Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Rapuh -TAMAT

Sanadyan kulo taksih wonten panggawe lan ngerawat tiyang sepuh, kulo dereng saget update.
Kulo cuma nyuwun pandongane sederek-sederek ingkang setio maring nunggu update ceritonipun, kanggo waras lan sehat wal afiyat marang tiyang sepuh.
Mugi-mugi panjenengan sedoyo diparingi rezeki ingkang kathah lan dilancarke urusanipun sedoyo.
Amin...mugi enggal bali seger waras rahayu wilujeng kang
 
Sanadyan kulo taksih wonten panggawe lan ngerawat tiyang sepuh, kulo dereng saget update.
Kulo cuma nyuwun pandongane sederek-sederek ingkang setio maring nunggu update ceritonipun, kanggo waras lan sehat wal afiyat marang tiyang sepuh.
Mugi-mugi panjenengan sedoyo diparingi rezeki ingkang kathah lan dilancarke urusanipun sedoyo.
Amin. Mugi enggal enggal dhangan om
 

Bagian 5​


Masih setahun yang lalu....

Azizah tertidur pulas. Ternyata rasa letih telah membuat dia capek dan terlelap. Posisi tidurnya sekarang terlentang dengan lengan kanannya diletakkan di dahinya. Sementara itu dasternya sedikit tersingkap di pahanya hingga menampakkan bagian tubuhnya yang mulus serta celana dalamnya yang berwarna putih.

Suyoto telah memastikan pintu rumah telah dikunci, sehingga dia sekarang berani untuk menjelajahi rumah Azizah tanpa rasa takut. Dia sangat yakin hari ini akan jadi hari bersejarah, karena dia akan menikmati tubuh Azizah. Dia pergi ke dapur sejenak, setelah itu mengambil pisau. Tentu saja pisau itu digunakan untuk mengancam Azizah. Buat apalagi?

Suyoto juga mengambil gunting, setelah itu tali rafia. Perlahan-lahan dia menggunting daster Azizah dari belahan dada hingga ke bawah, bahkan bra perempuan itu pun ikut digunting. Kini terpampanglah tubuh mulus Azizah. Buah dada itu seperti melompat keluar saat pelindungnya keluar. Suyoto sudah ereksi maksimal, benda itu mengangguk-angguk ingin dipuaskan. Dia pun mengikat pergelangan tangan Azizah. Kini otomatis Aizah tak bisa menggerakkan kedua tangannya dengan bebas. Saatnya beraksi.

Dengan mulutnya yang bau rokok, Suyoto mengenyot puting susu Azizah. Benar-benar buah dada yang sempurna dan luar biasa. Suyoto sudah tak takut lagi kalau-kalau Azizah teriak atau melawan. Dia benar-benar mengisap dan menggelitiki pentil perempuan itu. Dia melakukan itu secara bergantian kiri dan kanan. Tak lupa tentunya Suyoto melepaskan pakiannya hingga sekarang dia telanjang.

Kedua buah dada Azizah sudah jadi sasaran jilatan dan hisapannya. Azizah masih belum bangun, mungkin karena saking capeknya. Terlebih tadi malam dan tadi pagi harus melayani suaminya. Kini Suyoto merasa seperti dalam kemenangan. Dia ciumi tubuh mulus Azizah ke bawah, ke perut, pusarnya lalu berakhir dengan dia kangkangkan paha perempuan itu lebar-lebar. Saat bibirnya mulai mengelamuti klitoris Azizah barulah Azizah bereaksi. Ada sesuatu yang aneh dan dia merasa tak bisa bergerak. Dan saat matanya terbuka, dia melihat kepala tetangganya sedang berada di area kewanitaannya.

"Apa? Oh... Pak Suyoto!?" pekik Azizah, "apa yang bapak lakukan? OHhh..."

Azizah hendak memberontak tetapi sebilah pisau ditempelkan ke leher Azizah. "Bergerak, kamu mati!"

Perempuan itu pun ketakutan. Ketakutannya yang paling besar adalah dia akan diperkosa hari itu, terlebih lagi dia melihat daster, bra dan celana dalamnya ternyata sudah dirusak oleh Suyoto dengan gunting. Apalagi dia tersadar tangannya telah terikat. Azizah menelan ludah.

"Pak, jangan pak. Kumohon, saya perempuan baik-baik. Bagaimana nanti kalau perbuatan bapak diketahui Bu Atikah?" kata Azizah mengiba. Atikah yang dimaksud adalah istri Suyoto.

"Aku tak peduli, hari ini aku ingin menikmati tubuhmu, sayang," kata Suyoto.

Air mata Azizah mulai keluar saat lidah Suyoto mulai mengobok-obok vaginanya. Sebagai seorang wanita baik-baik dan dirangsang seperti itu tentunya dia tidak akan mau dan meronta. Di sinilah pergulatan Azizah, dia takut dibunuh, tapi juga ingin melawan. Pisau itu jelas menempel di lehernya. Dia takut luar biasa, tetapi juga terangsang.

Manusia memilih dua kesadaran. Kesadaran biologis, artinya tubuhnya berfungsi dengan baik saat diberikan rangsangan-rangsangan. Itu manusiawi. Sekalipun seorang wanita tidak cinta dan tidak suka kepada lelaki yang memperkosanya, tetapi jika dirangsang pun dia akan tetap merespon. Sama seperti lelaki yang meskipun tidak suka kepada perempuan yang dia setubuhi, tetapi tetap saja organ reproduksinya bereaksi. Itu lumrah dan manusiawi. Namun, bukan kepada kesadaran mentalnya. Mentalnya akan menolak, meskipun tubuhnya tidak.

"Pak, jangaan!" desak Azizah, "ingat anak istri pak."

"Aku hari ini tak peduli mau masuk penjara atau tidak, asalkan bisa menikmati tubuhmu," ucap Suyoto. Kini jemari tangannya sedang menggelitiki lubang kemaluan Azizah, kemudian bibirnya kembali lagi mengelamuti puting susu Azizah. Benar-benar tak akan ada habisnya.

Azizah berusaha menjauhkan kepala Suyoto, tetapi pisau yang menempel di lehernya seakan-akan membuatnya tak berdaya. Akhirnya Azizah hanya bisa menggeliat seperti ulat ketika kemaluannya diobok-obok oleh jemari Suyoto. Dan akhirnya aktivitas itu mengakibatkan Azizah mengalami orgasme, squirt hingga beberapa kali.

Napas perempuan itu terengah-engah. Suyoto tampak puas. Kini Suyoto berdiri sambil menjambak rambut Azizah. Perempuan itu duduk di kursi sofanya sambil mulutnya ditempeli oleh kepala kontol Suyoto. Azizah tahu apa yang diinginkan oleh Suyoto.

"Ayo, lakukan seperti apa yang kau lakukan kepada suamimu, sayang," ucap Suyoto.

Azizah menutup rapat mulutnya, tiba-tiba pisau yang ada di tangan Suyoto sedikit menggores lehernya. Azizah langsung bisa merasakan perih.

"Kalau kau tak lakukan, berikutnya lehermu yang putus!" ancam lelaki itu.

Mau tak mau, Azizah pun membuka mulutnya. Benda tumpul itu pun mulai memasuki mulutnya yang terbuka. Suyoto mulai merasakan kenakan saat penisnya keluar masuk di mulut Azizah. Lalu dengan sigap tiba-tiba pinggangnya bergerak dengan cepat. Suyoto mencontoh apa yang dilakukan oleh Susanto. Azizah gelapan hingga mulutnya terasa sesak dengan batang berotot tetangganya itu.

Suyoto merasa ini pemandangan erotis. Bagaimana tidak dengan kedua tangan terikat, Azizah mengoralnya, buah dada perempuan itu berguncang-guncang setiap kali melakukan gerakan. Nikmat sekali rasanya. Hingga akhirnya Suyoto merasakan ujung batang penisnya geli sekali. Tahu Suyoto akan keluar, Azizah berharap Suyoto segera menyudahi aksinya, lalu dia menggerak-gerakkan lidahnya sehingga mengelamuti penis Suyoto. Suyoto tahu ia akan keluar segera menekan kuat-kuat penisnya ke mulut Azizah. Pancutan-pancutan sperme keluar dari ujung lubang penisnya. Suyoto merem melek merasakan nikmat yang tak terkira. Dia pun mencabut penisnya. Lelehan sperma pun keluar dari mulut Azizah. Perempuan itu pun memuntahkannya.

"Haahh... haahh... haahhh... nikmat sekali. Kau jago nyepong juga rupanya," kata Suyoto.

Suyoto kemudian mengambil gunting lalu memotong kain sisa yang menempel di tubuh Azizah. Azizah pun mengetahui tindakannya salah dengan merangsang Suyoto tadi. Lelaki ini sudah benar-benar ingin menyetubuhinya. Lelaki itu kemudian menyeret Azizah ke kamar. Setelah itu kamar pun dikunci. Azizah tak bisa kemana-mana lagi.

Tanpa ragu lagi sekarang tetangganya itu mulai memeluk Azizah dan melumat bibirnya. Azizah hanya bisa pasrah, dia masih takut ancaman Suyoto, terlebih pisau itu tak lepas dari tangan lelaki tersebut. Suyoto meremas-remas buah dadanya. Buah dada yang sangat menggiurkan. Kembali lagi lelaki ini mengenyoti buah dada itu, menghirup aroma harumnya, lalu memberinya cupangan. Buah tanda cinta.

"Aku sayang kamu Azizah. Sungguh," bisik Suyoto.

Paha Azizah dilebarkan. Azizah mencoba meronta, tetapi telat, penis Suyoto sudah masuk ke dalam. Menggeseki kulit memeknya, hingga mentok ke dalam rahim. Mata Azizah memutih, dia tak kuat lagi merasakan penolakan mentalnya. Akhirnya dia pun pingsan.

Otaknya melawan, tetapi tubuhnya tidak. Penolakan ini pun akhirnya mematikan syaraf-syaraf kenikmatan yang dia rasakan. Puncaknya dia tak sadarkan diri. Entah sudah berapa kali Suyoto menggarapnya. Yang jelas, saat dia tersadar memeknya becek sekali dengan sperma berceceran di mana-mana. Di wajahnya, di dadanya dan memeknya terasa penuh. Suyoto telah meninggalkannya sendirian di kamar.

Azizah berusaha untuk keluar kamar, tetapi dikunci. Dia menggedor-gedor pintu kamar dengan kedua tangannya masih terikat. Tidak ada respon. Azizah berusaha berteriak, tapi tak ada jawaban. Karena letak kamarnya di dalam, jadi jendela kamarnya tak bisa mengeluarkan suara sama sekali. Azizah pun menangis.

Semalaman Azizah menangis lalu tertidur. Meskipun dia berteriak minta tolong, tak ada orang yang mendengarnya. Paginya, seperti ada orang yang membuka pintu rumah. Siapa? Suaminya? Jawaban itu diketahui ketika pintu kamarnya dibuka oleh Suyoto. Azizah pun mundur ketakutan.

"Ayo, sini! Aku mandiin kamu," ucap Suyoto.

Azizah menggeleng. "Sudah, lepaskan saya! Kumohon!" pinta Azizah mengiba.

Suyoto menampar Azizah. "Mandi!"

Dengan gemetar, Azizah mengikuti tetangganya mandi. Mereka pun telanjang dan Suyoto melepaskan ikatan Azizah. Di kamar mandi Suyoto bersenang-senang lagi. Dia memandikan Azizah, menggerayangi tubuh perempuan itu, menyusu lagi, memaksa Azizah mengulum penisnya, hingga menggenjot Azizah di kamar mandi. Azizah pasrah tak bisa melawan saat penis keras itu mengobok-obok vaginanya. Alhasil hari itu kembali lagi jadi mimpi buruknya.

* * *​

Masih setahun yang lalu....

Arief tampak sedang melihat kiri kanan sambil memeriksa layar ponselnya. Akhirnya dia berhenti di depan sebuah rumah yang tampak agak masuk ke dalam. Rumah tersebut terlihat tidak ada orang di dalamnya. Tetapi, dia langsung menepis anggapan itu, sebab di luar rumah ada sepasang sandal laki-laki ada di teras. Penasaran, Arief pun masuk ke halaman rumah tersebut.

Gang tempat rumah ini berada tidak banyak orang yang lalu lalang, terlebih lagi rumahnya ada di pojokan. Rumah di depannya pun terlihat lengang.

"Jangan, pak! Kumohon, sudah cukup!! Dosa pak! Bapak....akhh!!!" sayup-sayup terdengar suara perempuan di dalam rumah tersebut.

Arief mengernyit. Dia yakin tidak salah rumah. Alamat yang diberikan sudah benar. Dia mencoba menguping di pintu.

"Tubuh kamu memang enak, bahenol, seksi. Sudah lama aku ingin ngentotin kamu. Aku udah tak peduli lagi nanti digeruduk warga atau tidak. Yang penting hari ini kamu aku entotin lagi. Uuhhhh... kontolku enak banget di dalem memekmu, anget!" terdengar suara lelaki di dalam.

Arief berpikir sejenak. Setelah itu dia beranjak pergi. Dia berkeliling kampung tersebut, hingga akhirnya mendapati sebuah rumah bertuliskan "KETUA RT".

"Assalaamu'alaikum," sapa Arief.

Saat itu seorang bapak-bapak sedang memotong kayu dengan gerjaji. Melihat Arief datang, dia pun menyudahi pekerjaannya. "Wa'alaikum salam. Siapa ya?"

"Maaf, ini Pak RT?" tanya Arief.

"Iya, bapak ini siapa?"

"Saya Arief. Sebenarnya saya ingin menyampaikan sesuatu kepada keluarganya Bapak Susanto, tapi ada yang aneh saat saya ke rumahnya beliau," jawab Arief.

"Hah? Aneh kenapa, Pak?"

"Apa Pak Susanto ada sanak famili lain selain istrinya?"

"Setahu saya tidak," jawab Pak RT.

"Pak, kalau begitu ini urgent. Bapak panggil beberapa warga. Sepertinya istrinya Bapak Susanto dalam bahaya. Saya mendengar dia seperti diancam dari dalam rumah," kata Arief.

"Yang benar, Mas?" tanya Pak RT, "suaminya barangkali."

"Bukan pak. Justru saya kemari ingin menyapaikan kabar kematian suaminya karena kecelakaan," ucap Arief.

"Innalillahi wa innailaihi roji'un. Wah, wah, yang bener mas?"

"Iya, Pak Susanto meninggal karena kecelakaan, truknya terguling. Trus di rumah itu kalau ada bukan suaminya lalu siapa? kalau bapak tidak percaya, ayo kita ramai-ramai ke sana," jawab Arief.

Pak RT dengan sigap lalu memanggil beberapa warga. Mereka pun diberi penjelasan singkat oleh Arief, akhirnya beberapa warga berduyun-duyun menuju ke rumahnya Susanto. Di antara mereka ada yang membawa pentungan.

Saat tiba di depan rumah Susanto, Arief memberi isyarat agar jangan bersuara. Arief dan Pak RT pun mendekat dan menempelkan telinga mereka ke daun pintu. Dan apa yang didengar oleh Arief tadi sekarang didengar oleh Pak RT.

"Jangan pak...lepaskan ...!!" rintih Azizah. "Toloong! Toloongg!"

"Teriak saja! Tidak akan ada yang mendengar. Apa kamu tak tahu kalau rumahmu ini ada di paling pojok kampung? Suaramu tak akan keluar dari rumah ini. Aahhh... memek enak. Duh... kontolku gatel, kepingin pejuhin rahimmu lagi," ucap Suyoto dari dalam rumah.

Pak RT mengangguk dan memberi isyarat warga untuk mendobrak. Akhirnya beberapa orang beserta Pak RT melakukan ancang-ancang untuk mendobrak pintu. Pintu pun didobrak pada hitungan ketiga. Saat itu terlihat Suyoto sedang menindih Azizah di lantai. Wajahnya terperangah menoleh ke pintu, sedangkan bersamaan dengan itu penisnya mengeluarkan pejuhnya, yang mengakibatkan pantatnya berkedut-kedut.

"BAJINGAN!" umpat Pak RT. Salah satu warga pun segera memberi bogem mentah kepada Suyoto. Suyoto pun menjadi bulan-bulanan warga, dengan telanjang dia diseret keluar dari rumah Azizah.

Azizah menangis sejadi-jadinya. Ikatannya dilepaskan oleh Arief, lalu Arief memberikan jaketnya agar tubuh telanjang Azizah tertutupi.

"Pak, sebaiknya panggil polisi," kata Arief.

Kejadian itu tak akan pernah dilupakan oleh Azizah. Kebaikan Arief hari itu seperti didatangkan oleh Tuhan kepadanya. Kalau saja Arief tidak mengajak warga untuk menolongnya, mungkin tidak akan ada orang yang akan menolong. Azizah benar-benar hancur saat itu. Suaminya meninggal dalam kecelakaan dan dia ternoda. Selama tiga bulan Azizah mendapatkan terapi untuk menyembuhkan mentalnya.

Cobaan ternyata tidak sampai di situ. Azizah pun melakukan tes darah apakah dia tertular penyakit mematikan atau tidak, setelah mendapatkan keterangan dari polisi kalau ternyata Suyoto pernah bergonta-ganti pasangan dan menyewa pelacur. Awalnya Azizah tak merasa ada yang aneh hingga dokter memberitahu kalau dia tertular virus HIV. Suyoto ternyata selama ini mengidap penyakit HIV tanpa dia ketahui yang ternyata didapatnya setelah tidur dengan salah satu wanita panggilan yang disewanya.

Istrinya yang mengetahui hal itu pun histeris, terlebih mereka juga berhubungan intim. Akhirnya Suyoto dijatuhi hukuman pasal berlapis penganiayaan, tindakan asusila dan pengancaman pembunuhan. Dia akan masuk penjara dalam waktu yang sangat lama, terlebih juga karena mengidap penyakit AIDS, hidupnya akan benar-benar hancur.

Arief merasa bertanggung jawab atas kesembuhan Azizah. Susanto adalah pegawainya yang memang bertugas mengantarkan barang. Maka dari itulah dia juga merasa bertanggung jawab atas kesehatan Azizah baik secara fisik dan mental. Seminggu sekali Arief menjenguk Azizah sambil menanyakan kabar dan mengajaknya berbicara. Selama tinggal di penampungan Azizah tidak didiskriminasi, dia memiliki semangat hidup. Terkutuklah mereka yang mendiskriminasi korban pemerkosaan.

Sampai saat dimana Setengah tahun setelah kejadian itu Azizah ditemui oleh Arief.

"Yakin sudah siap hidup di dunia luar?" tanya Arief.

Azizah mengangguk. "Mau apalagi, Mas? Mas sudah baik kepadaku selama ini. Sekarang ini satu-satunya orang yang aku percayai cuma mas Arief."

Arief tersenyum. "Aku melakukan ini, karena ini sudah kewajibanku. Lagipula Pak Susanto orang yang kerjanya baik selama ini. Kamu juga sudah aku anggap seperti adik sendiri, jadi tak usah dirisaukan untuk balas budi."

"Kalau Mas butuh apapun, mas bisa hubungi aku. Aku akan coba bantu mas sebisa mungkin," kata Azizah.

"Sudahlah, jangan begitu. Aku menolongmu bukan untuk mendapatkan balasan darimu," kata Arief, "ya sudah, sekarang aku antar. Yuk, ini saja barang bawaanmu?"

Azizah menangguk. Arief pun mengambil kopor Azizah lalu membawanya untuk dimasukkan ke dalam mobil. Arief menyewakan perempuan itu travel yang akan berangkat menuju kampung halaman Azizah, tempat dia dilahirkan dulu. Azizah juga tak menyangka akan seperti ini hidupnya. Tapi dia bersyukur bertemu orang seperti Arief. Kalau saja tanpa dia entah mungkin saat ini Azizah sudah mengakhiri hidupnya.

Setelah dia naik ke dalam mobil, mobil travel tersebut berangkat. Ponsel Arief langsung berbunyi.

Dari Jannah. "Assalamu'alaikum?"

"Mas, Mas dimana?" tanya Jannah langsung tanpa membalas salam.

"Lagi di basecamp," jawab Arief.

"Apa? Nemui Azizah lagi? Udahlah, Mas nikahi saja dia daripada aku makin cemburu," kata Jannah.

"Mas cuma ngirim dia ke kampung halamannya kok," kata Arief.

"Umi nggak percaya," kata Jannah.

"Ya sudah kalau nggak percaya, tanya saja langsung ke Azizah," ucap Arief.

Jannah mendengus kesal. "Udahlah, dasar laki-laki. Pokoknya Mas pulang bawa Martabak. Awas kalau enggak. Nggak bakal Umi kasih jatah."

Ponsel pun ditutup. Arief pun sedikit kesal. Dia pun melangkah pergi meninggalkan basecamp Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak tempat Azizah selama ini ditampung dan dipulihkan. Arief cukup mendongkol sebenarnya dengan sikap Jannah. Dipikirnya selama ini dia tidak tahu kalau Jannah telah berselingkuh dengan ustadz Thalib, tetapi Arief masih menahan diri. Dia masih mengumpulkan bukti waktu itu sampai dirasa buktinya cukup.

* * *​

===========================
masih kanjut belum tamat
 

Bagian 5​


Masih setahun yang lalu....

Azizah tertidur pulas. Ternyata rasa letih telah membuat dia capek dan terlelap. Posisi tidurnya sekarang terlentang dengan lengan kanannya diletakkan di dahinya. Sementara itu dasternya sedikit tersingkap di pahanya hingga menampakkan bagian tubuhnya yang mulus serta celana dalamnya yang berwarna putih.

Suyoto telah memastikan pintu rumah telah dikunci, sehingga dia sekarang berani untuk menjelajahi rumah Azizah tanpa rasa takut. Dia sangat yakin hari ini akan jadi hari bersejarah, karena dia akan menikmati tubuh Azizah. Dia pergi ke dapur sejenak, setelah itu mengambil pisau. Tentu saja pisau itu digunakan untuk mengancam Azizah. Buat apalagi?

Suyoto juga mengambil gunting, setelah itu tali rafia. Perlahan-lahan dia menggunting daster Azizah dari belahan dada hingga ke bawah, bahkan bra perempuan itu pun ikut digunting. Kini terpampanglah tubuh mulus Azizah. Buah dada itu seperti melompat keluar saat pelindungnya keluar. Suyoto sudah ereksi maksimal, benda itu mengangguk-angguk ingin dipuaskan. Dia pun mengikat pergelangan tangan Azizah. Kini otomatis Aizah tak bisa menggerakkan kedua tangannya dengan bebas. Saatnya beraksi.

Dengan mulutnya yang bau rokok, Suyoto mengenyot puting susu Azizah. Benar-benar buah dada yang sempurna dan luar biasa. Suyoto sudah tak takut lagi kalau-kalau Azizah teriak atau melawan. Dia benar-benar mengisap dan menggelitiki pentil perempuan itu. Dia melakukan itu secara bergantian kiri dan kanan. Tak lupa tentunya Suyoto melepaskan pakiannya hingga sekarang dia telanjang.

Kedua buah dada Azizah sudah jadi sasaran jilatan dan hisapannya. Azizah masih belum bangun, mungkin karena saking capeknya. Terlebih tadi malam dan tadi pagi harus melayani suaminya. Kini Suyoto merasa seperti dalam kemenangan. Dia ciumi tubuh mulus Azizah ke bawah, ke perut, pusarnya lalu berakhir dengan dia kangkangkan paha perempuan itu lebar-lebar. Saat bibirnya mulai mengelamuti klitoris Azizah barulah Azizah bereaksi. Ada sesuatu yang aneh dan dia merasa tak bisa bergerak. Dan saat matanya terbuka, dia melihat kepala tetangganya sedang berada di area kewanitaannya.

"Apa? Oh... Pak Suyoto!?" pekik Azizah, "apa yang bapak lakukan? OHhh..."

Azizah hendak memberontak tetapi sebilah pisau ditempelkan ke leher Azizah. "Bergerak, kamu mati!"

Perempuan itu pun ketakutan. Ketakutannya yang paling besar adalah dia akan diperkosa hari itu, terlebih lagi dia melihat daster, bra dan celana dalamnya ternyata sudah dirusak oleh Suyoto dengan gunting. Apalagi dia tersadar tangannya telah terikat. Azizah menelan ludah.

"Pak, jangan pak. Kumohon, saya perempuan baik-baik. Bagaimana nanti kalau perbuatan bapak diketahui Bu Atikah?" kata Azizah mengiba. Atikah yang dimaksud adalah istri Suyoto.

"Aku tak peduli, hari ini aku ingin menikmati tubuhmu, sayang," kata Suyoto.

Air mata Azizah mulai keluar saat lidah Suyoto mulai mengobok-obok vaginanya. Sebagai seorang wanita baik-baik dan dirangsang seperti itu tentunya dia tidak akan mau dan meronta. Di sinilah pergulatan Azizah, dia takut dibunuh, tapi juga ingin melawan. Pisau itu jelas menempel di lehernya. Dia takut luar biasa, tetapi juga terangsang.

Manusia memilih dua kesadaran. Kesadaran biologis, artinya tubuhnya berfungsi dengan baik saat diberikan rangsangan-rangsangan. Itu manusiawi. Sekalipun seorang wanita tidak cinta dan tidak suka kepada lelaki yang memperkosanya, tetapi jika dirangsang pun dia akan tetap merespon. Sama seperti lelaki yang meskipun tidak suka kepada perempuan yang dia setubuhi, tetapi tetap saja organ reproduksinya bereaksi. Itu lumrah dan manusiawi. Namun, bukan kepada kesadaran mentalnya. Mentalnya akan menolak, meskipun tubuhnya tidak.

"Pak, jangaan!" desak Azizah, "ingat anak istri pak."

"Aku hari ini tak peduli mau masuk penjara atau tidak, asalkan bisa menikmati tubuhmu," ucap Suyoto. Kini jemari tangannya sedang menggelitiki lubang kemaluan Azizah, kemudian bibirnya kembali lagi mengelamuti puting susu Azizah. Benar-benar tak akan ada habisnya.

Azizah berusaha menjauhkan kepala Suyoto, tetapi pisau yang menempel di lehernya seakan-akan membuatnya tak berdaya. Akhirnya Azizah hanya bisa menggeliat seperti ulat ketika kemaluannya diobok-obok oleh jemari Suyoto. Dan akhirnya aktivitas itu mengakibatkan Azizah mengalami orgasme, squirt hingga beberapa kali.

Napas perempuan itu terengah-engah. Suyoto tampak puas. Kini Suyoto berdiri sambil menjambak rambut Azizah. Perempuan itu duduk di kursi sofanya sambil mulutnya ditempeli oleh kepala kontol Suyoto. Azizah tahu apa yang diinginkan oleh Suyoto.

"Ayo, lakukan seperti apa yang kau lakukan kepada suamimu, sayang," ucap Suyoto.

Azizah menutup rapat mulutnya, tiba-tiba pisau yang ada di tangan Suyoto sedikit menggores lehernya. Azizah langsung bisa merasakan perih.

"Kalau kau tak lakukan, berikutnya lehermu yang putus!" ancam lelaki itu.

Mau tak mau, Azizah pun membuka mulutnya. Benda tumpul itu pun mulai memasuki mulutnya yang terbuka. Suyoto mulai merasakan kenakan saat penisnya keluar masuk di mulut Azizah. Lalu dengan sigap tiba-tiba pinggangnya bergerak dengan cepat. Suyoto mencontoh apa yang dilakukan oleh Susanto. Azizah gelapan hingga mulutnya terasa sesak dengan batang berotot tetangganya itu.

Suyoto merasa ini pemandangan erotis. Bagaimana tidak dengan kedua tangan terikat, Azizah mengoralnya, buah dada perempuan itu berguncang-guncang setiap kali melakukan gerakan. Nikmat sekali rasanya. Hingga akhirnya Suyoto merasakan ujung batang penisnya geli sekali. Tahu Suyoto akan keluar, Azizah berharap Suyoto segera menyudahi aksinya, lalu dia menggerak-gerakkan lidahnya sehingga mengelamuti penis Suyoto. Suyoto tahu ia akan keluar segera menekan kuat-kuat penisnya ke mulut Azizah. Pancutan-pancutan sperme keluar dari ujung lubang penisnya. Suyoto merem melek merasakan nikmat yang tak terkira. Dia pun mencabut penisnya. Lelehan sperma pun keluar dari mulut Azizah. Perempuan itu pun memuntahkannya.

"Haahh... haahh... haahhh... nikmat sekali. Kau jago nyepong juga rupanya," kata Suyoto.

Suyoto kemudian mengambil gunting lalu memotong kain sisa yang menempel di tubuh Azizah. Azizah pun mengetahui tindakannya salah dengan merangsang Suyoto tadi. Lelaki ini sudah benar-benar ingin menyetubuhinya. Lelaki itu kemudian menyeret Azizah ke kamar. Setelah itu kamar pun dikunci. Azizah tak bisa kemana-mana lagi.

Tanpa ragu lagi sekarang tetangganya itu mulai memeluk Azizah dan melumat bibirnya. Azizah hanya bisa pasrah, dia masih takut ancaman Suyoto, terlebih pisau itu tak lepas dari tangan lelaki tersebut. Suyoto meremas-remas buah dadanya. Buah dada yang sangat menggiurkan. Kembali lagi lelaki ini mengenyoti buah dada itu, menghirup aroma harumnya, lalu memberinya cupangan. Buah tanda cinta.

"Aku sayang kamu Azizah. Sungguh," bisik Suyoto.

Paha Azizah dilebarkan. Azizah mencoba meronta, tetapi telat, penis Suyoto sudah masuk ke dalam. Menggeseki kulit memeknya, hingga mentok ke dalam rahim. Mata Azizah memutih, dia tak kuat lagi merasakan penolakan mentalnya. Akhirnya dia pun pingsan.

Otaknya melawan, tetapi tubuhnya tidak. Penolakan ini pun akhirnya mematikan syaraf-syaraf kenikmatan yang dia rasakan. Puncaknya dia tak sadarkan diri. Entah sudah berapa kali Suyoto menggarapnya. Yang jelas, saat dia tersadar memeknya becek sekali dengan sperma berceceran di mana-mana. Di wajahnya, di dadanya dan memeknya terasa penuh. Suyoto telah meninggalkannya sendirian di kamar.

Azizah berusaha untuk keluar kamar, tetapi dikunci. Dia menggedor-gedor pintu kamar dengan kedua tangannya masih terikat. Tidak ada respon. Azizah berusaha berteriak, tapi tak ada jawaban. Karena letak kamarnya di dalam, jadi jendela kamarnya tak bisa mengeluarkan suara sama sekali. Azizah pun menangis.

Semalaman Azizah menangis lalu tertidur. Meskipun dia berteriak minta tolong, tak ada orang yang mendengarnya. Paginya, seperti ada orang yang membuka pintu rumah. Siapa? Suaminya? Jawaban itu diketahui ketika pintu kamarnya dibuka oleh Suyoto. Azizah pun mundur ketakutan.

"Ayo, sini! Aku mandiin kamu," ucap Suyoto.

Azizah menggeleng. "Sudah, lepaskan saya! Kumohon!" pinta Azizah mengiba.

Suyoto menampar Azizah. "Mandi!"

Dengan gemetar, Azizah mengikuti tetangganya mandi. Mereka pun telanjang dan Suyoto melepaskan ikatan Azizah. Di kamar mandi Suyoto bersenang-senang lagi. Dia memandikan Azizah, menggerayangi tubuh perempuan itu, menyusu lagi, memaksa Azizah mengulum penisnya, hingga menggenjot Azizah di kamar mandi. Azizah pasrah tak bisa melawan saat penis keras itu mengobok-obok vaginanya. Alhasil hari itu kembali lagi jadi mimpi buruknya.

* * *​

Masih setahun yang lalu....

Arief tampak sedang melihat kiri kanan sambil memeriksa layar ponselnya. Akhirnya dia berhenti di depan sebuah rumah yang tampak agak masuk ke dalam. Rumah tersebut terlihat tidak ada orang di dalamnya. Tetapi, dia langsung menepis anggapan itu, sebab di luar rumah ada sepasang sandal laki-laki ada di teras. Penasaran, Arief pun masuk ke halaman rumah tersebut.

Gang tempat rumah ini berada tidak banyak orang yang lalu lalang, terlebih lagi rumahnya ada di pojokan. Rumah di depannya pun terlihat lengang.

"Jangan, pak! Kumohon, sudah cukup!! Dosa pak! Bapak....akhh!!!" sayup-sayup terdengar suara perempuan di dalam rumah tersebut.

Arief mengernyit. Dia yakin tidak salah rumah. Alamat yang diberikan sudah benar. Dia mencoba menguping di pintu.

"Tubuh kamu memang enak, bahenol, seksi. Sudah lama aku ingin ngentotin kamu. Aku udah tak peduli lagi nanti digeruduk warga atau tidak. Yang penting hari ini kamu aku entotin lagi. Uuhhhh... kontolku enak banget di dalem memekmu, anget!" terdengar suara lelaki di dalam.

Arief berpikir sejenak. Setelah itu dia beranjak pergi. Dia berkeliling kampung tersebut, hingga akhirnya mendapati sebuah rumah bertuliskan "KETUA RT".

"Assalaamu'alaikum," sapa Arief.

Saat itu seorang bapak-bapak sedang memotong kayu dengan gerjaji. Melihat Arief datang, dia pun menyudahi pekerjaannya. "Wa'alaikum salam. Siapa ya?"

"Maaf, ini Pak RT?" tanya Arief.

"Iya, bapak ini siapa?"

"Saya Arief. Sebenarnya saya ingin menyampaikan sesuatu kepada keluarganya Bapak Susanto, tapi ada yang aneh saat saya ke rumahnya beliau," jawab Arief.

"Hah? Aneh kenapa, Pak?"

"Apa Pak Susanto ada sanak famili lain selain istrinya?"

"Setahu saya tidak," jawab Pak RT.

"Pak, kalau begitu ini urgent. Bapak panggil beberapa warga. Sepertinya istrinya Bapak Susanto dalam bahaya. Saya mendengar dia seperti diancam dari dalam rumah," kata Arief.

"Yang benar, Mas?" tanya Pak RT, "suaminya barangkali."

"Bukan pak. Justru saya kemari ingin menyapaikan kabar kematian suaminya karena kecelakaan," ucap Arief.

"Innalillahi wa innailaihi roji'un. Wah, wah, yang bener mas?"

"Iya, Pak Susanto meninggal karena kecelakaan, truknya terguling. Trus di rumah itu kalau ada bukan suaminya lalu siapa? kalau bapak tidak percaya, ayo kita ramai-ramai ke sana," jawab Arief.

Pak RT dengan sigap lalu memanggil beberapa warga. Mereka pun diberi penjelasan singkat oleh Arief, akhirnya beberapa warga berduyun-duyun menuju ke rumahnya Susanto. Di antara mereka ada yang membawa pentungan.

Saat tiba di depan rumah Susanto, Arief memberi isyarat agar jangan bersuara. Arief dan Pak RT pun mendekat dan menempelkan telinga mereka ke daun pintu. Dan apa yang didengar oleh Arief tadi sekarang didengar oleh Pak RT.

"Jangan pak...lepaskan ...!!" rintih Azizah. "Toloong! Toloongg!"

"Teriak saja! Tidak akan ada yang mendengar. Apa kamu tak tahu kalau rumahmu ini ada di paling pojok kampung? Suaramu tak akan keluar dari rumah ini. Aahhh... memek enak. Duh... kontolku gatel, kepingin pejuhin rahimmu lagi," ucap Suyoto dari dalam rumah.

Pak RT mengangguk dan memberi isyarat warga untuk mendobrak. Akhirnya beberapa orang beserta Pak RT melakukan ancang-ancang untuk mendobrak pintu. Pintu pun didobrak pada hitungan ketiga. Saat itu terlihat Suyoto sedang menindih Azizah di lantai. Wajahnya terperangah menoleh ke pintu, sedangkan bersamaan dengan itu penisnya mengeluarkan pejuhnya, yang mengakibatkan pantatnya berkedut-kedut.

"BAJINGAN!" umpat Pak RT. Salah satu warga pun segera memberi bogem mentah kepada Suyoto. Suyoto pun menjadi bulan-bulanan warga, dengan telanjang dia diseret keluar dari rumah Azizah.

Azizah menangis sejadi-jadinya. Ikatannya dilepaskan oleh Arief, lalu Arief memberikan jaketnya agar tubuh telanjang Azizah tertutupi.

"Pak, sebaiknya panggil polisi," kata Arief.

Kejadian itu tak akan pernah dilupakan oleh Azizah. Kebaikan Arief hari itu seperti didatangkan oleh Tuhan kepadanya. Kalau saja Arief tidak mengajak warga untuk menolongnya, mungkin tidak akan ada orang yang akan menolong. Azizah benar-benar hancur saat itu. Suaminya meninggal dalam kecelakaan dan dia ternoda. Selama tiga bulan Azizah mendapatkan terapi untuk menyembuhkan mentalnya.

Cobaan ternyata tidak sampai di situ. Azizah pun melakukan tes darah apakah dia tertular penyakit mematikan atau tidak, setelah mendapatkan keterangan dari polisi kalau ternyata Suyoto pernah bergonta-ganti pasangan dan menyewa pelacur. Awalnya Azizah tak merasa ada yang aneh hingga dokter memberitahu kalau dia tertular virus HIV. Suyoto ternyata selama ini mengidap penyakit HIV tanpa dia ketahui yang ternyata didapatnya setelah tidur dengan salah satu wanita panggilan yang disewanya.

Istrinya yang mengetahui hal itu pun histeris, terlebih mereka juga berhubungan intim. Akhirnya Suyoto dijatuhi hukuman pasal berlapis penganiayaan, tindakan asusila dan pengancaman pembunuhan. Dia akan masuk penjara dalam waktu yang sangat lama, terlebih juga karena mengidap penyakit AIDS, hidupnya akan benar-benar hancur.

Arief merasa bertanggung jawab atas kesembuhan Azizah. Susanto adalah pegawainya yang memang bertugas mengantarkan barang. Maka dari itulah dia juga merasa bertanggung jawab atas kesehatan Azizah baik secara fisik dan mental. Seminggu sekali Arief menjenguk Azizah sambil menanyakan kabar dan mengajaknya berbicara. Selama tinggal di penampungan Azizah tidak didiskriminasi, dia memiliki semangat hidup. Terkutuklah mereka yang mendiskriminasi korban pemerkosaan.

Sampai saat dimana Setengah tahun setelah kejadian itu Azizah ditemui oleh Arief.

"Yakin sudah siap hidup di dunia luar?" tanya Arief.

Azizah mengangguk. "Mau apalagi, Mas? Mas sudah baik kepadaku selama ini. Sekarang ini satu-satunya orang yang aku percayai cuma mas Arief."

Arief tersenyum. "Aku melakukan ini, karena ini sudah kewajibanku. Lagipula Pak Susanto orang yang kerjanya baik selama ini. Kamu juga sudah aku anggap seperti adik sendiri, jadi tak usah dirisaukan untuk balas budi."

"Kalau Mas butuh apapun, mas bisa hubungi aku. Aku akan coba bantu mas sebisa mungkin," kata Azizah.

"Sudahlah, jangan begitu. Aku menolongmu bukan untuk mendapatkan balasan darimu," kata Arief, "ya sudah, sekarang aku antar. Yuk, ini saja barang bawaanmu?"

Azizah menangguk. Arief pun mengambil kopor Azizah lalu membawanya untuk dimasukkan ke dalam mobil. Arief menyewakan perempuan itu travel yang akan berangkat menuju kampung halaman Azizah, tempat dia dilahirkan dulu. Azizah juga tak menyangka akan seperti ini hidupnya. Tapi dia bersyukur bertemu orang seperti Arief. Kalau saja tanpa dia entah mungkin saat ini Azizah sudah mengakhiri hidupnya.

Setelah dia naik ke dalam mobil, mobil travel tersebut berangkat. Ponsel Arief langsung berbunyi.

Dari Jannah. "Assalamu'alaikum?"

"Mas, Mas dimana?" tanya Jannah langsung tanpa membalas salam.

"Lagi di basecamp," jawab Arief.

"Apa? Nemui Azizah lagi? Udahlah, Mas nikahi saja dia daripada aku makin cemburu," kata Jannah.

"Mas cuma ngirim dia ke kampung halamannya kok," kata Arief.

"Umi nggak percaya," kata Jannah.

"Ya sudah kalau nggak percaya, tanya saja langsung ke Azizah," ucap Arief.

Jannah mendengus kesal. "Udahlah, dasar laki-laki. Pokoknya Mas pulang bawa Martabak. Awas kalau enggak. Nggak bakal Umi kasih jatah."

Ponsel pun ditutup. Arief pun sedikit kesal. Dia pun melangkah pergi meninggalkan basecamp Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak tempat Azizah selama ini ditampung dan dipulihkan. Arief cukup mendongkol sebenarnya dengan sikap Jannah. Dipikirnya selama ini dia tidak tahu kalau Jannah telah berselingkuh dengan ustadz Thalib, tetapi Arief masih menahan diri. Dia masih mengumpulkan bukti waktu itu sampai dirasa buktinya cukup.

* * *​

===========================
masih kanjut belum tamat
Ternyata.. Azizah..hikss
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd