Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA RAHASIA SEORANG ISTRI

Bimabet
Part 9 : takut

"Plakkk….plakk….plak…..plakk…." Bunyi peraduan pantatku dengan paha pak parno terdengar memenuhi kamar pak parno dan istrinya yang baru saja meninggal.

Pak parno terus menggenjot vaginaku hari itu, kini posisiku menungging membelakangi pak parno. Pak parno dengan semangat menggenjot vagina ku, keringatku sudah bercucuran membasahi kasur tempat persenggamaan kami.

"Aahhh…ahhhh…ahhh… ampunhh pakhh ahhhh…" hanya desah manjaku yang keluar dari bibirku sedari tadi pak parno menggenjot vaginaku. Entah berapa kali aku sudah orgasme aku sudah tidak tau lagi.

Kamar pun semakin gelap karna terasa hari sudah sore, terdengar suara masjid sudah berbunyi menandakan malam akan tiba, namun sedari tadi aku tak henti-hentinya di genjot oleh pak parno.

"Ahhh…ahhh pakhhh… nelyhh lemashhh" aku hanya bisa menggeleng kepala ku karna pak parno terus saja menggenjot vaginaku dengan kasar. Tanganku di tarik ke belakang dan sebelahnya menahan tubuhku yang sedang menungging membelakangi pak parno.


(Gambar hanya mulustrasi)

"Bentar lagihh ce.. ouhh udah berapa kali bapak bikin keluar masih sempit aja memek ce Nely.. ahh.." ucap pak parno sambil terus menggenjot vaginaku.

"Ahhhh… iyaaa pakhh…. Memekhh nelyhh utk bapakhh…" balasku tak sadar lagi posisiku adalah seorang istri yang berselingkuh dengan mantan satpam sekolah anakku.

"Ouuuhhhhhh….." desahku saat pak parno menarik penisnya lepas dari vaginaku.

"Ughhh….." tiba-tiba pak parno langsung menancapkan penisnya ke lubang anusku.

"Aakkhhh……sakithhh…..pelan pakhhh…masihhh sakithh…." Kulirik pak parno kebelakang keningku mengkerut karna kesal pak parno memasukan penisnya ke lubang pantat ku dengan kasar.

"Anjingggghhh bool amoy peret bener" racau pak parno, bibirnya menganga merasakan kenikmatan pada penisnya akibat jepitan anusku.

"Plakkk……" di tampar nya pantatku dengan keras meninggalkan berkas merah.

"Aahhhh…. pakkhhh…." Entah kenapa malah aku mendesah ketika pak parno mengasari tubuhku.

"Ihhh…. Gelihhh… ahhhh…." Pak parno menggenjot anusku dengan pelan.

"Cuihhh…." Di ludahinya lubang anusku yang tertancap penis pak parno.

Aku hanya menutup mataku rapat merasakan nikmat yang di berikan pak parno. Inilah yang tak pernah kudapatkan selama ini dari Hendri suamiku, aku rela di kasarin oleh pak parno bahkan aku rela pak parno menancapkan penisnya di lubang anusku yang selama ini tak pernah aku fikirkan lubang itu di masuki oleh penis.

kenapa nikmat sekali rasanya di lubang itu, terasa lubang anusku tertarik keluar masuk mengikuti penis pak parno yang keluar masuk dari lubang itu.

"Ahhh… gelihh…. Pakhhhh" desahku manja merasakan nikmat genjotan pak parno.

"Tok…tok..tok.." tiba-tiba terdengar pintu rumah pak parno ada yang mengetuk

Seketika pak parno menghentikan genjotannya dan melirik ke arah luar pintu kamar diikuti kepalaku juga melihat pak parno.

"Pak ada yang ngetuk pintu ?" Tanyaku kepada pak parno.

"Iya… kayaknya ada yang datang" ucap pak parno, penisnya masih tertancap dan tangan pak parno masih berada di kedua bongkahan pantatku.

"Lepas pak, aku takut" ucapku sedikit menarik tubuhku kedepan namun di tahan oleh pak parno.

"Tunggu" kata pak parno mendiamkan penisnya di dalam anusku.

"Eh… nanti ketahuan pak, Nely takut" aku cemas takut ketahuan apa yang aku lakukan di dalam rumah pak parno.

"Tok…tok…tok…" kembali terdengar kembali pintu di ketuk oleh seseorang.

"Aahhhh… janganhh pakhh…" desahku ketika pak parno kembali menggenjot anusku.

"Ganggu aja, nanggung ce.." pak parno kembali menghujam anusku dengan cepat.

"Ahhh…. Ahhh….. mhhhhh…" aku langsung menutup mulutku dengan bantal takut orang yang di luar mendengar desahanku.

"Mhhhh…..mhhh….." kugigit bantal kuat-kuat agar meredam desahanku.

Terasa dorongan cairan dari dalam vaginaku akan keluar dan terasa juga pak parno semakin cepat menggejot anusku.

"Plak ..plak..plak …" hanya suara peraduan pantatku dan paha pak parno terdengar.

"Aaahhhhhhh……." Aku menggigit kuat bantal saat cairan cintaku menyembur dari vaginaku.

"Ahh… bapakhh mauu keluarhhh" erang pak parno dan tiba-tiba tubuhnya ambruk di atas tubuhku.

Terasa cairan sperma menyembur ke dalam anusku tertahan oleh penis pak parno yang masih tertancap di anusku.
Pak parno memelukku dari belakang terasa hembusan nafasnya sengal di belakang leherku.

Aku memejamkan mataku, tubuhku sudah tidak punya tenaga lagi menghadapi pak parno, kepalaku rasa melayang-layang pandangan ku kabur. Rasanya ingin pingsan saat itu, tangan pak parno terasa mengalir ke perutku memeluk ku dari belakang.

Terasa penis pak parno lepas dari anusku, penis itu lemas dan cairan sperma pak parno keluar mengikuti penis itu yang tercabut dari lubang pantatku.

"Tok…tok..tok…" terdengar sama kembali suara pintu diketuk, seketika mengembalikan kesadaran ku.

"Eh pak.. Nely takut.. ada yang datang" seketika aku duduk dan kulihat pak parno masih terbaring.

"Pak…. Bangun dong, ada yang ngetuk pintu tuhhh…" ku goyangkan tubuh pak parno.

"Aduhh… siapa sih ganggu aja, lagi ngentot loh.." racau pak parno duduk.

"Bentar ya sayang, cuphh" pak parno mengecup bibirku.

Terlihat pak parno beranjak dari ranjang dan menggunakan pakaiannya kembali sambil tersenyum kepadaku. Aku hanya menatap pak parno mengerutkan kening

"Ayooo pak, malah senyum-senyum, Nely takut tau" gerutuku karna pak parno malah berlama-lama.

"Hehe sabar sayang, ni bapak mau keluar" ucap pak parno memakai bajunya.

Aku pun memakai pakaianku dan berdiri mendekat ke pintu mengintip, terlihat pak parno membuka pintu.

"Assalamualaikum pak" nampak seseorang perempuan menggendong anak kecil sedang berdiri di depan pintu.

"Waalaikum salam, eh Fitri, masuk nak" ucap pak parno mempersilahkan masuk wanit itu.

Nampak juga seorang laki-laki ikut masuk di belakang wanta itu, lalu mencium tangan pak parno.

"Heri, apa kabar ? Sehat kamu ?" Sapa pak parno kepada laki-laki itu sambil menepuk-nepuk pundak pria itu.

"Sehat pak, maaf ya kami baru bisa datang, kabarnya mendadak kalau ibuk sudah meninggal" ucap pria itu.

Ternyata mereka adalah anak pak parno, yang perempuan adalah anak kandung pak parno sementara yang laki-laki adalah menantunya. Terlihat mereka duduk di sofa, untung aja tadi sudah di bawa pak parno barang-barang ku ke kamar.

"Duhhhh gimana aku keluar dari sini ya…hmmmmm" gumamku dalam hati, aku mulai gelisah karna takut kini dirumah pak parno kedatangan anak dan menantunya.

"Pakkk…. Hikss…hikss… Fitri minta maaf, selama ibuk dirumah sakit Fitri gak pernah datang hikss…" terdengar suara wanita itu menangis.

"Dan sekarang ibuk sudah tiada pak… hikss….. Fitri menyesal gak bisa lihat wajah ibu terakhir kalinya.. hiksss…." Wanita itu terus meracau dalam tangisnya.

"Sudah-sudah fit, itu sudah ajalnya ibuk mu, kita hanya bisa sabar ya" terdengar suara pak parno menenangkan anaknya.

"Sebentar ya bapak ambilkan minum" pak parno beranjak ke dalam tapi bukannya ke dapur malah masuk ke kamar.

"Pak… gimana aku keluar?" Bisikku ketika pak parno sampai dikamar.

"Mmmhhhh..mmmhhhh……" tiba-tiba pak parno langsung menyambar bibirku.


(Gambar hanya mulustrasi)

"Pakhh….. lepashhh…." Jemarinya meremas payudaraku.

"Pak… lepashh…. Gila ya pak itu ada anak bapak di depan" kudorong tubuh pak parno sambil berbisik takut terdengar suaraku oleh anaknya.

"Hihi bapak kangen" tawa pak parno berbicara pelan.

"Ihhh… pak parno ini gak ada puasnya ya, padahal udah seharian loh gitu begituan" ketusku sambil berbisik pelan dan melirik ke luar.

"Abis memek ce Nely ngangenin" ucap pak parno sambil berbisik dikuping ku.

"Ahhh… pakhh…. Jangan sekaranghh.. Nely takuthh" suaraku parau karena pak parno sambil mengendus leherku dan berbisik tepat di kupingku.

"Hehe… tunggu ya bapak kedepan dulu" pak parno berlalu namun kutarik tangannya

"Pak keluarin Nely dari sini" tatapanku sayu keningku mengkerut karna takut ketahuan oleh anak dan menantunya.

"Bentar ya… gak ada pintu lain loh.. cuma bisa lewat depan" ucap pak parno sambil mengelus pipiku.

"Ihhh…. Takut pak, cepat ya.. Koko juga pasti nyariin ni, udah jam 7 malam pak" ucapku tertunduk lesu.

"Iyaa…iya… cup.." pak parno mencium bibirku kembali.

Kulihat pak parno berjalan kedapur dan mengambil seteko air putih dan 3 buah gelas. Saat melewati kamar lagi pak parno melemparkan senyum, aku hanya membalas dengan mengerutkan kening.

"Cepat" ucapku pelan tanpa bersuara tapi kuyakin pak parno mengerti.

Kembali aku bersandar di balik pintu mengintip ke arah depan mendengar obrolan mereka di ruang tamu.

"Halooo Farid, udah gede ya, mirip sama bapaknya haha" tawa pak parno menggendong anak yang di pangku Fitri anaknya.

"Salim sama kakek Farid" perintah pria itu.

Terlihat pak parno menggendong cucunya yang masih kecil.
"Jam berapa berangkat tadi her ?" Tanya pak parno pada menantunya.

"Jam 10 pagi pak, baru sampai terminal jam 6 tadi" balas Heri menantu pak parno.

"Lama juga ya, aman kan di jalan ?" Tanya pak parno.

"Aman pak, Farid pun gak rewel cuma Fitri aja nangis terus" jawab Heri sambil mengelus punggung Fitri yang menutup wajahnya dengan tangan.

Terdengar Fitri masuk sesegukan menangis. Tiba-tiba terdengar getaran hp ku, ternyata Hendri menelpon.

"Duhhhh gimana ini" aku mulai panik karna saat ini gak mungkin aku bisa mengangkat telponnya.

Ku lirik lagi kedepan berharap pak parno kembali kesini namun sepertinya mereka sedang asik berbincang. Aku terduduk di ranjang pak parno, ranjang yang sudah berantakan akibat percumbuan kami dari siang tadi. Kulihat hp yang sedang berdering, Hendri terus menelpon ku, sudah 3 kali panggilan dari Hendri namun tak kunjung ku angkat.

"Maaf Pi .. mami gak bisa angkat" gumamku memandang ponselku yang terus berdering.

"Ayok sini fit, Farid" terdengar suara pak parno

Seketika aku berdiri di balik pintu, takut terlihat. Terdengar langkah kaki pak parno dan anaknya Fitri melewati kamar.

"Kok kamar bapak berantakan ?" Tanya fitri sepertinya dia melirik ke dalam kamar tempat kami sudah melakukan persetubuhan hebat dari siang tadi.

"Eee… iya fit bapak udah lama gak rapiin sibuk jaga ibuk dirumah sakit" terang pak parno sepertinya mencari alasan.

"Sini Fitri rapiin ya" Fitri melangkah kan kakinya masuk, terlihat tubuh Fitri masuk sedikit ke dalam kamar namun langsung di tarik pak parno keluar.

"Eh… gak usah nak, bapak nanti rapiin sendiri, kamu pasti capek kan, mending istirahat dulu ya, lihat tu Farid udah ngantuk" ucap pak parno.

"Emmm… yaudah deh pak, besok Fitri rapiin ya kamar bapak" terdengar kembali suara Fitri anaknya pak parno.

Jantungku berdegup kencang karna sempat saja Fitri melihat ke balik pintu yang ada aku yang sedang mematung menyembunyikan tubuhku.
"Ya ampun… kenapa jadi gini sih" gumamku dalam hati merasakan panik dan cemas.

"Iya nak, makasih ya. Nah… kamu istirahat disini ya, ini kamar mu dulu kan hehe" terdengar tawa pak parno.

"Iya pak, Fitri rindu rumah dan rindu ibuk juga… hikss…." Terdengar suara Isak tangis Fitri kembali pecah.

"Yaudah jangan sedih lagi ya, kamu istirahat dulu nak" ucap pak parno dan kemudian terdengar suara pintu kamar tertutup.

Tiba-tiba pak parno langsung masuk kamar dan langsung kupeluk pak parno.
"Takut pak" ucapku berbisik dan kubenamkam wajahku di dada pak parno, pak parno mengelus punggungku menenangkan ku.

"Pak keluarin Nely dari sini" tatapku sayu sambil berbisik.

"Iya bentar ya tunggu menantu bapak masuk kamar, dia masih duduk di depan" bisik pak parno.

"Tidur sini ajalah sama bapak ya" ucap pak parno sambil memeluk pinggang ku.

"Iiii…***k mau, nanti suamiku nyariin" aku menggeleng kan kepala, tubuh kami rapat dalam pelukan saat itu.

"Kalau gak bisa keluar gimana ?" Tanya pak parno pelan.

"Iii…. Pokoknya pak parno harus keluarin Nely" rengekku manja karna aku takut ketahuan oleh anak dan menantunya pak parno dan takut di cari suamiku Hendri.

"Mmhhhh…. Slurppp…." Tiba-tiba pak parno mencium bibirku, kubalas saat itu ciuman pak parno. Di sedot-sedot nya bibirku dan ku buka rongga mulutku agar pak parno bebas mengakses bibirku.

"Mhhhhmm… pakhh…" nafasku semakin berat entah kenapa nafsuku naik padahal saat ini dirumah ada menantu dan anak pak parno.

"Ahhh…. Pakhh…" desahku pelan terdengar saat pak parno menjilati leherku.

"Ahhh… nantihhh ketahuanhh… udahh…." Desahku namun aku memeluk leher pak parno.

"Bapakhh sangek lagi Nely" bisik pak parno di kupingku.

"Ihhh…. Nanti ajahh pakhh…" bisikku pelan.

"Sepong kontol bapakh yaahh.." bisik pak parno di telingaku.

"Gak… gakhh… mauu…" kugelengkan kepalaku dan kutatap pak parno sayu.

"Bentar aja ya, gak kuat ni kontol bapak pengen di sedot bibir Nely" bisik pak parno pelan.

"Pakh…. Ayo keluarin Nely, Nely takut pak" rengekku sambil menggelengkan kepala.

"Sepong bentar ya" namun pak parno malah memelorotkan celananya.

Kutatap mata pak parno tajam, menandakan aku tidak mau namun di balas dengan senyum oleh pak parno. Dianggukannya kepalanya menyuruhku untuk segera menghisap penisnya yang sudah menggantung bebas.

"Yaudah bentar aja ya pak, abis itu janji keluarin Nely" ucapku sambil menunduk dan menurunkan tubuhku hingga berjongkok di hadapan penis pak parno.

Kugenggam penis itu dengan jemari ku dan mulai ku elus lembut, terlihat cairan mulai keluar dari kepala penis pak parno menandakan nafsunya sudah naik akibat elusan ku.


(Gambar hanya mulustrasi)

Kubuka mulutku dan kujulurkan lidahku menjilat lubang penis pak parno, terasa asin menjalar kelidahku, lalu jilatanku kuturunkan ke bawah sejajar dengan urat penis pak parno yang besar.

"Aahhhh…. Mantap bener jilatan ce Nely… bangsatt…." Erang pak parno merasakan nikmat oleh perlakuan ku.

"Jangan berisik pak" kutatap pak parno sayu sambil jemariku memaju mundurkan penis pak parno.

"Hehe iyaaa.. mulut ce Nely enak kalau nyepong penis bapak" puji pak parno.

"nanti ketahuan pak, Nely takut" bisikku pelan namun jemariku tetap mengocok kan penis pak parno.

"Iyaa.. jilat lagi sayang" pak parno memegang kepalaku dan mengarahkannya ke arah penisnya.

Seketika ku keluarkan lidahku dan kembali menjilat penis pak parno, kujilati dari kepalanya hingga turun ke bawah dan sampai ke dua buah testisnya.

Penisnya yang lebat penuh bulu kujilat hingga terlihat basah oleh air liurku, sambil tanganku terus mengocok batang penis pak parno.

"Hisap telor bapak ce" perintah pak parno.

Kutatap sayu ke pak parno dan kuarahkan lidahku ke kedua testisnya yang mengkerut penuh bulu, kujilati lalu kumasukan ke mulutku dan kusedot-sedot hingga nampak pipiku mengempis seiring sedotanku pada testis pak parno.

Tanganku mengocok penis pak parno dengan cepat sementara bibirku menyedot penis pak parno, terasa bulu penisnya menggelitik rongga mulutku.

"Ahhhh…..bangsatt enak banget ce"racau pak parno.

"Ahhhh… tutup pintu pak" perintahku yang melihat pintu masih terbuka sedikit takut terdengar oleh anak dan menantu pak parno.

Kaki pak parno mendorong pintu dan kini tertutup rapat. Kembali kukocokan penis pak parno dan kujilati testis pak parno hingga ke bawahnya bahkan sedikit lagi sampai ke anus pak parno, terlihat pak parno sedikit mengangkang kan kakinya mempersilahkan ku untuk menjilati seluruh daerah penisnya.

Kujilati kembali ke atas hingga kepala penis pak parno dan langsung kumasukan penis itu kemulutku.

"Ouuuhhhhh……." Erang pak parno merasakan kenikmatan. Seketika kucubit paha pak parno dan kutatap pak parno sayu, kukerutkan keningku sambil kugelengkan kepalaku yang mulutku sedang kumasukan penis pak parno.

"Hehe iyaaa… abis enak banget sepongan ce Nely, udah pintar banget nyepongnya" puji pak parno tersenyum menatapku yang sedang menelan setengah penisnya, karna gak muat seluruhnya masuk ke mulutku.

"Glokk…. glokk…glokk….." ku percepat kepalaku memaju mundurkan penis pak parno di mulutku. Penis itu terasa menyentuh ujung kerongkongan ku.

Bahkan lidahku kini kumainkan di dalam menjilati setiap inci kulit penis pak parno dan jemariku kuarahkan ke testis pak parno meremasnya lembut.

"Bangsaatttt…. Bangsaattt…. Ahhhh" racau pak parno pelan merasakan kenikmatan. Tak kuperdulikan racauan pak parno lagi, kini kupercepat kepalaku.

Liurku menetes jatuh ke lantai dari mulutku yang penuh oleh penis pak parno. Pak parno kini memegangi kepalaku membantuku untuk memaju mundurkan kepalaku, terasa penis itu masuk seperti aku sedang menelan daging besar bulat-bulat lalu keluar lagi, sehingga penis itu keluar masuk kerongkongan ku.

Mataku pun terbelalak hanya tersisa putih nya saja, karna pak parno kini dengan kuat memaksakan penisnya masuk seluruhnya kemulutku.

"Glokk…glokkk…glokkk…" suara mulutku yang di di masuki penis pak parno dengan kasar.

"Ahhh….. anjinggg…. Enakhhh…. Mulut amoy… bangsatt….akkkhhhhh" teriak pak parno dan dengan sekali hentakan dalam terasa sperma pak parno menerobos masuk ke kerongkongan ku.

Ku mundurkan kepalaku namun tertahan oleh tangan pak parno yang menahan kepalaku di selangkangan nya.

"Mmhhhh……….." kugelengkan kepalaku namun pak parno masih terus menahan kepalaku dan dengan terpaksa sperma itu tertelan sebagian masuk ke dalam perutku.

"Ahhhhh……….ahhh……" kutarik nafas dalam-dalam saat pak parno melepaskan genggaman nya di kepalaku, kujulurkan lidahku mengeluarkan semua sperma pak parno yang tersisa.

"Ahhh… cuihhh…." Kuludahkan semua sperma itu bersama air liurku dan kulap mulutku menggunakan tangan.

"Bangsatt… ahhh…. Mulut Ce Nely enak" racau pak parno, aku hanya terduduk di bawah kaki pak parno sambil meludah kelantai mengeluarkan sisa sperma yang terasa aneh di mulutku.

Kulirik ke arah wajah pak parno yang masih memejamkan matanya, sepertinya pak parno benar-benar kenikmatan dengan apa yang kulakukan tadi.

"Pak…bapak…." Terdengar suara Heri memanggil dari depan pintu.

Aku langsung terkejut dan berdiri memeluk pak parno.
"Pak takuttt…." Kupeluk pak parno erat dan di balas dengan pelukan pak parno pada tubuhku.

"Iya her ?" Teriak pak parno.

"Bapak gak kenapa-kenapa kan ?" Tanya heri.

"Ohhhh… gak her, bapak cuma teringat ibuk" ucap pak parno memberi alasan.

"Udah ya bapak kedepan dulu.. muah…" kecup pak parno pada keningku.

"Pak… ayooo keluarin Nely, Nely udah di telpon suami terus" bisikku sambil merengek ke pak parno.

"Sabar, menantu bapak masih ada di depan, sabar yaa…" bisik pak parno menenangkan ku.

"Cepat ya pak" rengekku pada pak parno yang membuka pintu dan meninggalkan ku di kamar.

Aku duduk di tepi ranjang dan kulihat lelehan sperma pak parno dan air liurku yang berceceran di lantai. Kulihat jam dinding menunjukkan pukul 08:15 malam dan kuraih ponselku, ada 20 panggilan masuk dari Hendri dan beberapa pesan WA yang tak berani kubuka. Hanya beberapa pesan terakhirnya saja yang terbaca di layar depan ponselku.

"Kenapa belum pulang ?" Pesan WA Hendri.

"Mami gak biasanya seperti ini" isi pesan WA terakhir Hendri.

"Maafin mami Pi…, mami gak bisa pulang, terjebak di kamar pak parno" seketika kututup wajahku dengan kedua tanganku.

Pikiranku kalut waktu itu, gelisah ingin segera keluar dari kamar itu, namun sudah 30 menit pak parno juga belum kembali ke kamar. Aku berjalan ke arah pintu kutempelkan kupingku ke arah pintu terdengar suara pak parno dan menantunya sedang berbincang.

Kubuka sedikit pintu untuk mendengarkan percakapan mereka. Terdengar lah suara pak parno sedang berbincang- dengan Heri.

"Bapak ikut aja ke tempat Heri , dari pada sendiri disini pak, nanti bapak kesepian" ucap Heri.

"Oalahhh.. yooo Ndak toh, bapak senang disini, nak Heri tenang aja ya" balas pak parno.

"Tapi bapak udah gak sanggup lagi kerja, nanti siapa yang urus bapak" tanya Heri.

"Kata siapa bapak gak sanggup, ni masih kuat haha" tawa pak parno terdengar.

"Yaudah deh kalau bapak gak mau ikut, ya Heri bisa apa pak hehe" balas Heri.

Kumundurkan langkahku ke ranjang.
"Hmmmmmm….." kutarik nafas dalam, dalam hatiku ingin segera keluar dari situ. Tiba-tiba terbayang anak-anakku dan suamiku dirumah yang sedang menunggu mami nya pulang dan Hendri pasti cemas menunggu ku.

Tak terasa mataku terpejam karna kelelahan karna dari siang tadi tak henti-hentinya pak parno menggenjot lubang vaginaku dan anusku, mulai terasa sakit pada lubang pantatku yang terbuka karna sodokan penis pak parno. Terasa lengket juga dari pantat hingga pahaku mungkin karna sperma pak parno yang sudah mengering dan tak lama aku tertidur di ranjang pak parno.

"Ce… ce Nely.. bangun" pak parno menggoyangkan tubuhku.

Kubuka mataku perlahan terlihat pak parno sudah berbaring di sebelahku, wajahnya berada tepat di hadapanku.



(Gambar hanya mulustrasi)

"Hah… jam berapa ini pak ?" Tanyaku terkejut melihat sekitar.

"Jam setengah 12 ce" terasa tangan pak parno mengarah ke payudaraku dan meremasnya.

"Ehh.. pak.. ayo keluar" jemariku menggenggam lengan pak parno sambil menatap matanya sayu.

"Tidur sini saja ya sama bapak" jawab pak parno sambil jemarinya terus meremas payudaraku.

"Ahhh…. Gak pakhh.. suamiku nyariin dari tadi" aku teringat pesan Hendri yang kubaca terakhir sebelum aku tertidur.

"Ayok pak antar aku keluar" ujarku sambil memegang lengan pak parno yang berada di payudaraku.

"Cium bapak dulu" senyum pak parno kepadaku.

"Bentar aja ya pak ?" Ucapku pelan.

"Iya sayang" jawab pak parno.

Lalu kurangkul leher pak parno dan mendekat kan wajahnya ke wajahku, ku buka mulutku dan langsung di sambut dengan lidah pak parno yang menerobos ke dalam mulutku, seketika bibirku bawahku di sedot oleh bibir pak parno dan menjilati sekitar daguku.

"Mmmhhhh……." Lenguhku manja menerima ciuman pak parno.

"Sluurppp … slurppp…. " Bunyi peraduan bibir kami, liur kami bercampur dan tangan pak parno meraba payudaraku dan di remasnya.

"Pakhh…." Desahku di sela cumbuan bibir kami.

"Ahhhh……" desahku terdengar manja.

Kedua wajah pak parno ku pegang dan kutatap matanya sayu.
"Udah ya pak, besok Nely kesini lagi" bisikku pelan, mataku sayu. Sebenernya pak parno berhasil menaikkan nafsu birahiku kembali namun saat itu fikiranku takut karna di sebelah ada anak dan menantunya dan Hendri yang dari tadi menelpon ku.

"Bener yaaa, bapak masih pengen ngentotin ce Nely" bisik pak parno.

"Besok ya pak, kita lakukan lagi" ucapku memelas agar pak parno mau mengantar ku keluar dari rumahnya.

"Lakukan apa haha?" Tanya pak parno sambil tertawa kecil.

"Iyaaa itu.. kayak tadi siang" jawabku malu-malu

"Iyaaa itu apa ce ?" Pak parno mengerutkan keningnya mempermainkanku

"Ihhhhh… iyaaaa…kita ngentot lagi pak" jawabku kesal sambil mencubit lengan pak parno.

"Aww…awwww… sakit… ampun..hahaa" tawa pak parno.

"Sssttt … jangan keras-keras pak" jawabku berbisik karna takut terdengar anak pak parno.

"Hihi iyaaa… abis Cece cubit bapak, sakit tau" balas pak parno.

"Yaudah yuk pak kita keluar" sambil mengangguk mengajak pak parno keluar rumahnya.

"Eee… sebenarnya bapak pengen ngentotin Cece sampe pagi, tapi yaudah deh nnti ce Nely di cariin pula sama suami" balas pak parno

"Iiihhh… pak parno gak puas apa seharian ini gituin Nely" jawabku kesal.

"Kalau ngentotin ce Nely 1 Minggu pun bapak kuat haha" tawa pak parno.

"Ihhhh… pak parno mesum…, yuk pakkk…." Rengekku manja.

"Yaudah yuk… yukk… cup" pak parno mengecup bibir ku dan duduk dari ranjangnya.

Aku pun berdiri lalu merapikan pakaianku, kuraih tasku yang berserak di lantai. Pak parno membuka pintu dan mengeluarkan kepalanya, diliriknya kiri kanan.

"Yuk" pak parno menggenggam tanganku keluar kamar. Kuikuti langkah pak parno yang menarik tanganku hingga sampailah di pintu depan dan pak parno langsung membuka pintu depan.

Aku langsung melangkahkan kakiku keluar rumah pak parno dan pak parno mengantarku sampai ke mobil. Kurogoh tasku mencari kunci mobil dan segera menekan remotnya.

Ketika hendak membuka pintu mobil pak parno mendorong ku sehingga aku tersandar di mobil.

"Mmmhhhh….. mhhhhh….." tiba-tiba pak parno mencium bibirku kembali, lalu kubalas cumbuan pak parno. Kusedot-sedot bibir pak parno dan dengan cepat jemarinya meremas payudaraku.

"Aahhh….. pakhhhh…mmmhhh…slurppp" desahanku terdengar, untung saja malam itu sudah sepi. Pintu rumah warga sudah tertutup semua sehingga tak ada yang mendengar desahanku.

"Ahhh…. Udah ya pakhh…. Ahhh…" di sela desahanku yang sedang di kuasai nafsu kembali.

"Mhhh….mmhhh…." Aku berusaha bernafas setelah cumbuan pak parno.

"Besok kita ngentot lagi ya ce" tatap pak parno sayu.

"Ehhh… iyaaa pak… cupp." Ku kecup bibir pak parno sambil mengangguk pelan.

Aku kemudian membuka pintu mobil dan kurebahkan pantatku di kursi mobil. Kubuka kaca mobil dan kulihat pak parno kembali.

"Nely pulang dulu ya pak" ucapku sambil tersenyum ke pak parno.

"Aahhh….." seketika pak parno meremas payudaraku.

"Iihhhh… udah pak …. Nakal banget tangannya" sambil menepis tangan pak parno.

"Hahaha tetek ce Nely lembut banget, pengen bapak remas terus" tawa pak parno.

"Ihhhh… udahh… besok lagi.. besok bapak puas remas-remas payudara Nely" balasku sambil tersenyum genit.

"Yaudah Nely pulang dulu, suami Nely udah nyariin ni dari tadi" sambil kutarik rem tangan dan segera memundurkan mobil.

"Yaudah hati-hati yaaa… salam sama memek ce Nely, kontol bapak kangen hahaha" tawa pak parno.

"Ihhh… gak mau… katanya gak boleh masuk lagi punya bapak hihi" sambil kujulurkan lidah mengejek pak parno.

"Nely pulang ya, bye" sambil kumundurkan mobil dan meninggalkan pak parno. Kulihat dari spion mobil pak parno masih memandangi mobilku yang sudah menjauh meninggalkan nya.

Terasa sakit di lubang pantatku kini, karna baru pertama ini di masuki oleh penis. Penis pak parno yang besar bisa masuk ke lubang pantatku yang sempit dan kenapa rasanya enak sekali saat pak parno menggenjot lubang pantatku.

"Ahhhh… entahlah" gumamku sambil kugelengkan kepalaku, yang jelas hari itu aku puas telah mencapai puncak kenikmatan berkali-kali oleh penis pak parno.

Dan sekarang yang jadi fikiran adalah bagaimana aku cari alasan supaya tidak di marahi Hendri suamiku. Hari sudah menunjukkan pukul 01:00 malam, mobilku sudah terparkir di depan ruko ku. Kulirik ponsel ku masih terbaca pesan terakhir Hendri tadi.

"Emmmm….. apa yang harus aku bilang ni sama Hendri, ya ampun" ku ketuk kepalaku ke stir mobil mencari alasan yang pas untuk di sampaikan ke Hendri.

Tiba-tiba gerbang ruko terbuka, keluarlah Hendri dari pintu ruko, dilihatnya ke arah mobil ku tajam seperti sedang menahan emosi dan seketika dia berjalan ke arah mobil.

"Tok…tok…tok…" Hendri langsung mengetuk kaca mobil ku.

"Dari mana kamu ? Kenapa baru pulang" gertak Hendri, terlihat dirinya sedang di kuasai emosi.

"Eee…. Itu Pi… maaf tadi mami gak izin dulu sama papi" kutundukan wajahku karna tak berani menatap matanya yang sedang emosi.

"Izin apa ? Kamu sudah berani pulang malam ya, gak ingat lagi sama anakmu, istri macam apa kamu pulang jam segini" bentak Hendri keras.

Aku hanya terdiam tidak berani menjawab karna kepalaku juga sakit dan tubuhku lemas seharian bersenggama dengan pak parno.

"Sini… keluar kamu" tiba-tiba Hendri membuka pintu mobil dan menarik tanganku keluar.

"Akkkhhh… sakit Pi" teriakku kesakitan di paksa Hendri keluar dari mobil.

"Masuk ke dalam" perintah Hendri dengan nada emosinya.

"Iii…iya Pi" jawabku terbata melangkahkan kaki ku ke dalam rumah.

Hendri kemudian memarkirkan mobilku ke garasi dan aku sudah masuk ke dalam rumah. Aku hanya berdiri di depan pintu sambil menunduk tidak berani melangkah ke dalam, kutunggu Hendri yang keluar dari garasi.

"Masuk… kamu…" Hendri menarik tanganku kasar dan menarikku naik ke lantai 2 dan seketika aku di dorong nya ke sofa.

Aku hanya tertunduk lesu terasa air mataku menetes melalui pipiku karna perlakuan kasar Hendri.

"Maaf Pi…. Hiksss.. hikssss…" aku terisak, air mataku tak dapat lagi kutahan.

"Eh kamu tu sadar diri gak ya ? Istri macam apa pulang jam segini" bentak Hendri keras kepadaku yang tertunduk ketakutan akan emosi Hendri.

Seumur pernikahan kami tidak pernah Hendri emosi seperti ini, ya ini salahku juga karna aku berada di rumah pak parno dan bahkan aku sudah selingkuh dengannya, aku biarkan penis itu mengobok-obok lubang vagina dan anusku.

"Jawab !!!" bentak Hendri yang melihatku tertunduk ketakutan.

"Ee…. Pii… jangan bentak mami Pi.. mami takut… hiksss…hiksss…" aku mencoba meredam emosi Hendri.

"Alahhh…. Kalau kamu gak suka tinggal disini lagi bilang !!! Bisa aku usir kamu malam ini" sepertinya Hendri benar-benar di kuasai emosi malam itu.

"Ee…. Gak Pi… jangan…" seketika kupeluk kaki Hendri.

"Sudah pii… mami jelasin… jangan bentak mami ya… hikss….. hiksss…." Aku menangis memeluk paha Hendri kubenamkam wajahku ke pahanya.

Seketika Hendri terdiam, kulihat wajahnya namun dia membuang wajahnya dari tatapanku. Tangannya di lipat di dadanya dan seakan tidak memperdulikan ku yang memeluknya memohon untuk tidak membentak ku lagi.

"Pii…. Please dengarin mami… hiksss..hikss…" aku kembali memohon pada Hendri agar mendengar alasanku, ya tentu aku akan berbohong lagi pada Hendri.

Kebohongan yang terus kulakukan menutupi kelakuanku yang sudah selingkuh dengan mantan satpam sekolah anakku.
Hendri terus diam dan tidak melihatku yang di bawahnya sedang menangis.

"Tadi mami keluar kota nganterin orang tua teman mami" ucapku membuka keheningan namun Hendri hanya diam saja.

"Tadi temen mami meninggal Pi, orang tuanya minta bantuan untuk nganter ke kampungnya karna hanya ada mami temannya yang datang disitu" kujelaskan kebohongan lagi kepada Hendri agar dia percaya bahwa aku tidak melakukan hal yang macam-macam di luar sana.

"Mami kira Deket, ternyata jauh karna mami gak tau daerahnya. Terus karna bawa mobil jadi mami gak sempat pegang hp" ucapku lagi meyakinkan Hendri.

Namun Hendri masih tetap tidak menatapku yang berbicara di bawahnya, dia tetap membuang muka ke samping.

"Mami sampai disana sudah jam 8 malam, gak ada istirahat langsung pulang ke sini Pi, karna mami takut papi pasti marah" terang ku lagi pada Hendri, kulihat Hendri mulai melihatku ke bawah.

"Maaf salah mami gak ngabarin papi
.. hiksss…" segukku masih menahan tangis karna emosi Hendri malam itu.

Kami terdiam setelah itu tidak ada sepatah katapun muncul dari Hendri, aku berharap dia terima alasan kebohongan ku. Padahal aku dari siang tadi menikmati genjotan penis pak parno hingga malam ini aku sebenarnya terkurung dirumahnya tidak bisa pulang.

"Yaudah sana kamu, aku mau tidur" Hendri menggoyangkan kaki nya agak kulepas dari pelukan ku dan akupun melepas pelukan pada paha Hendri sambil tersungkur lesu di lantai. Kulihat Hendri berjalan ke arah kamar dan menutup pintu.

Aku tertunduk lesu rasa pegal pada badanku dan sakit pada lubang anusku masih terasa akibat persetubuhan hebat kami dari siang tadi namun aku takut akan emosi Hendri padaku.

Akupun beranjak kekamar mandi untuk membersihkan badanku. Kuguyur seluruh tubuhku dengan air hangat yang keluar dari shower, aku melamun saat air mengguyur tubuhku. Terbayang penis pak parno yang keluar masuk vaginaku dan anusku tadi, kugelengkan kepala menghilangkan fikiran itu.

Setelah mandi aku lihat pintu masih tertutup rapat, aku takut masuk kamar malam ini. Masih takut akan emosi Hendri yang masih meledak saat ini dan aku pun membaringkan tubuhku di sofa.

"Nely apakah kamu sudah siap dengan konsekuensinya" terlintas di fikiranku kejadian ce Jesica yang di ceraikan suaminya karna selingkuh dengan Agus.

"Tapi kan Agus itu yang jahat, kenapa dia sampai ngirim video ke ko Aseng, harusnya sih biarin aja selingkuh di belakang ko Aseng..hmmmmm…" gumamku dalam hati.

"Berarti selama pak parno menjaga rahasia dan aku juga menjaga rahasia. Keluargaku akan tetap baik-baik saja" otakku terus berfikir tentang apa yang sudah aku lakukan, aku bisa kehilangan semua yang kumiliki jika ini ketahuan.

"Benar, itu kesalahan Agus yang terlalu bernafsu ingin memiliki ce Jesica seutuhnya" aku menyalahkan perbuatan Agus karna sudah membuat keluarga ce Jesica hancur.

"Berarti selama rahasia antara aku dan pak parno terjaga, penis pak parno tetap bisa bebas masuk dalam vaginaku dan keluargaku akan baik-baik aja" aku membenarkan perbuatanku sendri setelah apa yang aku lakukan adalah kesalahan terbesar dalam hidupku.

Tak lama mataku terpejam dan aku tertidur di sofa tanpa selimut, hanya bantal sofa yang menjadi penopang leherku.

"Miii…… bangun mii….." terdengar suara velin membangun ku pagi itu.

"Mami kenapa tidur disini ?" Tanya velin.

"Eee… gak sayang, mami tadi malam nonton terus ketiduran hehe" ku peluk velin yang berdiri di sampingku.

"Ehhh… kamu gak sekolah sayang ?" Tanyaku pada velin.

"Enggak mi, kan tanggal merah hehe" tawa velin mengingat kan bahwa hari itu adalah tanggal merah jadi anak-anak tidak ada yang sekolah.

"Ya ampun aku sampai lupa hari" gumamku dalam hati.

"Eeeehhhhh….." kureganggkan tubuhku terasa pegal-pegal seluruh badanku dan pantatku masih sedikit terasa sakit

"Duhh… ngapain sih sampai masukin penis bapak ke pantatku, sakit bener lagi gak hilang-hilang" aku berdiri sambil menunggingkan sedikit pantatku karna terasa sakit.

Sudah tiga hari aku tidak datang kerumah pak parno, karna aku menebak kalau menantu dan anaknya masih ada dirumah.
Aku WA pak parno pun katanya masih ada anak dan menantu nya dan aku bilang kalau aku blm mau kesana kalau mereka masih ada.

Pagi itu aku sedang mempersiapkan peralatan dan buku-buku anakku yang akan berangkat sekolah, Hendri sampai saat ini juga belum menegurku dan aku juga tidak bisa berkata apa-apa karna aku tidak tau lagi caranya untuk membuat Hendri percaya padaku.

"Hmmmmmmm…….." aku menarik nafas dalam-dalam.

"Mau sampai kapan Pi kita gak teguran" gumamku memikirkan hubungan ku dengan suamiku yang tidak seperti biasanya. Namun terlintas pikiranku untuk bertemu pak parno yang tertahan karna masih ada anak dan menantunya.

Aku kemudian mencari ponselku yang terletak di atas meja lalu mencari kontak pak parno.

"Sudah pulang pak anak bapak ?" Ku kirim pesan pada pak parno.

"Kalau sudah Nely mau kesitu pak" timpalku mengirim pesan lagi ke pak parno.

Namun tidak ada balasan dari pak parno dan aku melanjutkan kegiatanku mempersiapkan anakku yang mau berangkat sekolah.

"Ayookkk velinnn… nicoo… lama bener mandinya" teriakku dari kamar memanggil anakku.

"Iyaaaa miii….." terdengar suara kedua anakku dari kamar mandi.

Pagi itu aku pakai kemeja putih dan celana Levis pendek, aku tatap wajahku di cermin. aku memandangi tubuh ku, ku bayangkan saat pak parno memelukku dari belakang dan meremas kedua bongkahan payudara ku.

"Mmmhhhhh……." Seketika tanganku meremas payudara ku sendiri dan entah kenapa nafsuku begitu naik pagi itu.

Lalu kubuka beberapa kancing kemejaku dan kutarik kesamping menampilkan pundakku yang mulus. Lalu kuambil ponselku dan aku mengambil beberapa foto selfie.

Aku buka WA dan mencari pesan pak parno, ternyata pesan tadi belum di baca olehnya.

(Gambar hanya mulustrasi)

"Pak Nely kangen di masukin itu bapak" sambil ku kirimkan foto selfie ku ke pak parno.

"Mii…. Udah siap" tiba-tiba anakku sudah berbaris di belakang ku dan langsung ku kancingkan kemeja ku lagi.

"Ayok… jagoan mami, kita sekolah" teriakku girang sambil memegang kedua tangan anakku.

Ketika turun ke toko aku lihat Hendri sedang menulis nota pelanggan yang belanja, aku tertunduk dan saat itu aku hendak melewati nya saja tanpa berkata apapun padanya.

"Mi…" tegur Hendri.

Aku seketika terkejut karna Hendri sudah mulai menegurku, lalu ku palingkan wajah ke Hendri dan kulemparkan senyum ku.

"Hati-hati ya, sini papi cium dulu" tangan Hendri terbuka dan aku segera mendekat kearahnya dan masuk dalam pelukannya.

"Mmmuahh… maafin papi ya mi" bisik Hendri lembut, dirinya sudah kembali seperti biasa, Hendri yang lembut yang sayang padaku.

"Tapi pi, mami sudah di nikmati oleh lelaki lain, bahkan anus mami sudah di masuki oleh penis yang selama ini belum pernah papi sentuh" lamunku sambil kutatap wajah Hendri.

"Mmuah… iya Pi, mami yang minta maaf" kukecup pipi Hendri sambil aku tersenyum padanya.

"Mami… jalan dulu ya Pi.. bye" aku meninggalkan Hendri sambil memegang kedua tangan anakku.

"Hati-hati mi… love you" teriak Hendri dari dalam toko.

Nampak om Flores sedang merokok diluar dan memperhatikan kami, kutatap matanya tajam dan berjalan menuju mobilku.
"Cium juga dong ce hehe" tawanya mesum.

"Nihh…." Sambil ku monyongkan bibirku pada om Flores.

"Ouhhh…. Gak kerasa ce haha" ucapnya sambil tertawa

"Mau yang asli ?" Tanyaku pada om Flores

"Iya iya mau hihi" om Flores mendekat ke arahku.

"Besok yah… wekkk.. haha" ku ejek om Flores dan aku tertawa karna lucu melihat wajah om Flores yang sedang pengen menjamah tubuhku.

Aku berjalan ke arah mobilku setelah mengantarkan anakku ke dalam kelas dan bergegas hendak menuju rumah pak parno. Ku hidupkan mobilku dan ku arahkan menuju rumah pak parno.

Kini sampailah aku di bawah pohon besar dimana aku sering parkir mobil, aku bergegas turun dan berjalan melewati lorong arah kerumah pak parno.

"Tok…tok…tok.." ku ketuk pintu rumah pak parno yan tertutup rapat.

"Tok ..tok…tok…" ku ketuk kembali karna tidak ada jawaban dari dalam.

"Pak…. Di dalam ya" teriakku sambil mengintip ke dalam rumah dari celah jendela.

"Hmmmm … kemana ya pak parno" gumamku saat berdiri di depan rumah pak parno.

"Cklekk…" tak lama terdengar pintu terbuka dan keluar lah seorang pria dari balik pintu rumah pak parno.

"Maaf ce, nyari siapa ya ?" Ujar pria tersebut.

Aku ingat dia adalah menantu pak parno yang bernama Heri, ternyata dia masih di sini.
"Ee…. Pak parnonya ada ?" Tanyaku pelan menanyakan pak parno.

"Ohh… pak parno sedang ziarah sama Fitri anaknya, dari pagi tadi berangkat. Silahkan masuk dulu" tawar Heri mempersilahkan aku berangkat.

"Eee… lama gak ya mas ?" Tanyaku pada pria itu.

"Gak tau juga ya ce, bentar kok paling" jawabnya sambil membuka pintu lebar mempersilahkan ku masuk.


(Heri)

"Heri, menantunya pak parno" Heri menjulurkan tangannya.

"Nely" jawabku menyambut tangannya untuk bersalaman.

"Bentar yahh.. aku ambilin minum" Heri berlalu ke belakang.

Aku kemudian berlalu duduk di sofa yang pernah menjadi tempat persetubuhan ku dengan pak parno.

Tak lama Heri datang membawa dua gelas teh
"Silahkan di minum" ujarnya menawarkan teh tersebut.

"Ce Nely siapa nya pak parno ya ?" Tanya Heri yang duduk di seberang ku

"Eee .. siapanya ya, Nely cuma org tua dari anak di tmpt pak parno kerja" terangku.

"Ohhh tak kirain keluarganya haha, tapi gak mungkin juga, mana ada tampang pak parno darah-darah cina nya hahaha" tawa Heri keras mengejek mertuanya sendiri.

"Husss gak boleh gitu, mertua mu loh mas haha" aku pun ikut tertawa kecil mendengar ejekan Heri pada pak parno

"Haha iyoo lohhh… hitam dekil begitu haha" timpal Heri sambil tertawa

Kudengar aksen Heri ini seperti orang Jawa, ada medok-medoknya mungkin dia berasal dari suatu daerah di Jawa sana.

"Hahaha iyaaa juga yah.. enak bener mas ngejekin mertua sendri, aku Kadu lohh ntar" ejekku pada Heri sambil tersenyum. Kulihat Heri dari tadi memandang pahaku yang mulus karna waktu itu aku menggunakan celana pendek sepaha.

"Jangan tohhh cee… bisa mampus mas di hajar bapak nanti hahaha" Heri tertawa terbahak-bahak, aku pun ikut tertawa dengan candaannya mengejek pak parno.

"Mas dari jauh ya ?" Aku menanyakan asal Heri.

"Iyooo ce, mas dari kampung, tukang angkut sawit ke mobil" terang Heri menjelaskan asalnya dan kerjaan dia di kampung.

"Eee maksutnya angkut sawit gimana mas ?" Aku tau buah sawit tapi aku tidak pernah tau kalau ada orang yang kerjanya ngangkat buah sawit.

"Bukannya pakai mesin ya ngangkatnya ?" Tanyaku kembali penasaran.

"Yooo gak tohh… buah sawit e mas pikul haha" sambil Heri memainkan ponselnya.

Tiba-tiba Heri duduk di sebelahku dan menunjukkan fotonya sedang memikul sawit.
"Ini ce ada fotonya mas lagi mikul sawit" Heri menggeser layar hpnya menunjukkan beberapa foto

"Ehhhh….., itu beneran dipikul ? Gak berat ?" Tanyaku penasaran namun terasa duduk Heri terlalu rapat ke tubuhku sehingga lenganku menempel pada dadanya.

"Berani banget ni menantu pak parno" gumamku dalam hati.

"Ringan kok...Ndak berat.. mas udah biasa mikul" terang Heri yang tubuhnya semakin di rapatkan ke lenganku. Terasa dada nya semakin menempel ke lenganku yang terhalang oleh kemeja.

"Ini beratnya bisa 70 kg loh ce" timpalnya menjelaskan kembali.

"Ihh… berat banget, setengahnya berat Nely nih hihi" tawaku kecil membandingkan berat sawit itu dengan tubuhku.

"Emang berat ce Nely berapa ?" Tanya Heri menatapku, seketika mata kami bertemu dan aku langsung menunduk malu.

"Eee… berapa ya, terakhir nimbang 47 kg deh kalau gak salah mas" jari telunjuk ku arahkan ke dagu mengingat berapa berat badanku

"Yoooo ringan itu, biso mas pikul ce Nely hahaa" tawa Heri yang dari tadi tidak memundurkan tubuhnya dari lenganku.

"Hahaha masak sih, emang bisa ?" Ucapku menantang.

"Ya ampun Nely kok malah nantangin sih" keningku kukerutkan karna salah bicara.

"Aaaaahhh……." Tiba-tiba aku terkejut Heri langsung mengangkat badanku.

Aku di bopongnya di atas pundak nya, kini kepalaku berada di belakang punggung Heri dan pahaku di genggamnya erat.

Aku langsung terangkat naik di pundak Heri kepalaku mengadah ke bawah.
"Hahaha ampun mas" ku pukul-pukul pinggang Heri.

"Kuat kan mas, udah biasa mikul ce hihi" tawanya bangga, entah bangga bisa membopong tubuhku atau bangga akan dirinya aku tidak tau.

"Hahaha iya iya kuat, lepasin dong ahhh….." terasa paha mulusku di elusnya oleh jari kasar Heri.

"Tar ya, biasanya mas kalau mikul sawit bawa nya ke mobil jauh, ini mas praktekin" Heri membawa tubuhku berjalan ke pintu depan dan menendangnya hingga pintu itu tertutup rapat dan menguncinya.

"Eh… kok di tutup mas" aku yang msih berada di atas pundak Heri bingung dengan apa yang Heri lakukan.

"Tar di lihat orang mas lagi mikul ce Nely gak enak lohh haha" ucap Heri tertawa.

"Haha iyaaa mangkanya turunin dong, biar gak di lihat orang" ujarku sambil memukul-mukul punggungnya.

"Ini mas praktekin gimana mas mikul buah sawit" Heri melangkah kan kakinya ke kamar, yang berseberangan dengan kamar pak parno.

"Ihhh kok kesini mas ?" Tanyaku heran kenapa Heri membawaku ke kamar.

"Iyaaa anggap aja tadi mas jalan dari bawah batang sawit terus berjalan ke mobil mikulin sawitnya haha" tawa Heri tangannya sudah mengelus pahaku yang mulus dari tadi.

"Ahhh….. mashh… emang buah sawit di elus gitu yahh…." Aku bertanya seakan-akan polos tidak tau apa yang Heri akan lakukan.

"Hihi yooo gak toh, mana ada sawit di elus" tawa Heri namun kini dia meraba bongkahan pantat ku.

"Lahh…. Itu kenapa paha Nely di elushhh….." nafsuku seakan naik ke ubun-ubun saat pantatku di remas oleh Heri.

"Hihi… ini sawitnya empuk bener yahh" Heri meremas pantatku dengan kasar dan jarinya terasa menusuk-nusuk ke tengah pantatku.

"Ahhhh…..turunin dulu mashhhh" terasa nafasku berat saat jari itu dengan kasar meremas pantatku.

Lalu Heri menurunkan ku namun dia menghempaskan ku ke atas kasur.

"Ehhh…awww sakithh " aku terkejut dengan perlakuan Heri yang melemparkan ku ke kasur.

"Gitu lohh ce Nely kalau abis mikul sawit ya di masukin ke mobil" terang Heri sambil mendekat ke arah ranjang.

"Eeee yaaaa Nely gak di lempar juga lohh… sakit tau mas emangnya Nely sawit beneran" ketusku kesal karna di lempar Heri ke kasur.

Kulihat tubuh Heri berkeringat karna mungkin abis mengangkat ku.
"Terus abis itu di udah ?" Tanyaku bagaimana kelanjutan nya saat dia bekerja memikul sawit.

"Mmmmm…. Abis itu ya disusun" Heri langsung meletakkan jarinya di payudaraku dan meremasnya dari balik kemeja ku.

"Ouhhhhhhhhh……" lenguhku menerima perlakuan Heri.

"Mhhh…. Masshhh" aku menggigit bibir bawahku saat menerima remasan Heri pada payudaraku.

"ahhhh….mashhhh… tungguhhh" payudara ku di cengkramnya kuat, terasa remasan Heri begitu kuat sehingga terasa sedikit perih namun nafsuku langsung naik merasakan perlakuan Heri.

"Nahhh terus sangking mas rajin, kadang sawitnya mas ciumin" langsung wajah Heri berada di samping leher ku mencium leherku.

"Ihhh…… gelihhh masss ahhhh…." Rasa geli menjalar di tubuhku saat bibir Heri mencium leher dekat kupingku.

"Mmhhh…. Slurpp…." Langsung Heri menjilati daun telingaku.

"Aaahhhhhh….. mashhh" lenganku langsung memeluk leher Heri. Mataku terpejam menerima rangsangan yang Heri berikan.

"Ahhhh…. Aku bukanhhh sawithhh mashhh ahhh…." Desahku manja kegelian di jilati oleh Heri.

"Terushhh…." Bisik Heri di kupingku.

"Ouhhhh……gelihhh janganhhh bisikhh disitu ahh…." Kurangkul leher Heri kuat-kuat menahan rasa geli.

Lalu Heri mengarahkan wajah nya di atas wajahku, jarak wajah kami hanya beberapa senti. Heri tersenyum kepadaku

"Bilang ajahh mas modus kan ?" Ucapku sambil memeletkan lidahku.

"Haha, siopoo toh yang tahan berduaan dengan amoy seksi kayak ce Nely, dirumah yang kosong gini" ujarnya semakin mendekatkan bibirnya.

"Mmhhhhh……mmhhhhhhhh" seketika Heri menciumi bibirku dan kusambut dengan merangkul lehernya dan membalas ciuman Heri.

"Ahh…boleh ?" Ucap Heri melepaskan ciumannya.

"Mmhh… boleh apa mashh ?" Kugigit bibir bawahku dan tatapanku sayu menahan nafsu yang sudah menjalar di seluruh tubuhku.

"Ngentotin ce Nely ?" Tanya Heri yang tangannya berada di kancing kemejaku sambil membuka kancingnya satu persatu.

Kuanggukan kepalaku sambil tersenyum.
"Sekali ini aja yahh…" ucapku lembut menatap Heri.

"Mmhhhh….. slurppp…." Tiba-tiba Heri menjilat bibirku dengan kasar, lidahku tertarik keluar di sedot oleh bibirnya

"Aahhhhhh…….." desahku saat lidahku di sedot-sedot nya keluar dari bibirku seakan mau di telan.

Kancing bajuku sudah lepas semua dan menampilkan payudaraku yang putih mulus terhalang oleh bra.

Mas Heri dengan rakus menjilati bibirku, terasa liurnya belepotan di wajahku, jilatannya beralih ke dagu, pipiku hingga lubang hidungku pun di sedot-sedot nya. Tercium olehku bau liur Heri namun semakin membangkitkan nafsuku.

Tanganku di tariknya ke atas berada di atas kepalaku sendiri, menampilkan tubuhku yang sudah terlepas dari kancing kemejaku.

"Kasarhhh bangethh masshhh ahhhhh…." Bibirku digigit Heri terasa sakit namun entah kenapa aku malah ingin terus di kasarin olehnya.

"Baru kali ini mas ngentot dengan amoy" ujarnya saat melepas bibir ku.

"Yanghh benerhhh ?" Ku keluarkan desahan manjaku.

"Waduhh…. Ndak tahan pengen nyodok memek amoy" tiba-tiba Heri menjilati leherku.

"Ouhhhhh……. Mashhh……" aku mengadah ke atas membuka leherku selebar-lebarnya untuk di jilati oleh Heri.


(Gambar hanya mulustrasi)

"Tungguhhh…." Ku dorong kepala Heri.

"Jangan di merahin yah mashhh" kutatap Heri sayu agar jangan meninggalkan bekas merah pada tubuhku.

"Ahhhh…. Mau di entot aja banyak aturan luhhhh…" Heri mengigit kulit leher ku. Terasa jilatan nya kasar sesekali kulitku di gigitnya.

"Aahhhh….. mashhh… " aku mencakar pundak Heri karna begitu nikmat rasanya tubuhku di perlakukan dengan kasar oleh Heri.

Bra ku di dorongnya ke atas sehingga menampilkan kedua gundukan payudaraku yang putih mulus di hadapan wajah Heri.


(Gambar hanya mulustrasi)

"Aaakkkhhh……sakithhh….." putingku tiba-tiba digigit Heri kuat. Jemariku langsung meremas rambutnya.

"Ahhhhhh……..mashhhh….." terasa payudara ku hendak masuk seluruhnya ke mulut heri.

"Masshhh…… terushhh…." Tanpa sadar aku memerintahkan Heri untuk terus menggigit putingku.

Kini kemejaku di tariknya ke atas dan di lemparkannya entah kemana dan braku pun di bukanya dan di lemparkannya entah kemana. Heri bergegas membuka pakaiannya kini dia telanjang dan aku pun tak mau kalah kubuka celanaku dan celana dalamku.

Kuraih tangan Heri dan Heri kini naik mengangkangi perutku, nampak menggantung penis Heri di atas tubuhku. Nampak penisnya begitu besar dan berurat.

"Gede gak ce Nely ?" Tanya Heri sambil mengocok penisnya di hadapanku.

Aku tak menjawab hanya menganggukkan kepalaku.
"Hisap" perintahnya

kini penis itu tepat di wajahku. Wajahku di kangkanginya mengarahkan penisnya ke mulutku seketika aku membuka mulutku dan pinggul Heri terasa mendorong penis itu masuk.

Heri mulai memaju mundurkan pinggulnya, mulutku terasa terbuka lebar menerima penis itu masuk sedalam-dalamnya ke mulutku.

"Aahhhhhhhhh……ahhhhhhh" kutarik nafas dalam-dalam saat Heri melepas penisnya dari mulutku.

"Asuuu…. Asu… mulut mu kok wenak tenan moy" Heri kembali mendorong penisnya masuk dan seketika mulutku terbuka menerima penis itu masuk

Heri menekan pinggulnya sedalam-dalamnya berusaha memasukan penis itu ke kerongkongan ku.


(Gambar hanya mulustrasi)

"Eeekkkkhhhhh…." Ku tepuk-tepuk paha Heri yang mengangkangi ku karna aku kehabisan nafas namun tak di hiraukan olehnya.

"Aaahhhh…… eehekkk…eehekkk…" aku menarik nafas dan terbatuk karna kehabisan nafas menerima penis itu masuk sedalam-dalamnya ke mulutku.

"Nely gak bisa nafas mas" ucapku sambil mengelap bibirku yang berlepotan liurku sendiri akibat menghisap penis Heri.

Heri tiba-tiba membalikan tubuhnya dan kini kepalanya berada di selangkangan ku. Di elusnya vaginaku dengan jari kasarnya.

"Ahhhhh…. Mashhhhh" desahku menerima gesekan jari Heri pada vaginaku.

"Sambil di hisap" perintah Heri mendorong pinggulnya mengarahkan penisnya ke arah mulutku, seketika aku menggenggam penis itu dan memasukannya kemulutku.


(Gambar hanya mulustrasi)

Heri tiba-tiba menjilati vaginaku dengan rakus.
"Sluurppp. ..slurppppp….slurppppl" terdengar Heri menghisap semua carian yang membasahi vaginaku, kemudian lidahnya masuk ke dalam vaginaku dan di goyangkannya dengan cepat.

"Mmmmmhhhhh….mmhhhhhhh…mmhhhhh" desah ku tertahan oleh penis Heri yang ada di dalam mulutku.

Terasa lidah itu masuk ke dalam mengorek vaginaku dan dengan cepat pula jilatannya seketika pinggulku terangkat mengikuti jilatan pada vaginaku.

Aku pun tak mau kalah ku percepat hisapanku pada penis Heri, ku maju mundurkan kepalaku dengan cepat dan kukocokan jemari ku pada penis Heri.

"Ahhhh……gelihh…. Mau pipishhh masss…. Ahhhhh……." Kulepas penis Heri dari mulutku pinggul ku terangkat tinggi.

Heri semakin cepat menggoyangkan lidahnya di vaginaku.
"Mau pipishhh ahhh…. Ihhhh…. Masss" seketika tubuhku mengejang dan cairan menyemprot dari vaginaku dan langsung di sedot oleh Heri masuk ke dalam mulutnya.

Terasa kering cairan cintaku yang baru saja keluar di sedot habis oleh Heri masuk ke dalam mulutnya lalu terlihat dia menelan semua cairan itu.

"Ahhhh….ahhh…. Nely lemashh mashh" seketika aku terbaring mataku tertutup, fikiranku melayang entah kemana merasakan kenikmatan orgasme yang baru kurasakan.

Heri membalikan tubuhnya sejajar denganku dan tubuhku di dorongnya membelakangi ku.
"Tak masukin ya ce Nely ?" Heri sudah menggesekkan penisnya di ujung lubang vaginaku dari belakang.


(Gambar hanya mulustrasi)

Kubuka kaki ku lebar mempersilahkan penis Heri masuk.
"Iya mashh, pelann yahh" desahku bersiap di masuki penis Heri yang besar.

"Engghhhh….." lenguhku ketika Heri menghentakkan penisnya masuk dari belakang.

"Ahhhh…. Sempit banget asuuu…." Lenguh Heri menerima kenikmatan jepitan vaginaku.

"Pelanhhh mashhh…." Aku melirik Heri yang berada di punggung ku dan seketika dia memeluk perutku dan mulai menggenjot penisnya.

Tangan Heri menarikku dan memelukku dari belakang sementara penisnya mulai maju mundur di vaginaku.
"Aahhhh…..ahhhhh…… mhhhh ouhh" desahku saat penis itu mulai menggenjot vaginaku.

"Plakkk….plak….plak…." Terdengar bunyi peraduan pantatku dan paha Heri Dengan hentakan keras Heri menggenjot penisnya.

"asuuh… ahhh… peret bener dahh… bangsatt…" racau Heri tak karuan.

Aku memeluk lengan Heri kuat dan mengarahkan jemarinya ke payudaraku dan dengan kasar Heri meremasnya, terasa memerah payudaraku oleh remasan Heri yang keras.

Seketika tubuhku di tariknya dan kini posisiku menungging membelakangi Heri.
Heri langsung menancapkan penisnya ke vaginaku dengan kuat.


(Gambar hanya mulustrasi)

"Aaaahhhhhh………" kepalaku mengadah ke atas dan terasa jemari Heri mengepal rambutku dengan tangan dan menariknya ke belakang.

"Plakk….plakk….plak…." Terdengar keras hentakan paha Heri beradu dengan pantatku.

Keringat sudah membasahi tubuhku yang telanjang memperlihatkan punggung ku yang putih mulus mengkilap karna keringat

Heri berusaha mencari bibirku, tangannya mencengkram leherku dan aku menjulurkan lidahku untuk di jilati oleh Heri.

"Ahhh….ahhh…ahhh….mhhh…." Desahku terdengar keras tak dapat ku tahan, Heri dengan keras terus menggenjot vaginaku.

"Ahhh…. Perethh benerhhh…" racau Heri

Tanganku keduanya di tarik ke belakang dan Heri dengan cepat menghujam kan penisnya.


(Gambar hanya mulustrasi)

"Aahhhhh….ahhh…….ahhhhhh….." aku hanya mengadah, payudara ku menggantung kedepan karna tubuhku di tarik ke belakang.

Seketika tubuhku di dorong Heri dan aku tersungkur ke depan lalu dengan cepat dia membalikan badanku dan menancapkan penisnya kembali.

Kutatap mata Heri sayu dan kugigit bibir bawahku.

"Pelukhhh…." Erangku manja meminta Heri memelukku.

Seketika Heri menjatuhkan tubuhnya di atas badanku dan pahaku langsung melingkar di pinggang Heri.

Pinggul Heri mulai maju mundur menggenjot vaginaku kembali

"Enakhhh ce ?" Bisiknya di kupingku.

"Ahhhh…. Iyahhh enakhhh" lenguhku, lenganku melingkar di leher Heri dan Heri dengan kuat memeluk ku.

"Udh berapa kontolhh yang mssukhhh kesini.. ahhh" racau Heri di kupingku.

"Ahhhh….ahhhh…. Tigahh… mmhhhhh." Tanpa sadar aku menjawab karna kini cairan cintaku mendesak keluar dari vaginaku.

"Bangsatthhh…. Lontehh juga nih amoyhhh" Heri makin cepat menggenjot penisnya.

"Nelyhh bukan lontehh ahhhh" aku mencakar pundak Heri dan cengkraman pahaku makin kuat di pinggulnya.

"Terushh….ouhh… mashh keluarhhh" Heri makin mempercepat sodokannya

"Di luarhh mashhh ahhh……." Aku semakin kuat mencakar pundak Heri karna orgasme ku sebentar lagi akan sampai.

"Aaaakkkkhhhhhh….." erang Heri kuat.

Heri mengangkangi wajahku dan menyemprotkan spermanya ke wajahku.
Tubuhku pun kejang mendapatkan orgasme.

"Mmhhhh….. kok di wajah sih….ahhhh…" ketusku mengelap sperma Heri.

"Wajah amoy emang mantep di pejuin haha" tawa Heri yang terbaring lemas di sampingku.

"Ihhh lengket tauu….niiihhh…" aku mengelap sperma Heri ke wajahnya juga.

"Hahaha ihhh kok di lap ke wajah mas ce Nely" tawa Heri sambil nafasnya ngos-ngosan

"Aaahhhhh…. Lemashhh mashhhh….." aku menutup mata sementara kubiarkan spermanya mengering di wajahku.

"Sama mas juga… hmmmmmm…." Terasa tangan Heri menjalar ke payudaraku.

"Iihhhhh….. udahhh…. Ni lengket wajah Nely nih kena spermanya mas Heri" ketusku menepis tangannya.

"Ni…ni…ni…. " Aku oleskan sperma nya ke wajahnya juga.

"Hahaha eit eit ndk kena" Heri menahan tangan ku agar tidak mengenai wajahnya.

"Huuu dasar, Nely mau ke kamar mandi nnti pak parno datang" ucapku mengumpulkan semua pakaianku dan pergi ke kamar mandi.

Bersambung.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd