Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Quest

Side Questnya mantap suhu :jempol:
walaupun nda ada SSnya tapi okelah

ditunggu update selanjutnya suhu :ampun:
 
2 scenes (side quest n quest) memang mnunjukkan smngat n gairah yg mnarik dibanding scene Carrie hehehe, itu yg saya rasakan..

Oiya suhu..jika memang ada crita soal the twins papa dan omnya Satria, dicoba posting ke forum Cerita suhu..pasti menarik.tak masalah tnpa SS...hehe..smoga bs terealisasi..
 
scane satria sama carrie ko feelnya g dapet banget y
Kaya PK yg modusin cewe biar dapet lobang apa gara2 di gangguin sama nicole trs y jdi feelnya kaya gitu
 
Uda hampir jam 9 hu.
ikut antri updatean sp tau ada doble update lg
semangat suhu
 
Maaf untuk mas ryu ada sedikit kritik dari saya... untuk penggunaan bahasa inggrisnya klo menurut saya lebih enak klo pake bahasa simple english aja... krna ada beberapa "ekspresi" yg dipaksakan. Apalagi anda banyak menggunakan slang khas amerika yg jarang atau tidak pernah digunakan dikawasan asia yg notabene pakai british english. Maaf klo ane sok tau,
 
--------​
Pesta di dek atas akan dimulai jam 10 nanti. Pastinya sudah banyak orang yang berkumpul di sana untuk menghadiri acara seru ini. Pastinya semua penumpang kapal pesiar yang berjumlah ratusan ini akan hadir di acara itu. Bisa dibayangkan betapa hebohnya acara pesta itu nantinya. Orgy party terbesar yang akan pernah kulihat.
Sepuluh menit sebelum jam 10 malam aku menaiki tangga menuju dek teratas. Aku berpapasan dengan penumpang-penumpang lain yang juga menuju kesana. Dari lantai dua dan lantai tiga kapal pesiar ini. Ada yang berpasangan, berkelompok, ada juga yang sendirian sepertiku.
Saat kuperiksa kamar Velinda dan yang lainnya, sudah kosong. Mereka pastinya sudah ada di sana karena mereka adalah bagian tak terpisahkan dari acara malam ini.
Suara musik terdengar sayup-sayup dari dek teratas. Ini belum begitu keras karena acara belum dimulai sama sekali. Hanya pemanggil para pengunjung agar bergegas datang.
Sebuah sinar terang lampu sorot muncul dari kejauhan dan mendekat ke kapal pesiar. Sepertinya sebuah helikopter. Ini pasti membawa boss besar Fireday Productions langsung dari Sydney. Helikopter itu lalu mendarat di bagian atas kapal pesiar yang ada heli-pad-nya.
Banyak pengunjung acara ini yang sudah langsung memakai kostum mereka tanpa malu. Tapi ada juga yang menyembunyikannya di balik pakaian luar dahulu sepertiku. Pakai baju seadanya atau jubah mandi yang ada tersedia di kamar mandi tiap kamar.
Aku memakai baju kaos oblong saja untuk menutupi kostum konyol ini. Kaos ini cukup panjang dan menutupi hampir separuh pahaku jadi cukup memadai bagi orang yang masih merasa malu atau risih begini.
Di tangga menuju dek teratas sudah banyak antrian penumpang kapal yang menunggu giliran masuk. Ternyata sebelum memasuki area dek itu, akan ada pemeriksaan passport lalu diberi sejenis tanda pengenal. Untung aku bawa passport kali ini karena sudah diberitahu Esteban sebelumnya.
Saat mengantri ini aku baru tahu kalau penanda yang digunakan hanyalah spidol ultraviolet saja. Para pengunjung terserah mau dimana penanda itu dibubuhkan. Yang lazim adalah di lengan atau pergelangan tangan. Tapi ada juga meminta di dada, perut bahkan di dahi. Tulisannya-pun terserah pengunjung. Yang penting harus ada penanda untuk membedakan pengunjung dengan panitia acara.
Pemandangan saat mengantri di tangga menuju dek atas ini lumayan bagus juga. Itu karena di atasku ada sekelompok wanita dewasa yang dengan pe-de-nya memakai kostum mereka tanpa malu. Jadi bokong-bokong putih montok mereka jadi santapan mataku. Tak jarang mereka menggoda kami yang ada di bawah mereka dengan melenggak-lenggokkan pinggul mereka dengan erotis. Jadi semua isi bagian bawahnya bisa terlihat jelas dari sini. Lumayanlah…
--------​
“Your passport, please… Thank you… And what will it be?” (Tunjukkan paspor. Terimakasih. Apa yang akan ditulis?) katanya setelah kuserahkan passport-ku untuk memeriksa keabsahan umurku. Lalu kusodorkan pangkal lengan kananku untuk ditulisnya dengan spidol ultraviolet itu.
“Write it KNIGHT… K-N-I-G-H-T…” (Tulis KNIGHT=ksatria/Satria) kataku tentang apa yang mau tertulis dengan spidol itu di lenganku. Sengaja tidak pakai nama asli.
“Okay… KNIGHT it is…” (OK. KNIGHT yang akan ditulis) katanya mengelap pangkal lenganku dengan sejenis alkohol. Terasa dingin. Dan ia mulai menulis. “It won’t come off by plain water or sweat or ale or spirit… If you want to rub it off… cleanse it with soap and lukewarm water… Next!?” (Ini tidak akan hilang terkena air, keringat, bir atau arak. Jika hendak menghapusnya, bersihkan dengan sabun dan air hangat. Berikutnya!?) kata penjaga sekaligus pembuat tanda itu. Tulisan ini hanya bisa dihapus dengan sabun dan air hangat. Untungnya dia tidak sendirian. Ada setidaknya tiga atau empat orang yang bertugas seperti itu.
Melangkah masuk ke dek itu semakin jelas suara musik clubbing yang sengaja tidak disetel keras. Musik ini dipasang medley secara otomatis karena tidak ada scratching atau permainan turn table yang terdengar.
Beberapa pengunjung acara duduk di meja kursi yang disusun di tepi dek. Atau berdiri ngobrol berkelompok atau memulai pesta kecil sendiri dengan menari-nari kecil. Apalagi bar sudah dibuka dan minuman kelas ringan seperti bir dapat diperoleh secara gratis.
Sepertinya sebentar lagi acara akan bisa dimulai. Kulihat dari jam digital di HP-ku menunjukkan jam 10 malam kurang 3 menit. Ditambah lagi dengan banyaknya pengunjung yang berbondong-bondong berusaha memasuki aula serba guna ini.
“No cell-phone, please!” (HP dilarang masuk!) seru penjaga yang mengawal pintu masuk itu dengan alat metal detector. “We don’t allow any photography or recording device inside… So please leave them here with your room key for claiming later…” (Kami tidak izinkan membawa alat foto atau alat perekam di dalam. Jadi tinggalkan disini dengan kunci kamar untuk pengambilan kembali) katanya.
Kabar buruk! HP tidak boleh masuk ke acara itu. Aku tidak mau meninggalkan HP-ku tinggal di sini.
Kunyalakan Coremeter dan kusambungkan ke kacamata hitamku. Aku sudah bisa melihat beberapa panjang gelombang CORE istimewa di sekitarku. Ada cukup banyak juga…
Kuselipkan HP-ku ke CD kostumku di bagian pantat dan kulepaskan kaus oblong kedodoran ini. Kostumku berupa sebuah kaus ketat aneh tanpa dada dan sebuah celana dalam ketat berwarna hitam. Aku mencari celah dimana tidak terlihat siapapun. Dan byuuss….
Aku sudah masuk ke dalam ruangan serba guna yang sudah disulap menjadi club dadakan ini. Tentu saja ini dimungkinkan dengan menggunakan SHADOW GEIST. Tembok setebal apapun tidak ada artinya bagiku.
Panggung di ujung ruangan hingar-bingar dengan musik kental clubbing dari DJ yang ada di sisi kiri atas panggung. Sejumlah sexy dancer menari-nari di atas panggung bermaksud memeriahkan acara. Dari kostum mereka berpendar cahaya yang sama dengan pendar cahaya pengunjung. Lampu-lampu blitz dan spotlight berbagai warna dan intensitas berkejaran kesana-sini. Puluhan orang merapat ke panggung dan ikut bergoyang bersama para sexy dancer.
Melihat pemandangan seperti ini membuat dirimu seakan ikut larut di sana. Ikut bergoyang bersama mereka. Merasakan panas dan kegembiraan semu. Semu karena penuh dengan nafsu. Semuanya penuh cahaya yang menyilaukan dan menarik hati. Seperti laron yang tertarik lampu neon dan memujanya sebagai matahari yang abadi.
Aku lebih cenderung duduk saja di bar yang berada dekat dengan pintu masuk yang dijaga ketat dengan metal detector. Aku memesan sebotol bir pilsener pada bartender perempuan cantik yang bertugas. Ia juga memakai kostum seksi berupa bikini berwarna merah dan hitam seperti pengunjung lainnya plus penanda bertuliskan bartender di dada kirinya.
Sebuah ledakan kembang api di panggung disusul oleh deretan semburan bergelombang kembang api lainnya di tepi panggung menandai dimulainya acara ini.
Musik diturunkan volumenya oleh DJ dan dua orang naik ke atas panggung. Sepasang pria dan wanita yang akan menjadi pembawa acara malam ini. Keduanya juga memakai kostum berpendar cahaya ini.
“Good evening all??!” (Selamat malam semua?!) seru keduanya serentak.
“Good evening…” (Selamat malam) jawab pengunjung serentak.
“Hell yeah! Isn’t it fun? Tonight… we gonna party again on St. Luccia!” (Ya! Seru banget, kan? Malam ini kita berpesta lagi di St. Luccia!) seru sang pembawa acara pria.
“It is so much fun, of course… Thank you very much… Party till dawnnn….!” (Ini sangat seru tentynya. Makasih banyak. Pesta sampe pagi!) seru sang pembawa acara wanita.
Para pengunjung bersorak-sorak gembira. Mereka sudah menunggu kegembiraan ini sejak beberapa hari lalu saat mendapat undangan spesial untuk berpesta di kapal pesiar milik Fireday Productions yang terkenal. Terkenal mesum tentunya…
“Tonight… I will host the party with my beloved co-host… the gorgeous Anne Bass!” (Malam ini aku akan membawakan acara pesta ini dengan co-host-ku tercinta. Si cantik Anne Bass!) seru sang pembawa acara pria memperkenalkan rekan sesama host-nya.
“Hunter Floyd!” seru Anne Bass memperkenalkan balik teman pasangan host-nya.
“First thing… We would like to express our greatest gratitute to the founder of this party… President Director of Fireday Productions… The one and only… Misteeeerrr… Scoooottt Geeoffrey!” (Pertama-tama. Kami ingin menyampaikan terima kasih yang tak terhingga pada penggagas pesta ini, Presiden Direktur Fireday Productions. Satu-satunya, mister Scott Geoffrey) seru Hunter Floyd menunjuk ke arah sofa di mana sekumpulan orang duduk dengan santai. Lampu spotlight terang juga menunjuk ke sana.

Scott Geoffrey
Seorang pria tua gendut berlari-lari kecil hanya dengan sebuah cawat dengan miniatur belalai gajah berjuntai di selangkangannya dan topi spike kain. Ia menaiki panggung dengan lincah walaupun sambil memegang sebotol champagne dan dipinjamkan mic oleh Hunter Floyd.
“Good Fireday, everybody??!” (Fireday yang baik, semuanya??!) serunya mengacungkan tangannya pada para pengunjung di bawahnya.
“Good Fireday, Mister Geoffrey!” (Fireday yang baik, mister Geoffrey!) jawab mereka semua. Sebagian besar peserta pesta kali ini adalah pengunjung tetap sehingga mereka bisa tahu harus menjawab apa kalau disapa orang nomor satu di Fireday Productions ini.
“Nice party…. Isn’t it?” (Pesta yang seru, bukan?) katanya lagi dengan wajah ceria. “I flew straight from main office on Sydney to attend this very venue… A heaven I called… St. Luccia is one of heaven we own here on earth… I love to share it with my friends… my colleagues… my business associates… my employees… all of you…” (Aku terbang langsung dari kantor utama Sidney untuk menghadiri acara ini. Sebuah surga kataku. St. Luccia adalah salah satu surga yang kita miliki di bumi ini. Aku senang membaginya dengan teman-teman, kolega, rekan bisnis, karyawan, kalian semua) katanya luar biasa sadar walaupun penampilannya berkata lain.
“So… Have a good Fireday!” (Jadi, Nikmatilah Fireday yang baik!) katanya mengacungkan botol champagne-nya pada pengunjung yang dibalas mereka dengan mengacungkan minuman mereka juga.
Dikembalikannya mic pada Hunter Floyd dan kemudian ia berlari-lari kecil turun dari panggung kembali ke tempat duduknya.
“Give it up… Mister Scott Geoffrey!” (Beri tepuk tangan yang meriah untuk mister Scott Geoffrey!) kata Hunter Floyd. Semua pengunjung bertepuk tangan dengan gemuruh.
“So… that’s actually the formal opening… presented himself by the President Director of Fireday Productions… and we can move on to the next part…” (Jadi tadi itu sebenarnya adalah kata pembuka formalnya yang disampaikan lansung oleh Presdir Fireday Productions dan kita bisa lanjut ke acara berikutnya) kata Anne Bass.
“But… We gotta tell this people… what we got in stores… We got sexy dancers…” (Tapi kita harus memberitahu kalian semua apa yang kita punya untuk acara ini. Kita ada penari seksi) kata Hunter Floyd menyambung Anne Bass.
“We got some intriguing games…” (Ada games yang seru-seruan) sambung Anne Bass. Mereka menyampaikan pengisi acara bersahut-sahutan.
“We got 3 Versus 3!” (Ada 3 Versus 3!) kata Hunter Floyd.
“Vranger!” kata Anne Bass.
“And more more games to compete…” (Dan banyak-banyak game untuk dipertandingkan) kata Hunter Floyd. Penonton bertepuk tangan dan berseru gemuruh karena senang dengan pengisi acara yang hadir di acara pesta malam ini.
“And for now… Feast your eyes to our in house sexy dancers!” (Dan untuk sekarang. Puaskan mata untuk sexy dancer andalan kita!) seru kedua host itu bersamaan. Penari-penari seksi tadi muncul kembali dan jumlahnya semakin banyak. Mengisi hampir penuh panggung itu. Bahkan menari serentak sampai di bawah panggung. Jumlahnya ada sekitar 25-an lebih orang penari wanita.
Untuk beberapa lama mereka menari bergerak seirama mengikuti irama musik dengan kostum yang seragam. Berupa bikini cerah berwarna biru langit dengan pendar cahaya putih yang makin menyilaukan pandangan. Tetapi mata tak bisa lepas dari mereka karena kedinamisan gerakan dan kekompakan ritme.
Lalu musik berdentum liar dan semua penari itu menanggalkan penutup dada mereka. Bergerak menari liar tak seirama lagi. Dada-dada segar tanpa bungkus menjadi pemandangan gratis sekarang. Bergerak liar, berguncang-guncang, diremas-remas dan dipilin-pilin.
“Would you like another bottle, sweetie?” (Mau sebotol lagi, manis?) tanya bartender itu padaku. Ia menyongsongkan botol bir pilsener baru.
“Oh… Thank you…” (Oh. Makasih) kataku. Ternyata tanpa sadar aku sudah menghabiskan bir di tanganku. Kuserahkan botol kosong itu padanya.
“There’s more to come… Don’t drain your self by just watch… Pick one of them…” (Masih banyak lagi yang akan datang. Jangan sibukkan dirimu dengan hanya menonton. Pilihlah satu dari mereka) nasehatnya. Ia menyarankanku untuk memilih satu orang di sana yang tersedia untuk bersenang-senang.
“Are you available?” (Kamu aja boleh?) tanyaku malah menggoda bartender itu.
“I’m working right now… But thanks for the offer…” (Aku sedang bekerja. Tapi terima kasih tawarannya) tolaknya karena ia harus bekerja di pesta ini. Menyediakan minuman untuk para tamu.
Beberapa para sexy dancer yang sudah bertelanjang dada itu sudah menyebar dan membaurkan diri dengan pengunjung. Mengajak mereka menari-nari dengan erotis. Bahkan mereka memberikan tarian lap dance pada beberapa tamu VIP yang duduk di sofa.
“Give it up to… 3 Versus 3!” (Sambutlah 3 Versus 3!) terdengar seruan Hunter Floyd dan Anne Bass dari tepi panggung.
Para pengunjung bersorak gembira. Para sexy dancer itu menepi dari atas panggung atau turun dan ke balik panggung. Terjadi hujan semburan kembang api saat lampu pada bagian panggung padam. Lalu lampu sorot fokus pada enam sosok tubuh yang tiba-tiba sudah berdiri di atas panggung. Mereka 3 Versus 3.
Enam orang itu adalah artis girlband Korea yang pernah dibicarakan Cherry tentang kehadirannya malam ini.

“… Apa kalian tau kalau 3 Versus 3 juga akan datang nanti malam?” tanya Cherry pada teman-temannya.
“Benaran? Benaran mereka datang?” kaget Cecillia.
“Mereka kan sudah terkenal banget… Apa masih sempat ke kapal pesiar ini?” tanya Velinda.
“Menurut rumornya begitu… Apalagi yang mengadakan acara ini kan bos Geoffrey… Pasti datang deh…” pasti Cherry.
“Apa itu 3 Versus 3? Kelompok band, ya?” tanyaku.
“Girl band tepatnya… Girl band dari Korea yang sedang ngetop saat ini…” jelas Cherry padaku. “Anggotanya enam orang… Kembar semua…” tambahnya.
“Dua pasang kembar 3 jadi 3 Versus 3? Hebat!??” kagumku.
“Gak ding… Sebenarnya hanya tiga pasang kembar dua… Tapi kebetulan wajah mereka mirip-mirip semua… cantik… putih… Sukanya pake kostum kembaran… Jadi unik gitu…” tambah Cecillia tentang grup girl band dari Korea ini.
“Dulunya mereka juga talent di bokep genre semi-porn… Dan saat booming girl band… cabang Korea Selatan berinisiatif membentuk girl band juga dari stok yang mereka punya… Dipilihlah format kembar ini karena kebetulan ada tiga pasang kembar yang lolos audisi…” jelas Velinda kembali menambahkan.
“Oo… Gitu… Dulunya bintang bokep juga…” pahamku.

3 Versus 3
Keenam anggota 3 Versus 3 itu memakai tanktop pendek berwarna putih ketat sehingga perut mereka sedikit kelihatan. Dan rok mini kembang sejengkal di atas lutut bermotif tartan. Kostum kompak mereka minus pendar bercahaya itu tetapi digantikan oleh kerlap-kerlip lampu LED yang ditenagai baterai di pergelangan tangan dan kaki.
Boom! Boom! Boom!
Kembali musik menghentak menyeruak dari sound system ruangan. Ini adalah lagu andalan 3 Versus 3 yang berjudul Capture Your Love.
Para pengunjung bersorak kembali mengenali lagu ini. Para personil 3 Versus 3 memulai aksi panggung mereka yang dinamis dengan dance kompak dan lagu yang bernada mudah diingat. Lagu ini memakai campuran bahasa Korea dan Inggris. Tentang perjuangan tiada akhir mengejar cinta kemanapun ia berada.
Selesai lagu pertama, menyusul single kedua yang berjudul Free Moment. 3 Versus 3 melepas gelang lampu itu dari pergelangan tangan dan kaki mereka. Gantinya mereka mendapatkan masing-masing sebuah tongkat bercahaya yang biasanya dipakai polisi saat mengatur lalu lintas. Tanktop itu juga dilepas hingga mereka hanya memakai bra dan rok mini saja.
Lagu ini semakin dinamis dan bernada riang yang mengajak penonton ikut bergoyang. Lagu tentang kebebasan menyatakan perasaan. Apapun yang dikatakan orang lain tidak selalu harus diikuti. Percayalah pada dirimu sendiri.
Ruangan serba guna yang sudah disulap menjadi ruangan konser sekaligus club ini semakin semarak dan meriah dengan lagu-lagu 3 Versus 3 ini.
Lalu single ketiga…
Lampu dipadamkan kembali.
Terlihat pergerakan di atas panggung dan pendaran cahaya muncul. Cahayanya berwarna putih kebiruan. Bergerak-gerak. Jumlahnya ada enam sosok. Berarti personil 3 Versus 3 juga memakai kostum atau mengganti dengan kostum berfluorescent juga.
Jrennngg!
Lampu sorot kembali menerangi panggung dan keenam gadis cantik itu berkumpul dengan pose bertumpuk di tengah panggung. Mereka kini hanya memakai bikini two pieces berwarna biru tua dengan manik-manik sumber cahaya pendar itu.
“WWOOOOOOAAAAAHHHHH!” kembali sorak-sorai penonton melihat pemandangan spektakuler ini. Sudah lama 3 Versus 3 tidak menampilkan aksi panggung setara ini. Mereka yang sekarang dikenal sebagai girl band Korea yang terkenal, menampilkan pertunjukan khusus di panggung malam ini. Mungkin karena inilah kenapa tidak diperbolehkannya alat perekam apapun masuk ke ruangan. Bahkan sekedar handphone jadul tak berkamera sekalipun.
Single kali berjudul Speed Up! Lagunya minim lirik dan penuh gerakan tarian yang penuh tenaga. Lirik yang dilantunkan hanyalah repetensi dari kata Speed Up! yang diteriakkan mereka pada hitungan ke 5 tiap beat. Bisa dibayangkan betapa kuat stamina mereka bernyanyi dan menari seperti itu untuk menghibur penonton dengan sempurna.
Tubuh mereka yang kini hanya dibungkus pakaian mini bergerak dinamis, meliuk-liuk seksi dan menawan, lincah tetapi masih anggun dan imut menyatu jadi satu. Tak heran kalau mereka menjadi ternama di persaingan ketat girl band di negaranya. Koreografi-nya menawan dan sungguh rumit. Mengandalkan jumlah personilnya yang hanya enam orang untuk melakukan tarian yang seharusnya dilakukan sebanyak selusin orang dan menguasai panggung seutuhnya.
Yang menjadi perhatian utamaku adalah tubuh-tubuh indah mereka. Gundukan dada yang tidak terlalu besar dan berguncang-guncang di gerakan cepat penuh tenaga. Kaki-kaki putih mulus dan kokoh. Yang sudah berlatih ratusan jam untuk menyempurnakan penampilan. Wajah-wajah ceria yang berpeluh tetapi tetap tersenyum dan tertawa. Mereka senang melakukan pekerjaan ini.
Penampilan single ketiga ini ditutup dengan formasi pose bertumpuk kembali di tengah panggung. Beberapa detik mereka freeze lalu lampu meredup dan mereka menghilang.
“That’s it…. Give it for 3 Versus 3!” (Sekian. Beri tepuk tangan meriah untuk 3 Versus 3!) seru Hunter Floyd dan Anne Bass yang menggantikan tempat girl band Korea itu. Keenamnya sudah tidak ada di panggung lagi.
“Wuuhhh!” seru Anne antusias sekali dengan penampilan girl band barusan. “Ain’t them cute or something?” (Mereka imut-imut, ya?) kata Anne Bass pada partner host-nya.
“O yeah… Super cute! And the good thing is… they’re one of us here on the Fireday Productions…” (O ya. Sangat imut! Dan yang kerennya, mereka juga bagian kita di sini di Fireday Productions) sahut Hunter Floyd.
“I wonder if they got a spare position in their slot…” (Kira-kira masih ada tempat kosong ya di kelompok mereka?) gumam Anne Bass.
“Dream on, missy… You’re not a Korean… besides… you’re too damn sexy to join a girl band… The attention will get split up among you and the other… You’d better do soloist…” (Mimpi kale. Kau kan bukan orang Korea. Lagipula kau terlalu seksi untuk gabung girl band. Perhatian akan terbagi antara kamu dan yang lainnya. Lebih baik main solo aja) kata Hunter Floyd bercengkrama dengan teman host-nya itu.
“Who’s that?” (Siapa itu?) tanya Anne Bass yang melihat sesosok tubuh yang celingak-celinguk dari balik tirai panggung. Memakai kostum full body berwarna abu-abu dengan garis-garis tegas berwarna hitam.
“Hey… I know that…” (Hei. Aku tau itu) kata Hunter Floyd.
Wah! Ada Prickster di atas panggung. Berarti aksi Vranger akan segera dimulai. Benar-benar seru acara kali ini.
“It’s a Prickster!” (Itu Prickster!) seru Hunter dan Anne berbarengan. Mereka lalu terbirit-birit menjauhi panggung. Bahkan Anne berteriak histeris, “Save your pussy!” (Selamatkan pepekmu!)
Dua tiga pemeran kostum Prickster muncul di atas panggung dan berjalan berkeliling. Bertingkah seolah sedang mencari mangsa. Satu hal yang paling menarik dari kostum penjahat di serial Vranger ini adalah bagian penutup kemaluan mereka yang disamarkan menjadi sebuah kepala sabuk yang menyatu dengan kostum. Ada sebuah lubang tempat untuk menjulurkan penis pemakai kostum itu keluar saat hendak dipergunakan.
Aku duduk tertawa-tawa di bar ini saat beberapa Prickster lain mengganggu dan menakut-nakuti pengunjung. Ada cukup banyak Prickster yang menyebar di ruangan serba guna ini. Kalau dihitung kasar saja ada 10 orang lebih.
Lalu muncul monsternya. Lebih tepatnya pemeran kostum monsternya. Monster tikus raksasa! Monster itu juga menakut-nakuti penonton dengan mukanya yang seram.
Penonton yang paham kalau ini hanya pertunjukan sandiwara biasa-biasa saja dan kadang ikut bersandiwara ketakutan lalu tertawa bersama teman-temannya.
Lalu entah dari mana datangnya, dua Prickster menyeret seorang pengunjung dan membawanya naik ke panggung. Ini pasti bagian dari pertunjukan. Perempuan itu berteriak-teriak minta tolong. Minta diselamatkan dari kekejaman para Prickster yang dengan brutal mencabik-cabik kostum yang dikenakannya sampai compang-camping.
Para penonton tertawa dan berseru senang melihatnya.
Kedua Prickster itu mulai memperkosa wanita itu di atas panggung. Tetapi dari jenis permainannya, perkosaan ini sedikit diperlunak bentuknya karena tidak ada permainan kamera dan editing yang bisa dilakukan.
Satu Prickster melesakkan penisnya ke vagina perempuan itu sementara yang lain memaksakan miliknya ke mulut. Kedua Prickster itu meremas-remas dada korban mereka dengan gemas.
Lalu Prickster-Prickster lainnya muncul membawa mangsa mereka yang lain. Perbuatan sama kembali mereka lakukan. Semua Prickster sudah ada di atas panggung dan menggasak mangsa mereka beramai-ramai.
Terdengar suara alarm!
Dan Prickster yang terdekat dengan tirai panggung terjungkang. Vranger telah tiba! Yang muncul adalah Vranger merah dan Vranger kuning.
Sebuah pertarungan penuh perhitungan terjadi di atas panggung. Pertarungan pura-pura karena tidak ada yang mau benar-benar kena pukulan atau tendangan di pertunjukan ini. Para Prickster ini adalah stunt profesional yang bisa memperagakan aksi terbanting, terlempar seolah-olah terkena serangan benaran.
Tak lama, kesepuluh Prickster itu telah dikalahkan oleh kedua Vranger itu. Para korban mereka, para wanita itu turun dari panggung dengan tubuh berlepotan sperma. Mungkin para Prickster kalah karena kelelahan ngeseks. Hi… hi… hi…
Tapi mereka belum menghadapi monster tikus itu. Kemana dia? Aku tidak melihatnya lagi. Ah! Itu dia. Berkacak pinggang menantang kedua Vranger itu untuk menghadapinya.
Serunya pertunjukan sandiwara yang juga bernama Live Action ini adalah dengan bantuan Sound Effect yang tepat. Jadi ketegangan aksi pertunjukan akan sama seperti yang terjadi di layar TV. Tendangan akan mendapat efek suara, pukulan, teriakan sakit, teriakan serangan dan lain-lain menjadi satu di pertunjukan ini.
Selagi kedua Vranger itu dan monster tikus itu saling ejek untuk mendatangi lawan, dua sosok monster lain muncul dari belakang mereka. Dari balik tirai panggung. Monster Kucing dan monster Elang.
Vranger merah dan Vranger kuning roboh mendapat serangan tak terduga dari belakang. Serangan curang ini membuat keduanya tak sadarkan diri. Hampir terjatuh dari panggung malah.
Monster Kucing menyeret kaki Vranger merah ke tengah panggung. Begitu juga monster Elang menyeret Vranger kuning ke sampingnya.
Kedua Vranger malang itu lalu dikerjai kedua monster itu hingga compang-camping kostum superhero-nya. Yang tetap utuh dipakai pemeran Vranger hanyalah helm spesifik Vranger berwarna senada seragamnya. Selanjutnya bisa ditebak. Keduanya diperkosa monster itu.
Tapi walau dalam keadaan pingsan-pun kedua pemeran Vranger itu mengaduh-aduh saat disodok kedua monster itu. Cerita ini bisa jadi pura-pura tapi soal penis menusuk vagina tidak bisa disangkal nikmatnya.
Monster tikus-pun ikut mendekat minta bagian juga. Tapi ia takut pada dua monster itu karena secara naluri tikus adalah mangsa kucing dan elang. Jadi ia berputar-putar mengelilingi kedua rekannya yang tidak mau membagi mangsanya.
Sebagai bagian dari pertunjukan dan pakem sebuah cerita superhero, kebaikan akan selalu menang dan kejahatan kalah. Di sinilah waktu munculnya tiga anggota Vranger lainnya untuk menyelamatkan dua rekan mereka yang sedang dalam bahaya.
Vranger hitam, biru dan pink muncul dan menghajar ketiga monster itu dan menyelamatkan Vranger merah dan kuning yang kelelahan.
Masing-masing mereka yang baru datang ini mendapat bagian satu monster. Vranger hitam menghadapi monster Kucing yang bernama Nekogori. Vranger biru menghadapi monster Elang yang bernama Takagoto. Dan Vranger pink menghadapi monster Tikus yang berjuluk Nezumigoki.
Mereka bertarung di atas panggung bergantian. Memperagakan jurus-jurus beladiri mereka. Walaupun ini pertunjukan mesum tetapi kemampuan bertarung mereka cukup baik. Mampu berlompatan atau bersalto saat melakukan aksi pertarungan.
Vranger hitam dan Vranger biru yang bertarung bersamaan saling bahu-membahu mengalahkan lawan mereka. Dengan kompak keduanya saling bantu.
Tetapi kejutan kembali terjadi. Dua sosok monster baru muncul dan membantu lawan-lawan Vranger. Total kini ada lima monster yang muncul. Ini sangat jarang terjadi. Berarti kini mereka kalah jumlah. Tiga Vranger yang mampu bertarung melawan lima monster.
Monster keempat adalah monster Belalang bernama Inagoroki. Monster kelima bernama Hebigosu yang berbentuk ular.
Tetapi ketiga Vranger tidak gentar menghadapi lawan yang jumlahnya lebih banyak. Monster kucing, elang, tikus, belalang dan ular mengepung ketiganya di atas panggung.
Ketiga Vranger dikeroyok kelima monster itu dengan tanpa ampun. Ketiganya berjuang mati-matian mempertahankan diri. Tetapi apalah daya, mereka kalah jumlah dan tenaga. Akhirnya ketiganya mencapai taraf akhir tenaga mereka dan terjungkang jatuh.
Kelima monster itu langsung menerkam mereka dengan rakus. Kostum superhero yang mereka kenakan langsung dicabik-cabik dan langsung diperkosa. Kelimanya berebutan untuk memperkosa ketiga Vranger yang sudah kalah telak itu. Rupanya monster Kucing dan Elang ingat kalau ada mangsa mereka sebelumnya yang masih terkapar di sana.
Vranger merah dan Vranger kuning yang masih tak sadarkan diri kembali diperkosa kedua monster itu. Kelima Vranger diperkosa oleh monster di atas panggung. Ini kekalahan terbesar Vranger yang perkasa.
Tetapi penonton bersorak-sorai kesenangan melihat aksi ini. Penonton sama sekali tidak terlalu perduli kalau jagoan pemberantas kejahatan kalah dari pembawa kegelapan ini. Ini sudah seperti aksi Tiger Show yang legendaris itu. Dimana penonton menyaksikan pertunjukan seks yang dilakukan di atas panggung. Hanya saja kali ini dibalut kostum dan drama yang cukup jelas.
Para monster memperkosa para Vranger bagiannya di tepi panggung agar penonton bisa dengan leluasa melihat aksi mereka dengan jelas. Para pengunjung banyak yang merapat ke tepi panggung untuk menyaksikan dengan jelas permainan seks dalam pertunjukan Live Action Vranger ini.
Setelah beberapa lama… tiba-tiba panggung menjadi gelap. Diikuti blitz cahaya yang berkejaran dari satu sudut ke ujung lainnya.
Saat panggung sudah bisa terlihat kembali, para monster sudah berpindah tempat dan berada di tengah panggung kembali. Terkapar dan mengaduh kesakitan. Sementara para Vranger yang dalam kostum compang-camping karena sudah diperkosa sedemikian rupa oleh monster tetap di tempatnya. Di tepi panggung.
Tunggu. Ada sosok baru yang berdiri di dekat para Vranger yang relatif bugil. Vranger baru! Kostumnya berwarna putih.
Penonton bersorak gembira melihat kejutan ini. Ternyata ada Vranger baru yang diperkenalkan di acara di atas kapal pesiar St. Luccia kali ini. Acara ini sangat spesial kalau begitu.
Vranger putih itu berpostur sedikit berbeda dengan kelima Vranger sebelumnya yang relatif bertubuh remaja dan muda. Ia lebih dewasa dan matang. Terlihat dari sembulan dada yang lebih montok dan besar dibanding kelima lainnya yang berukuran sedang. Pinggulnya lebih lebar sehingga berbentuk lebih seksi.
Vranger putih mengacungkan tangannya dan terlihat blitz itu lagi, terarah pada kelima Vranger yang masih kepayahan di panggung. (Berupa blitz lampu spot dari atas panggung)
Mendapat curahan energi dari Vranger baru ini, kelima Vranger yang luka seperti mendapat tenaga baru. Mereka bangkit dan kembali segar. Minus kostum Vranger yang compang-camping.
Kini ada enam Vranger di atas panggung dan siap untuk mengalahkan lima monster Sucker Prick yang telah mengalahkan mereka di ronde pertama.
Jadi kelima Vranger yang masih tanpa kostum yang utuh itu menyerang lima monster lawan mereka. Ini jadi tontonan yang lumayan menarik karena saat mereka memukul, dada akan ikut berguncang atau saat menendang, selangkangan akan terbentang.
Sayang aku duduk cukup jauh dari panggung jadi aku tidak bisa meiihat detil pertarungan dan tubuh Vranger yang bugil dengan jelas. Tapi aku cukup terhibur karena aku sudah pernah melihat mereka di TV beberapa waktu lalu.
Kelima monster itu lalu dikalahkan Vranger dengan serangan gabungan keenam Vranger bersamaan. Ada ledakan ledakan kembang api di sana-sini menandakan hancurnya para monster.
Lalu disusul oleh pembukaan identitas Vranger putih untuk diketahui oleh para lima Vranger lainnya. Juga para penonton. Ia membuka topengnya dan ternyata… Vranger putih adalah ketua Vranger sendiri. Pemilik kafe Milky Way.

Vranger
Keenamnya lalu berbaris di depan panggung untuk memberi penghormatan bagi para penonton yang sudah setia menonton aksi pertunjukan Live Action ini. Mereka bergandengan tangan dan menunduk tiga kali lalu mundur dan menghilang di balik tirai.
“VRANGER!” seru Hunter Floyd dan Anne Bass yang muncul kembali begitu para Vranger menghilang.
“Fiuh… That was awesome, isn’t it?” (Fiuh. Tadi seru banget, ya?) kata Anne Bass mengomentari Live Action barusan.
“I watch Vranger every week and I got really surprise knowing that we got a new Vranger… Especially introduced to us exclusively tonight on this very party… Wu huuu…” (Aku nonton Vranger tiap minggu dan tadi benar-benar kaget kalau kita punya anggota Vranger baru. Khusus diperkenalkan pada kita secara eksklusif malam ini di pesta ini. Wu-hu) seru Hunter Floyd.
“Yeah… Some friends of mine ever wondered how is it really felt if you got fucked by those nasty monster… Was it good or something?” (Ya. Temanku pernah ngayal bagaimana rasa jika kau benar-benar diperkosa monster kejam itu? Enak atau gimana?) kata Anne Bass.
“Missy… They are just costumes, you know? Real people are inside those costumes… They’re specially selected to perform… Fighting and fucking at the same time… Oh?…” (Non, itu cuma kostum, tau? Ada manusia di dalam kostum itu. Mereka terlatih untuk tampil. Berkelahi dan ngentot sekaligus. Oh?) kata Hunter Floyd karena para penonton bersorak. Kedua host itu menoleh ke belakang.
Satu Prickster berjalan terseok-seok dari bawah panggung, melintasi lebar panggung dan menghilang di balik tirai panggung.
“Well… I think that will be the clue of the next episode…” (Baiklah. Kupikir itu akan menjadi petunjuk episod berikutnya) kata Hunter Floyd begitu Prickster itu menghilang. Entah itu bagian dari pertunjukan atau memang Prickster itu memang terlambat koordinasinya dengan tokoh-tokoh lain.
“So…? What’s next, Hunter? What shall we have now…?” (Jadi? Apa selanjutnya, Hunter? Apa yang harus kita lakukan sekarang?) tanya Anne Bass.
“We still got ton to show next… Some folks are already at their limit now… that they shacking at the view of previous show… Can’t blame that…” (Masih banyak yang akan kita tampilkan. Beberapa orang sudah gak sabar saat ini, sudah ngentot saat pertunjukan terakhir tadi. Tidak bisa disalahkan juga) komentar Hunter Floyd pada pemandangan bebas dimana beberapa pasangan sudah bergumul di beberapa tempat di ruang serba guna ini. Mereka sudah mulai karena begitu terangsangnya melihat pertunjukan barusan.
“So… Let’s the sexy dancers… roll again!” (Jadi, para sexy dancer lanjut lagi!) kata Hunter lalu mundur bersama rekan host-nya. Para penari seksi itu kembali tumpah ruah dari balik panggung ke segala arah. Di atas panggung dan bawah panggung. Musik kembali berdentum-dentum.
Para sexy dancer yang tadi sudah topless masih mempertahankan keadaan itu dan menari-nari lagi di beberapa tempat. Bahkan beberapa penari memancing pengunjung dengan melepaskan CD mereka sampai telanjang bulat. Pengunjung yang tak sabar menyambar mereka dan menghajarnya di tempat.
“Fireday Productions Star!” (Bintang-bintang Fireday Productions!) seru Hunter Floyd dan Anne Bass dari balik panggung. Dari balik tirai muncul berturut-turut sosok-sosok tubuh seksi yang dibalut kostum seksi itu. Mereka adalah bintang-bintang andalan Fireday Productions. Mereka berjalan berparade, berbaris rapi dengan mempertontonkan diri mereka.
Ada sekitar 30 orang perempuan seksi yang berjalan parade lalu berbaris di atas panggung. Aku segera mengenali Velinda, Cecillia, Cherry, Honey, Chalice, Shontele, Fiona, Rachel dan Kate di antara semuanya. Bahkan aku melihat ada Sophie Allen Bar di sana.
Hunter dan Anne bergantian menyebutkan nama-nama kesemua bintang Fireday Productions yang hadir malam ini. Para pengunjung bersorak gembira mendengarnya. Tak terkira senangnya mereka melihat bintang-bintang porno bimbingan Fireday Production menyemarakkan dan bisa dipakai malam ini. Semuanya gratis!
Luar biasa gila!
 
--------​
Aku sudah menghabiskan tiga botol bir pilsener. Bartender itu terus memberikan botol baru begitu botolku hampir habis tanpa kuminta. Walaupun banyak pengunjung yang hilir mudik memesan minuman ke padanya.
“One tequila shot, please?” (Satu sloki tequila) pesan seorang wanita yang bermandikan keringat. Kelihatan sudah tipsy dari matanya yang sayu. Ia meletakkan selembar 50 dolar Singapura.
Bartender itu dengan sigap memberikan gelas loki kecil berisi minuman tequila yang dipesan pelanggannya ini beserta irisan jeruk lemon.
Wanita itu menenggaknya dengan cepat minuman keras khas Mexico yang terbuat dari fermentasi kaktus itu. Karena rasa pahitnya yang luar biasa, ia mengemut irisan lemon itu dengan buru-buru.
Digeleng-gelengkannya kepala dengan kuat untuk mengusir rasa pusing yang tiba-tiba menyergap. “Aaaarrrhh…” gumamnya. Matanya yang sedikit sipit dikerjab-kerjabkannya lebar.
“You wanna do it?” (Kau mau melakukannya?) katanya tiba-tiba padaku.
“Okay…” (OK) jawabku. Padahal aku belum paham apa maunya. Mau melakukan apa?
Selama di pesta liar ini, aku sengaja mengaktifkan Coremeter-ku dan melihat pembacaan CORE istimewa yang didapatnya. Ada lumayan banyak orang yang memiliki CORE istimewa di kapal pesiar ini. Bartender cantik ini contohnya, beberapa pengunjung, dua orang sexy dancer dan beberapa orang lain di balik panggung sana. Tidak termasuk Pablo dan Velinda yang sudah kudeteksi dari awal. Mereka duduk di sofa sebelah sana. Pemilik CORE istimewa itu termasuk perempuan ini. Panjang gelombang CORE istimewanya sebesar 2612 Hz.
“This is my birthday… Satisfy me or beat it!” (Ini hari ulang tahunku. Puaskan aku atau pergi sana!) katanya menunjuk tulisan spidol di dadanya yang bertulisan B’DAY GAL. Lalu meraih tangan dan menarikku keluar dari ruang serba guna ini. Botol bir keempatku yang masih setengah kubawa. Aku baru paham maunya, ia ingin aku memuaskan dahaga seksnya. Entah apa yang dilakukan perempuan ini sehingga ia merayakan ulang tahunnya di tempat seperti ini. Apa tidak ada temannya, ya?
Ternyata penjaga di pintu masuk ruangan serba guna ini sudah tidak ada lagi karena semua pengunjung sudah di screening dan semua bersih dari peralatan elektronik yang dilarang.
Perempuan yang kutaksir berumur paling tidak 20-23 tahun ini terus menarikku keluar dari ruang serba guna ini menuju dek terbuka di luar sana. Angin dingin segera menyergap kulit terbuka kami. Aku hanya memakai baju ketat gak jelas ini sedang perempuan itu hanya memakai pakaian dalam saja.
“Woow?” kagetku melihat begitu banyak orang juga di luar sini. Mereka sedang asik masyuk dengan nafsu mereka sendiri. Memacu nafsu dengan pasangan atau beramai-ramai di sembarang tempat di dek terbuka ini. Mereka sama sekali tidak perduli dengan orang lain.
“Same goes here… But the hell with that!” (Disini sama aja. Tapi persetanlah!) katanya lalu malah menarikku kembali ke pinggiran dek. Tepat di railing pembatas dek, ia berjongkok di depanku.
Tanpa halangan, penisku dicaploknya. Mendadak terasa hangat menjalar di tubuhku takkala perempuan yang tak kutahu namanya ini berusaha membangunkan penisku yang belum menegang. Ia mengorek-korek sendiri kemaluannya dengan sebelah tangannya.
Tekniknya tidak bagus sama sekali, bahkan amatir dan biasa-biasa saja. Giginya kadang menyentuh kepala penisku sampai nyeri. Tapi walaupun begitu, karena cuaca dingin di luar sini dan ada seseorang sedang menyepong anumu, lumayanlah.
Jadi mendapat ide… Ting!
“Let’s go!” (Ayo kita lakukan!) kataku menariknya agar bangun. Kubuat ia menungging bertumpu pada pembatas dek hingga ia menghadap dan menatap lautan gelap dengan langit cerah. Bukan kami saja yang memakai posisi atau gaya ini. Banyak pasangan yang berjejer di tepian dek ini dan melakukan hal yang sama.
Pemandangannya memang sangat ganjil–puluhan wanita berdiri menungging di tepi dek sementara lelaki pasangannya memompa dari belakang…
Kuturunkan saja CD perempuan itu sampai paha dan kujejalkan penisku yang sudah menegang ke dalam liangnya yang sudah basah.
BLUUSSKK…
“Oouuuggghhh!” jeritnya.
Penisku bercokol masuk sampai kandas. Pantas saja ia menjerit kaget begitu.
“Happy birthday…” (Selamat ulang tahun) ucapku.
Splurrrttt… spluuurrttt… spplluuuutttt!
Segera kucabut penisku begitu aku menembakkan sejumlah banyak sperma ke dalam liang vagina wanita asing ini. Kuambil dengan cepat sinar terang yang keluar dari kemaluannya dan segera kusimpan.
Apa yang kulakukan?
Aku berubah menjadi CHARM dan langsung segera melakukan TRIGGENCE dan mengambil CORE istimewa milik wanita ini. Aku akan memeriksa nanti saja kemampuan atau keistimewaan CORE yang baru saja kudapatkan dengan cepat ini.
Kudapatkan CORE istimewa ini tanpa harus susah payah mencari ataupun perjuangan apapun, Pemiliknya dengan rela menyodorkan dirinya padaku di hari ulang tahunnya.
Wanita itu ngelongsor di lantai dek sambil memegangi tiang pembatas dek dengan nafas berat. Walau seks yang kuberikan singkat saja, tetapi auranya masih membekas dan mempengaruhi kesadarannya. Beberapa tangan lainnya menjamah…
Tenyata cukup banyak wanita yang terpengaruh pesona CHARM yang hanya singkat saja kulakukan. Tak lebih dari satu menit aku berubah menjadi VIOLENCE tipe lembut ini. Mereka yang sedang bersama pasangannya disekitarku, beralih padaku dan menyodorkan tubuh mereka padaku.
Sekitar lima wanita kulit putih dewasa berambut pirang kuhajar bergantian. Pasangan kelimanya terbengong-bengong melihat para wanitanya kugilir tanpa lelah.

Merasa cukup dengan kelima wanita itu, aku kembali masuk ke dalam ruang serba guna. Kesenangan dan kegembiraan pesta masih meledak-ledak di dalam ruang luas dan lebar ini. Ada acara yang berlangsung di atas panggung. Aku kembali duduk di bar dan memesan sebotol bir lagi.
“Done with that birthday girl already?” (Sudah selesai dengan wanita yang berulang tahun tadi?) tanya bartender cantik itu lagi sambil mengelap meja bar dengan kain.
“Yeah… And some five blond chicks too…” (Ya. Dan lima cewek pirang lainnya juga) jawabku memperbaiki letak kacamataku yang agak miring. Sebenarnya mau men-zoom ke tengah panggung–pada acara yang sedang berlangsung di sana.
“Good for you, then… It’s a blow job competition up there if you want to know…” (Bagus kalau begitu. Itu kompetisi nyepong di sana kalau kau pengen tau) katanya menjelaskan apa yang terjadi di atas panggung saat ini.
“Blow job?” (Nyepong?) kagetku. Lomba nyepong?
Ada sekitar lima belas pasangan yang berada di atas panggung. Yang pria duduk di kursi dengan mengangkang sedang yang wanitanya duduk di lutut mereka sambil menyepong pasangannya. Sebenarnya ada dua kompetisi yang berlangsung simultan. Lomba ketahanan disepong bagi para pria. Pemenangnya adalah yang paling lama bertahan disepong sampai muncrat. Lomba kecepatan membuat muncrat karena disepong bagi wanita. Pemenangnya adalah yang paling cepat membuat pasangannya muncrat.
Sepasang pemenang telah didapatkan. Seorang pria dan wanita keluar sebagai juara kompetisi ini. Hadiah yang diberikan untuk hasil kemenangan kompetisi ini tidak jauh-jauh dari seks. Pemenang boleh memilih siapapun yang berada di ruangan ini untuk ngeseks dengannya.
Pria itu memilih seorang bintang Fireday Productions terkenal dari Eropa timur, bernama Mini Aneeka. Perempuan itu bertubuh dewasa dengan wajah imut seperti remaja. Ia keluar dari susunan sofa di mana bos besar Fireday Productions, Scott Geoffrey berada.
Sementara pemenang wanita memilih Mikael Studrod sebagai hadiahnya. Ia memilih bintang Unisex ternama Fireday Productions.
“Crap!” (Ta*k!) umpat seorang pria di sampingku. Ia langsung menenggak minumannya sampai habis dan mengunyah sebuah zaitun yang ditusuk di dalamnya.

Mikael Studrod
Apa orang ini yang bernama Mikael Studrod? Ia bertubuh tinggi besar dengan tubuh kekar dan padat. Otot-ototnya berbentuk bagus. Ia hanya memakai sebuah cawat dan sebuah dasi kupu-kupu di lehernya.
Ia langsung menuju panggung dan memenuhi panggilan Hunter Floyd yang tahu persis dia ada di tempat ini.
“He’s the top notch hunk of the Fireday Productions… compete tightly with Jose Gunn…” (Dia andalan utama Fireday Productions yang bersaing ketat dengan Jose Gunn) kata si bartender ber-CORE istimewa itu lagi.
“How’s he become the best seller in Unisex? Isn’t there many more hunks out there?” (Bagaimana caranya menjadi terlaris di Unisex? Bukannya banyak yang lebih jantan di luar sana?) tanyaku mengenai ini.
“He get to this level by hardworking… He’s playing hard and opportunist too… There was time when some new faces arisen… he beat ‘em all in a challenge competition of a full week of fuck… He challenged those new stars and beat them to the bottom… He can fuck the whole five days in a row without any drugs taken…” (Ia mencapai level ini dengan kerja keras. Dia bermain serius dan sekaligus oportunis. Saat ada wajah baru muncul, ia mengalahkan mereka semua dalam kompetisi ngenton seminggu penuh. Ia menantang wajah-wajah baru dan mengalahkan mereka dengan telak. Ia bisa ngentot lima hari berturut-turut tanpa pake obat) jelas si bartender cantik itu.
“Whole week and he fucked for five days? Consecutively?” (Seminggu penuh dan ia ngentot lima hari? Terus menerus?) kagetku. Itu kompetisi gila!
“Yeah… No trick… It’s a fair competition… The contestants allowed to sleep for five hours a day and meal and the toilet for three hours… So he have to keep fucking for eighteen hours a day consecutively… And his longest record is five days… Noone ever break that record for four consecutive years already…” (Ya. Tanpa tipuan. Kompetisi adil. Kontestan diberikan untuk waktu lima jam sehari untuk tidur. Makan dan toilet selama tiga jam. Jadi dia harus tetap ngentot selama 18 jam terus menerus seharinya. Dan rekor terlamanya adalah 5 hari. Belum ada yang pernah memecahkan rekornya itu selama 4 tahun ini) lanjut si bartender.
“Woow…” kagumku. Itu gila sekali. Ngeseks selama delapan belas jam sehari selama seminggu. Itu gila sekali!
“Did he fucked the same woman over and over?” (Apa dia ngentoti cewek yang sama lagi dan lagi?) kataku ngaco. Tapi apa perempuannya sanggup digituin terus menerus.
“No…” (Tidak) jawabnya sambil tertawa. “Any woman is okay… Of course… Fireday Productions will provide the broads… mostly are the talent them selves… They got lots of ‘em… And this competition is broadcasted live on FTV whole channels… Every FTV on every channels aired this competition as the main attraction… And they’re making some review… commentary… betting… quiz and many more… concerning this competition…” (Cewe manapun boleh. Tentu saja Fireday Productions menyediakan cewenya, kebanyakan adalah talent sendiri. Banyak, kan? Dan kompetisi ini disiarkan langsung di FTV seluruh chanel. Setiap FTV tiap chanel menyiarkan kompetisi ini sebagai hiburan utama. Dan ulasan, komentator, taruhan, quiz dan banyaklagi mengenai kompetisi ini) jelasnya lagi.
Wah… Bahkan dibuat kuis. Seperti olimpiade gitu, ya?
Aku melihat kedua pemenang kompetisi blow job tadi mendapatkan masing-masing hadiahnya. Sang pria mendapatkan Mini Aneeka dan sang wanita mendapatkan Mikael Studrod. Di atas panggung mereka beraksi seenaknya sementara para sexy dancer kembali menari-nari di sekitar mereka.
Acara pada kesempatan kali ini sudah berubah liar. Dimulai dari para sexy dancer yang mulai bugil, kemunculan parade 30-an bintang porno Fireday Productions sampai kompetisi nyepong barusan. Sudah banyak pesta-pesta kecil tersendiri yang berlangsung di ruangan serba guna ini. Berpasang-pasangan para pria dan wanita memacu syahwat seenaknya. Di lantai, di atas meja, kursi, sofa. Dimana saja yang memungkinkan. Bahkan meja bar juga ada yang memanfaatkannya.
Aku sudah tidak asing lagi melihat tubuh-tubuh bugil di ruangan ini. Sudah menjadi hal yang lumrah saja saat melihat sepasang pria dan wanita saling genjot dengan kelamin terlihat jelas. Penis dan vagina dan payudara bukan merupakan kemaluan yang harus ditutup lagi di tempat ini. Malah akan terlihat aneh kalau ada yang masih berpakaian lengkap di situasi seperti ini.
“Don’t you have any one you’d like to choose from this many opportunities? Join the next competition then…” (Apa todak ada yang ingin kau pilih dari begitu banyak kesempatan ini? Ikut kompetisi berikutnya aja) usul si bartender cantik itu lagi setelah melihatku memperhatikan sekelilingku.
“If I win like him… I can pick whoever I want, true?” (Jika aku menang, aku bisa pilih siapa aja yang kumau, benar?) pastiku.
“That’s the rule… Take the stage and win something… It’s a masturba-thon competition next… You gotta stay the longest to stay erect while masturbating to win it… See if you can win it…” (Itu peraturannya. Kuasai panggung dan menanglah. Berikutnya kompetisi masturba-thon) jelasnya.
“That kind of game?” (Permainan semacam itu?) heranku. Tapi aku bangkit dari tempat dudukku dan menenggak sampai habis bir pilsener itu dan menuju panggung.
Sudah ada beberapa peserta di atas panggung walaupun kebanyakan pengunjung di acara ini masih asyik masyuk dengan pasangannya masing-masing.
Ada sebelas pria peserta yang ikut di lomba onani ini termasuk aku. Nama resminya adalah Masturba-thon. Lomba seperti ini sering dilakukan bahkan ada pemegang rekor dunia-nya segala. Disediakan masing-masing peserta sebuah kursi untuk duduk selama lomba ini beserta lotion pelicin bila diperlukan.
Hunter Floyd dan Anne Bass bergantian memberitahu aturan lomba ini. Peserta harus dalam keadaan duduk saat masturbasi dan boleh menggunakan lotion pelicin untuk membantu. Peserta harus tetap dalam keadaan ereksi selama lomba. Peserta yang tidak bisa mempertahankan ereksinya akan langsung gugur. Jadi tidak mengapa kalau ejakulasi selama masih bisa ereksi. Pemenang adalah peserta terakhir yang masih bisa ereksi.
Kompetisi Masturba-thon dimulai!
Aku duduk di barisan kedua susunan peserta lomba ini. Di kanan-kiri-depan-belakangku, semua peserta langsung mengonani penis mereka. Sebagai rangsangan adalah para penonton di depan kami yang sedang memacu nafsu atau menyaksikan pertandingan ini dengan tubuh telanjang mereka.
Ada banyak taktik untuk lomba jenis ini. Seperti: jangan terlalu cepat melakukan kocokan, jangan terlalu menggenggam erat batang penis, memejamkan mata dan memikirkan hal-hal yang tidak merangsang,
Para penonton tidak setuju dengan ini. Beberapa pengunjung wanita berdiri menungging di depan kami dan menggoyang-goyangkan pantatnya, mengelus-elus kemaluannya, memasukkan jari. Pemandangannya sungguh mengganggu / merangsang!
Beberapa peserta gugur dalam 5 menit pertama. Mereka ejakulasi dan tidak bisa tegang lagi. Terpaksa mereka turun dari atas panggung dan bergabung dengan pengunjung lain. Tinggal 8 peserta sekarang.
“Eight contestants left! We gotta stricten the rule now… No eyes closed allowed… We’ll raise the tension! Bring it on, DJ!” (8 kontestan tersisa! Kami harus memperketat peraturannya. Tidak boleh menutup mata. Kami akan menaikkan tensi! Mainkan, DJ!) seru Anne Bass menambahkan aturan baru di kompetisi ini. Mata tidak boleh terpejam.
Musik dari DJ kembali berdentum-dentum membawa para sexy dancer yang sedang berada di bawah panggung naik ke atas. Penari-penari seksi yang sudah bugil total itu naik kembali ke panggung. Menari-nari di depan kami. Di depan mata!
Dua penari seksi meliuk-liukkan tubuhnya di depanku. Saling menggesekkan payudara mereka, berciuman, menjilat dada dan lain-lain. Keduanya memang tidak menyentuhku sama sekali tetapi mereka merapatkan tubuh tanpa tersentuh…
Nafasku sudah sesak. Penisku membengkak merah ingin masuk ke salah satu lubang yang menari-nari di depanku. Salah satu penari itu bahkan menungging dan mengarahkan vaginanya di atas penisku yang kukocok pelan saja. Lalu berganti rekannya berakting seolah akan menjilat kepala penisku yang sudah berwarna ungu tua sambil meremas-remas dadanya.
Beberapa peserta kembali gugur karena tidak sanggup mempertahankan ereksinya setelah nembak saat digoda para sexy dancer sepertiku tadi. Mereka yang gagal ini menarik para penari itu dan menghajarnya di bawah panggung.
Hanya tinggal 3 peserta yang tersisa dan itu artinya lebih banyak penari yang akan menggoda.
Aku tidak bisa melihat kedua peserta lainnya karena aku sudah dikelilingi sekitar enam sexy dancer yang mengitariku sambil menari-nari genit.
“The competition is getting hotter escalating from now… as only three competitors left on the stage…” (Kompetisi semakin panas naik dari sekarang karena hanya ada 3 peserta tertinggal di atas panggung) seru Hunter Floyd yang berjalan mengitari kami, para peserta.
“Right, mate… It’s not gonna be an easy one… Let’s raise the tension even more!…” (Benar sekali. Ini tidak akan mudah. Naikkan tensinya lagi!) seru Anne Bass yang juga berkeliling panggung.
Para penari mendadak menjauhi kami saat terdengar suara musik. Musik ini musik yang sama waktu 3 Versus 3 tadi. Single berjudul Speed Up!
Hanya kami bertiga yang ada di atas panggung. Kursi bekas dipakai peserta yang gugur sudah disingkirkan dan keenam artis kembar itu sudah ada di depan kami. Berarti para sexy dancer tadi sebagai tirai agar kami tidak melihat kedatangan mereka.
3 Versus 3 kembali memakai rok mini tartan itu tetapi mempertahankan branya. Keenamnya menari-nari lagi di hadapan kami sesuai dengan tempo cepat single Speed Up! minus lirik karena mereka hanya fokus nge-dance.
Wow!
Ternyata tujuan mereka memakai rok tartan itu kembali karena mereka sudah menanggalkan CD penutup kemaluan. Aku sempat melihat benda-benda indah itu saat kain rok mini kembang itu tersingkap kala bergerak dan tertarik tangan tak sengaja waktu bergerak lincah.
Temaram ruang serbaguna ini semakin membuat pemandangan indah ini semakin mempesona. Enam artis terkenal seperti mereka mau mempertontonkan bagian tubuh spesial mereka pada kami bertiga dan pengunjung di bawah panggung. Tetapi tidak terlalu luar biasa karena sebelumnya mereka sudah dikenal sebagai artis porno dahulu.
Dua pesaingku berjuang keras untuk tidak ngecrot melihat pemandangan indah ini. Mereka pelan-pelan mengocok penis masing-masing agar tidak terlalu terangsang. Mata tidak boleh terpejam sama sekali dan pandangan ke depan!
Menambah rangsangan, keenam anggota 3 Versus 3 itu mendekati kami dan menjamah…
Memang bukan menjamah kemaluan kami bertiga. Tapi hanya sekedar mengelus kepala dan wajah saja. Paling jauh hanya menyentuh bahu. Tapi kecantikan dan keimutan mereka sangat luar biasa menggairahkan. Kulit putih khas Asia mereka sangat lembut dan wajah cantik imut mereka membuatmu ingin menerkam dan menggumulinya di tempat.
Masing-masing kami mendapat sepasang gadis kembar itu. Mengelus-elus leher dan pipiku dengan lembut. Membuat penisku semakin berdenyut-denyut minta perhatian lebih. Ia ingin masuk salah satu lubang dari dua gadis ini segera.
“Egghh…eegh…” keluh salah satu pesaingku yang tidak bisa menahan lagi. Ternyata ia disodori dada salah satu gadis kembar yang menggodanya. Tangannya berlepotan spermanya sendiri dan kemaluannya perlahan-lahan mengendur ketegangannya walau sekeras apapun ia berusaha untuk mempertahankan keadaan ereksi-nya.
Merasa kalau cara itu berhasil, teman-temannya yang lain berbuat yang sama. Meniru dengan cara menyodorkan dada mereka pada kami berdua yang masih bertahan. Jadi, dada yang masih terbungkus kain penutup bra itu digesek-gesekkan ke pipiku. Masing-masing di kanan dan kiriku.
Yang paling sial adalah aku. Seorang gadis kembar ini sepertinya cukup nakal. Ia menaikkan sebelah kakinya di samping pinggangku dan menekankan selangkangannya ke dadaku dan menjejalkan sebelah dadanya ke mulutku. Walaupun masih terbungkus bahan kain rok dan bra itu, aku sudah bisa merasakan bentuk di dalamnya. Gundukan gemuk kemaluannya yang tidak ber-CD lagi. Kenyalnya payudara kiri gadis Korea ini.
Tak cukup di situ saja, ia menarik sedikit bra-nya sehingga putingnya menyembul dan dijejalkannya ke mulutku. Tak segan aku mencaplok puting itu dan mengulumnya. Aku masih bisa bertahan dengan pengaturan nafas ditambah pengalamanku selama ini menghadapi puluhan wanita. Padahal jantungku sudah memukul-mukul dengan keras.
Kangkangan kakinya yang merapat padaku tepat di atas kepala penisku yang masih kukocok perlahan. Kalau kutembakkan spermaku di posisi ini, apa bisa mengenai vaginanya yang tersembunyi itu, ya?
“Hhmmpphh… eehhgg…” keluh satu-satunya pesaingku yang tersisa. Spermanya menyemprot kencang dan mengenai kaki salah satu anggota 3 Versus 3 yang kebetulan ada di hadapannya. Ia berusaha terus mengocok penisnya agar tetap tegang dengan bantuan rangsangan dari pemandangan tiga anggota 3 Versus 3 yang menggodanya.
Ternyata ia masih bisa bertahan dan terlihat penisnya masih cukup tegang untuk disebut sebagai ereksi.
“Well… It’s getting tight! Two men compete ferociously to win… Strength and endurance are the key here…” (Baiklah. Semakin ketat! Dua pria bersaing keras untuk menang. Kekuatan dan ketahanan adalah kuncinya disini) seru Hunter mengomentari pertandingan ini. Hanya tinggal aku dan seorang pria dewasa itu saja yang tersisa.
Aku masih bisa bertahan untuk beberapa lama karena secara dasarnya aku akan bisa bertahan lama kalau hanya sekedar onani. Lain halnya kalau penetrasi langsung akan bergantung langsung dari berbagai faktor seperti: teknik, kekencangan liang, efek psikologis, rasa dan tingkat rangsangan atau mood-ku saat itu.
Seorang lagi menjilati telinganku lalu leherku untuk semakin merangsangku. Tujuannya hanya membuatku ejakulasi secepatnya.
Gadis yang melakukan itu kusambar dan kuciumi bibirnya. Kulepas dada gadis Korea nakal itu. Ia gelagapan karena kulakukan tiba-tiba tetapi akhirnya mulai menikmati permainan mulutku. Gadis nakal itu penasaran memilin-milin puting dadaku.
“We got a winner here!” (Sudah ada pemenangnya!) seru Anne Bass tak jauh dariku. Siapa pemenangnya? Aku? Aku belum nembak dan penisku masih tegang…
Ketiga gadis 3 Versus 3 itu menjauh dariku dan digantikan Hunter Floyd yang menarik tangan kiriku. (Mungkin dia tidak mau memegang tangan kananku yang sudah mengocok penisku selama kompetisi tadi)
Saat kulirik ke kursi pesaingku yang terakhir, dia terduduk lunglai dengan tangan berlepotan sperma sambil memegangi penisnya yang terkulai lemas. Rupanya dia mendapat perlakuan yang sama denganku tadi dan tak tahan sampai nembak lagi…
“The winner of this Masturba-thon…!” (Pemenang Masturba-thon!) seru Hunter Floyd menyatakan kemenangan mutlakku. Para penonton bertepuk tangan menyambut kemenangan orang asing ini.
“And… as the rule said… you can pick whoever you want to fuck… Whoever…” (Dan sebagaimana ketetapan peraturan, kau boleh memilih siapapun untuk kau entot. Siapapun) katanya memberitahu hadiah yang dapat kuperoleh.
Sedetik tadi aku mau memilih gadis nakal anggota 3 Versus 3 yang telah menggodaku sedemikian rupa. Aku masih penasaran dengannya. Tapi keenam gadis Korea itu sudah ngibrit lari meninggalkan panggung dan bersembunyi kembali di belakang sana. Aku harus tetap pada tujuan awalku.
“I choose… that lovely nice lady over there…” (Aku memilih wanita cantik di sebelah sana) tunjukku ke depan.
Para penonton mengikuti arah tanganku menunjuk. Begitu juga dengan Hunter dan Anne. “And that will be… the bartender on duty at the bar over there…” (Itu adalah... bartender yang sedang bertugas di bar sebelah sana) simpul Hunter Floyd setelah paham siapa yang kutunjuk sebagai pilihan hadiah kompetisi ini.
“Come over here… the lovely nice bartender… The winner chose you as the prize! No arguing…Come at once!” (Kemarilah wanita bartender cantik. Pemenang memilihmu sebagai hadiah! Tak bisa menolak. Kemarilah segera!) seru Anne Bass menambah untuk memanggil bartender itu untuk segera keluar dari tempatnya bekerja dan datang ke panggung.
Bartender, pemilik salah satu CORE istimewa di kapal pesiar ini, yang tak kutahu namanya itu cukup terkejut aku memilihnya sebagai hadiah lomba barusan. Ia keluar dari bar itu dengan kikuk karena ratusan pasang mata memandanginya. Ia berjalan dengan cepat dengan kepala menunduk untuk segera sampai di panggung. Ia tahu pasti kalau ia tidak bisa menolak panggilan ini karena ia tahu pasti tentang aturannya. Siapa saja harus patuh pada aturan. Bahkan kalau bos besar–Scott Geoffrey yang dipilih, ia harus patuh.
“Okay… Here’s your chosen prize… Have her as you please…” (OK. Ini hadiah pilihanmu. NIkmati dia semaumu) kata Anne Bass begitu bartender cantik itu sudah naik ke panggung. Tangannya diserahkan padaku untuk dipegang sebagai pertanda kalau ia sudah menjadi milikku.
“You can do what you want now to your prize… We’ll carry on to the next festivities…” (Kau bisa melakukan apa yang kau mau sekarang pada hadiahmu. Kita akan melanjutkan pada acara berikutnya) kata Hunter Floyd menepuk bahuku dan secara tak langsung mengusirku dari atas panggung.
Bartender itu memandangiku berkali-kali masih tak percaya kalau aku memilihnya. Kuarahkan dia menuruni panggung ini lewat tangga yang ada di kanan.
“You want to know… why I chose you in the first place, didn’t you?” (Kau mau tau kenapa aku memilihmu, kan?) kataku masih menggenggam tangannya. Ia mengangguk saja ingin tahu alasanku.
“But first… I want to know the name of this lovely nice lady that I’ve won…” (Tapi terlebih dahulu aku ingin tau nama wanita cantik yang telah kumenangkan ini) kataku.
“Belle… Annabelle Silver…” jawabnya.
“My name is Satria… I am from Indonesia… Got an invitation from Mr. Pablo…” (Namaku Satria. Aku dari Indonesia. Dapat undangan dari Mr. Pablo) kenalku mengganti genggamanku di tangannya dengan jabatan tangan.
“I’m from Adelaide… I’ve worked on this cruise ship for almost a year now… I’m earning money for my culinary degree...” (Aku dari Adelaide. Aku sudah bekerja di kapal pesiar ini selama hampir setahun) katanya mulai tenang. Sedang menabung untuk kuliah bidang kuliner. Pilihan yang bagus.
“Hey, Satria boy! Get over here!” (Hei, Satria! Kemarilah!) seru seseorang dari susunan sofa di sana. Orang itu Pablo. Ia melambaikan tangannya agar aku ke sana. Memanggilku. Aku mengacungkan tangan memberi kode: Aku akan kesana segera.
“From this many number of people trashing around here and there… you’re the only single soul that talk to me… The other just want my cock… You’re different…” (Dari segitu banyak orang disini yang jedal-jedul gak karuan, hanya kau yang mau ngobrol denganku. Yang lain cuma mau kontolku. Kau berbeda) jelasku masih menggenggam tangannya kembali.
“I’m… I’m no different… I also imagine to have your cock…” (Aku... aku tidak berbeda. Aku juga mengkhayalkan untuk menikmati kontolmu) katanya berusaha jujur.
“But you can’t… because you’re working right now, right?” (Tapi gak bisa karena kau sedang bekerja sekarang, kan?) tebakku. Aku memandangi matanya yang kehijauan.
“Yeah… That’s true… Those who’re working right now just mingle themselves in the party but impossible to mix because we got some responsibility…” (Ya, benar. Yang bekerja saat ini hanya bisa berada di sini tanpa bisa bergabung karena kami masih punya tanggung jawab) jelasnya tentang kondisinya.
“That’s why I chose you, Annabelle… To jack you out of that bar for a moment and enjoy this party a bit… Come…” (Karena itu aku memilihmu, Annabelle. Membajakmu dari bar itu sebentar dan menikmati pesta ini sedikit. Ayo) kataku. Kutarik ia menuju susunan sofa di mana Pablo dan teman-temannya berada. Ada dua buah sofa kulit besar berwarna hitam di sini. Disusun berhadapan dengan sebuah meja penuh minuman di tengah.
“Enjoy the party here, Satria…” (Nikmati pestanya disini, Satria) katanya begitu aku sampai di sana. Beberapa gadis muda mengerumuni Pablo, duduk di kanan kirinya. Dua orang gadis sedang bersimpuh di depannya–sedang meng-oral penis Italia-nya. Sementara beberapa lainnya bermain di sekelilingnya.
Total ada tujuh gadis remaja barely legal yang sedang mengerumuni Pablo. Semuanya dalam keadaan bugil total dan tentu saja mabuk. Mereka pasti gadis-gadis yang selesai di-casting Pablo, seperti yang diceritakan Esteban tadi sore. Semuanya berusaha menarik hati Pablo agar mendapat kontrak atau setidaknya sedikit peran sebagai bintang pemula.
Aku duduk di sofa di seberang Pablo yang sedang memangku seorang gadis. Penisnya tentu saja sudah masuk ke dalam kemaluan gadis itu, terlihat dari ringisannya yang karena masih sempit menampung penis besar pemain lama seperti Pablo. Tangannya juga tidak bebas karena sedang bermain-main di selangkangan gadis lainnya.
“Have some of this…” (Pake mereka ini) tawarnya pada beberapa garis heroin yang digelarnya di atas meja. Mungkin beberapa gadis muda ini sudah teler karena menghisap narkotika itu. Aku memberinya kode untuk nanti saja.
“What shall we do?” (Apa yang harus kita lakukan?) tanya Annabelle masih kikuk.
“If you feel like it… we can just talk like this…” (Jika kau mau kita bisa ngobrol saja) kataku.
“You don’t like… me?” (Kau tidak suka—aku?) katanya ragu.
“Well… Frankly… I really want to make love with you… I’m dying to do that… But I don’t like push somebody against his or her will… But really… I want to make love with you…” (Terus terang aku sangat ingin bercinta denganmu. Pengen banget. Tapi aku tidak suka memaksanya secara paksa. Tapi sungguh aku pengen bercinta denganmu) jawabku jujur. Sepertinya ia ragu-ragu atau takut. Aku bisa melihat itu di matanya walaupun aku tidak membaca pikirannya dengan SHADOW MIND.
“Can we just talk like this?” (Bisa kita ngobrol seperti ini aja?) tanya Annabelle.
“Sure… Let’s just talk…” (Tentu. Ngobrol aja) jawabku cepat. Ini untuk membuatnya merasa tidak enak karena aku sudah memilihnya diantara banyaknya pilihan yang bisa kuambil dan tidak bisa menidurinya seperti seharusnya. Kami hanya berbicara saja seperti dua orang sahabat yang baru bertemu setelah sekian lama berpisah. Ia menceritakan tentang dirinya, keluarganya, teman-temannya dan pekerjaannya.
Sementara di depan kami, Pablo terus menggilir ke tujuh gadis muda itu tanpa henti. Selesai dengan satu gadis, ia akan menenggak minuman dan obat kuatnya plus segaris heroin. Mendapat doping baru, ia akan bisa menggasak gadis berikutnya. Mereka semua menjerit-jerit antara kesakitan dan keenakan disetubuhi sutradara dan produser top Fireday Productions ini.
Annabelle memberitahuku kalau St. Luccia tempatnya bekerja rutin digunakan sebagai tempat pesta semacam ini minimal sebulan sekali. Lebih seringnya dilakukan di lautan bebas internasional dimana hukum negara tertentu tidak bisa mengikat kebebasan yang mereka lakukan. Berbagai macam tema diusung saat melakukan pesta yang ujung-ujungnya akan berakhir dengan pesta seks massal semacam ini. Seperti malam ini membawakan tema Electric Glow.
Pesta semacam ini bisa dilakukan di sekitar Australia, Eropa, Asia, Amerika ataupun Afrika. Tergantung dimana St. Luccia sedang berada saat itu. Para tamu biasanya berdatangan dari mana-mana. Terlebih lagi dari negara terdekat dengan keberadaan kapal pesiar itu.
Mengenai Pablo, ia sudah terkenal sebagai orang yang ketagihan akan seks. Makanya ia senang sekali berkecimpung di dunia ini. Padahal umurnya tidak muda lagi. Sekitar 45-48 tahunan begitu. Ia bisa meng-casting bakat-bakat baru sekaligus mencoba mereka sendiri. Ini tidak bisa dipungkiri karena dia sendiri yang akan memutuskan bakat baru tersebut layak jual atau tidak. Makanya gadis-gadis muda ini berusaha semanis dan sebaik mungkin melayani nafsu menggebu-gebu orang top Fireday Prooductions ini.
Pablo tidak sendirian yang menggila. Beberapa orang lainnya juga sama gilanya. Mereka menggilir beberapa bintang porno yang top seperti Velinda, Cherry, Cecilia, Sophie Allen Bar dan lain-lain. Mereka rela antri untuk dapat mencicipi tubuh indah bintang-bintang ternama Fireday Productions ini.
Para sexy dancer itu juga tidak kalah mendapat giliran. Tubuh-tubuh telanjang ada di mana-mana. Bau sperma membumbung di udara bercampur dengan aroma alkohol dan aroma lainnya.
Kalau dihitung kasar, para pengunjung pesta malam ini di St. Luccia, perbandingan pria dan wanita adalah 3:6. Jadi lebih banyak wanita dua kali lipat dari jumlah prianya. Ini seperti surga bagi penikmat syahwat dimana ada lebih banyak wanita untuk dinikmati dari pada yang sanggup diatasi secara normal.
“Hey, Satria boy! Why don’t shack your prize? Take one of these girls and fuck ‘em like crazy…” (Hei, Satria! Kenapa gak kau entoti hadiahmu? Ambil satu cewe ini dan entoti mereka sepuasmu) kata Pablo menawariku salah satu dari tujuh gadis muda itu.
“I’m not finish with her yet… Later, ‘kay?” (Aku belum selesai dengannya. Nanti aja, ya?) tolakku agar ia tidak tersinggung.
“Should I leave now? My bar’ve been empty ever since… My other co-worker have their own responsibilities to cover up my place…” (Boleh aku permisi sekarang? Bar-ku kosong sejak tadi. Teman kerjaku juga punya tanggung jawab lain untuk menggantikanku) kata Annabelle.
“Okay… I walk you to the bar…” (OK. Aku antar kau ke bar) kataku beranjak bangkit bersamanya untuk mengantarnya kembali ke bar.
“Hey, Satria boy… Compete again in the next competition, will you? It’s fun seeing you won that Masturba-thon…” (Hei, Satria. Tanding lagi di kompetisi berikutnya ya? Asik liat kau menang di Masturba-thon tadi) kata Pablo sambil menusuk gadis muda berikutnya dari belakang. Muka dan matanya sudah merah.
Aku menggangguk saja dan terus berjalan mengantar Annabelle, Kami melewati lautan manusia seperti tumpukan daging mentah di mana-mana. Mereka tidak memperdulikan apa-apa. Hanya ada nafsu dan kesenangan.
“Are you really gonna in the next competition again?” (Apa kau benar-benar ikut kompetisi berikutnya lagi?) begitu Annabelle masuk ke bar tempatnya bekerja lagi. Ia langsung sibuk tetapi masih menyempatkan diri ngobrol denganku.
“I’ve promised Pablo… What now?” (Aku sudah janji sama Pablo. Kompetisi apa sekarang?) kataku.
“It will be the Shoot Out Competition… You gotta shoot a target by your cum… Here it goes…” (Kompetisi Menembak. Kau harus menembak target dengan spermamu. Itu dia) kata Annabelle.
“See you, Annabelle…” (Sampai jumpa lagi, Annabelle) kataku bergegas karena mereka mulai mengumpulkan peserta yang hendak ikut lomba kali ini.
“Wait…” (Tunggu) seru Annabelle mencegahku pergi. Ia menaiki meja bar dan menyongsongkan wajahnya padaku. Ia mencium pipiku.
“Thanks for the talk…” (Makasih atas obrolannya) katanya manis sekali. Rambut pirangnya seperti menyala oleh sinar lampu.
“Yeah… Sure… See you around…” (Ya. Tentu. Nanti ketemu lagi, ya?) kataku lalu benar-benar pergi. Aku melangkahi beberapa tubuh yang memacu nafsu di lantai ruang serba guna ini.

Mereka hanya menerima dua belas peserta di kompetisi Shoot Out ini. Aku peserta terakhir yang diterima. Untung saja. Pablo mengacungkan dua jempolnya di sana sambil menggasak gadis-gadisnya.
Dari atas panggung kami melihat bagaimana boss besar Fireday Productions itu, Scott Geoffrey berlari-lari kecil kembali menuju panggung masih membawa sebotol champagne. Belalai gajahnya mengayun-ayun lucu dengan perut buncitnya. Beliau meminta mic lagi pada Hunter.
“Good Fireday, everybody?” (Fireday yang baik, semuanya?) sapa khasnya kembali.
Pengunjung yang bersiap menyaksikan kompetisi Shoot Out ini langsung menjawabnya. “Good Fireday, mister Geoffrey…” (Fireday yang baik, mister Geoffrey)
“I’d like to make an announcement… Due the high profit we cashed this year… I’d like to hold a grateful party to our talented and gifted director and… super producer… Paulo Pablo!” (Aku ingin menyampaikan pengumuman. Karena tercapai keuntungan tinggi yang kita dapatkan tahun ini, saya ingin mengadakan pesta terimakasih pada sutradara dan produser super dan berbakat kita, Paulo Pablo) serunya.
Para pengunjung yang kenal betul dengan Paulo Pablo segera bertepuk tangan. Pria Italia itu berdiri setelah melepas penisnya dari satu gadis muda itu dan melambaikan tangan.
“It will be on December twentieth that also happen to be his birthday… So wait for the card on your mailbox… Carry on…” (Diadakan 20 Desember yang kebetulan hari ulang tahunnya. jadi tunggu kartu undangannya di kotak suratmu. Lanjut...) kata Scott Geoffrey lalu menyerahkan mic kembali pada Hunter untuk melanjutkan acara kembali yang telah diselanya barusan.
Ia kembali berlari-lari kecil kembali ke susunan sofanya. Bersama beberapa gadis muda yang berbugil ria juga di sana.
“Well… I’m looking forward for that party… Send a card to me too, boss…” (Well, aku juga menunggu pesta itu. Kirimkan kartunya padaku juga, bos) kata Hunter Floyd mengacungkan tangannya pada boss besar Fireday Productions itu.
--------​
“Okay… Le’s carry on this competition as mister Geoffrey has said before…The rule of this competition is simple… We will point a target spot… and the competitors should shoot out the target by his own cum… Only his own cum… We don’t care how you can manage to cum… or which method you’ll use… The target spot is 5 meter away from the shooter…” (OK. Mari lanjutkan kompetisi seperti yang dikatakan mister Geoffrey sebelumnya. Peraturannya mudah. Kami akan menunjuk titik target dan kompetitor harus menembak target dengan spermanya sendiri. Hanya dengan spermanya sendiri. Kami tidak masalah bagaimana caramu ngecrot atau apapun. Titik target berjarak 5 meter dari penembak) jelas Hunter Floyd.
“And… You people should be wondered… what will be the target for this Shoot Out Competition…? Welcome again… 3 Versus 3!” (Dan kalian orang pasti bertanya-tanya apa yang akan menjadi target Kompetisi Menembak ini? Sambut lagi 3 Versus 3!) seru Anne Bass.
Para peserta termasuk aku bertepuk tangan mendengar kalau tembakan kami di kompetisi adalah enam gadis Korea itu lagi. Mereka masih memakai kostum terakhir mereka tadi. Bra dan rok tartan itu. Para penonton yang sadar juga ikut bersorak.
Keenam gadis itu berlari-lari kecil sambil melambaikan tangan keluar dari balik tirai panggung. Tetapi mereka terus berlari dan menuruni tangga. Turun dari panggung. Beberapa orang menyiapkan enam buah kursi di bawah panggung. Tepat di hadapan kami.
“Our 3 Versus 3 girls will be sitting wide open like this on the chair…” (Cewe 3 Versus 3 akan duduk melebarkan kakinya seperti ini di kursi ini) kata Anne Bass memperagakan. Ia duduk di kursi paling tengah dan mengangkangkan kakinya. Ia agak kerepotan dengan mic yang dipegangnya karena ia akan melakukan sesuatu dengan CD-nya. Hunter Floyd membantu memegangi mic itu.
“They will spread the pussy lips and show that lovely hole… to be the target…” (Mereka akan melebarkan bibir kemaluannya dan menunjukkan lubang indah—itu menjadi targetnya) kata Anne Bass melebarkan bibir vaginanya setelah ia menyisihkan kain penutup alat vitalnya dan menunjukkan lubang kemaluan yang tersembunyi di balik labia minora-nya yang tebal.
“Right! The competitors will try to shoot his cum… right into this fuck hole!” (Benar! Kompetitor akan mencoba menembakkan spermanya tepat ke dalam lubang senggama ini!) seru Hunter Floyd menunjuk ke lubang vagina Anne Bass. Bahkan jarinya bercokol di sana, di dalam liang Anne Bass yang lembab. Wanita itu sampai mendesah.
Hunter Floyd menjilat ujung jarinya, “The winner is the one who can shoot his cum to the hole… Hole of one of the 3 Versus 3 member…” (Pemenangnya adalah yang dapat menembakkan spermanya ke lubang. Lubang salah satu anggota 3 Versus 3) lanjutnya menunjuk pada keenam personil 3 Versus 3 yang tertawa geli mendengar penjelasan dan aturan kompetisi kali ini. Anne Bass memukul gemas bahu Hunter Floyd karena sudah mencolek lubangnya dan tidak bertanggung jawab.
“Start the competition… Now!” (Mulai kompetisinya sekarang!) seru Anne Bass yang sudah merapikan CD-nya. Keenam personil 3 Versus 3 itu sudah duduk di kursinya masing-masing dan mengangkangkan kakinya seperti yang tadi diperagakan Anne Bass barusan. Rok tartan itu sekedar di gulung ke atas.
Kami yang ada di atas panggung bisa dengan jelas melihat isi onderdil rahasia keenam artis terkenal Korea ini. Bentuknya imut dan mungil. Berwarna pink pucat kontras dengan kulit putih bersih mereka yang terawat rapi. Rambut pubic juga tumbuh jarang-jarang. Klitorisnya kecil tetapi berwarna kemerahan dan diteruskan dengan bibir labia minora yang tipis hingga liang kecil yang berada di atas lubang anus itu dapat terlihat jelas sekali. Tetapi masih sangat rapat dan sempit sepertinya.
Kontan saja, kami semua mulai mengocok penis untuk segera menembak target sasaran kompetisi ini dengan bahan perangsang pemandangan indah di depan. Walau tidak bisa langsung membenamkan kemaluan ke dalam liang itu, setidaknya bisa memuntahkan lahar panas ini ke lubang yang sengaja diberikan secara gratis ini. Walaupun dari jarak yang lumayan jauh!
5 meter…
Kubiarkan mereka mencobanya dahulu. Beberapa peserta berdiri di bibir panggung dan mengocok penisnya dengan cepat untuk segera menembakkan spermanya di sasaran ini. Kami boleh memilih yang mana saja dari keenam gadis Korea itu.
Aku berjalan mondar-mandir di belakang pria-pria yang mengocoki penis mereka dengan cepat. Personil 3 Versus 3 juga menggoda dengan lidah dan wajah mereka yang imut. Aku mengocok penisku perlahan-lahan saja.
Gadis nakal itu… Aku akan membidiknya… Dia duduk nomor dua paling kanan. Ia mempermainkan klitoris-nya sendiri untuk semakin menggoda kami.
Aku berdiri di depannya. Di samping seorang pria yang sepertinya akan segera menyemprotkan spermanya. Ia sudah mengejang.
Croott… crooot!
Cairan kental itu meluncur kencang tetapi jatuh hanya sekitar satu meter di depan panggung. Ia mengumpat dengan lemas tetapi sepertinya dia masih penasaran.
Gadis nakal itu menatapku dan kembali melakukannya lagi. Dimasukkannya satu jarinya ke dalam liang itu lalu dijilatnya untuk menggodaku lebih jauh. Ia memang nakal sekali. Tidak seperti kembarannya yang biasa-biasa saja.
Beberapa pria peserta lainnya saling memperhatikan perkembangan saingannya yang ada di kiri kanan. Melihat apakah ada yang akan segera nembak.
Crrot… crrrooot!
Hampir bersamaan. Tiga pria menembakkan lahar panas mereka terarah ke target mereka. Lagi-lagi yang terjauh hanya satu meter. Bahkan ada yang hanya menetes di depan kaki dan meleleh di pinggiran panggung.
“Wow! That was close! Don’t give up! Keep shooting! There’s no time limit… But I gotta tell you… It’s a sudden death game… Once one of you hit the target… it’s over! Take your time… Oo… That was close again…” (Wow! Itu sudah dekat! Jangan menyerah! Tetaplah ngecrot! Tak ada batas waktu. Tapi harus kuingatkan bahwa ini permainan sudden death. Sekali ada yang mengenai target—berakhir! Manfaatkan waktu sebaik-baiknya) seru Hunter Floyd mengomentari seorang peserta yang baru mencoba menembakkan spermanya tetapi masih gagal karena hanya setengah meter saja jaraknya.
Lomba seperti ini sepertinya sangat mustahil untuk dimenangkan. Lihat saja… Dari beberapa lomba yang diselenggarakan, kenapa lomba menembak ini ditempatkan di urutan ini. Pasti semua peserta ini setidaknya sudah sekali atau dua kali ejakulasi selama pesta. Tekanan semburan sperma pertama mungkin yang terkuat dan mungkin bisa jauh jaraknya. Tetapi kelelahan dan akumulasi jumlah ejakulasi yang sudah dialami peserta akan melemahkan kekuatan semprotan ini.
Hanya tinggal beberapa orang yang belum menembakkan spermanya. Walau begitu, yang sudah mencoba tidak mau menyerah dan terus berusaha nembak lagi dengan terus onani.
Kalau begitu harus memakai cara…
Kufokuskan pandanganku pada lubang vagina gadis nakal personil 3 Versus 3 itu. Pandanganku terpusat di sana dengan ACCURACY milik SAGITTARIUS. Dengan kemampuan khusus ini, tembakanku tidak akan meleset.
Hng?
Pikiran siapa ini?
Menang… Bawa aku jauh dari sini…
Pikiran berbahasa Indonesia ini memasuki pikiranku walau tanpa menggunakan SHADOW MIND. Hanya ada segelintir orang yang berbahasa Indonesia di kapal pesiar ini yang kutahu. Cherry? Sedang menungging karena digenjot dari belakang oleh seorang pria kulit putih sementara didepan mengulum penis pria lainnya. Cecillia? Juga tidak ada bedanya. Ia sedang menggunakan dadanya untuk menjepit penis seorang lelaki paruh baya yang menggoyankan pinggulnya maju mundur dan dibelakangnya penis lain menggasak kemaluannya. Velinda…
Ia menatapku…
Ia menatapku selagi kemaluannya juga sedang dijejali penis besar seorang lelaki kulit hitam yang dengan ganas menggasaknya.
Ini pikiran milik Velinda…
Aku mengerti…

ACCURACY!
Croott!
Kusemburkan spermaku dengan kencang dibantu dengan lonjakan tubuhku yang mendorong agar semburannya bisa jauh dan mencapai target sasaranku. Gadis nakal itu!
“Bull’s eye!” (Tepat sasaran!) seru Hunter Floyd melihat jelas semua proses tadi. “We got the same winner again!” (Kita dapat pemenang yang sama lagi!) serunya sambil melonjak-lonjak. Padahal penisnya sedang diemut Anne Bass. Keduanya lalu mendekati sasaran tembakku.
Gadis nakal itu bukan main kaget dan terkejut merasakan cairan hangat itu mengenai bahkan masuk ke dalam liang senggamanya yang sengaja dilebarkannya. Sejumlah besar cairan kental spermaku itu masuk dan sisanya menggenang di permukaan lubang sempit itu.
Anne Bass menahan pahanya agar tidak menutup dan mereka bisa menyaksikan kalau benar tembakan peserta kompetisi kali ini benar-benar mengenai sasaran.
Hunter mencolek sedikit sperma itu dari permukaan lubang senggama gadis nakal itu dan mengendusinya. Untuk memastikan kalau itu benar sperma bukan kencing seseorang.
“It settle… That boy is the winner!” (Sudah diputuskan. Dia pemenangnya!) seru Hunter Floyd menunjukku.
Para kontestan lain bertepuk tangan dengan lemas karena mereka kalah telak dariku. Beberapa penonton juga ikut bertepuk tangan. Hunter Floyd dan Anne Bass naik ke panggung kembali untuk menyambutku.
“That was super awesome, boy… Knight… That’s your name… You’ve won two competitions in a row… and that Shoot Out competition is a new record… No one ever win this before!” (Itu luar biasa sekali, Knight. Itu namamu. Kau telah memenangkan dua kompetisi berturt-turut dan kompetisi menembak tadai membukukan rekor baru. Belum pernah ada yang memenangi ini sebelumnya!) katanya menepuk bahuku. Hunter Floyd di kanan dan Anne Bass di kiri. Wanita itu meraba-raba gundukan selangkanganku yang sudah kumasukkan.
Keenam personil 3 Versus 3 itu naik ke atas panggung untuk kembali masuk ke balik tirai. Gadis nakal itu dipapah teman-temannya. Ia terlihat sedikit syok dan menangis.
Ia berhenti di sampingku sebentar, “You’ve impregnated me…” (Kau telah menghamiliku) katanya perlahan tapi cukup jelas kudengar. Lalu teman-temannya membawanya menghilang di balik tirai.
 
Ijin :baca: suhu
Side questnya :kentang: banget ya, berharap ada SS nya :ngiler:
Side Questnya mantap suhu :jempol:
walaupun nda ada SSnya tapi okelah

ditunggu update selanjutnya suhu :ampun:

semangat side quest mmg begitu. tidak fokus di ss walau kadang ada. ini utk menunjukkan bhw kehidupan Satria ttp berjalan walaupun seberapa berat perjuangannya, diluar semua misinya.
 
2 scenes (side quest n quest) memang mnunjukkan smngat n gairah yg mnarik dibanding scene Carrie hehehe, itu yg saya rasakan..

Oiya suhu..jika memang ada crita soal the twins papa dan omnya Satria, dicoba posting ke forum Cerita suhu..pasti menarik.tak masalah tnpa SS...hehe..smoga bs terealisasi..

belum ada rencana n waktu juga. ini aja belum selesai n masih berusaha keras menyelesaikannya. thanx.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd