Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

(REAL STORY) DIAM-DIAM MENGHANYUTKAN

danuhlingga

Suka Semprot
Daftar
3 Mar 2022
Post
23
Like diterima
282
Bimabet
Selamat malam, Suhu-Suhu sekalian. Ane mungkin orang kesekian ribunya di forum ini yang bosen menjadi "silent reader", lalu memutuskan untuk ikut berpartisipasi menorehkan tinta putih menceritakan kisah-kisah pengalaman perlendiran di forum yang kita cintai ini. Perlu Suhu ketahui, kisah-kisah tersebut ane tutup dengan sangat rapat di dunia nyata karena selain sudah menjadi masa lalu, juga saat ini ane sudah beristri Hu.

Tak perlu basa-basi lagi Hu, mari kita mulai dengan cerita perlendiran pertama ane.

Selepas SD, ane disarankan oleh orangtua untuk melanjutkan pendidikan di pesantren. Tak ada penolakan berarti dari ane kala itu, karena selain masih polos yang patuh pada orangtua, ane sebetulnya cukup berminat juga untuk melanjutkan pendidikan di pesantren. Akhirnya pada saat itu circa 2005, si Budi (sebut saja ini nama ane) resmi berstatus sebagai santri.

Pesantren tempat ane menempuh jenjang setara Sekolah Menengah Pertama ini tidaklah terlalu kesohor, muridnya saja palingan hanya berasal dari kabupaten tersebut, hanya satu dua yang berasal dari kabupaten/kota tetangga, salah satunya ane. Gaya pendidikan di sana juga tidak terlalu ekstrim di mana murid cowo dan cewe dibatasi sedemikian ketatnya, akan tetapi dalam setiap pelajaran masih dibiarkan berbaur baik di kelas, di pelataran masjid, kantin, dan tempat-tempat umum lainnya. Setahu ane cuma tiga tempat yang memisahkan antara laki-laki dan perempuan di sana; tempat pemandian (karena mandi di sungai), kamar tidur, dan posisi ketika ibadah berjamaah.

Memiliki perawakan yang rata-rata air, tentu ane harus "menjual" nilai lain yang ada di diri, terlebih lagi pada tahun ketiga di pesantren itu ane merasa mulai menggilai lawan jenis, puber lah kira-kira. Suara yang bagus dan bisa menyanyi, sedikit humoris yang kadang bisa misterius, serta kepintaran yang tak seberapa terpaksa ane eksploitasi untuk agar supaya menonjol di pesantren tersebut, terutama di kalangan perempuan-perempuannya. Alhasil, ane berhasil menggaet perempuan pertama saat itu, Fatimah namanya, ane suka memanggilnya dengan sebutan "imah".

Fatimah ini pendiam Hu, kalem gitu lah. Kalau dari segi tampang menurut ane biasa aja, syarat lolos SNI lah. Cuma bibirnya Hu, merah merona dan seksi gitu. Ane suka bibirnya. Kalo unsur-unsur lain seperti TT atau bokong, ane ga yakin saat itu sudah pada performa terbaiknya karena sedang dalam masa pertumbuhan, tapi di hari keberkahan ane saat itu Hu, ane mendapatkan kesempatan merasakan body Imah yang bikin ane kentang gilaa Hu.

Kisah dengan Imah ini sebetulnya "by accident" aja Hu. Waktu itu kelas kami mengirim utusan enam orang ke sekolah tetangga untuk mengikuti lomba cerdas cermat, di antara enam orang itu terdapat ane dan Imah. Selama lomba berlangsung, ane memang sangat intens berkomunikasi dengan Imah karena kami berada dalam satu tim inti (satu tim terdiri dari tiga orang Hu, jadi ada tim inti dan tim cadangan). Singkat cerita, kita kalah dalam lomba Cerdas Cermat itu, akhirnya kita pulang dengan tidak membawa peringkat apa-apa. Akan tetapi, dalam perjalanan pulang itu pulalah ane justru membawa "sesuatu".

Karena menunggu pengumuman pemenang dan dibagikannya hadiah kepada para juara, akhirnya kami pulang sekitar jam 10 malam dari sekolah tetangga itu. Jarak sekolah tuan rumah dengan sekolah kami lumayan Hu, kurang lebih satu jam. Akhirnya pulang dengan menumpang di mobil guru pendamping, karena sudah pasti tidak ada lagi angkutan umum. Di dalam mobil tersebut, ane, Imah dan Bunga (rekan satu tim inti juga) kebagian duduk di jok paling belakang dengan susunan Imah duduk di tengah antara ane dan Bunga.

Sesaat mobil mulai berjalan, tak banyak lagi yang mampu kami obrolkan karena kantuk dan lelah yang mendera lantaran seharian beraktivitas. Imah yang kelihatannya paling lelah mulai tertidur, begitupun dengan Bunga. Namun ane di tengah aroma keringat imah, serta hangat tubuhnya yang nempel ke badan ane malah bikin mata ane melek, dan tentu saja kentang Hu. Suhu-suhu pasti bisa menebak apa yang ada dalam akal ane saat itu.

Ya. Dengan pemahaman bahwa Imah dan Bunga lelah, ditunjang pula dengan kekaguman Imah kepada ane sepanjang lomba tadi siang, ane beranikan diri membangunkan Imah dan bilang, "kalau capek betul, nyender aja di badan aku. Trus kalau dingin nanti bilang aja biar pakai kain sarung aku ini" dengan sedikit berbisik. (Saat lomba itu sebagai peserta yang berasal dari pesantren, guru pendamping memerintahkan peserta laki-laki untuk membawa sarung yang kemudian digantung di leher).

Imah yang kelihatannya lelah dan mengantuk betul, hanya menggumam lirih sambil mulai merapatkan badannya ke ane. Ini saat-saat mendebarkan bagi ane Hu. Merasakan hangat lengan Imah dan aroma nafasnya yang sesekali kecium bikin ane konak Hu. Tak mau kehilangan kesempatan, ane mulai beranikan diri beraksi.

Pertama-tama ane pura-pura berpangku tangan gitu Hu, dengan harapan sikut ane bisa nyenggol TT si Imah. Bener saja, sikut ane menyentuh TT Imah Hu, kenyal dan lembut sekali Hu. Ane yakin saat itu Imah tidak memakai BH busa gitu Hu, palingan cuma kaos singlet/sport bra, karena kerasa betul TT nya itu dari luar Hu.

Cukup lama ane di posisi berpangku tangan ini Hu. Beberapa kali ane berlagak ingin memperbaiki pangku tangan ini, padahal sebetulnya ingin menggosokkan sikut ke TT si Imah. Kurang puas, ane ganti gaya Hu. Dari berpangku tangan ane pura naroh tangan kiri ane di atas paha kanan Imah ini, itu dengan sikut yang sesekali masih menyodok TT Imah. Tak lama berselang, tangan kiri ane "jatoh" ke sela-sela paha Imah karena Imah saat itu pake rok yang sangat lebar.

Ane mulai kesulitan berpikir waras saat itu. Gak terpikirkan lagi Bunga yang akan terbangun (atau justru mengintip?) di sebelah kiri Imah, atau Imah yang tiba-tiba bangun dan teriak, atau teman-teman di bangku depan kami yang mengetahui gelagat ane, dan kemungkinan-kemungkinan buruk lainnya. Yang ada di pikiran ane saat itu ialah untuk segera mulai menggesekkan tangan dan mengusap lembut sela-sela paha Imah mumpung keadaan di dalam mobil itu remang-remang gelap.

Pada usapan pertama, tidak ada reaksi apa-apa dari Imah. Usapan kedua juga tidak menimbulkan reaksi apa-apa dari Imah. Karena merasa aman, ane makin berani, di usapan ketiga ini telapak tangan ane naik agak ke pangkal paha Imah. Dan di situ pulalah Imah bereaksi, ia tiba-tiba membuka/melebarkan kedua kakinya Hu, sehingga kain roknya menjadi tegang dan tangan ane keluar dari sela-sela lembah kenikmatan itu. Ah sial...
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd