Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG RAHASIA KELUARGA SEASION 3

Bimabet
RAHASIA KELUARGA SEASION 3





ANOTHER LEVEL PART 3





POV PARJO





Perjalanan ku berjalan, menuju Sekolah dari Dago simpang menuju kembali sekolah sebenarnya Hanya memakan waktu Beberapa menit. Tapi Entah mengapa saat aku tiba diSekolah, seragam dan keringat ku deras berCucuran. Mungkin aku rasa sepanjang perjalanan aku menahan rasa marah dan kesal kepada Deril dan Ibu Kandung ku Susi Sawitri.

Ketika aku menghadap Pak Wandi didepan Tim Basket, Tim Sepak Bola dan Futsal diSekolah diSalah satu Kelas diSekolah. Sorot mata Guru, serta beberapa Tim terlihat Kagum dengan perjuangan ku.

Padahal, jauh lebih dari itu ada hal yang Menyakitkan yang tadi ku lihat dan Sekarang kini tengah Berjalan.


"Nah!!! Gitu dong baru keren.....!!!" Seringai Pak Wandi, saat ku serahkan sample Seragam Tim Basket dan menjelaskan kesepakatan bersama Tante Veronica dan perwakilan dari Kantor Tante Sovia.

"Wooow.....!!! Good Job Jo.....!!!" Puji Tim Basket ku, namun. Tim Futsal dan Sepak Bola bingung Karna Deril saat itu tak kunjung datang keSekolah.

"Jadi tadi kamu berpisah sama Deril diKantor Ibu Sovia??" Tanya Pak Wandi guru BP yang ditemani Pak Ruslan.

"Ia pak....." Ucap ku singkat.

"Terus dia ga bilang apa apa sama ninggalin kamu gitu aja disana??" Tanya Pak Wandi lagi.

"Bilangnya ada urusan mendadak, kalau saya dari awal emang niat langsung kembali keSekolah...." Ujar ku, menerangkan singkat dihadapan tim OlahRaga, Guru, dan OSIS.


Seketika aku melihat Jelas raut wajah kesal Kapten Tim Sepak Bola dan Futsal Karna menantikan Sampel Stelan Seragam tim Bola dan Sepatu bola yang seingat ku, tak Deril bawa saat dari kantor dan saat meninggalkan ku.


"Maka dari Itu Jo, kalau diTelfon itu ngomong yang jelas jadi Darah tinggi saya ga kumat.... Saya juga sebenernya kesel tadi Deril ga Jawab Telfon saya...." Ujar Pak Wandi,

"Giliran Maya yang telfon aja, cepet jawab telfonnya....." tambah pak Wandi, sambil menunjuk Sekertaris OSIS Tercantik diSekolah ini.

"Kalau temen temen ada yang mau tanyain silahkan, terutama Tim Basket..." Ucap ku dengan lantang kepada mereka yang berkumpul diSalah satu kelas, sebelum menjelang sore mulai kembali berlatih.

"Kalau saya rasa cukup, terimakasih.... Besok siang Seragam Tim Kita tiba, sialahkan cek sesuai Size masing masing." Tambah pak Ruslan.

"Untuk Tim Futsal dan Tim Sepak Bola, yang masih penasaran sama Sampel.... Silahkan temui Deril, Karna sekarang aja Parjo ditinggal dan Deril entah kemana....." Ujar Pak Wandi, sambil menatap ku Simpati Karna basah berkeringat hingga punggung seragam yang ku kenakan.

"Kalau ga ada tambahan, Rapat Osis dan persiapan Tournament saya bubarkan. Kita berkumpul lagi besok siang sebelum jadwal latihan ya....." Ujar Pak Wandi menutup Rapat Siswa.


Setelah aku rasa tugas ku selsai, segera ku temui salah satu rekan yang kira kira bisa membantu mencari keberadaan Deril saat ini berada. Atau bila perlu, ku sambangi tempat kemarin, khawatir tadi ia tak mengantar Ibu ku pulang.


"Dik, elu jalan sama siapa keRumah Deril....??" Tanya ku kepada kapten Tim sepak bola, yang siap siap menuju rumahnya.

"Barengan 2 motor sama Sukmo sama Tirta sih Jo... Emang kenapa Jo....??" Tanya Diki teman seangkatan tapi beda kelas.

"Gua lupa, mau minta kontak assiten Bu Sovia ma dia.... Ama ada barang gua tadj yang dia bawa" ucap ku sekenanya, padahal akubtau persis Tas Deril masih ada diSekolah.

"Kalau boleh gue ikut kerumahnya Deril bareng kalian yah....." Pinta Ku pada Diki, padahal aku was was mereka yang penasaran dan menuju rumah Deril melihat keberadaan Ibu ku Susi.


Sepertinya Fatal andai mereka melihat Ibu, atau malah akan menjadi Gossip andai siswa lain juga Tau Alasan Deril tak kunjung datang keSekolah. Yang tentu entah saat ini, apa yang mereka lakukan sekitar 40 menit terakhir, semenjak berboncengan bersama sama.


"Boleh boleh.... Tu orang emang nyebelin, bikin kesel aja Jo.... Bisa elu sabar berteman dengan dia....." Ucap Diki, yang menyesal mempercayakan kepada Deril.

"Ya gue mah sabarin aja dulu Ki, sayang kita sekolah ditempat bagus gini dikeluarin cuma Karna mukul dia....." Ujar ku, yang mulai tau dan paham sikap Deril ini Licik dan pandai memanfaatkan kelemahan dari sebuah Peraturan.

"Ia juga ya, yuk naik Jo, kita cabut....." Ajak Diki kepada ku dan kedua rekannya yang turut serta bersama ku dan Diki dengan Motor berbeda.


Dalam perjalanan menuju rumah Deril, Jantung dan Adrenalin ku terpacu, tentu membuat pompa darah juga berdetak Cepat berandai andai Ibu ku Susi masih bersama Dia. Setibanya diRumah Deril, aku Harus segera turun dan lebih dahulu masuk dengan sebuah rencana.

Hal ini harus aku lakukan demi mencari tau kebenaran.....

Setelah sekitar 5 menit perjalanan Motor, dengan kedua teman ku yang mengendarai motor berbeda sedikit kebut kebutan. Saat itu kami tiba diLingkungan Perumahan Asri, yang berbeda dengan tempat aku Merampok dan memberi Deril 'pelajaran' beberapa bulan lalu.


"Yakin ini rumahnya??" Tanya ku kepada Diki, sambil menahan Amarah.

"Ia, ini rumah dia....." Ucap Diki, didepan gerbang tinggi yang terlihat Sepi.


Memiliki jenis Gerbang Pagar yang sama dengan rumah ku dulu, ku gunakan pengalaman ku membuka Slot Gerbang yang sesuai dugaan ku tak DiKunci saat Siang Hari. KeTiga teman ku bertatapan melihat Aksi ku yang Buru buru Bak Deep Collector penagih Hutang.

Sesampainya diPintu Utama Rumah tak banyak Basa Basi Ku Gedor Pintu Rumah, tanpa sadar disana Ada Pintu Bell yang bisa digunakan.


"Dor... Dor... Dor....!!" Ku ketuk cukup kuat, yang aku Diki dan kedua temannya cukup kaget melihat aksi ku.

"Permisi....!!! Deril.....!!!" Sambil ku tatap arah Garasi, tak ada tanda tanda motor Deril disana.

"Dor.... Dor... Dor...." Ku ketuk lagi cukup keras, setelah sekitar beberapa Detik tak Ada jawaban dari dalam.

"Riilll..... Derillll!!!!!" Setengah berteriak kali ini aku memanggil namanya.

"Sebentaaaar....." Suara merdu seorang wanita dari dalam yang membuat ku, menatap Diki bertanya tanya.

"Bener ini rumah ya bro??" Tanya ku kepada mereka bertiga.

"Ia, tapi selow boss..... Jangan emosi...." Ujar Sukmo yang terlihat resah kepada ku.

"Tau nih, dah kayak Deep Collector aja lu namu....." Tambah Tirto,


Diki tak berkomentar, tapi Tirta dan Sukmo tersenyum melihat gaya ku tadi. Jelas dari raut wajah ku, Diki paham bahwa meski aku terlihat tenang. Tapi ketika tiba dirumah Deril, pasti berpikir aku akan bersikap tegas kepada Deril.


"Lama amat....." Sambil kembali ku ambil Ancang ancang menggedor pintu, Tapi....

"Eh Jo, Bell aja tuh.... Lu gedor begitu gue takut pintunya Rusak...." Ujar Diki, sambil segera menekan Bell pintu rumah.

"Iaaa, sebentar....." Ucap Suara merdu, setika keTiga raut wajah teman ku seperti menahan senyum mendengar suara tersebut.

"Clek..... Clek...." Terdengar kunci pintu terbuka dari dalam beberapa kali.


Lalu saat terbuka pintu ruang tamu, Jujur saja aku langsung terpana dengan Sosok Wanita Bening, Cantik, Glowing Alami berdiri dihadapan ku.



"Temennya Deril ya...?? Maaf lama nunggu, saya lagi masak diBelakang tadi......." Ucap wanita, yang kecantikan wajahnya 95% mirip Mommystarl*

"Heii.... Kenapa pada bengong....." Ajak dia dengan suara lembut

"Ayok masuk, duduk dulu diruang tamu.... Sambil nunggu Deril pulang....." Ujar Wanita Cantik, yang secara wajah mirip Mommy Starl* tapi memiliki body lebih berisi proposional.

"Jadi Deril belum pulang ya kak??" Tanya ku, yang benar dugaan ku Karna tak melihat Motornya diGarasi.

"Ia, eh... Ada Diki, Sukmo sama Tirta juga ya... Ayok masuk, nunggu didalem aja..... " Ajaknya, sambil tersenyum sangat Manis sekali.

"Ah, maaf mbak kalau saya tadi kurang sopan....." Ucap ku dengan gestur sedikit membungkuk dihadapannya.

"Saya buru buru, ada keperluan penting sama Deril....."

"Kalau boleh tau, selain keRumah ini... Deril biasanya pulang kemana ya mbak....." Tanya ku kepadanya, dengan nada Sopan tapi tegas.


Kali ini aku benar benar tak ingin membiarkan sedikit lebih lama lagi Ibu ku bersama Penjahat Kelamin seperti Deril, terlebih melihat gelagat Kakak cantik yang belum tau namanya, ia sepertinya tak tau kalau Deril kini tengah kami cari keberadaannya.


"Aduh, kalau tentang itu teteh kurang tau dek....." Ucapnya, sambil tersenyum kearah kami berempat.


Sungguh senyuman Indah yang beberapa detik membuat dunia terasa Indah.


"Udah diCoba telfon Deril, takutnya dia pulang keRumah yang diBalubur...." Ujarnya, yang membuat aku Ingat tentang rumah itu.

"Oh... Ia ia.... Saya tau....." Ucap ku, yang ingin segera menyusul kesana.

"Oh, adek tau, temennya Deril juga.....??" Tanya ia lembut sambil memperhatikan wajah ku.

"Ia kak, temen Karna tadi kebetulan nemuin Sponsor kak...." Ujar ku kepada kakak Cantik berHijab, yang cantiknya mirip Inar* dengan body proposional lebih berisi.

"Kita sekarang cari Deril, Karna mau liat Sample seragam Tim, Parjo juga teman kita ada ketinggalan barang diatas dia kak....." Tambah Diki, yang berbalik lebih tenang kini ketimbang aku yang terlihat Gusar dan menahan Marah.



"Oo gitu, bentar deh Jo.... Teteh bantu telfon dia....."

"Kebiasaan deh dia, selalu seEnaknya gitu....." Ucap Wanita Cantik, mirip Mommy Starl* tapi aku pikir mustahil kalau dia Kakak Deril.

"Makasih kak, kalau gitu saya sama temen temen langsung aja kesana.... Biar langsung ketemu dia.....""Kalau ada Jawaban, tolong titip pesen tunggu kami disana mau ketemu....." Ucap ku, yang tak mau lagi membuang waktu 1 detik pun saat ini mencari Ibu dan Deril.

"Oo ia Jo, nanti teteh kabarin......" Ujarnya sambil memegang ponsel menghubungi Deril.

"Elu tau Jo, rumah Deril yang diBalubur??" Tanya Sukmo.

"Ia tau, biar gue bawa motor dik.... Kalian berdua ikutin gue....." Ujar ku, sambil menahan marah.


Tapi tiba tiba......


"Sabar dek Parjo....." Ucap Wanita cantik yang hanya menyebut dia Teteh, sambil memegang bahu ku dan mengenakan celemek dapur.

"Ntar kalau buru buru, malah kenapa napa dijalan..... Hihihi ...."


Mendapat perhatian demikian dari wanita secantik dirinya, Tentu membuat ku sedikit lebih tenang. Terlebih dari layar ponselnya terlihat ia masih menunggu jawaban telfon dari seseorang tapi BUKAN DERIL.


"Ia teh, makasi.... Kalau gitu kita pamit dulu teh...." Ujar ku langsung menyala mesin motor matic Diki dan langsung menuju daerah Balubur.


Setelah beberapa menit perjalanan, akhirnya aku tiba di gerbang rumah asri yang sekitar beberapa bulan lalu menjadi tempat Pesta Sex Mama dan Tante Sovia. Tapi sebelum aku tekan Bell rumah, Diki mencegah ku seolah rumah ini Asing untuknya.


"Elu yakin ini rumah Deril...??" Tanya Diki, lalu disusul Tirta dan Sukmo yang baru tiba setelah tertinggal cukup jauh.

"Ia yakin...." Ucap ku, setelah mengingat jarak rumah ini dari lokasi Ibu ku Susi diBawa Deril pergi cukup dekat.


Belum lagi tadi Deril membawa Mama pergi dalam keadaan tak mengenakan Helm, sungguh ingin ku tampar diri ku sendiri yang tak bisa membaca situasi. Apalagi melihat Diki, Tirta dan Sukmo yang seperti tak percaya rumah cukup megah ini adalah Rumah Deril juga.

Entah apa jadinya, andai mereka melihat Ibu Kandung ku yang cantik jelita keluar dari rumah ini bersama Deril.


"Aaah.... Lama....." Pikir ku sambil merangsak masuk, dengan memanjat pagar.

"Wuoh Jo, sabar Jo....!!" Karna sudah pernah menyelinap keRumah ini, dari dalam ku buka pagar agar mereka bertiga masuk.

"Kalian tunggu aja sini, kalau dia keluar atau ada tanda tanda Dateng, kasih tau gua....." Ujar ku dengan intonasi nada serius dan sedikit memerintah.


Mereka bertiga berpandangan, seolah tak percaya Karna semakin lama malah aku yang semakin serius dan terlihat Emosi mencari keberadaan Deril. Tapi rupanya Diki mengikuti menelurusi jalan sisi rumah yang ada terdapat beberapa jendela yang bisa melihat kedalam.


"Jo, lu yakin ga apa apa nih?? Kalau diteriakin maling gimana??" Saat Ku intip dari jendela, ruang keluarga terlihat Rapih.


Beberapa kamar juga terlihat tertutup rapat, pertanda rumah ini memang sepi dan tak ada tanda Deril Membawa Ibu ku Susi kerumah ini.


'apa jangan jangan.....' pikir ku dalam hati, tapi tiba tiba Diki memberi ku peringatan sekali lagi sambil memegangi bahu ku.

"Jo, liat gue Jo.... Tenang, Istigfar...." Ucap Diki, mencoba menenangkan ku..

"Jangan sampe kelakuan kita nyelinap rumah orang kayak gini, malah disangka maling....." Tambahnya yang memang benar adanya, tindak tanduk ku sekarang bisa menjadi Boomerang.

"Dik, percaya Ama gua....." Ucap ku menatapnya tajam.

"Sekarang tinggal kita cari petunjuk, Deril tadi sempet kerumah ini..... Karna gue yakin, ada sesuatu yang dia ambil dari Proposal Pengajuan Sponsor...." Kali ini dengan sangat terpaksa aku menghasut Diki.

"Maksud elu Jo......??" Tanya Diki lirih, ku tatap mata Diki tajam, sambil berpikir Deril mengambil keUntungan materi dari proposal kepada Sponsor.


Meskipun hal itu kecil kemungkinan, namun aku harap Diki tau berapa nilai Subangan Wali murid, apalagi andai beberapa keperluan Tournament nanti Deril masukkan kedalam Biyaya Proposal.


"Ya udah, sekali ini ya..... Kalau emang dia ga ada tanda abis dari rumah ini apalagi ga ada.... Kita Cabut balik keSekolah....." Ujar Diki, yang akhirnya mulai terhasut oleh ku.


Setelah aku putus asa tak ada tanda Deril dari tempat ini, lokasi terakhir yang aku intip dari kaca tentunya adalah Ruang Tamu. Akses jendela lebih kecil, namun melihat ada celah Kaca Lipat. Perlahan aku congkel dengan jari agar kedua mata ku bisa melihat keDalam.

Beberapa detik Ku amati dengan seksama, sampai akhirnya aku temukan Jejak, bahwa benar adanya Deril sempat membawa ibu ku ketempat ini....


Susunan bantal Sofa yang tidak rapih, serta posisi meja tamu yang sedikit jauh dari Sofa, benar benar membuat ku kesal ternyata selama ini Ibu belum berubah sepenuhnya. Terlebih, aku melihat jelas beberapa lembar Tissu yang tergulung dilantai yang tak jauh dari Sofa yang sepertinya mereka gunakan.

Terlebih, aku melihat jelas posisi tutup tempat sampah yang diruang tamu terlihat tergeser dari posisinya.

Andai benar analisa ku, mereka tergesa gesa meninggalkan tempat ini, tapi mengapa??? Pikir ku dalam hati.

Saat ku berjalan menuju Diki, Tirta dan Sukmo berada. Lutut ku benar benar lemas, melihat tetesan oli segar tepat didepan gerbang garasi yang mereka bertiga temukan. Belum lagi aku lihat Gembok yang baru kusadari menggantung, tak Deril pasang terkunci.

Sepertinya Deril dan Ibu ku Susi, sangat tergesa gesa meninggalkan Rumah ini......

Setelah kami berkumpul didalam teras rumah yang sudah Deril tinggalkan, tiba tiba Diki mulai bertanya....


"Gmana ni Jo?? ini udah pasti dia dari rumah ini tadi...." Ujar Diki yang membuat Tirta dan Sukmo terheran heran.

"Kita cabut keSekolah aja yuk, kita jaga rahasia ini antara kita aja.... Sebelum kita dapat bukti, salinan Lampiran Pengajuan Dana diProposal yang Deril Ajukan......"

"Karna selama ini dia yang urus semuanya sendirian kan.....??" Ucap Ku meminta mereka hati hati dalam bertindak.

"Bangsat emang tu orang.... Pantesan aja, semua barang barang dia Hedon semua.... Gua kira hasil dari ngeretin Tante girang dia....." Ujar Tirta, yang rupanya tau perilaku Deril lebih mirip Gigolo ketimbang pelajar sekolah.


Tapi saat sebelum Diki kali ini menyalakan Motornya.....


"Eh, dia nelfon nih... Gmana??" Tanya Diki, kepada kami bertiga.

"Udah biarin aja.... Kita balik keSekolah terus pura pura kalian ga tau kalau sekarang tau rumah Deril yang ini dari Gue, oke......" Ujar ku, mengarahkan rencana selanjutnya kepada mereka bertiga.


Jauh didalam hati ku, benar benar merasa bersalah kalau mulai membuat dan berbohong kepada 3 rekan ku. Tapi mau gimana lagi, hampir 3 tahun berturut turut kini memang Deril paling aktif mengenai Pengajuan Proposal.

Sebisa mungkin aku bersikap biasa, setelah setau ku ada sekitar Satu Jam Setengah lebih ia bawa pergi entah kemana.

Setibanya diSekolah, sulit aku mencari ciri telah kembali ia menaklukkan Ibu ku Susi. Demi menutupi aib ibu, aku berusaha bersikap biasa lalu berpamitan kepada teman teman Tim ku, untuk mencari petunjuk lain dirumah. Serta bertanya kepada Ibu tentang bagaimana bisa terjadi hal yang kulihat saat Ibu bersama Deril.



****



Sebelum tiba dan masuk keTeras Rumah, aku semakin curiga melihat Mobil Ibu ku terparkir diDepan rumah. Terlihat sangat tak biasa, bahkan terDapat Sticker cukup besar diKava depan dan belakang tulisan DIJUAL.

Melihat hal ini, aku tentu terkejut bukan main. Apa Karna beberapa bulan belakangan ini ibu tak berhasil melakukan penjualan hingga mobilnya kini harus diJual??

Ketimbang aku bertanya tanya dan menerka nerka, sebaiknya aku langsung masuk kedalam rumah dan bertanya kepada Ibu ku Susi.....


"Bu aku pulaaang....." Saat ku buka Pintu, Sungguh menyengat Bau Urine didalam rumah.


Sepertinya kali ini, kantung Urine ayah Meluber atau Tumpah kelantai..... Terdengar suara merdu Ibu ku dari persimpangan ruang tamu depan kamar ayah berbaring dirawat....


"Jangan masuk dulu sayang......" Sambil mengenakan Daster dan memegangi gagang Pel.

"Biar Ibu bersihkan dulu urine ayah yang tumpah....." Tambah Ibu, sambil tersenyum kepada ku.


Melihat hal itu, sungguh berbanding terbalik ibu terlihat rela dan Ikhlas membersihkan Air Urine ayah yang tumpah kelantai. Lebih dari pada itu, dari teras ku lihat keringat ibu mengembun menjelang sore dengan telaten membersihkan Urine yang baunya menyengat hidung.

Dalam hati ku berpikir, alangkah malang Nasib Ibu ku yang cantik jelita ini saat berada dirumah. Selain harus bekerja demi menghidupi aku dan Kakak, kali ini diRumah ia merawat ayah ku yang sekarat akibat Ulahnya diMassa lalu.

Tak tega rasanya aku bertanya tentang apa yang kulihat tadi, yang belum tentu benar adanya terjadi.

Karna pendapat ku, bisa saja Ibu meninggalkan ayah dan menikah dengan pria yang bisa ia gaet andai ia mau. Apalagi kini Ibu harus rela menjual mobilnya demi kelangsungan Hidup keluarga kami yang sekarang hampir mengalami KEBANGKRUTAN.

Andai benar terjadi sesuatu terjadi antara oandan Deril, toh saat ini ibu masih bekerja dirumah melaksanakan kewajibannya, meskipun ada pekerja paruh waktu yang membantunya dirumah.


"Sayang, kq tumben nak pulang awal....? Ga ikut latihan Basket hari ini sayang.....???" Tanya Ibu, diruang tamu setelah kini bau lantai menjadi wangi cairan pembersih lantai

"Oh, itu Bu Anu... Aku sebenernya...... Sebenernya...." Ragu ragu, dengan hal yang ingin kutanyakan melihat wajah ibu tetap tersenyum meski raut wajah Lelah jelas terlihat diWajahnya yang cantik jelita.

"Sebenrnya kenapa Parjo sayang ......?? Laper ya seharian sekolah sama ga sempet makan...."

"Bentar ya nak, ibu masakin makanan buat kamu Parjo sayang, pasti kamu belum makan siang, biar badan kamu fit latihan basket nanti....." Ucap Ibu, mengenakan daster rumahan tertutup dan Hijab.


Sebuah pemandangan yang jauh berbeda dengan prilaku ini saat diPos polisi bersama Deril tadi. Belum lagi sekarang Ibu memajang mobilnya untuk diJual.......


"Aaargh....!!!!" Gerutu ku kesal, dengan diri ku sendiri yang benar benar tak bisa diAndalkan dalam keluarga.



***



Setelah makan siang, bersama Ibu ku Susi. Sungguh tak ada perubahan sikap maupun keluhan, bahwa ibu saat ini akan menjual mobilnya. Terlebih ia sama sekali tak bercerita tentang Aktifitasnya Hari ini. Malah yang ada, sambil makan Ibu mengatakan berharap aku bisa memberikan yang terbaik saat Tournament nanti. Apalagi hingga mengukir prestasi terbaik bagi Sekolah ku nanti.

Entah mengapa, berat rasanya menanyakan perihal kedekatan atau pertemuan ia dengan Deril tadi siang. Karna sikapnya kini hangat, bahkan tak ada sedikit pun mengeluh meski ia terlihat lelah.

Belum lagi, salah satu rekan tim basket ku sore itu menjemput ku diRumah. Lebih baik, aku tahan beberapa pertanyaan sensitive Tetang ia dan Deril yang bisa membuat ku naik pitam. Belum lagi melihat pengorbanan Ibu membersihkan Urine serta ia kini rela menjual mobil kesayangannya.

Toh, masih ada Jam makan malam nanti agar aku bisa lebih tenang dan santai bertanya kepadanya. Kali ini, baiknya aku fokus mempersiapkan Fisik guna persiapan Pertandingan Babak Penyisihan Tournament Basket antar sekolah.



****



"Gimana latihan persiapan Tournament sayang? Lancar hari ini nak...." Tanya Ibu sesudah jam makan malam dihadapan Kakak ku Jessica.

"Hmm, ia Bu..... Sampe betis ku kerasa keram...." Ujar ku, sambil mulai merapihkan Piring bekas aku dan Ibu makan malam.

"Masih butuh Stock Hot Cream dek sama Salep buat otot keram??" Kali ini kakak ku bertanya, setelah beberapa hari ia sangat cuek bahkan sempat menghindar dari ku.

"Boleh kak, kalau ga repotin.... Buat jaga jaga kalau otot aku keram lagi...." Kali ini ibu membantu ku membersihkan sisa makan malam kami bertiga.

"Ya udah, ntar kakak bawain deh.... Bu, aku duluan ya... Ada tugas yang harus ku kerjakan....." Ujar kakak, berpamitan kepada kami berdua.

"Ia sayang, yang tekun ya.... Kalau udah ada uangnya, pasti Ibu transfer buat nutupin kekurangan Bea Siswa kamu sayang ......." Ucap Ibu, yang sepintas kakak memasang raut sedih saat itu.


Rupanya Ibu rela menjual Mobil demi Kakak ku Jessica, salutnya ibu terlihat tegar seolah semua baik baik saja. Terlebih, setelah dulu ia menjual mobil lambang cinta Ayah kepadanya. Setelah melihat kakak Naik Kamar, kedua mata Ibu menangkap cara ku berjalan yang sedikit terPincang Karna masih terasa keram pada bagian Otot Betis ku.


"Masih nyeri, Parjo sayang......??" Tanya Ibu kepada ku..

"Ga terlalu kq Bu......" Sambil ku cuci piring piring kotor ditempat cucian.

"Jangan bohong nak, aku ini Ibu mu sayang....." Sambil merapihkan Piring yang sudah ku cuci malam itu.

"Nanti kalau udah selsai keKamar ibu ya, gantian kita Balur kaki yang pegel setelah aktifitas seharian.... Hihihi....." Ajak Ibu, yang memang sudah lama kami tak bermesraan berdua.


Kali ini aku merasa, Ibu sepertinya tau Aku mengawasi dia saat berduaan diPos polisi bersama Deril. Kesempatan ini tak boleh aku lewatkan, agar bisa mengorek informasi dan kejujuran Ibu tentang apa yang terjadi antara dirinya dan Deril.

Sungguh terlalu andai aku menghakimi Ibu, yang beberapa bulan belakangan lebih bekerja keras mengurus Ayah, serta bekerja untuk menghidupi aku dan Kakak ku Jessica. Terlebih, saat ini ia rela kembali berkorban Menjual Mobil kesayangannya demi kami bisa bertahan dari keterpurukan.

Malam itu aku langsung mengetuk kamar ibu, setelah memastikan aku sikat gigi dan bebas bau asap rokok.....


"Tok, tok, tok....." Ku ketuk beberapa kali kamar ibu.

"Masuk sayang...." Suara ibu terdengar merdu dari dalam.

"Terasa nyeri banget nak kaki kamu, sampe jalan agak pincang gitu....??" Tanya Ibu, dengan wajah lelah menatap dengan senyum kearah ku.

"Ga terlalu Bu, dibanding pengorbanan ibu mau jual mobil kesayangan ibu....." Ucap ku, sambil duduk dipinggiran ranjang.


Ibu tersenyum, kedua matanya melihat penuh makna keArah ku.


"Sini sayang, baring tengkurap.... Biar ibu pijat suapaya ototnya ga tegang ..." Ajak Ibu, yang terlihat tak rela melihat ku tersiksa dalam hal berjalan.


Malam itu Ibu mengenakan daster tangan panjang, hanya melepas Hijabnya saja. Rambutnya panjang terurai, mengeluarkan aroma wangi yang berbeda dengan aroma wangi tubuhnya. Meski memijat Betis, terasa kedua telapak tangan ibu hangat mengalirkan kasih sayangnya kepada ku saat memijat Betis hingga ujung kaki ku.

Tak ada nafsu atau horny kepada Ibu malam itu, Karna semua menjadi hilang saat pijatan Ibu terasa nyeri hingga berangsur berubah menjadi hangat diBetis, tilang kering kaki, sampai kePergelangan Kaki ku.


"Kq bisa sih nak, betis kamu kerasa keras banget kayak gini...." Ujar Ibu, yang merasakan tegang otot betis ku.

"Mungkin efek berjalan cepat terus sore ku paksakan lari Bu....." Sambil menahan nyeri ku sampaikan.

"Jalan cepat?? Emang kamu jalan cepat dari mana kemana Sayang....??" Tanya Ibu yang sebenarnya aku mulai menjebaknya memalui jawaban yang ku berikan.

"Dari Simpang Dago sampai Sekolah Bu....."

"Trus tau ga Bu, tadi ada kecelakaan motor lho disana sekitar jam 2 an...." Tambah ku, mulai sedikit menguji kejujuran ibu kepada ku.

"O ia, kecelakaan apa emangnya nak??" Tanya ibu, sambil mulai melambatkan pijatannya dibetis ku.

"Itu Bu, motor sama Angkot......" Kata ku sambil kali ini sedikit memutar badan agar bisa melihat reaksi wajahnya.

"Trus, yang naik motor diTabrak Angkot gimana sayang.....??" Tanya Ibu dengan pilihan kalimat kata dengan sangat hati hati, terlihat wajahnya tegang tapi menutupinya dengan menatap mata ku.

"Ya ga tau Bu, orang ditabraknya jauh dari tempat aku jalan kaki mau keSekolah....." Sambil ku duduk dikasur, lalu memandang wajah ibu yang dengan seksama mendengar cerita ku.

"Oo, syukurlah....." Ucap, ibu dengan expresi wajah lega.

"Baring Bu, gantian.... Sekarang aku yang pijitin kaki ibu....." Ucap ku, kepadanya.

"Pelan pelan aja ya nak, Ibu takut nanti malah ketiduran....." Sambil mulai berbaring terlungkup sama seperti ku.


Hampir dari pinggul hingga atas pergelangan kaki tertutup daster yang ia kenakan, tapi saat ibu mengangkat sedikit kakinya keatas agar betisnya terpampang jelas dihadapan ku. Perasaan ku mulai berdesir tak menentu, ingin rasanya aku meremas betis putih mulus ibu.

Namun, aku harus bisa mengendalikan diri guna bisa menguji kejujuran Hubungan Ibu bersama Deril......


"Gimana Bu.... Enakkan pijatan ku??" Sambil ku lihat reaksi wajahnya yang menyamping kearah ku berada mulai memejamkan mata.

"Emmh, ia nak..... Bikin ibu jadi Relax......"


Ku biarkan ibu menikmati moment ku memijatnya, sambil ku pandangi bongkahan Pantatnya yang terlihat indah menggairahkan meski terbungkus rapih dengan Daster yang ia kenakan.

Beberapa menit setelah kurasa cukup memijat satu betis hingga pergelangan kakinya, ku pindahkan pijatan kedua tangan ku diBetis ibu yang satunya. Terasa mulus dan hangatnya berpindah keDua Telapak tangan ku. Sambil kemudian aku mencoba kembali mengorek Kejujuran ibu dengan mulai bertanya keberadaannya siang itu.

Semua itu guna aku tau sejauh mana kejujuran Ibu kepada ku.....

Tapi ternyata.....


"Nak, udah ya..... Ibu udah ngerasa enakkan kq sayang....." Sambil ia bergeser kearah ku.

"Seriusan Bu??" Sambil melihat wajahnya dari dekat, yang kini terlihat sangat menggairahkan tanpa make up.

"He.. Emh.... Ia sayang......" Menganggukkan kepala, sambil memejamkan mata.

"Oh, ya udah deh... Kalau gitu aku balik keKamar ya Bu...." Sambil bergerak hendak turun dari kasur spring bednya.

"Mungkin, Ibu lebih nyaman kalau bareng Seseorang diPos Polisi...." Sambil merasa kecewa, Karna ku rasa Ibu lebih senang bersama Deril ketimbang aku anaknya sendiri.

"Tunggu sayang, maksud kamu apa nak....??" Tanya Ibu, mencegah ku pergi sambil memegang pergelangan Tangan ku.

"Sekarang ibu jawab jujur ...." Dengan Intonasi Bahasa lembut dan cukup pelan, dengan expresi memelas berharap ia jujur pada ku.

"Tadi siang, setelah jam makan siang..... Ibu dimana ....??" Tanya ku, yang membuat wajahnya Pucat dan gelagapan.


Sungguh aku tak ingin membuat beliau gelisah atau menyakiti perasaannya, Karna yang aku minta ia jujur. Karna entah mengapa, aku terkadang semakin merangsang andai ia bercerita apa adanya kepada ku.


"M...maksud kamu, setelah jam makan siang pas ada kecelakaan itu....??" Tanya Ibu, kali ini dengan Expresi tegang yang jelas ia takut aku marah.

"Ia Bu...." Ucap ku lirih sambil menatap wajahnya teduh berusaha menyembunyikan rasa cemburu dan marah kepadanya.

"Sebenernya, Pas kecelakaan itu... Ibu ada disana sayang, malah nolongin yang diTabrak Angkot......" Sambil kedua matanya melihat keatas langit langit rumah seperti mengingat, ibu akhirnya sedikit terbuka kepada ku,

"Trus gimana Bu?? pantes aja aku ngeliat ada mobil parkir dipinggir jalan Kayak punya ibu......" Sambil aku kembali duduk dan berhadapan denganya yang duduk diSandaran Ranjang kasur.

"Ya ga gimana gimana, malah Ibu malah shock..... Karna pas diTabraknya diLajur berlawanan arah pas didepan Lajur kanan ibu nak....." Ujarnya, menjelaskan detail sambil melihat kedepan lalu menatap mata ku.


Jelas sekali terlihat Ibu seperti sangat hati hati dengan ceritanya kali ini, seperti Takut aku marah andai ibu panjang lebar menceritakan yang sesungguhnya terjadi. Apalagi andai ia jujur, Siapa sosok yang ia tolong saat itu.....


"Jadi yang aku liat itu bener ya, ibu berhenti dan turun nolong dia tapi ga keliatan sama aku......?" Pertanyaan ku, kali ini mencoba menjebak Ibu.


Meski benar aku tak melihat Ibu awal memarkirkan mobil, tapi saat sesi membopong SiKampret Deril. Aku baru jelas melihat sosok ibu ada disana, malah sebenarnya aku tau Mobil ibu, tapi saat itu aku gak yakin mobil itu milik dirinya yang sekarang akan diJual. Melalui pertanyaan tadi, kali ini aku coba memancing dan ingin tau, sejauh mana ibu akan jujur kepada ku.

Jantung ku berdebar tak karuan menanti jawaban dan cerrita Versi Ibu tentang percakapan diPos Polisi, ia melihat sesuatu diSelangkangan Deril, hingga kemana ia diBawa Deril Siang tadi.

Sungguh aneh tapi menggairahkan, mendengar apa yang ibu akan jelaskan dan mengingat apa yang aku lihat saat ibu menolong Deril tadi siang......



"Ya, mungkin gitu nak..... Awalnya Ibu juga kaget siPas dia Ditabrak, soalnya pas banget depan ibu.... Jadi ibu berhenti Nolong dia deh.... Hihihi ...." Sambil tertawa, ibu kali ini alasan dan kronologis mengapa menolong sosok yang ia berusaha sembunyikan dari ku.


Seolah tak ingin tergesa gesa, menekan ibu untuk jujur. Baik adanya perlahan aku pancing berusaha Ibu menerangkan lebih detail lagi agar terbuka nanti apa saja yang ia lakukan diPos Polisi. Tapi sekarang, aku ingin mengorek perlahan dengan tenaga tanpa marah dan menghakiminya, saat ia akan jujur kalau Ia tadi menolong Deril kepada ku??


"Parjo, sayang..... Kamu kenapa ngelamun dan keringetan gini sayang.... Padahal nanya tentang kejadian Ibu nolong yang kecelakaan tadi siang kan...." Ucap, Ibu sambil tangannya mengusap keringat diKening ku.

"Ah, ga apa apa Bu.... Hanya saja, aku penasaran... Siang itu ibu nolong seseorang yang mungkin aku kenal bu....."

"Abis, kalau dari motor si keliatannya ga asing....." Ucap ku, mulai bergetar menanti kejujuran Ibu kepada ku.


Tetapi......


"Mmuach......" Ibu mencium pipi ku mesra sambil jelas terasa ia menempelkan Payudaranya kepada lengan ku.

"Kamu ini sayang, selalu aja muter muter kalau bertanya.... Hihihi....." Ucap Ibu sambil tersenyum menatap ku manja.

"Dah, Istirahat.... Sebentar lagi dah mau jam 10 malam...."

"Kamu harus tidur, jaga kondisi sebelum pertandingan babak penyisihan....." Ucap Ibu, yang memang benar itu anjuran pelatih.


Namun kali ini sepertinya Ibu enggan melanjutkan pembicaraan yang bagi ku menggairahkan, saat ibu mengakui ia kembali dekat bahkan berhasil diRayu Deril kembali.


"Tapi Bu......" Ucap ku, yang sebenarnya masih ingin tau sejauh mana ia akan jujur kepada ku.

"Parjo, sayang.... Liat mata Ibu nak......" Ucap Ibu, sambil memegangi kedua pipi ku agar wajah terutama mata ku melihat kedua matanya.

"Kamu percayakan sama Ibu, kalau Ibu mu ini sangat sayang sama kamu dan Kakak mu.....??" Kali ini ibu bertanya kepada ku dengan expresi raut wajah bahagia menatap ku.

"Hem.... Ia Bu aku percaya......" Ucap ku, pendek sambil tersenyum.

"Parjo anak ku tersayang juga percaya jugakan, apa yang Ibu berikan saat ini adalah yang terbaik buat kamu nak??" Lanjut ibu sambil tersenyum, sambil kali ini tangannya mengusap rambut ku.

"Ia dong Bu.... Tantu saja......" Ujar ku sambil tersenyum menatap wajah cantiknya khas timur tengah menatap ku manja.


Lalu tiba tiba......


"Emmmmuach....." Ibu mencumbu bibir ku, mesra beberapa detik lalu kembali menatap wajah ku dan menyampaikan sesuatu yang membuat ku tak berkutik dengan permintaannya.

"Sayang, beberapa bulan terakhir ini ibu sudah sekuat tenaga mencari jalan terbaik demi kita bisa Survive hidup layak diBandung dan pendidikan kalian berdua......"

"Jangankan Ibu, Kakak mu juga sudah hampir memberikan segalanya untuk mu bukan...... Bahkan sesuatu yang tak seharusnya Kamu rasakan dari kami berDua...... Hingga kini jadi RAHASIA KELUARGA Kita..." Ucap Ibu, yang memang ada benarnya.

"Sekarang, sementara Ibu minta kamu bersabar ya sayang......."

"Ibu janji, meski kamu ga juara dan bisa menunjukan performa Apik saat Pertandingan nanti..... Ibu akan kasih kamu hadiah Special yang pastinya ga akan kamu dapat dari Devi..... Hihihi......" Sambil tersenyum Manis Ibu menatap ku manja mengucapkan janjinya.

"M..Massa si Bu....??" Ucap ku, sambil bingung menyembunyikan batang penis ku ekresi maksimal dihadapannya.

"Kapan Ibu Bohong sama kamu nak....." Ucap Ibu sambil mencubit hidung ku mesra.

"Yang penting sekarang, kamu istirahat cukup, jangan banyak pikiran, dan yakin, Apapun yang Ibu lakukan adalah yang terbaik bagi kamu....." Sambil ia cium pipi ku.

"Dan Kakak mu Jessica sayang..... Muach... Muach....." Kening dan hidung ku Ibu Cumbu mesra dan hangat, membuat hati ku merasa damai yang mampu meredam rasa penasaran dan Nafsu ku kepadanya.


Sungguh benar adanya andai ada pepatah, Surga diBawah telapak kaki seorang Ibu. Karna sekarang, meski aku tak bertanya detail yang menjurus aku menjadi Horny ingin tau kedekatan ia dan Deril siang tadi. Kali ini justru ibu Berjanji, setelah menyiram pikiran, hati dan Jiwa ku dengan Kasih Sayang darinya.

Sungguh benar benar membuat ku tenang, hingga merasa tenaga ku pulih total, dan membakar Semangat ku yang makin membara.....

Sungguh aku beruntung memiliki Ibu yang Cantik Jelita dan Menggairahkan, serta mendapat siraman Kasih sayang sesungguhnya yang mampu membakar Semangat ku.


"Ibu juga Istrihat ya Bu.... Muach....." Sambil ku kecup keningnya.

"Parjo juga sayang ibu, Parjo janji setelah tournament nanti Parjo ingin buat Ibu Bangga sama Parjo...... Sama Membawa Prestasi terbaik Sekolah Bu....." Ucap ku kepadanya

"Gitu dong sayang..... Ini baru anak kesayangan Ibu....." Sambil kami berpelukan erat, saling berbagi kasih sayang dalam pelukan.


Benar benar tak ada nafsu saat itu, yang ada aku merasa nyaman serta membuat Ibu ku Bangga dengan pencapaian ku sementara saat ini. Sebuah janji terUcap, itu tandanya Ibu mulai menjaga diri dan perasaannya.

Semua perhatian dan kasih sayangnya kini tercurah pada ku dan kakak, terlebih ia juga masih bekerja keras membagi Tenaga untuk rutinitas dan mengurus Ayah ku yang saat itu sudah sakit sakitan.




*********




Tanpa Susi dan Parjo sadari, Hasan mendengar semua pembicaraan mereka dari kamar tempat ia berbaring pasrah menanti Ajalnya sambil berlinang Air Mata penyesalan. Sedangkan dibalik pintu, Jessica Juga diam diam terharu dengan cara sang Ibu menenangkan Parjo, dari rasa Nafsu kepada Ibu kandungnya sendiri.

Perlahan Jessica pelan pelan berjalan mengendap ngendap kembali ke kamar melihat kondisi ayahnya, setelah ia rasa Ibu dan Adiknya tidak akan lepas kendali malam ini. Jessica melihat sepintas kondisi ayahnya, berupa Infus dan Kantong Urine yang sudah terisi seperempatnya.

Setelah ia rasa cukup aman, Jessica segera menuju kamar dengan langkah hati hati, agar sang Ibu dan Adiknya tercinta tak curiga ia sudah menguping pembicaraan mereka.





POV PARJO





Beberapa Minggu setelah perjanjian ku bersama Ibu ku Susi, menjelang Akhir pekan saat itu adalah hari persiapan ku menuju semi final melawan Salah satu sekolah yang berpenghuni atlit muda berbakat. Tournament untuk Basket Pelajar antar sekolah sendiri diadakan Panitia dengan Sistem Knock Out.

DiIkuti 16 Peserta Sekolah Unggulan SeKota Bandung, tentu menjadi Sebuah Kejutan aku membawa Tim sekolah ku hingga Semi Final berhadapan dengan Tim Sekolah yang diHuni banyak Atlit Junior kota ini.

Takut, tentu tidak......

Justru bagi ku ini kesempatan Emas menunjukkan Skill ku sesungguhnya, setelah pertandingan Babak Penyisihan di16 dan Delapan besar, dua kali aku menyandang gelar MVP serta Shooter 3 Point' terbaik untuk Tim sekolah ku.

Popularitas ku meningkat pesat, serta sponsor pun menurunkan Bonus Awal Karna target mereka tercapai. Apalagi tim Sepak Bola Deril, harus Gugur di 8 besar. Itu tandanya, hanya diSemifinal Bola Basket nanti salah satu Harapan Cabang Olahraga Populer yang pastinya ramai Dukungan dari Siswa Siswi sekolah kepada Tim kami.

Apalagi jadwal pertandingan kami nanti diLiput Channel Televisi Nasional dan Lokal secara bersamaan sekaligus.

Tentu, segala persiapan kami lakukan. Hingga perhatian Ibu yang memberi ku banyak nutrisi Makanan terbaik selama masa recovery 3 hari, hingga saat hari Jumat ini. Tepat satu hari besok Sabtu aku akan menjalani pertandingan, sekaligus ajang aku menunjukkan Skill terbaik ku..


Tetapi saat akan melakukan latihan ringan sore hari nanti diSekolah......


"Shit!!!" Gerutu ku dipinggir lapangan, saat santai mengecek tas ransel perlengkapan olahraga ringan sore hari nanti.

"Napa lu Jo?? Bikin kaget aja......" Ujar Chandra, yang berada didekat ku.

"Tau nih, kirain gua kesurupan lu Jo.... Hehehehe..." Tambah Firman, yang sama dengan Candara terkejut dengan ucapan ku saat tengah membuka Tas.


Sungguh tak ku hiraukan Ucapan Chandra serta Candaan Firman, Karna seingat ku sudah ku simpan Kaos Kaki khusus olah raga agar nyaman ku kenakan saat latihan ringan nanti.


"Ween.... Gua pinjem Motor lu dong....!!" Ujar ku, saat ku sadari benar benar lupa membawa kaos kaki ganti didalam tas ku..

"Gue lupa bawa kaos kaki......" Tambah ku, Karna Wendy selalu menggunakan Motor Matic keSekolah.

"Ni Jo...." Ujar Wendy menyerahkan Kunci Motor sekaligus STNK motornya.

"Kq bisa sih teledor gitu lu Jo.... Awas lu kalau besok Ampe ketinggalan sesuatu saat tanding entar......" Ancam Wendy, yang menjadi Tim Kapten sekaligus Guard ditim basket sekolah ku sekarang.

"Tau nih, padahal gue inget banget tu kaos kaki dah gue taro didalem tas....." Ujar ku menggerutu sambil meletakkan Tas Ransel yang biasa berisi perlengkapan Basket.

"Tenang Jo tenang, stay Cool.... Lagian sore ini kita latihan ringan aja supaya besok bisa fit Maksimal....." Ujar Ridho yang selalu bersikap Bijak, serta dewasa diTim kami.

"Ya udah deh, gue balik dulu.... Padahal gue mau santai peregangan sambil tetep tenturin tangan....." Ujar ku sambil melangkah meninggalkan mereka semua.


Setelah sekitar 7 menit perjalanan, akhirnya aku tiba dirumah. Yang ku lihat tumben mobil kakak ku Jessica terparkir rapih diGarasi rumah.


"Aku pulaaang....." Ucap ku mengucapkan salam, tapi ruang tamu terlihat sepi dan tak ada orang.

'Ibu belum pulang yah.....' pikir ku dalam hati, tapi melihat samar jejak Sepatu dilantai.

'kakak, jorok amat si.....' ujar ku dalam hati, lalu segera berjalan keKamar setelah sejenak menengok ayah diKamarnya.

"Emmmh.... Emmh......" Lenguhan tertahan terdengar samar, saat ku hendak melangkah menuju kamar ku.


Sedikit pintu kamar kakak ku Jessica terbuka, hanya serlihat Tas yang tak asing aku kenal siapa pemiliknya.


"Hihihi..... Baru gitu aja dah Horny, lama ya kamu ga ngSex Jess.....??" Tanya seorang gadis, yang aku tau persis itu suara kekasih Ku DEVI....!!!!

"Emmh, aaah.... Devi sayang.... Kamu tau sendiri, aku orangnya gimana... Lagi pula aku rela berbagi kamu dengan Adik ku Parjo..... Dan sembunyi sembunyi ngelepas kangen ngSex sama kamu...." Ucap kakak ku, namun berdiri disamping pintu yang terbuka tanpa melihat apalagi mengintip kedalam.

"Pantes aja aku langsung ditarik sampe kamar, hihihi....." Ujar kekasih ku Devi.

"Tutup dulu gih, pintunya.... Ntar Pacar aku pulang malah jadi berabe...." Ucap Devi, yang sepertinya Resah Karna pintu masih terbuka.

"Biarin aja sayang, aku masih kangen sama nenen kenyal kamu sekarang ini......" Lalu terdengar suara Cumbuan dari tempat ku berdiri.

"Aaah.... Jesss......" Desah panjang kekasih ku Devi, yang memang memiliki ukuran payudara membuat pria maupun wanita Bergairah andai melihatnya didepan mata.


Tak ada keinginan ku menghentikan atau mencegah aksi mereka lesbian didalam kamar sana. Karna menurutku akan lebih seru dan menegangkan andai aku mengintip, dari Ventilasi jendela sisi Balkon kamar kakak ku Jessica, yang terhubung ketempat jemuran.

Penasaran hati ku, sejauh mana aksi lesbian mereka berdua dibelakang ku. Karna sekarang, kakak ku Jessica seperti enggan dan tak bergairah melakukan hubungan sex dengan ku lagi......


Perlahan aku berjalan mengendap ngendap sambil membawa kursi plastik sebagai pijakan, agar aku bisa mencapai Ventilasi Udara jendela samping balkon kamar kakak ditempat jemuran dengan mudah.

Lagi pula, sisi sudut ventilasi itu adalah blind spot dari Ranjang kasur didalam kamar kakak ku Jessica.

Saat kedua mata ku tak berkedip melihat kedalam, saat itulah aku benar benar melihat pemandangan Indah 2 gadis berusia Remaja. Tengah berbaring sambil rapat tanpa sehelai benang pun ditubuh mereka, berpelukan, berciuman, sambil menggesekkan Selankangan mereka sama sama mengejar nikmatnya bergesekan, dengan santai dan terlihat serasi dari lekuk tubuh mereka berdua, membuat ku bergairah.


Lewat pesan Devi mengatakan bahwa ia akan tiba malam hari dengan naik Travel, Karna komunikasi kami tak Intens. Sungguh aku terkejut kekasih ku tiba lebih awal agar bisa memadu kasih dengan Kakak ku Jessica.

Hal yang membuat ku Cemburu namun Semakin Horny, adalah bagaimana kakak ku mencumbui Payudara Devi kekasih ku penuh kemesraan, hingga kedua matanya terpejam menikmati rangsangan Jessica diPayudaranya secara bergantian.

Samar terdengar suara Cumbuan beradu dengan desahan Devi kekasih ku, yang merintih manja menikmati rangsangan Kakak kandung ku diPayudaranya.

Sampai beberapa menit kemudia, Kaka ku menyibakkan rambut hitam terurainya ketelinganya......


"Gimana?? Suka sayang......" Tanya kakak ku Jessica sambil melihat kedua mata kekasih ku yang sayu.

"Emmh, Iyah.... Tapi tutup pintunya, takut ada yang liat......" Ucap Devi, sambil melihat kearah pintu kamar kakak ku yang terbuka lebar.

"Tanggung sayang lagi enak...." Ucap Kakak ku, sambil meremas Payudara dan menggerakkan selangkangannya agar bergesekan dengan Vagina Devi Kekasih ku.

"Lagian Ibu juga pulang masih lama....." Ucap Kakak ku, sambil mendekatkan wajahnya keDekat wajah kekasih ku Devi.

"Eemmh....nakal!!! Aku jadi makin sange Jess....." Ujar kekasih ku lirih, sambil menarik kepala kakak ku lembut lalu mengajak ia berciuman.


Gerakan pinggul kekasih ku Devi juga bergerak Meliuk kenaik Turun, keatas kebawah merespon, seperti mengincar bibir vaginanya bertemu Dengan Bibir vagina kakak ku Jessica.....






BERSAMBUNG.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd