Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Ranjang Yang Ternoda (Reborn)

Status
Please reply by conversation.
Lidya tak henti-hentinya menyalahkan dirinya sendiri yang gegabah karena selalu tidur tanpa mengenakan pakaian, kebiasaan buruknya itu membuat mertuanya yang bejat bisa memanfaatkan situasi dengan mudah. Selain selalu tidur tanpa sehelai benang pun, satu lagi kebiasaan buruk Lidya adalah dia sering meremehkan situasi. Lidya dengan santainya tidur telanjang tanpa mengunci pintu kamar, padahal dia hanya berdua saja dengan mertuanya. Sungguh sebuah kesalahan yang sangat fatal. Ingatan Lidya tak bisa lepas dari kejadian di malam terkutuk saat Pak Hasan, mertuanya sendiri dengan leluasa memperkosa Lidya.

Lidya terjaga sepanjang malam, dia tidak bisa tidur karena masih teringat apa yang telah dilakukan Pak Hasan kepadanya. Dia berusaha melupakan semua kejadian, tapi amatlah sulit melupakan perkosaan yang terjadi pada diri sendiri. Jangankan melupakan, denyutan penis mertuanya yang melesak di dalam vagina seakan tidak pernah hilang dari memek Lidya. Pak Hasan mengancam akan melakukannya lagi, dan dengan kepergian Andi selama beberapa hari ini, tentunya amat mudah bagi Pak Hasan memperoleh kesempatan untuk menidurinya lagi. Lidya berusaha mencari cara untuk melarikan diri dari terkaman nafsu sang ayah mertua. Untungnya ayah mertuanya yang bejat itu seharian pergi entah kemana.

Sudah sepanjang pekan Lidya kesulitan menghubungi Mbak Alya, sejak kunjungannya yang terakhir kali, mereka tidak pernah bertemu lagi, kalaupun berhubungan hanya melalui sms singkat menanyakan kabar. Mungkin Alya dan Hendra sedang sibuk sehingga jarang berada di rumah. Satu-satunya harapan Lidya kini ada pada Dina. Tadi pagi Lidya sudah berusaha menghubungi Mbak Dina. Tapi ada sesuatu yang aneh dari nada suaranya. Kakaknya itu biasanya senang kalau ditelpon Lidya atau Alya, tapi hari ini sangat lain, sepertinya ada beban berat yang tengah dipikul Mbak Dina.

“Mbak, aku boleh tidur di sana seminggu ini? Paling tidak sampai Mas Andi pulang.”, tanya Lidya saat menelpon Dina. “A-aku takut di rumah sendirian, Mbak.”

“Eh… ehm… gimana yah… ehm… a-aku…” Dina terbata-bata menjawab.

Lidya mengernyitkan dahi. Aneh sekali, ada apa dengan kakaknya itu? Tidak biasanya Mbak Dina terbata-bata saat menerima telepon darinya. Pasti kakaknya itu tengah menghadapi satu masalah yang sangat berat.

“Mbak Dina? Mbak kenapa?”

“Eh… ehm, aku.....aku..... Justru mbak yang sebenernya pengen numpang tidur di rumah kamu, dik. Karena… ehm… karena… karena… nanti mbak cerita kalau ketemu kamu, jadi gapapa kan kalo mbak nginep?”

“Oh ya sudah kalau begitu. Nggak apa-apa kok, Mbak. Aku malah seneng banget di rumah ada yang nemenin.”, Lidya bisa sedikit bernafas lega. Tapi sebagai seorang adik yang hapal dengan sikap dan sifat kakaknya, Lidya tahu ada sesuatu yang tidak beres di rumah Dina. Itu sebabnya kakaknya mau menginap di rumah Lidya. Lagipula belum pernah seumur hidupnya lidya menerima kehadiran dina, Alya ataupun keluarga yang lain di rumah. Dengan senang hati karena tak jadi melarikan diri dari rumah, Lidya amat menantikan kedatangan kakaknya. “Kalau begitu, mau ke sini jam berapa, Mbak?”

“I-iya, dik. Aku ke sana nunggu Dani dan Dion pulang sekolah dulu. Maaf ya kalo aku jadi ngerepotin kamu…”
“Iya Mbak, nggak apa-apa kok.”
“oke. aku nanti kasih kamu kabar lagi. Dah Lidya.”
"Iya. Dah mbak dina"

Klik.

Ketenangan mulai sedikit bisa dirasakan oleh Lidya. Kehadiran Mbak dina mengusir kesendiriannya di bawah bayang-bayang nafsu birahi ayah mertua, pak hasan.

###

Duduk di depan meja rias, Dina menyisir rambutnya dengan rapi. Ibu muda yang jelita itu menatap muram refleksi dirinya di dalam cermin. Dina tidak mempercayai nasib buruk yang telah dialaminya selama beberapa hari terakhir. Dina masih tetap cantik, masih tetap seksi, masih tetap molek dan masih tetap menggairahkan mata setiap orang yang menatapnya. Akan tetapi predikat istri setia dan ibu yang baik sudah jauh meninggalkan dirinya. Dina yang sekarang bukan lagi Dina yang lugu dan suci. Sudah dua kali Dina yang sebelumnya tidak pernah disentuh pria lain itu bermain api dengan Pak Pramono, atasan suaminya sendiri. Walaupun baru sekali disetubuhi, tetap saja Dina merasa sangat kotor, apalagi saat dengan kesadaran sendiri datang ke hotel yang diinginkan Pak Pram untuk melayaninya menuntaskan hasrat beroral seks.

Pernikahannya dengan Anton seakan lenyap terbakar hawa nafsu birahi yang menyala. Dina malu mengakui nikmat yang dirasakan saat disetubuhi laki-laki selain suaminya sendiri. Walaupun awalnya terpaksa melayani Pak Pramono agar keluarganya selamat dari malapetaka, namun kenikmatan luar biasa yang dirasakan Dina saat melakukan affair dengan Pak Pram tetaplah tidak bisa disembunyikan begitu saja.

Berawal dari sebuah ancaman akan memenjarakan Anton dan menyita seluruh harta mereka, Pak Pram kini menguasai seutuhnya jalan hidup ibu rumah tangga dua anak itu. Dina takluk pada semua perintahnya termasuk menjadi budak seks pribadi Pak Pramono. Apa yang akan terjadi seandainya Anton mengetahui semua kejadian ini? Tentunya dia akan langsung menceraikan Dina begitu tahu istrinya telah ditiduri Pak Pramono. Dina bahkan sangat malu berhadapan dengan adik-adiknya seperti Alya dan Lidya. Sebisa mungkin mereka tidak terlibat dalam masalah ini.

Seandainya saja Dina mampu menolak setiap keinginan Pak Pramono, dia akan melakukannya. Tapi tiap kali pria tua berwajah garang dan berperawakan gagah itu menyentuh dirinya, Dina seperti takluk pada semua perintahnya. Dina juga sangat khawatir dengan aksi Pak Pram yang tidak menggunakan alat pengaman apapun saat menyetubuhinya. Apa yang akan terjadi nanti seandainya Pak Pram menghamilinya? Bagaimana mungkin istri yang tadinya setia dan sangat alim itu terjatuh ke dalam jurang kenistaan dan berubah menjadi pekerja seks privat untuk Pak Pramono?

Tanpa sadar, Dina menyelipkan jari jemarinya ke selangkangan saat membayangkan apa yang telah dilakukannya dengan Pak Pramono. Jari jemari lentik ibu cantik itu masuk ke dalam celana dalam dan menggosok lembut daerah bibir kemaluannya. Lama kelamaan jari itu masuk ke dalam liang cinta Dina. Wanita jelita itu tenggelam dalam keinginan masturbasi sambil membayangkan sosok pria yang lebih pantas menjadi ayahnya yaitu Pak Pramono sedang menyetubuhinya dengan penuh nafsu.

Inikah sosok istri yang tadinya setia itu? "Aku tidak boleh jadi wanita murahan seperti ini", Dina tiba-tiba menarik tangan yang menyusup ke celana dalam. Dia merasa tidak boleh melakukan perbuatan merendahkan dirinya. Dina tak mau jadi wanita jalang yang menyerah digilai oleh nafsu. Terlalu lemah hanya gara-gara pak pramono mengancam, dina lantas berkeinginan jadi budak seks bos suaminya. Dina harus segera angkat kaki dari rumah bersama kedua anak kandungnya, dani dan dion. Kalau tidak, pak pramono sewaktu-waktu akan kembali. Sebaliknya anton. Tidak ada yang bisa dina harapkan pada suami gila judi itu. Akibat ulah suaminya dina disetubuhi oleh pak pramono.

Dina akan mengungsi ke rumah adiknya, lidya, untuk sementara waktu sampai ia memiliki penghasilan sendiri. Lagipula, dina memiliki bekal titel sarjana manajemen keuangan. Ia juga mempunyai pengalaman kerja sebelum akhirnya mengundurkan diri setelah menikah dengan anton. Menurutnya, dengan tinggal di rumah lidya ia akan jauh lebih aman. Dina sudah tak mempedulikan lagi nasib suaminya bagaimana. Biarkan lelaki itu mengurusi dirinya sendiri.

"Ma, mama! Jadi gak?!", dani dan dion mengetuk pintu kamar Dina. Dina segera membuka pintu sekaligus membawa koper berisi pakaian dia dan kedua puteranya.

"Jadi dong. Yuk kita berangkat sekarang." Dina menuntun tangan dani. "Kakak dani, pegangin dong tangan ade dion"

"Iya ma".

Ibu dan kedua orang anak itu segera berjalan menuju pintu depan. Mereka terlebih dulu duduk di halaman rumah. Mereka bertiga hendak menunggu taksi yang lewat sebentar. Setelah didapat, dina segera memboyong kedua anaknya masuk ke taksi, termasuk kopernya yang ditaruh di bagasi.

Tanpa disadari setelah taksi melaju, sebuah mobil sedan berjalan membuntuti.

###

"Hadduh udah pada gede-gede ya kalian keponakan tante...", lidya menyambut kedatangan dina di muka halaman rumah. Ia menyalami satu per satu kedua keponakannya yang masih tergolong anak-anak, dani dan dion. "Ayo masuk yuk. Kalian pasti haus kan." Ia segera mempersilahkan keluarga dekatnya itu masuk. Betapa bahagia sekali lidya rumahnya jadi ramai.

"Maaf ya dik, aku jadi ngerepotin kamu nih", berjalan beriringan, dina merasa tak enak hati atas perlakuan baik lidya. "Memang suami kamu lagi di luar kota?"

"Iya Mbak. Biasa kerjaan. Aku seneng banget loh kalau mbak bener jadi nginep di sini. Soalnya rumah sepi banget. Aku agak jadi takut gimana gitu.", Lidya tak berani berterus terang kalau baru-baru ini ia diperkosa oleh ayah mertuanya. "Nah, dengan kehadiran Mbak dina bikin suasana rumah jadi rame deh".

"Bisa aja ya kamu, dik".

Setibanya di dalam, lidya memandu dina dan kedua keponakannya duduk di ruang tamu. Ia buru-buru saja ke dapur untuk membuatkan minuman, agar membiarkan dina dan kedua anaknya untuk rehat sebentar.
"Mah, kita nginep di lumah tante lidya sampai kapan?", dani bertanya kepada dina. Adiknyan dion, juga tak mau ketinggalan "Papa ikut nginep gak, mah?"

"Kita di sini agak lama sayang. Soalnya rumah kita mau perbaikin. Kalau papa, papa gak ikut kesini. Kalau ke sini, rumah kita siapa yang tungguin.", ujar dina tak membebani kedua anaknya dengan problema kehidupan yang sedang dialami. Dengan tersenyum pada dani dan dion, dina melepas kepenatan. Dua anak itu membuat ia masih sanggup bertahan.

"Ayo ayo diminum dulu sirupnya....", lidya membawakan tiga gelas air jeruk dingin. Kedua anak dina antusias berebut. Lidya semakin senang karena ia merasa sudah menjadi seorang ibu saja. "Ambilnya pelan-pelan ya. Awas jatuh. Nanti pecah."

"Repot-repot banget dik. Mereka berdua juga baru minum tadi di jalan.", dina membantu dion, anak bungsunya, mengangkat gelas.

"Gak apa apa Mbak. Mereka juga kan jarang ke sini. Ayo mbak minum juga dong", lidya mengamati kedua keponakannya minum air jeruk yang dibuat oleh Lidya sendiri.

Suasana kebersamaan antara lidya dan dina cuma berlangsung sebentar. Seseorang di depan pagar rumah lidya datang menggebrak-gebrak tanpa kenal sopan santun. Seseorang berkepala cepak. Bertubuh tegap hanya mengenakan rompi dengan tatto di lengan kiri dan kanan itu seperti ingin mengintimidasi. Masih belum jelas siapa yang jadi sasaran. Dia terus menggebrak-gebrak pagar rumah lidya. Menggoncang-goncang seakan mau merobohkan tembok yang memancang berdirinya pagar. Dia menengok ke arah dalam rumah lidya. Ia mencari seseorang. Tak ada respon. Ia lalu berteriak memanggil orang yang dicari. "Dina! Dina! Dina!"

Lidya panik. Begitu juga Dina dan kedua puteranya yang lekas memeluk mamanya. "Mah, orang itu kenapa cari mama? Dion takut Ma." Dina coba menenangkan. Dia tak mau anaknya menjadi trauma karena masalah yang sedang menimpanya "Gapapa kok sayang. Orang itu cuma lagi pusing aja. Sama kayak papa kalau lagi pusing suka marah-marah kan?" Dina tahu orang yang mencarinya itu adalah utusan pak pramono. Namun, dina heran bagaimana dia tahu kalau dina sedang berada di rumah lidya. Jalan satu-satunya yang bisa meredam emosi orang ini adalah dina datang menghampiri. Kalau tidak, orang ini tak bakalan pergi. Dina tak mau rumah lidya jadi sasaran teror. Dia juga tidak mau lidya jadi harus ikut campur urusan rumah tangganya.

"Dik, jagain dani sama dion dulu ya", dina beranjak berdiri. Lidya berusaha mencegah. Akan tetapi, diabaikan. "Gak usah diladenin mbak. Biarin aja. Nanti juga pergi. Mbak..mbak dina." Terpaksa lidya membiarkan Mbak Dina menemui orang itu. Ia hanya bisa menjalankan pesan dina, yakni menjaga dani dan dion agar tetap tenang. "Kalian tenang ya, mama kalian cuma mau bikin orang itu pergi dari sini. Biar kita gak diganggu terus".

Dina memberanikan diri keluar. Dia melewati pintu rumah lidya dan mendekati lelaki beperawakan preman yang menggedor-gedor rumah lidya. Dina tahu orang itu sedang mencari dirinya. Ia tak terlalu khawatir karena pagar yang tinggi membatasi jarak antara dia dengan laki-laki preman itu.

"Mbak yang namanya Dina?", tanya si laki-laki dengan wajah terkesan jahat dan menakut-nakuti.

"Iya. Kamu orang suruhan pak pramono kan? Ada apa kamu sampai ke sini-sini?! Ini rumah adik saya. Jangan macam-macam. Lebih baik kamu pergi dari sini sekarang!", maki Dina.

"Maaf Mbak, saya hanya menjalankan tugas saja di sini. Saya diminta pak pramono menjemput Mbak untuk dibawa ke rumahnya. Oleh karena itu, Saya minta dengan sangat ke Mbak agar bisa kooperatif dengan saya"

"Saya tidak akan mau! Kamu bilang ke pramono itu! Kalau masalah dia selesaikan saja sama si Anton! Saya gak mau dibawa-bawa lagi urusan kalian!", hardik Dina hingga termegap-megap. Si laki-laki preman pun dibuat kesal. Ia tak mau bicara lagi untuk segera mengambil tindakan. Ia berusaha merangsek masuk rumah lidya. Di dalam pikirannya ia akan segera menyeret Dina yang sudah keras kepala duluan. "Jadi mbak ngelawan ya?!", laki-laki preman memelototi dina. Jalan-jalan satunya menangkap wanita itu secara paksa. Ia sungguh tak peduli ada orang yang melihat atau tidak karena itu sudah bagian dari pekerjaan dia.

"Tolong! Tolong!", Dina spontan melepas ketakutannya. Ia berharap ada orang yang mencegah aksi orang suruhan pak pramono. Tiba-tiba, laki-laki preman yang hendak memanjat pagar rumah lidya, dijatuhkan tubuhnya oleh seseorang. Orang itu tak lain Pak Hasan, ayah mertua lidya.

"Beraninya sama perempuan! Rasain ini!", setelah dijatuhkan, hingga bokongnya membentur aspal, sebuah pukulan telak mendarat di pipi preman. Terciplaklah darah di sela-sela bibirnya. Laki-laki preman itu lekas bangkit. Dia tak mau dianggap pengecut. "Heh orang tua! Saya gak ada urusan sama kamu! Karena kamu udah berani kurang ajar duluan, saya terpaksa buat umur kamu cukup sampai di sini saja!" Laki-laki bertato itu mencoba melakukan hal yang sama yang dilakukan pak hasan. Namun, pak hasan berhasil menangkis serangan. Pak hasan terlebih dulu memberi kesempatan kepada laki-laki preman itu untuk terus melawan. Entah itu tendangan melompat ataupun pukulan keras semuanya mampu dihalau oleh pak hasan. Terakhir, pak hasan memukul perut si laki-laki preman yang kelelahan dengan sekuat tenaga. Akibatnya, darah menyemprot keluar dari mulut si laki-laki preman. Aspal memerah. Laki-laki preman menyerah.

"Lebih baik kamu sekarang pergi! Atau, kamu sudah tak sayang lagi dengan umurmu, berandal! Cepat pergi!", umpatan mengerikan terlontar dari mulut pak hasan. Lelaki preman dengan memegangi perut yang sakit tergesa-gesa kabur dengan berlari sempoyongan.

Setelah selesai berkelahi pak hasan menarik nafas. Ia memuji dirinya sebagai mantan jawara di kampung. "Ternyata aku ini masih kuat saja. Kalau tidak, Mana mungkin lidya sampai kelelahan melayani nafsuku he he". Dia kemudian menggeser pagar rumah lidya karena memang ia tinggal di sana sekarang ini. Mendadak, terkejutlah pak hasan melihat Dina yang sedang berdiri. Wanita berpakaian sopan itu bagi pak hasan, mengundang selera yang sulit dicerna olehnya. Dia agak berbeda dengan lidya menantunya. Dalam penerawangan pak hasan, wanita yang ada dihadapannya jauh lebih menggairahkan. Tubuhnya jauh lebih berisi daripada lidya. Boleh jadi, isinya juga lebih lezat. Siapakah wanita molek ini? Pikir pak hasan ingin berkenalan.

"Maaf, neng siapa ya?", tatapan mata pak hasan berbinar-binar mengarah ke arah buah dada dina. Walaupun tak ada aurat yang dipertontonkan, pak hasan menebak dina mempunyai payudara yang jauh lebih berukuran besar ketimbang yang dimiliki oleh Lidya. Pak hasan melihat dari lengan dina yang sangat sintal. Ia punya niat mencicipi tubuh wanita itu. "Whooa, yang seperti ini baru seleraku".

"Saya dina, pak. Bapak siapa ya? Ngomong-ngomong terima kasih udah nolongin", dina tersenyum menyalami pak hasan. Ketika mau bersalaman, datang lidya menyerobot. Dia tak memberi kesempatan dina bersalaman apalagi berkenalan dengan ayah mertuanya, karena lidya amat tahu kekejian yang sudah dilakukan pak hasan.

"Mbak, mbak sekarang mendingan masuk..biar orang tua ini Lidya yang hadepin...", lidya mendorong-dorong tubuh kakaknya agar masuk ke dalam rumah. Kemudian ia berbicara empat mata dengan pak hasan.

"Siapa itu? Mengapa kamu menghalangi aku kenalan sama wanita cantik itu. Menantuku manis. Kamu cemburu ya?", pak hasan mencubit dagu lidya. Namun, lidya menepuk tangan pak hasan. Ia tidak mau dina sampai salah paham jika melihat.
"Saya peringatin, Jangan macem-macem ya pak sama perempuan itu. Itu kakak saya dina...", ujar lidya galak. "Oh itu kakak kamu. Pantes lebih seksi dari kamu. Hm...bapak cicipin dia? He he he", jawab pak hasan menengok ke arah dalam rumah lidya.

"Pak, lidya kan udah bilang. Jangan macem-macem!", gertak lidya. Ia tak mau kakaknya bernasib sama.

"Yasudah kamu tinggal pilih saja kalau begini. Kamu pilih layani bapak malam ini, atau........kakak kamu itu yang layani bapak, bagaimana?".

"Isss bapak!", lidya mendapat masalah baru dari ayah mertuanya. Ternyata kehadiran dina bukan menyelesaikan masalah di rumah lidya. Malah, membahayakan dina sendiri.

###

Jam dinding sudah menunjukkan angka melebihi tengah malam saat Lidya mendengar pintu depan terbuka. Lidya yang kelelahan tertidur di sofa di depan pesawat televisi setelah menonton acara hiburan malam. Karena masih mengantuk, Lidya sedikit lambat bangun dari sofa dan lupa menghindari pertemuan dengan ayah mertuanya. Pria gemuk dan botak itu langsung mencari menantunya yang molek. Pak Hasan berhasil meraih lengan Lidya dan membungkukkan badan Lidya di dekat anak tangga menuju ke lantai atas sebelum si cantik itu berhasil lari ke kamar atas.

“Bapak! Apa yang bapak lakukan!? Aku tidak mau melakukannya lagi! Ini nista! Zina!” Lidya menjerit dan meronta mencoba melepaskan diri dari pelukan mertuanya.

“Percuma kamu menjerit. Di rumah ini cuma ada kamu dan aku, toh?”

Lidya mencoba meronta lebih keras lagi namun gagal, semua usahanya sia-sia. Dengan sekali sentak, Pak Hasan menarik tubuh Lidya dan melemparnya ke atas bantalan empuk bagian belakang sofa yang berada di dekat mereka. Tubuh Lidya melayang dan mendarat hanya bertumpukan perut yang sekarang berada di atas bagian sandaran empuk sofa. Wanita cantik itu tersentak dan hampir muntah.

Dengan cekatan Pak Hasan melucuti kaos santai yang dikenakan menantunya. Mertua yang sudah gelap mata itu sekaligus menarik BH yang dikenakan Lidya dan menggunakannya untuk mengikat tangannya. Kecepatannya menarik BH dan kaos cukup membuat Lidya kagum sesaat, seakan-akan pria tua itu sudah sering melakukan hal ini sebelumnya. Pak Hasan menarik rok pendek yang dikenakan Lidya ke pinggang dan dengan kasar melucuti celana dalamnya.

Lidya berusaha keras menendang ayah mertuanya, tapi karena posisinya yang kurang pas, Pak Hasan bisa menghindar. Setelah seluruh tubuh Lidya terekspos, Pak Hasan dengan leluasa bergerak bebas. Ia segera menampar pipi pantat Lidya dengan sekeras mungkin. Lidya menjerit kesakitan. Sayang, hal itu malah menambah semangat Pak Hasan yang kemudian tertawa terbahak-bahak dan mengulangi tamparannya beberapa kali lagi. Saat ia puas melakukannya, pantat Lidya memerah karena sakit dan istri Andi yang seksi itu hanya bisa sesunggukan menahan air mata. Pak Hasan menarik rambut Lidya dan membalik kepalanya sehingga mereka bisa saling berhadapan.

“Itu hukuman buat menantu nakal yang menghindari ayah mertuanya yang sudah kangen. Jangan pernah lari dariku lagi! Mengerti? Sekarang coba tebak apa yang bapak bakal lakukan sama kamu?” Pak Hasan tertawa terbahak-bahak melihat wajah Lidya yang memelas dan bersimbah air mata. “Bapak bakal entotin kamu sampai kamu tidak bisa berdiri tegak lagi!”

Setelah mengatakan itu, Pak Hasan melepaskan jambakannya pada rambut Lidya dan merenggangkan kedua kakinya melebar. Dia kini memiliki akses penuh ke memek Lidya yang sudah menantang. Pria tua menggunakan jempol tangannya untuk membuka lebar-lebar bibir vagina Lidya. Pak Hasan segera membuka celananya dan seketika penisnya yang ternyata sudah mengeras keluar dari sarang. Tanpa basa-basi lagi, Pak Hasan menekan penisnya ke dalam vagina Lidya dengan satu sentakan yang sangat menyakitkan Lidya.

Wanita cantik itu menjerit kesakitan dan berusaha keras melepaskan diri dari mertuanya, tapi usahanya gagal. Pak Hasan menarik penisnya dan kembali dia sentakkan ke dalam memek Lidya keras-keras. Lidya kembali menjerit kesakitan karena liang rahimnya belum terlumas secara menyeluruh, sehingga penetrasi yang dilakukan Pak Hasan membuatnya sangat kesakitan. Pak Hasan kembali tertawa terbahak-bahak melihat menantunya menjerit-jerit tanpa daya.

Tangan Pak Hasan mencoba meraih buah dada Lidya yang bergelantungan. Setelah mendapatkan yang dicari, tangan gemuk Pak Hasan mulai meremas-remas serta memilin payudara Lidya seiring gerakan penisnya yang keluar masuk di liang cinta sang menantu. Lidya menangis dan terus memohon pada Pak Hasan agar menghentikan perbuatannya, tapi yang dilakukan mertuanya yang gila itu malah terus menjejalkan kontolnya ke dalam vagina Lidya. Sempitnya liang cinta sang menantu membuat Pak Hasan serasa terbang ke langit nirwana.

Kemudian saat-saat yang ditakutkan Lidya akhirnya datang juga. Wanita cantik bertubuh indah mulai merasakan kenikmatan merambat naik ke seluruh penjuru badan. Mulai dari rangsangan Pak Hasan yang meremas-remas payudaranya sampai kecepatan penis sang mertua yang masih terus keluar masuk lubang vaginanya. Entah kenapa Lidya mulai menikmati perlakuan seperti ini. Rasa takut dan bersalah yang ada di benak Lidya bertarung dengan rasa nikmat yang melanda seluruh tubuhnya. Ada kenikmatan unik yang bercampur antara rasa sakit dan kenikmatan luar biasa yang diberikan oleh sang ayah mertua. Istri Andi itu makin kebingungan saat Pak Hasan akhirnya menyemprotkan maninya ke dalam liang rahim Lidya. Dia bingung karena entah harus merasa lega atau malah kecewa.

Tubuh Pak Hasan menegang dan sesaat kemudian penisnya mengecil. Dengan diiringi suara meletup yang nyaring, mertua Lidya itu menarik kontolnya dari memek sang menantu.

Lidya berbaring di atas sofa dengan perasaan campur aduk. Dia merasa lelah dan malu. Lidya merasakan sentakan kecil dalam tubuhnya, hampir saja si cantik itu mencapai puncak kenikmatan. Pak Hasan berjalan mengitari sofa menuju ke arah Lidya. Sekali lagi mertua cabul itu menjambak rambut Lidya dan menarik kepalanya. Dengan terpaksa Lidya duduk di sofa sementara Pak Hasan berdiri. Kepala Lidya tepat berada di depan selangkangan Pak Hasan.

“Bersihkan kontolku.” Perintah sang mertua.

“Apa?!”, seru Lidya heran. Dia tidak percaya apa yang baru saja didengarnya. Walaupun sudah mulai mengecil, tapi penis Pak Hasan itu masih cukup keras dan belepotan air mani. Tangan Lidya masih terikat oleh kaos dan Bhnya sendiri sehingga dia tidak bisa banyak bergerak.

“Jilati kontolku sampai bersih, nDuk. Cuma gitu aja kok repot? Lebih baik cepat kau lakukan apa yang aku suruh sebelum sebagian pejuhku menetes di sofamu yang mahal itu dan menimbulkan noda! Kalau tidak mau, akan kuhajar kau malam ini juga!”

Karena rasa takut yang amat sangat, tidak ada jalan lain bagi Lidya kecuali menyerah. Sebagai pengantin baru, Lidya amat sering mengoral penis suaminya, tapi hal itu bukanlah hal yang menyenangkan. Dengan perasaan segan, istri yang tadinya setia itu mulai menjilat ujung kontol ayah mertuanya yang masih belepotan air mani. Lidya membersihkan kontol Pak Hasan dengan bibir dan lidahnya. Pria tua itu merem melek karena akhirnya sang menantu tunduk di hadapannya. Perasaan nikmat karena disepong menyatu dengan pikiran erotis bahwa kontolnya sedang dijilati oleh menantunya sendiri yang luar biasa cantik dan seksi.

Penis itupun perlahan kembali mengeras. Pak Hasan menarik kepala Lidya dan menggerakkannya maju mundur. Menantunya yang cantik itu hampir kehabisan nafas dan tersedak karena penis Pak Hasan terus didesak masuk makin dalam. Lidya merintih dan mencoba menarik kepalanya, tapi Pak Hasan jauh lebih kuat darinya. Entah kenapa rintihan Lidya membuat Pak Hasan berhenti mengeluarmasukkan penisnya ke dalam mulut Lidya.

“Wah wah, sepertinya aku terlalu berlebihan ya, nDuk?” tanya Pak Hasan. “Untung kamu hentikan, soalnya kita belum selesai ngentotnya, toh?”

Sebelum Lidya mampu berpikir jernih tentang apa yang dikatakan mertuanya, pria gemuk dan botak itu menarik tubuh sang menantu dan menyandarkannya ke tembok. Di samping pesawat televisi. Perasaan sesak yang diderita Lidya menyebabkan tubuhnya lunglai dan lemas sehingga tidak mampu berdiri tegak. Hal ini dimanfaatkan Pak Hasan untuk melucuti seluruh pakaian menantunya hingga telanjang bulat. Pak Hasan sendiri juga melepas seluruh pakaian yang dikenakannya dengan cepat dan mendorong tubuh Lidya mepet kembali ke tembok.

Tiba-tiba Pak Hasan menampar Lidya. Lagi dan lagi. Dengan kasar Pak Hasan menampar Lidya berulang-ulang kali. Lidya menjerit-jerit kesakitan dan mohon ampun. Airmatanya mengalir deras. Akhirnya Pak Hasan menghentikan siksaannya.

“Jadi begini situasinya, nDuk.” Bisik Pak Hasan galak. Wajahnya sangat dekat dengan Lidya sehingga wanita jelita itu bisa merasakan hembusan nafas penuh nafsu Pak Hasan di pipinya. “Aku masih terangsang dan pengen menyetubuhimu lagi malam ini. Hanya saja karena aku baru saja orgasme, tentunya kali ini akan membutuhkan waktu lebih lama untuk sampai ke klimaks kedua. Aku ingin mencapai orgasme keduaku malam ini, bahkan kalau untuk mencapai kesana aku harus menyetubuhimu sampai pagi. Aku harap kamu mau bekerja sama, karena kalau sampai aku tidak mencapai apa yang aku inginkan, aku akan menghajarmu sampai mati!”

Lidya panik. Si cantik itu tidak tahu mertuanya itu serius atau tidak, tapi yang jelas tidak ada jalan lain untuk menyelamatkan dirinya sendiri kecuali menurut pada permintaan Pak Hasan.

“Jangan, Pak. Aku mohon…” bisik Lidya lemah, “aku mohon jangan sakiti aku lagi.”

“Mengemis tidak akan mengubah pendirianku. Bahkan rengekanmu malah membuat kontolku jadi lemas lagi, nDuk. Tentunya kamu tidak ingin itu terjadi setelah bekerja keras mengeraskannya dengan mulutmu. Ayo. Entoti aku.”

Dengan terpaksa Lidya menurut saat Pak Hasan mengangkat tubuh telanjang sang menantu dan menyandarkannya ke tembok. Pak Hasan melesakkan penisnya masuk ke dalam vagina Lidya dengan lebih lembut kali ini. Wanita cantik itu mengangkat kakinya dan mengaitkannya di pinggang Pak Hasan sementara tangannya menggantung di leher ayah mertuanya, tangan Pak Hasan sendiri menahan beban tubuh Lidya dengan mengangkat pantatnya. Rasanya luar biasa nikmat bagi keduanya berada dalam posisi seperti ini.

Memek Lidya masih licin oleh air mani yang tadi disemprotkan Pak Hasan ke dalam liang rahimnya sehingga dia bisa melesakkan penisnya dengan mudah. Kali ini jejalan kontol sang mertua di dalam liang cinta sempitnya membuat Lidya merasa nyaman dan bergairah, seluruh tubuhnya bergetar merasakan liang rahimnya yang sempit kini meremas-remas penis besar Pak Hasan yang meraja di memeknya.

Dengan punggung Lidya bersandar pada tembok, kedua manusia berlainan jenis itu mulai bergerak bersamaan. Lidya mulai merasa nikmat karena Pak Hasan kali ini memperlakukannya lebih lembut. Rasa sakit yang diderita kedua pipinya karena tamparan Pak Hasan menghilang berganti rasa nikmat yang meraja di selangkangannya. Lidya berusaha keras menyembunyikan perasaan nikmatnya agar tidak terlihat terlalu jelas di depan sang mertua yang cabul. Klitoris Lidya menempel di tubuh Pak Hasan dan setiap gerakan naik turun membuatnya tergesek seirama, tambahan bulu-bulu halus yang menyentuh ujung klitoris Lidya membuatnya melejit ke nirwana. Lidya memejamkan mata dan berusaha keras tidak mendesah keenakan.

“Mana susumu, nDuk?” perintah Pak Hasan lagi tiba-tiba.

Dengan wajah memerah karena terhina, Lidya menyorongkan buah dadanya dengan satu tangan ke arah mulut Pak Hasan. Pria tua itu meringis penuh kemenangan dan menikmati wajah malu sang menantu. Dengan penuh nafsu, Pak Hasan segera menyerang pentil payudara Lidya. Dia tidak lembut lagi kali ini, tapi sangat lihai memainkannya. Dia menarik dan menghisap pentil itu dengan mulutnya, lalu menjilati pinggiran puting payudara Lidya, setelah itu dia mengelamuti pentil itu dan menggigitinya dengan penuh nafsu.

Rangsangan yang dirasakan Lidya terlalu hebat sehingga menggiring wanita jelita itu ke puncak kenikmatan. Tanpa sadar dia menggerakkan pinggangnya lebih cepat dan kuku-kuku jarinya menancap di punggung Pak Hasan sampai akhirnya Lidya orgasme. Lidya bisa merasakan memeknya meremas batang kemaluan Pak Hasan dengan sebuah remasan hebat dan dia mulai merintih serta menjerit lirih penuh nikmat. Akhirnya setelah selesai mengejang dan memeknya banjir cairan cinta, Lidya membuka matanya. Pak Hasan meringis penuh kemenangan. Kontolnya tetap keras dan dia masih terus menumbuk vagina Lidya.

Tak lama setelah Lidya mencapai klimaks, Pak Hasan dengan sengaja menarik penisnya keluar. Pria tua itu lalu duduk di anak tangga. Dia memberi isyarat supaya Lidya menghampiri dan duduk mengangkanginya. Dengan patuh, menantu yang baru saja digauli sampai orgasme oleh mertuanya itu duduk di pangkuan Pak Hasan.

Lidya menurunkan badannya perlahan dan membiarkan kontol Pak Hasan yang masih keras menusuk vaginanya dari bawah. Seluruh tubuhnya melejit begitu penis itu menguasai bagian dalam lubang rahimnya. Rangsangan yang memberikan nafsu hewani dan kenikmatan pada Lidya kembali terpusat pada selangkangannya. Kali ini Pak Hasan tidak perlu meminta karena Lidya tahu apa yang diinginkan mertuanya. Si cantik yang seksi itu pun bergerak naik turun dan mulai menyetubuhi mertuanya.

Buah dada Lidya yang memantul-mantul terlihat sangat erotis di hadapan Pak Hasan. Pria tua itu segera memainkan kedua payudara Lidya dan menghisap pentilnya dalam-dalam. Lidya melenguh manja dan merintih keenakan. Dia tidak peduli lagi, seluruh pikirannya, seluruh kesetiaan dan perasaan bersalahnya seakan menghilang ditelan gelombang nafsu birahi yang diberikan ayah mertuanya. Semakin kasar perlakuan Pak Hasan, semakin memuncak nafsu Lidya. Setelah beberapa lama tubuh Lidya meremas-remas kontol Pak Hasan, akhirnya pria tua itu sampai juga pada ujung klimaksnya. Pak Hasan meremas pinggul Lidya dan menyemprotkan air mani ke dalam lubang rahimnya.

Untuk beberapa saat lamanya Lidya dan Pak Hasan terbaring berpelukan telanjang di anak tangga. Tubuh mereka basah bermandikan keringat dan nafas mereka mendengus karena kecapekan. Perlahan kesadaran akan kejadian yang telah berlaku menyentakkan Lidya. Dia kembali sadar akan nistanya perbuatan ini. Bagaimana mungkin dia malah melayani nafsu binatang sang ayah mertua? Kemana istri Andi yang telah bersumpah setia itu?

Lidya menangis sejadi-jadinya. Dia menyalahkan dirinya sendiri karena terlena oleh nafsu birahi. Lidya meronta dari pelukan Pak Hasan, mengumpulkan pakaiannya yang tercecer dan lari ke kamar, langsung menuju kamar mandi.

Saat Pak Hasan masuk ke kamar dan menyusul Lidya, istri Andi yang cantik itu tengah menggosok seluruh tubuhnya dengan sabun. Wajahnya penuh dengan kemarahan dan perasaan geram.

“Enak juga punya menantu seksi kayak kamu. Tiap kali butuh ngentot tinggal ambil. Beberapa hari lagi Andi pulang. Kalau tidak mau semua terbongkar, sebaiknya mulai sekarang kamu turuti kemauanku! Besok pagi kalau aku masuk ke sini, aku tidak ingin melihatmu mengenakan sehelai pakaianpun, mengerti? Aku ingin melihat tubuh indahmu telanjang dan jangan lupa untuk merentangkan kakimu lebar-lebar!”

Pak Hasan melangkah keluar kamar meninggalkan Lidya yang terhina, putus asa dan tidak tahu harus berbuat apa untuk menyelamatkan diri dari situasi ini.
 
Flashback ya suhu? Yg SS itu Dina udah ke rumha blm ya?

Btw, keren bgt updatenya...mantaaab...
 
Adaptasi peralihan gaya bahasa.....not bad hu..... Nanti bakal terbiasa dg gaya bahasa yang agak beda ini.
 
ane kira pak hasan bakal dapet 3some ma lidya and dina,,
tapi itu koq paka hasan bilangnya klo cuma ber2 ama lidya di rumah,,
emang sih lidya gak bilang ama pak hasan kalo dina mau nginep,,
apa jangan2 update selanjutnya dina mengintip saat pak hasan garap lidya ?
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Ayo suhu di update lagi...cerita legend yang menarik untuk di daur ulang dengan sentuhan dan warna baru...
 
Bimabet
klo boleh komplain, ini remake nya lebih mirip repost karena para penjahat nya masih selalu untung dan para korban terus"an jadi budak,.

klo bisa di bikin terbalik atu hukuman setimpal lah. makasih.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd