tanyaku dalam perjalanan.
Aku lebih banyak menunggu sampai zombie-zombie itu lewat... jawab gadis muda itu.
Trus... Waktu dalam gundukan putih itu... Apa yang kau lakukan? tanyaku penasaran.
Itu karena aku ketahuan mereka... dan aku memakai Holy Circle sebagai pertahanan... Walau aku Summoner... aku juga bisa memakai sihir putih White Mage... jawabnya.
Bisa memakai spesialisasi Job lain? heranku.
Aku memakai ini... White Ring... tunjuk Cera pada jari manis tangan kanannya. Cincin yang berwarna putih berbentuk bunga.
White Ring : Ring that enables the owner to cast various white magics. MP (Magic Point) required. Ring that absorbs 50% of white magic attacks. (White Ring : Cincin yang memungkinkan pemiliknya untuk menggunakan berbagai white magic. Mengambil MP pengguna. Cincin yang menyerap 50% serangan white magic)
Cincin yang ini? Apa namanya? tanyaku pada cincin di jari manis tangan kirinya. Cincin berwarna hitam yang juga berbentuk bunga.
Ini Black Ring... Aku juga bisa memakai sihir hitam Black Mage... jawabnya terus berjalan.
Black Ring : Ring that enables the owner to cast various black magics. MP (Magic Point) required. Ring that absorbs 50% of Black magic attacks. (Black Ring : Cincin yang memungkinkan pemiliknya untuk menggunakan berbagai black magic. Mengambil MP pengguna. Cincin yang menyerap 50% serangan black magic)
Berarti kau bisa memakai semua magic... gumamku.
Memang bisa... tetapi masih magic tingkat rendahan... katanya agak tersenyum.
Apa kau juga punya Green Ring dan Blue Ring? tanya Kid yang ternyata juga mendengarkan percakapan kami.
Belum... Aku belum sempat membelinya... kata Cera.
Padahal harganya kan mahal sekali... 100000 Querry loh... kata Kid sambil mengintip sebuah persimpangan.
Tidak apa... Sebuah Gold Nugget sudah bisa untuk membeli satu Elemental Ring itu... kilah Cera.
Ia memang punya banyak uang.
Sepertinya desamu itu... banyak menghasilkan Gold Nugget, ya? lanjut Kid setelah persimpangan itu aman.
Di desa kami ada tambang Gold Nugget yang banyak mengandung logam berharga ini... jelas Cera.
Tapi tak ada gunanya kalau hujan tidak pernah turun, kan? Itu seperti sebuah kutukan yang sangat menyedihkan bagiku... kata Kid kembali menuntun jalan.
Battle Start :
2 Zombie(s), 2 Skull Orc(s), 1 Death Mage.
Ini battle pertama sejak Cera bergabung. Dan kali ini kami menghadapi 2 jenis musuh baru. Skull Orc dan Death Mage.
Zombie. HP 550. Level 5. Drop Items : Potion, Sprinkle, Black Tiara. (Rare) Note : Blood thirst dead human with Z Virus. (Mayat manusia haus darah akibat Virus Z)
Skull Orc. HP 600. Level 5. Drop Items : Potion, Bone Club, Sprinkle. Note : Human skeleton animated alive with Z Virus. (Kerangka manusia yang hidup kembali akibat Virus Z)
Death Mage. HP 800. Level 6. Drop Items : Potion, Death Wand. (Rare) Note : Buried alive Mage. Ressurect with vengeance in hand of Z Virus. (Mage yang dikubur hidup-hidup. Dibangkitkan kembali dengan bantuan Virus Z)
Satria... kau fokuskan seranganmu pada Zombie lalu Skull Orc... Aku dan Cera akan menyerang Death Mage ini... Ini agak susah... seru Kid saat aku sudah mulai.
Attack : Death Mage.
Kid lalu menyayat-nyayat Death Mage itu dengan dua belatinya. Damage-nya hanya 55 poin.
Sword Tech : Dead Slasher.
Aku menebas salah satu dari dua Zombie yang kami hadapi. Berhasil! Tinggal satu Zombie dan 2 Skull Orc.
Cera! Tunjukkan kemampuanmu... Summon sesuatu... seru Kid pada anggota tim baru itu.
Summon :
Nymph : Mystical fairy with the force of Wind. Attack with Gust Cutter. 25 MP required. (Nymph : Peri mistis dengan kekuatan Angin. Menyerang dengan Gust Cutter)
Torch : Night lamp in case of dark with the essence of Fire. Attack with Flame Track. 25 MP required. (Torch : Lampu penerang kala kegelapan dengan kekuatan Api. Menyerang dengan Flame Track)
Flown : Flock of raging carnivore fish. Splash with Water and thousand of sharp bites. Attack with Splash Bites. 25 MP required. (Flown : Sekumpulan ikan pemarah pemakan daging. Menyemprot dengan Air dan ribuan gigi tajam)
Good Goat : Stomp with the hind of Earth fury. Attack with Stomp Hammer. 25 MP required. (Good Goat : Menghantam dengan kaki belakang kemarahan Tanah. Menyerang dengan Stomp Hammer)
Worn Plug : Shock with the short-circuited Electric wire. Attack with Split Zap. 25 MP required. (Worn Plug : Menyetrum dengan kabel kornslet dengan Listrik. Menyerang dengan Split Zap)
Akan kubakar mereka dengan api... seru Cera.
Summon : Torch.
Muncul sebuah obor secara gaib begitu Cera men-summon (memanggil) kekuatan api ini.
Obor itu lalu berputar-putar untuk menyebarkan panasnya lalu menjatuhkan diri ke tanah.
Sejumlah jejak api sesuai dengan jumlah musuh yang kami hadapi muncul dan membakar mereka.
Flame Track.
Hebat!
1 Zombie dan 2 Skull Orc itu langsung mati terkena serangan api. Sedang Death Mage itu mendapat damage 300 poin.
Sekarang giliran Death Mage itu.
Attack : Poison Sprayer.
Serangan macam apa ini? Poison?
Death Mage itu mengayun-ayunkan tongkatnya dan cairan berwarna hijau kekuningan itu menyebar kearah kami.
NYES!
Begitu suaranya begitu cairan itu menyentuh kulit kami bertiga.
Gawat! Ini racun berbahaya! seru Kid tersadar.
Perlahan, HP kami bertiga berkurang digit demi digit.
Bagaimana cara mengobati racun ini? tanyaku pada Kid.
Tenang! Akan nanti kusembuhkan dengan white magic Serum-ku... jawab Cera.
Bagus... Serang saja Death Mage itu! seru Kid.
Sword Tech : Dead Slasher.
Hanya 100 poin HP-nya yang berkurang. Ia memang lawan sulit.
Kemudian Kid menambah damage pada Death Mage itu sebesar 55 poin lagi. Tinggal 290 poin lagi sisa HP-nya.
Cera... Panggil Torch lagi! seru Kid pada Cera.
Summon : Torch.
Flame Track
Obor itu muncul kembali dan membakar Death Mage itu habis.
Deed ded ded ded deed ded deeeded...
Menang!
Exp sebesar 800 itu kami bagi tiga. Masing-masing mendapat 266 poin. Tidak ada kenaikan level. Aku level 15, Kid level 19 dan Cera level 14.
Jangan ada yang bergerak sebelum Cera memakai Serum-nya... ingat Kid tentang kondisi keracunan kami.
Cera... obati dirimu dulu baru kami berdua... perintah Kid.
White Magic : Serum to Cera.
Sinar hijau berputar mengelilingi dari kepala hingga kaki Summoner remaja itu.
Poison cured.
Lalu Cera mengobatiku dengan Serum itu lalu Kid.
Karena kami bertiga sudah kehilangan banyak HP dari keracunan serangan Death Mage tadi, aku lalu membagi-bagi Potion yang selalu kami dapatkan tiap bertarung hingga HP kami penuh maksimal kembali.