Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Rapuh -TAMAT

Bagian 4


Tidak mudah bagi Leli mengatur perasaannya yang kacau. Malam itu seusai suaminya pulang setelah beraktivitas, Leli lebih banyak menyendiri. Saat tidur pun dia memunggungi suaminya, seolah-olah Thalib adalah makhluk yang paling menjijikkan. Sudah pasti suaminya lelah, seharian dia pasti berhubungan badan dengan Jannah, bahkan mungkin setelah itu dilanjut aktivitas di tokonya. Siapa yang tidak akan capek?

Malam itu berbeda dengan malam-malam yang dia kenal. Suaminya tidak lagi mengerjakan salat di malam hari. Dan itu dia ketahui sudah sebulanan atau mungkin lebih. Seumur-umur menjadi istrinya, Leli tidak pernah melihat ponsel suaminya. Sebab, dia tahu itu adalah privasi dari seorang suami. Dia sangat percaya dengan suaminya, tapi setelah melihat kejadian tadi siang, pikiran itu runtuh semua. Tak ada lagi yang namanya prasangka baik. Prasangka buruk sudah melekat kepada suaminya mulai hari itu.

Pagi harinya Leli mengerjakan salat subuh dan suaminya melakukan aktivitas seperti biasa, pergi ke masjid menjadi imam. Jannah lebih memilih beribadah di rumah. Setelah itu, dia mempersiapkan segalanya, kewajibannya sebagai seorang ibu rumah tangga, seperti memasak, mencuci baju, mempersiapkan keperluan suami dan anaknya. Dia dengan berat hati memaksa tersenyum, sekalipun itu berat baginya. Tentunya terbersit pertanyaan, kenapa dia sangat kuat menghadapi hal ini? Itu tidak lain, karena anaknya. Sudah bulat tekadnya untuk tidak lagi butuh kepada suaminya. Dia bisa mandiri, sebab dia punya tabungan dari toko online miliknya. Dia juga punya tabungan dari warisan orang tuanya. Kalau toh dia nanti berpisah dari suaminya, Leli masih bisa survive sampai mendapatkan pekerjaan agar bisa memenuhi kebutuhan hidupnya.

Ide balas dendam memang sudah dia pikirkan masak-masak. Dia tidak akan menggugat suaminya terlebih dulu. Amarah di dadanya lebih besar dan bisa meledak kapan saja. Dia memikirkan cara yang tepat untuk membalas perlakuan suaminya. Ada banyak hal yang ada di pikirannya, tetapi dia ingin tahu dulu apa yang ingin dilakukan oleh Arief.

Pagi itu pun dia menelpon Arief memberitahukan kalau dia ingin diikutkan dalam rencana ini.

Jujur, Leli sangat takjub kepada Arief. Tidak pernah dia temui pria seperti Arief yang sangat menjaga kehormatan dirinya. Sejak pertama kali bertemu, Arief sangat menghormatinya. Bahkan, tidak memanfaatkan kesempatan meskipun mereka bisa saja melakukannya. Dari sini dia mengetahui kalau Arief sangat menghargai perempuan. Namun, siapa jatidiri Arief Leli sangat ingin mengetahuinya.

"Saya ingin tahu, Pak Arief kerja dimana?" tanya Leli di telepon.

"Oh, saya punya kantor sendiri. Usaha saya dibidang jual beli online," jawab Arief.

"Hmm, begitu ya. Bisa dong kerja sama dengan saya. Saya juga buka toko online," kata Leli.

"Boleh, saya sangat terbuka mau kerja sama dengan siapa saja asalkan cuan," kata Arief.

"Terus terang, Pak Arief. Saya masih terguncang dengan kejadian kemarin. Pak Arief juga pasti syok saat pertama kali tahu istri bapak selingkuh. Saya ingin minta maaf atas kelakuan suami saya."

"Kenapa minta maaf? Itu bukan salahmu. Suamimu yang salah, kenapa kamu minta maaf?"

"Saya tidak bisa jadi istri yang baik."

"Tidak ada orang yang sempurna. Dan sekali lagi itu bukan salahmu."

"Rasanya hari ini saya ingin sekali marah kepada suami saya, tetapi saya tahan. Hari ini dia tidak menjamah saya. Tidur seranjang dengan dia pun rasanya jijik. Saya tadi melakukan aktivitas di rumah seperti biasa, meskipun dengan hati mendongkol. Satu-satunya yang membuat saya bertahan sekarang adalah anak kami."

"Mbak sudah siap untuk membalas perbuatan suami, Mbak?" tanya Arief.

"Saya lahir batin sudah siap," jawab Leli, "apa rencananya, Pak?"

"Rencana utama saya adalah membangkrutkan usaha Thalib. Saya akan buat seluruh koneksinya tidak mempercayai dia lagi," jawab Arief.

"B-bagaimana caranya?"

"Saya punya rencana sendiri. Yang jelas, kehidupan keluarga Mbak akan berubah setelah ini. Kalau mbak punya tabungan, jangan beritahukan kepada suami Mbak. Saya tidak ingin suami mbak mengetahuinya sehingga dia bisa bertahan. Saya ingin Thalib benar-benar nol bahkan kalau perlu minus."

"Tenang saja. Saya punya tabungan yang mana suami saya tidak tahu," jawab Leli.

"Buku tabungannya di rumah?" tanya Arief.

"Iya," jawab Leli.

"Ambil semua uangnya, tutup rekening, lalu titipkan uang itu ke teman yang mana Thalib tidak kenal. Saya takut suami mbak sudah tahu. Bukannya apa, tapi untuk jaga-jaga saja."

Leli berpikir keras. Apa yang diucapkan oleh Arief ada benarnya. Bisa jadi suaminya tahu kalau dia punya simpanan. Dia berpikir siapa orang yang bisa dia titipi uang. Setelah mendapatkan nama di pikirannya, dia pun melanjutkan pembicaraan.

"Baik, itu bisa diatur. Aku punya kenalan yang tidak dikenal oleh suamiku," jawab Leli.

"Yakin?"

"Seratus persen yakin," jawab Leli dengan yakin.

"Baiklah. Kalau begitu mbak sudah aman. Kita lanjutkan ke rencana berikutnya. Saya sudah mengikuti suami mbak selama empat bulan ini. Dan Mbak mungkin akan terkejut ketika tahu apa yang sebenarnya terjadi."

Leli mendesah. Kalau misalnya sesuatu yang ingin dikabarkan Arief ini buruk, maka dia tidak heran. Sebab, suaminya sudah berbuat buruk, lalu apalagi?

"Katakan saja. Kalau misalnya itu perbuatan buruk, saya sudah tidak heran lagi," ucap Leli.

"Iya. Selain dengan Jannah, ustadz Thalib juga punya selingkuhan lain, bahkan nikah siri dengan perempuan ini," jawab Arief.

Leli menutup mulutnya. Matanya berkaca-kaca. "Siapa perempuan itu?" tanya Leli.

"Seorang perempuan bernama Wina. Mereka berkenalan setahun yang lalu dan menikah siri," ujar Arief, "Wina masih muda, usianya baru saja menginjak dua puluh tahun."

"Astaghfirullah, bagaimana dia bisa menutup rahasia itu rapat-rapat?"

"Panjang ceritanya. Saya juga menyelidiki hal ini, tapi nanti saja saya ceritakan. Mbak cukup tahu saja. Dan perlu mbak ketahui Wina sudah tahu Thalib punya istri, dia juga tahu siapa mbak. Bahkan, mungkin kalian pernah ketemu tapi tidak saling sapa."

Leli mengernyit. "Benarkah?"

"Kemungkinan besar begitu. Mbak mau aku kirim foto Wina?" tanya Arief.

"Iya, kirim saja!" jawab Leli.

Arief pun mengirimi foto perempuan yang dimaksud ke dalam aplikasi chat. Wina yang dimaksud oleh Arief adalah seorang perempuan berparas cantik. Terlihat sekali masih muda usianya. Di foto tersebut perempuan itu tersenyum. Leli merasa kasihan kepada Wina. Bagaimana mungkin perempuan sepolos itu dibodohi oleh suaminya.

"Dia cantik," puji Leli.

"Yah, cantik tapi bodoh," kata Arief, "dia juga akan jadi targetku untuk membalas perbuatan Thalib."

"A-apa? Kenapa? Apa salah dia?" tanya Leli yang terkejut.

"Dia sekalipun cantik, tapi punya maksud untuk menguasai suami Mbak. Dia boleh dibilang licik. Wina ini juga tahu kalau Thalib selingkuh dan akan menikahi Jannah. Apa mbak tidak tahu kalau dia juga akan mencatat pernikahan resmi dengan berbekal surat izin poligami yang mbak tanda tangani?"

"M-maksudnya?"

"Dia akan menikahi secara resmi dua wanita sekaligus, Jannah dan Wina. Sayangnya Jannah tidak tahu akan hal ini. Ketika Wina sudah resmi menjadi istri Thalib, maka Thalib akan memberikan satu tokonya kepada Wina, tanpa mbak ketahui. Tak butuh waktu lama untuk kalian tahu Thalib sudah memperistri Wina. Kerjaan Wina? Dia tak punya pekerjaan. Selama ini dia hanya mengandalkan jatah bulanan dari Thalib. Seminggu 3 kali dia mengunjungi Wina. Pekerjaan perempuan itu cuma ngangkang saja di rumah kontrakannya."

"Dari mana suamiku kenal ama Wina?"

"Wina ini gadis yang dijodohkan oleh salah satu ustadz di sebuah pondok pesantren. Salah satu ustadz yang menawarkan Wina kepada Thalib. Setelah menikah mereka tinggal di sebuah kontrakan. Mereka tidak akan ditanyai macam-macam kepada penduduk setempat, sebab rumah itu berada di kawasan pemukiman yang eksklusif. Jadi tetangga kiri kanan serasa cuek."

Leli menghela napas berat. Dia makin membenci suaminya.

"Rencana berikutnya, saya akan menyewa perempuan untuk menggoda Thalib. Meskipun ustadz, tapi dia penjahat kelamin. Matanya akan jelalatan melihat seorang perempuan cantik."

"Menyewa perempuan, maksudnya?"

"Saya akan mengatur siasat agar perempuan ini menggoda Thalib. Setelah itu kita jebak."

"Bagaimana bisa? Memangnya ada wanita yang mau?"

"Mbak tidak perlu khawatir. Saya punya kenalan yang bisa melakukannya. Apalagi dia butuh uang."

"Kalau boleh tahu, siapa nama perempuan itu?"

"Namanya Azizah."


* * *​

Setahun yang lalu....

"Ayo, isep! Yang dalam!" paksa seorang laki-laki. Di selakangannya tampak seorang perempuan sedang mengulum batang kejantanannya. Kepalanya dipegang sambil disodok dengan kecepatan tinggi. Tentunya kepala kontol si laki-laki menghantam tenggorokannya membuat perempuan ini tak kuasa untuk muntah.

"Ahh... nikmat sekali," ucap si laki-laki setelah dia menghentikan sodokannya. Dia cabut kontol beruratnya, hingga terlihat lendir bercampur ludah membentuk tali panjang dari bibir si wanita.

Perempuan ini bernama Azizah dan lelaki yang menyodoknya adalah suaminya, Susanto Tanjung. Susanto sering memperlakukan istrinya dengan kasar seperti sekarang ini. Baginya blowjob dengan cara mengebor mulut istrinya adalah sesuatu yang membuat dia bisa merasakan kepuasan yang luar biasa.

Hal berikutnya adalah tubuh telanjang Azizah dia tarik lalu dibaringkan ke kasir dengan kaki Azizah masih menjuntai ke lantai. Susanto melanjutkan aksinya memeriksa memek istrinya. Terlihat memek itu masih kering. Susanto pun berlutut lalu mendekatkan wajahnya di depan pantat istrinya. Hal berikutnya adalah dia langsung melancarkan jilatan ke garis pintu kemaluan istrinya sampai ke duburnya. Azizah memekik tertahan.

Kedua tangan Azizah meremas sprei saat kenikmatan itu diberikan oleh suaminya. Dia memang tak tahan kalau suaminya melakukan aksi oral tersebut. Azizah hanya menggeliat saja sambil merintih-rintih. Beberapa kali suaminya menampar-nampar pantatnya sampai merah. Azizah pun menjerit.

"Kamu terangsang kan? Enak?" tanya Susanto.

"He-eh, Mas," jawabnya.

"Mau dikentu?"

"Iya," jawab Azizah lirih.

"Bilang yang keras! Mau dikentu?"

"Iya mas. Kentu aku, kentuk tempikku pake kontolmu!" ucap Azizah.

"Dasar pelacur! Nih, kalau itu memang maumu," kata Susanto. Dia pun beranjak. Dia naikkan pantat istrinya, setelah itu dia tempatkan batang penisnya ke liang senggama istrinya. Sejurus kemudian dia sodok kuat-kuat. Azizah menahan rasa perih saat batang berurat itu menggesek memeknya. Meskipun dengan pelumas yang sudah banyak keluar, ternyata masih terasa perih.

Dengan brutal Susanto menyodok-nyodok pantat Azizah. Azizah hanya bisa merintih sambil tubuhnya terguncang-guncang akibat sodokan tersebut. Buah dadanya pun tak luput dari remasan-remasan gemas Susanto. Sodokan demi sodokan terus dilakukan. Kamar itu cuma terdengar suara perut dan pantat Azizah yang saling bertubrukan.

"Ah, nikmat mas. Teruss...!" ucap Azizah.

"Dasar lonte. Enak to?"

"Iya..."

Suaminya benar-benar tak henti-henti menyodoknya hingga beberapa menit. Kemudian, dengan tanpa mencabut kontolnya, Susanto memutar tubuh Azizah hingga tidur miring. Dia menaikkan kaki Azizah agar naik ke kasur, setelah itu kaki kirinya dia naikkan sehingga dia sekarang memeluk kaki kiri Azizah. Kembali istrinya dia sodok dengan kecepatan tinggi. Azizah sudah tak kuasa lagi, dia pun orgasme. Entah kenapa perlakuan kasar suaminya bisa membuat dia terangsang bahkan orgasme.

"Masss. ....aku metu!" lenguhnya.

"Metu? Wis metu? Dasar lonte, gitu aja keluar!" ucap Susanto.

Susanto kemudian melempar kaki kiri Azizah, setelah itu menindihnya. Dia hisap puting Azizah kuat-kuat. Puting itu masih sekel, sebab Azizah belum punya anak. Buah dadanya sangat sempurna, bikin kontol Susanto makin keras saja. Terus terang Susanto sangat menyukai bentuk tubuh istrinya. Kurus, tetapi buah dadanya besar, padahal tidak ada implan. Seolah-olah lemak yang selama ini dikonsumsi Azizah masukkan ke payudara semua.

"Susumu uwenak, Dik. Aku jadi kepengen terus tiap kali lihat susumu ini. Garahi ngaceng!" kata Susanto. Dia berkata jujur. "Anjirlah, kok aku kepengen metu. Asu tenan, enak! Aaaahhh....."

Entah kenapa, setiap kali Susanto beralih ke posisi misionari dia selalu ingin cepat keluar, terlebih lagi setiap kali melihat susu istrinya. Benar-benar susu itu menggairahkan. Bentuknya sempurna, bulat, dengan tahi lalat di dekat ketiak. Setiap kali Susanto menyodok pantatnya, selalu susu itu berguncang. Pemandangan itu tak mungkin tidak membuat libidonya naik. Sekarang saja spermanya mulai berkumpul. Sudah diujung, tak lama lagi pasti akan muncrat.

Mengetahui hal ini Azizah mengunci pinggang Susanto dengan kakinya. Susanto memeluk istrinya dengan kuat sambil memberikan pagutan mesra. Pinggulnya sudah bergerak tak tentu, hingga akhirnya tertembaklah cairan pejuh Susanto ke dalam rahim Azizah. Azizah menjerit, dia juga orgasme lagi.

"Auhh...lonteku... enak banget...ahhh...." ucap Susanto sambil beberapa kali mengedut-ngedutkan pantatnya.

Agak lama mereka berpelukan, hingga kaki Azizah pun melemah melepaskan kunciannya. Susanto pun bergeser ke sebelah istrinya. Napas keduanya terengah-engah. Mereka berpacu dalam kenikmatan sampai entah sudah berapa menit mereka melakukan itu. Susanto puas dan dia pun tertidur tengkurap. Azizah lalu bangkit mengambil selimut, lalu menutupi tubuh suaminya.

Tak lama kemudian Azizah pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Dia cuci kemaluannya. Tak menyangka saja cairan sperma suaminya cukup banyak keluar mengalir ke pahanya. Setelah bersih, Azizah masuk lagi ke kamarnya, lalu memakai celana dalam dan kaos, setelah itu tidur.

* * *

Paginya Azizah mempersiapkan sarapan untuk suaminya sebelum dia pergi kerja. Sang suami bangun dan melihat Azizah sedang berada di dapur dengan baju tidurnya tadi malam. Batang kontolnya gitu saja ngaceng melihat buah dada Azizah yang terpampang jelas nyeplak dengan puting mengacung di pagi yang dingin ini.

Susanto tidak tinggal diam dia pun segera menghampiri Azizah lalu memeluk dan meremas payudara Azizah dari belakang dengan gemas.

"Mas, aku masak dulu," ucap Azizah.

"Pagi-pagi kok sudah bikin kontolku tegang seh, Dek?"

"Kalau aku nggak masak nanti mas nggak makan lho," kata Azizah.

"Satu ronde aja ya, kamu masak sambil aku sodok," kata Susanto.

"Masih kering mas," ucap Azizah.

"Sini tak jilat!"

Dengan cepat Susanto menurunkan celana dalam istrinya, setelah itu dia lahap memek istrinya. Azizah pun lemas. Dia berpegangan kepada meja dapur. Dia benar-benar tak kuasa saat klitorisnya diemut oleh bibir Susanto. Siapa juga yang tahan. Setelah mengetahui istrinya mulai basah dan becek, Susanto pun berdiri, melepaskan kolornya hingga batang perkasanya mengacung menunjuk ke istrinya. Azizah menelan ludah. Rasanya tak habis-habis Susanto menggarapnya.

Susanto mengarahkan istrinya agar naik ke meja dapur. Azizah pasrah ikut saja. Setelah itu Susanto menyodokkan kontolnya. Mereka pun bercinta lagi di dapur. Susanto melepaskan kaos istrinya hingga mereka pun bugil. Lagi-lagi payudara itu berguncang-guncang. Pemandangan pagi yang indah. Susanto benar-benar terangsang hebat melihat susu itu. Benar-benar susu kualitas tinggi, tak salah dia menikahi Azizah.

"Oh, masku... enak mass... aahhh kontolnya mas keras banget," puji Azizah.

"Gara-gara susumu aku kepengen kentu tiap hari," kata Susanto.

"Puas-puasin mas. Hari ini kan mas berangkat," kata Azizah.

"Iya, oh.... Azizah, perekku, lonteku...."

Azizah pun melingkarkan kedua tangannya ke leher suaminya. Mereka berpagutan sambil pantat Susanto maju mundur mengobok-obok memek Aizah. Susanto melirik jam dinding, dia harus cepat sebab tak mau terlambat. Makanya dia percepat sodokannya hingga dia pun orgasme. Azizah masih belum, tapi dia tak protes. Sebab, memang waktu mereka di pagi hari tidak banyak.

"Kau belum keluar, dek?"

"Nggak apa-apa mas. Daripada mas nanti terlambat," ucap Azizah sambil tersenyum.

"Ya udah. Simpan saja. Nanti kalau mas pulang aku garap lagi kamu," kata Susanto.

Azizah tersenyum. Keduanya berciuman mesra, setelah itu Azizah melanjutkan masak, sedangkan Susanto pergi ke kamar mandi.

Pekerjaan Susanto adalah sopir truk yang sering pergi keluar kota. Biasanya kalau keluar kota, Susanto butuh satu minggu. Tiga hari perjalanan berangkat, tiga hari perjalanan pulang. Namun, itu tidak pasti, terkadang juga sampai dua minggu, tergantung tempat yang dia tuju.

Tak berapa lama kemudian Susanto sudah siap berangkat. Setelah makan pagi bersama istri tercintanya, dia pun pergi ke kantornya.

Azizah pun membersihkan diri. Setelah dia merapikan tempat tidur, lanjut bersih-bersih rumah. Dia memang tidak bekerja. Semua penghasilan berasal dari suaminya. Rumah kontrakannya pun cukup nyaman, meskipun tidak terlalu besar. Tetangganya juga ramah dan baik-baik. Susanto memang sudah dikenal oleh warga sekitar sebagai sosok lelaki yang ramah kepada siapapun. Terlebih lagi mereka adalah pengantin baru.

Namun, Azizah tidak sadar. Tidak setiap tetangga itu baik. Ada yang iri dan memandang rumput tetangga lebih hijau. Seperti Pak Suyoto, tetangga depan rumahnya. Lelaki ini sebenarnya juga melihat kemolekan tubuh Azizah sejak lama. Dia juga terkadang mengintip bagaimana persenggamaan Azizah dan Susanto, yang tentu saja membuat dia mengocok batang penisnya sendiri. Seperti tadi malam. Dia mengintip Azizah dan Susanto bersenggama dari balik jendela sambil tangannya mengocok penisnya.

Sudah lama Pak Suyoto menaruh rasa kepada Azizah. Dan memang buah dada Azizah itu luar biasa. Tidak besar, tapi juga tidak kecil. Bulat sempurna.

Setan memang tidak berwujud, mengalir seiring aliran darah manusia. Suyoto mengintip bagaimana aktivitas Azizah dan Suaminya tadi di dapur. Benar-benar sangat merangsang. Di rumah, Suyoto sendiri. Istrinya yang merupakan seorang guru sudah pergi mengajar. Anak-anaknya juga sudah sekolah, sedangkan dirinya hari ini sengaja tidak pergi ke toko. Nafsu Suyoto sudah diubun-ubun. Dia sangat bernafsu dan ingin mencicipi tubuh Azizah dan kesempatan itu datang hari ini, saat Susanto pergi selama seminggu keluar kota.

Dia sudah siapkan rencana yang sempurna. Rencana busuk yang akan menghancurkan hidup Azizah dan sebenarnya dia juga. Meskipun begitu Suyoto tak peduli. Sudah beberapa kali untuk mewujudkan fantasinya, Suyoto menyewa perempuan di luar sana. Dia sudah bosan dengan istrinya yang setiap kali diajak seperti gedebok pisang, tidak gerak, tidak liar seperti Azizah. Beberapa perempuan tersebut dia cari yang mirip seperti Azizah, lalu dia berfantasi.

Sekarang, dia tak perlu berfantasi. Dia cukup masuk ke dalam rumah Azizah, lalu menggarapnya. Dan Suyoto pun beranjak mengendap-endap ke rumah Azizah. Dia harus pastikan tidak akan ada tetangga yang akan melihatnya.

Azizah saat itu kelelahan setelah kerja membereskan rumah. Lalu dia merebahkan diri di sofa, lalu terlelap. Dia tidak tahu sekarang seorang laki-laki telah masuk rumahnya, mengunci pintu, menutup gorden. Lelaki itu sudah gelap mata yang ada di otaknya hanyalah cara bagaimana bisa bercinta bersama Azizah.

* * *​
========================
tubikonticrot


catatan dari saya: Kenapa ki dalang nggak pakai mulustrasi biar ceritanya lebih bagus kalau dibaca? Saya jawab tidak perlu. Penulis yang baik itu menceritakan dengan tulisan dan bahasa. Mulustrasi itu hanya gimmick. Saya menulis ini agar mengajak pembaca untuk berimajinasi. Siapa tahu kalau saya pakai mulustrasi, malah tidak sesuai dengan fantasi para pembaca.
Saya juga tak menulis siapa saja tokohnya, karena agar para pembaca sendiri yang mencari tokohnya. Tapi yang jelas sih tokoh utama di cerita ini adalah Arief. Moga para pembaca sehat selalu.
Ijin tititp notif ya suhu... mantap cerita nya
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd