Rahnia
Suka Semprot
- Daftar
- 7 Aug 2023
- Post
- 7
- Like diterima
- 174
Nama ku Rahnia Tiara Syakila Andini mirip nama artis ya, sehari – hari aku dipanggil Titi. Seorang istri yang berusia 25 tahun. Suami adalah seorang pegawai BUMN di kota P, sedangkan aku bekerja sebagai seorang guru dengan status PNS. Aku menikah pada usia 23 Tahun, karena selesai kuliah aku mengikuti tes CPNS dan lulus menjadi seorang guru. Awalnya aku mengikuti suami ku di Kota P dan bekerja disana, namun aku oleh pusat aku dipindahkan untuk mengajar di Desa yang tidak asing bagi ku. Desa tersebut adalah kampung halaman ku sendiri.
Aku terlahir dari keluarga yang cukup terpandang, begitu juga suami ku yang sama – sama berada satu desa dengan ku. Secara ekonomi, kami cukup mapan karena masing – masing memiliki beberapa hektar perkebunan sawit. Secara agama, baik aku dan suami ku cukup kuat karena latar belakang keluarga menjadi faktornya. Aku sendiri adalah anak pertama dari 2 bersaudara, dimana adik aku sekarang sudah menempuh pendidikan Sarjana di kota P besama denga adik Ipar ku yaitu adik dari suami ku yang berada di kampus yang sama. Sehingga disaat aku pindah ke Desa, aku masih merasa tenang karena suami ku masih dipantau oleh adik – adiknya. Aku dan suami ku saling percaya. Hingga akhirnya, aku mulai tergoda dengan rayuan – rayuan setan didalam kehidupan ku.
Aku sudah pindah ke desa selama satu semester, kebetulan minggu ini sekolah dalam keadaan libur. Sebenarnya aku sudah berencana untuk kembali ke kota P, karena selama liburan pengen dekat dengan suami ku. Namun aku berencana berangkat di hari minggu bersama orang tua ku. Hari ini adalah hari sabtu, orang tua ku pun masih masuk bekerja. Karena bapak dan ibu ku bekerja di pemerintahan sehingga masih masuk dihari sabtu, sedangkan aku sudah mulai libur karena bekerja di sekolah.
Pagi ini aku berencana mencuci semua pakaian yang kotor, biasanya aku mencuci dihari minggu. Lantaran besok aku dan orang tua ku akan berangkat ke kota P. Keadaan desa tempat tinggal ku belum lah sepadat kota, rumah – rumah pun masih dikelilingi oleh pohon rindang dan batang – batang sawit yang besar. Pagi ini suasana cukup dingin karena malam nya hujan cukup lebat. Karena mesin cuci dirumah rusak dan hanya pengering yang berfungsi, lalu aku pun berniat mencuci di dekat sumur karena rumah – rumah didesa kami masih menggunakan sumur tidak seperti dikota yang sudah menggunakan sumbur bor dan air PAM. Karena cuaca yang dingin, aku menjadi semangat untuk mencuci karena tempat mencuci berada di belakang rumah dan terbuka serta langsung berhadapan dengan kebun – kebun sawit milik tetangga.
Waktu menunjukkan pukul 7.30 WIB suasana dingin pun masih terasa, disaat aku sedang sibuknya mencuci lewatlah 2 orang dihadapan ku. Kedua orang tersebut adalah tetangga ku yang rumahnya tepat dibelakang rumah ku. Namanya adalah pak Bejo, tetangga ku yang paling dekat dengan rumah berusia 48 tahun seorang duda yang tinggal bersama anaknya yang masih sekolah dan satunya lagi bekerja. Pak Bejo berperawakan agak sedikit buncit karena berprofesi sebagai supir mobil truk. Sedangkan satu lagi adalah pak Maman atau pak Man yang pekerjaannya sama dengan pak Bejo. Pak Maman sendiri masih memiliki istri dan 3 orang anak yang masih sekolah.
“Ehhh ada Titi “sapa pak Bejo saat melewati ku… ”kok nyuci diluar ??” balasnya lagi kepada ku.. “Eh pak Jo (panggilan akrab pak Bejo), iya pak mesin cucinya rusak, jadi Cuma bisa ngeringin baju aja” balas ku. “ohh begitu.. bapak sama ibu mana ?? kok sendirian” tanya pak Jo kembali kepada ku.
“Masuk kerja pak, kan sabtu gak pernah libur” jawab ku.
“oh iyaa yaaa.. yaa udah bapak numpang lewat yaaa, permisi titi” balas pak Jo kembali kepada ku..
Aku pun hanya menembarkan senyum, pak Jo dan pak Maman pun lewat sedangkan aku melanjutkan kegiatan mencuci baju ku kembali.
Tak terasa pakaian yang aku cuci hampir selesai, dan waktu pun masih pukul 08.15 namun cuaca masih cukup mendukung. Benar benar suasana yang aku rindukan, dingin dan tenang serta masih alami yang berbeda saat aku tinggal dikota. Aku pun rehat sejenak, sambil memainkan ponsel ku membalas pesan suami dan mengatakan kalau besok akan ke Kota P, tentunya hal ini membuat suami ku menjadi senang dan tidak sabar menunggu kedatangan ku. Pada dasarnya jarak Desa ku dan kota P tidak terlalu jauh, kira – kira 3,5 Jam. Sebenarnya suami ku setiap sabtu dan minggu libur, dia bisanya akan pulang ke desa. Namun sebulan belakangan ini pekerjaannya cukup banyak, sehingga sabtu pun masih masuk untuk menyelesaikan pekerjaannya.
Sedang santai – santainya, kembali pak Jo dan pak Man lewat dihadapan ku. “Belum selesai juga Ti mencuci bajunya” tanya pak Man yang kali ini memulai percakapan… “Belum nih pak, masih sedikit lagi… oh iya bapak – bapak mau kemana nih kayak sibuk banget” balas ku kembali..
“Biasanya Ti, mau narik lagi.. ada yang mau diantar” jawab pak Jo… “Ohh gituu…. Banyak duit lah ni ehehehehhe” sahut ku lagi dengan sedikit bercanda.. “ahhh mana ada ti, lagi banyak keperluan ni.. bayar uang sekolah anak” jawab pak Jo lagi..
“Mau bapak bantuin gak Ti, mumpung belum berangkat” kata pak Man lagi.
“Gak usah pak, Titi masih bisa kok… tinggal diperas aja” balas ku
“Atau bapak bantu peras kan Ti biar enak” sahut pak Jo
“Kok enak pak, orang peras baju kok” jawab ku lagi.. Bercanda – canda mesum sebenarnya bukan lagi hal yang asing bagi ku. Karena di tempat ku mengajar pun bercandaan mesum juga sering terlontar untuk menghangatkan suasana. Begitu juga yang terjadi antara aku, pak Jo dan pak Man pagi ini.
“ahhhh kau ni Jo, makanya kawin.. jangan pikiran mu itu loh jorok terus” sahut pak Man yang merasa segan dengan candaan temannya.
“Mumpung dek Titi gak marah Man, yaa kan Ti” kata pak Jo kepada ku yang kubalas dengan senyuman “Gak papa pak, maklum lah pak Jo kan jomblo” balas ku yang membuat kami bertiga tertawa. Kehidupan di Desa sangat berbeda dengan kota, karena di Desa kehidupan sosialnya masih tinggi sehingga tidak ada kecanggungan sangat berjumpa dan mengobrol. Begitulah enaknya tinggal didesa dimana keakraban antar tetangga masih terjaga sampai sekarang. Aku sebenarnya sudah kenal dekat dengan pak Jo dan pak Man karena anak – anak mereka adalah teman sebaya ku. Jadi sedari kecil aku sudah terbiasa dengan kehadiran mereka.
“Jadi gimana Ti, mau bapak bantuin peras gak” tawar pak Jo lagi
“Ya udah pak, kalau gak keberatan” balas ku
Dengan cepat pak Jo pun membantu ku memeras beberapa kain yang berat hingga semua nya selesai lebih cepat sehingga kegiatan mencuci ku pun selesai.
“Makasih ya pak, bantuannya akhirnya cucian Titi selesai juga” ucap ku..
“Masih ada yang mau diperas gak Ti,, hehehehe” balas pak Jo kembali..
“Udah selesai semua kok pak” jawab ku kembali
“Yaaaahhh kiraen ada lagi yang mau diperas, mumpung masih kuat ni Ti” balas pak Jo dengan nada sedikit kecewa.
Aku terlahir dari keluarga yang cukup terpandang, begitu juga suami ku yang sama – sama berada satu desa dengan ku. Secara ekonomi, kami cukup mapan karena masing – masing memiliki beberapa hektar perkebunan sawit. Secara agama, baik aku dan suami ku cukup kuat karena latar belakang keluarga menjadi faktornya. Aku sendiri adalah anak pertama dari 2 bersaudara, dimana adik aku sekarang sudah menempuh pendidikan Sarjana di kota P besama denga adik Ipar ku yaitu adik dari suami ku yang berada di kampus yang sama. Sehingga disaat aku pindah ke Desa, aku masih merasa tenang karena suami ku masih dipantau oleh adik – adiknya. Aku dan suami ku saling percaya. Hingga akhirnya, aku mulai tergoda dengan rayuan – rayuan setan didalam kehidupan ku.
Aku sudah pindah ke desa selama satu semester, kebetulan minggu ini sekolah dalam keadaan libur. Sebenarnya aku sudah berencana untuk kembali ke kota P, karena selama liburan pengen dekat dengan suami ku. Namun aku berencana berangkat di hari minggu bersama orang tua ku. Hari ini adalah hari sabtu, orang tua ku pun masih masuk bekerja. Karena bapak dan ibu ku bekerja di pemerintahan sehingga masih masuk dihari sabtu, sedangkan aku sudah mulai libur karena bekerja di sekolah.
Pagi ini aku berencana mencuci semua pakaian yang kotor, biasanya aku mencuci dihari minggu. Lantaran besok aku dan orang tua ku akan berangkat ke kota P. Keadaan desa tempat tinggal ku belum lah sepadat kota, rumah – rumah pun masih dikelilingi oleh pohon rindang dan batang – batang sawit yang besar. Pagi ini suasana cukup dingin karena malam nya hujan cukup lebat. Karena mesin cuci dirumah rusak dan hanya pengering yang berfungsi, lalu aku pun berniat mencuci di dekat sumur karena rumah – rumah didesa kami masih menggunakan sumur tidak seperti dikota yang sudah menggunakan sumbur bor dan air PAM. Karena cuaca yang dingin, aku menjadi semangat untuk mencuci karena tempat mencuci berada di belakang rumah dan terbuka serta langsung berhadapan dengan kebun – kebun sawit milik tetangga.
Waktu menunjukkan pukul 7.30 WIB suasana dingin pun masih terasa, disaat aku sedang sibuknya mencuci lewatlah 2 orang dihadapan ku. Kedua orang tersebut adalah tetangga ku yang rumahnya tepat dibelakang rumah ku. Namanya adalah pak Bejo, tetangga ku yang paling dekat dengan rumah berusia 48 tahun seorang duda yang tinggal bersama anaknya yang masih sekolah dan satunya lagi bekerja. Pak Bejo berperawakan agak sedikit buncit karena berprofesi sebagai supir mobil truk. Sedangkan satu lagi adalah pak Maman atau pak Man yang pekerjaannya sama dengan pak Bejo. Pak Maman sendiri masih memiliki istri dan 3 orang anak yang masih sekolah.
“Ehhh ada Titi “sapa pak Bejo saat melewati ku… ”kok nyuci diluar ??” balasnya lagi kepada ku.. “Eh pak Jo (panggilan akrab pak Bejo), iya pak mesin cucinya rusak, jadi Cuma bisa ngeringin baju aja” balas ku. “ohh begitu.. bapak sama ibu mana ?? kok sendirian” tanya pak Jo kembali kepada ku.
“Masuk kerja pak, kan sabtu gak pernah libur” jawab ku.
“oh iyaa yaaa.. yaa udah bapak numpang lewat yaaa, permisi titi” balas pak Jo kembali kepada ku..
Aku pun hanya menembarkan senyum, pak Jo dan pak Maman pun lewat sedangkan aku melanjutkan kegiatan mencuci baju ku kembali.
Tak terasa pakaian yang aku cuci hampir selesai, dan waktu pun masih pukul 08.15 namun cuaca masih cukup mendukung. Benar benar suasana yang aku rindukan, dingin dan tenang serta masih alami yang berbeda saat aku tinggal dikota. Aku pun rehat sejenak, sambil memainkan ponsel ku membalas pesan suami dan mengatakan kalau besok akan ke Kota P, tentunya hal ini membuat suami ku menjadi senang dan tidak sabar menunggu kedatangan ku. Pada dasarnya jarak Desa ku dan kota P tidak terlalu jauh, kira – kira 3,5 Jam. Sebenarnya suami ku setiap sabtu dan minggu libur, dia bisanya akan pulang ke desa. Namun sebulan belakangan ini pekerjaannya cukup banyak, sehingga sabtu pun masih masuk untuk menyelesaikan pekerjaannya.
Sedang santai – santainya, kembali pak Jo dan pak Man lewat dihadapan ku. “Belum selesai juga Ti mencuci bajunya” tanya pak Man yang kali ini memulai percakapan… “Belum nih pak, masih sedikit lagi… oh iya bapak – bapak mau kemana nih kayak sibuk banget” balas ku kembali..
“Biasanya Ti, mau narik lagi.. ada yang mau diantar” jawab pak Jo… “Ohh gituu…. Banyak duit lah ni ehehehehhe” sahut ku lagi dengan sedikit bercanda.. “ahhh mana ada ti, lagi banyak keperluan ni.. bayar uang sekolah anak” jawab pak Jo lagi..
“Mau bapak bantuin gak Ti, mumpung belum berangkat” kata pak Man lagi.
“Gak usah pak, Titi masih bisa kok… tinggal diperas aja” balas ku
“Atau bapak bantu peras kan Ti biar enak” sahut pak Jo
“Kok enak pak, orang peras baju kok” jawab ku lagi.. Bercanda – canda mesum sebenarnya bukan lagi hal yang asing bagi ku. Karena di tempat ku mengajar pun bercandaan mesum juga sering terlontar untuk menghangatkan suasana. Begitu juga yang terjadi antara aku, pak Jo dan pak Man pagi ini.
“ahhhh kau ni Jo, makanya kawin.. jangan pikiran mu itu loh jorok terus” sahut pak Man yang merasa segan dengan candaan temannya.
“Mumpung dek Titi gak marah Man, yaa kan Ti” kata pak Jo kepada ku yang kubalas dengan senyuman “Gak papa pak, maklum lah pak Jo kan jomblo” balas ku yang membuat kami bertiga tertawa. Kehidupan di Desa sangat berbeda dengan kota, karena di Desa kehidupan sosialnya masih tinggi sehingga tidak ada kecanggungan sangat berjumpa dan mengobrol. Begitulah enaknya tinggal didesa dimana keakraban antar tetangga masih terjaga sampai sekarang. Aku sebenarnya sudah kenal dekat dengan pak Jo dan pak Man karena anak – anak mereka adalah teman sebaya ku. Jadi sedari kecil aku sudah terbiasa dengan kehadiran mereka.
“Jadi gimana Ti, mau bapak bantuin peras gak” tawar pak Jo lagi
“Ya udah pak, kalau gak keberatan” balas ku
Dengan cepat pak Jo pun membantu ku memeras beberapa kain yang berat hingga semua nya selesai lebih cepat sehingga kegiatan mencuci ku pun selesai.
“Makasih ya pak, bantuannya akhirnya cucian Titi selesai juga” ucap ku..
“Masih ada yang mau diperas gak Ti,, hehehehe” balas pak Jo kembali..
“Udah selesai semua kok pak” jawab ku kembali
“Yaaaahhh kiraen ada lagi yang mau diperas, mumpung masih kuat ni Ti” balas pak Jo dengan nada sedikit kecewa.